Share

Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa
Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa
Penulis: YL Wanodya

Bab 1

“Ahh…, Mas,”

Desahan lirih yang terdengar dengan jelas ditelinga Ann siang itu. Entah angin dari mana hingga ia kepikiran untuk datang ke kantor calon suaminya.

Dengan emosi yang sudah meluap dalam kepalanya, ia membuka paksa pintu ruangan yang tidak dikunci.

“Oh, ternyata begini kelakuan kalian di belakangku?” tanya Ann dengan suara keras dan sarkas.

Dua orang yang sibuk bergumul di atas sofa tanpa sehelai benang itu terkesiap, dengan tatapan kaget penuh kepanikan. Pria yang kini segera berlari mengambil celana dan kemejanya.

“Ann, i-ini tidak sama dengan apa yang kamu pikirkan!” ucapnya dengan terbata.

Ann menghela nafas panjang sebelum meluapkan semua unek-uneknya. Dilihatnya seorang wanita ini berjalan mendekati dirinya dengan gontai. Rambutnya terbilang acak-acakan seperti gembel.

“Kak, lihatlah calon suamimu sangat … perkasa di atasku,” ujarnya tanpa rasa malu.

“Tutup mulutmu, Dewi!” pekik Rafael dengan keras.

Dengan senyuman miring di bibir tipisnya, “Kalian itu sama-sama murah ternyata, gak ada harga dirinya!” ujar Ann.

“Sayang, ini tidak sama dengan apa yang kamu lihat. Dewi menggodaku, lagi pula … laki-laki mana yang tidak tergoda jika-” ucapannya terhenti.

Ann hanya mengangkat satu tangannya, melambaikan tangan tanpa banyak bicara.

“Katakan pada orang tuamu, pernikahan kita dibatalkan!” tegasnya.

Pintu ruangan Rafael kembali tertutup rapat, sorot mata beberapa karyawan menghiasi langkah Ann menuju lift untuk keluar.

“Sialan!” umpat Ann dalam batinnya.

Dengan gontai ia berjalan menuju lobi setelah lift berhenti di lantai paling dasar. Nasib apa yang sedang ia hadapi, amarah besar rasanya tidak akan menyelesaikan semuanya.

“Ann, aku mohon!” pinta Rafael dengan berlari tergopoh-gopoh.

Ann hanya membalikkan badan lantas tersenyum, “Aku sudah muak, Raf. Silakan menikah dengan adik tiriku, bagaimana rasanya bercinta dengannya? Em… katanya kau sangat perkasa bukan?” dengan terbahak Ann meninggalkan Rafael.

Beberapa tatapan nyalang dan tajam mengarah padanya.

“Kenapa kalian diam? Pergi bekerja, sialan!” pekik Rafael keras.

Sepanjang perjalanan pulang, Ann menahan emosinya. Air matanya seolah enggan tumpah, bukan karena tidak ingin akan tetapi sudah habis. Hubungan tiga tahun yang berakhir dengan mudah dan singkat.

“Tega sekali kamu, Raf! Aku menjaga kesucianku malah kau balas dengan tidur bersama adik tiriku,” gumam Ann.

Dering telepon membuyarkan lamunan Ann, nama Adi terpampang nyata di sana.

“Halo, Ayah.”

“Kenapa kamu membatalkan pernikahan dengan Rafael secara sepihak, kau sudah gila?” hardik Adi di seberang.

“Ayah, tunggu aku di rumah. Aku ingin menjelaskan sesuatu,” ucap Ann. Setelahnya ia memilih memutuskan sambungan telepon.

30 menit berlalu, tibalah Ann pada sebuah rumah dengan cat putih gading. Pintu mobil yang terbuka bersambut dengan tatapan Adi yang tajam.

“Jelaskan pada ayah, Ann!” tegasnya.

“Rafael bercinta dengan Dewi, anak istri ke dua ayah di kantornya. Lalu, apa ayah akan memaksaku untuk menikah dengan pria yang sudah melakukan hubungan suami istri dengan wanita lain?” papar Ann dengan menatap nyalang ke arrah wanita yang baru saja keluar.

“Kamu berbohong, Ann. Mana mungkin Dewi dan Rafael melakukan hal seperti itu!” elaknya.

Ann hanya menaikkan bahu, tidak lama dari itu terlihat sebuah mobil Rafael terparkir.

“Om, ijinkan saya mengobrol dengan Ann,” pintanya tergopoh-gopoh.

“Nah, ayah bisa tanya sendiri mumpung dia ada di sini. Ann ijin masuk,” pamitnya.

Langkah kaki yang terburu-buru, tidak tahan melihat sandiwara mantan calon suaminya. Setelah bercinta dengan Dewi, kenapa dia harus datang? Tidak cukupkah membuat hati Ann sakit.

“Hidup cuma sekali, mau nikah ditikung adik tiri!” gerutu Ann.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu membuat Ann mendongak, malas berbicara dengan siapa pun. Keadaan dirinya yang kurang baik.

“Ann, ayah ingin bicara!” tegas Adi dengan suara beratnya.

“Masuk saja, Ayah!” seru Ann.

Tidak lama berselang, pintu terbuka lebar. Ann menatap Adi yang terlihat murung, sudah bisa ditebak arah pembicaraan yang akan Adi diskusikan.

“Pernikahanmu harus tetap berjalan, Ann. Undangan sudah disebar, jika ini batal ayah yang sangat malu,” lirihnya.

Ann menghela nafas panjang, “Lalu, Ann harus menikah dengan pria yang sudah menikmati tubuh Dewi?” tanyanya.

Adi menggeleng, hal itu membuat Ann bertanya-tanya. Jika bukan dengan Rafael, dengan siapa Ann akan menikah?

“Ayah punya calon untukmu, turunlah, temui calonmu!” titahnya.

Masih dengan mengernyitkan alisnya, Ann masih bertanya-tanya atas ucapan ayahnya.

“Ayah pasti bercanda, ini bukan masanya anak gadis dijodohkan! Aku bisa mencari calon suami sendiri, yah!” tegas Ann.

Tapi, adi menggeleng. Dengan tegas ia membawa Ann turun ke ruang keluarga. Di sana seorang pria dengan kaos oblong duduk menunduk. Tubuhnya jangkung dengan beberapa otot menonjol pada lengannya.

“Ann, duduk! Dia Antasena, penjual bakso keliling di komplek, dari segi penampilan dia sederhana tapi wajahnya rupawan. Ini suami pengganti rafael, bagaimana menurutmu, Ann?” papar Ratih, ibu tiri Ann.

“Ayah serius?” tanya Ann.

Adi hanya mengangguk, tidak lama dari itu Dewi tersenyum menatap Ann.

“Makanya, kalau punya calon suami dijaga, masa kegoda sama adik sendiri,” celetuk Dewi tanpa tahu malu.

“Wanita sampah layak bersanding dengan pria sampah juga,” timpal Ann tanpa ragu.

“Jaga mulutmu, Ann!” pekik Adi keras.

Ann hanya diam, akan tetapi pria yang sedari tadi hanya menundu kini membuka suara. Tatapannya teduh nan menenangkan. Sorot mata yang tegas dan berkilauan, membuat Ann sempat terpaku.

“Maaf, Pak Adi. Jangan membentak calon istri saya!” tegasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status