“Maafin aku Sayang, aku masih sering ngambek dan marah-marah ke kamu.” Kinara memegang lembut kedua pipi Harjuna dan terisak di depan pria itu.Setelah tiga hari pulang ke rumah orang tuanya, malam ini Kinara baru kembali ke rumah suaminya dan satu jam lalu dia yang meminta Harjuna menjemputnya pulang ke rumah itu.“Kamu nggak perlu minta maaf. Aku yang salah bukan kamu. Aku yang sudah ingkar janji sama kamu.” Harjuna menyentuh telapak tangan Kinara yang berada di pipinya dengan lembut.Harjuna mengangkat Kinara dari kursi roda lalu membawa wanita itu ke pangkuannya, keduanya menikmati pemandangan langit malam bersama dari bangku taman.Tidak jauh dari belakang keduanya, Arumi memperhatikan interaksi manis suami istri itu.Arumi memandang keduanya tanpa ekspresi lalu berbalik menuju rumah kecil itu dengan langkah pelan seolah takut bunyi langkahnya itu akan mengusik suami istri yang sedang bermesraan di belakangnya.“Nyonya Kinara ngapain pulang segala ya? Padahal kalau dia nggak kemb
Kacamata yang membingkai kedua matanya itu setidaknya bisa menutupi sisa kesedihan Arumi tadi pagi, Arumi pun merasa lega siang ini di kampus tidak bertemu dengan Harjuna.Entah Harjuna sedang ada jadwal mengajar atau tidak dan Arumi tidak berniat untuk bertanya ke pria itu.“Habis selesai kuliah aku ada perlu sama kamu, Arumi,” kata Soraya yang baru masuk ke ruangan itu menepuk pundak Arumi.“Ada perlu apa?” tanya Arumi menoleh menatap Soraya.“Nanti kamu akan tahu. Pokoknya nanti setelah selesai kuliah temuin aku dulu. Okay?” Soraya memainkan rambut Arumi yang terikat rapi itu dan tersenyum saat Arumi memberikan anggukan tanda menuruti permintaannya barusan.Dua mata kuliah yang Arumi ikuti hari ini sedikit bisa melupakan kesedihannya karena masalah tadi pagi, sekarang Arumi akan menemui Soraya yang tadi memintanya bertemu di lantai bawah.Arumi baru keluar dari ruangan, sedangkan Soraya dan teman satu geng wanita itu sudah lebih dulu keluar.“Di dekat gudang?” Arumi terkejut saat m
Tangan yang melingkar di perutnya pagi ini menyadarkan Arumi semalam dia tidur ditemani Harjuna dan pria itu kini masih memeluknya.“Diamlah Arumi. Saya masih mengantuk.” Harjuna menarik pelan Arumi hingga lebih mendekat ke tubuhnya.Senyum samar terukir di bibir Arumi saat mendengar suara serak Harjuna yang sialnya terdengar seperti sedang ingin dimanja.Waktu masih menunjukkan pukul setengah lima pagi dan pelukan dari Harjuna yang hangat itu membuat Arumi ingin terpejam lagi.‘Aku tidak tahu, apa dia begini karena sudah benar-benar menganggapku istri atau karena sedang menuruti permintaan papanya?’Arumi menepis cepat sesuatu yang mengganggu pikiran dan hatinya itu, dia memejamkan matanya rapat melanjutkan tidurnya.Kembali ke rumahnya setelah dari rumah kecil yang Arumi tempati, Harjuna langsung menuju perpustakaan, dia duduk di dalam ruangan itu dan melamun memikirkan penjelasan Arumi tentang kejadian kemarin hingga wanita itu berada di gudang.Tadi Harjuna sampai memaksa Arumi un
PRANG!! Arumi tersentak hebat saat bunyi benda pecah itu terdengar begitu keras. Arumi menutup buku yang sedang dia baca lalu beranjak dari kursi, dia hendak mengecek keadaan di luar kamarnya, bunyi benda pecah tadi berasal dari dapur yang berada dekat dengan kamar itu. Namun, suara ketukan di jendela kamar lebih dulu membuat Arumi tersentak lagi, Arumi meneguk salivanya dalam saat rasa takut menyergapnya. Arumi mengurungkan niatnya keluar dari kamar, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Arumi meraih ponsel lalu menghubungi Harjuna, dia ingin Harjuna datang ke rumah itu, Arumi sungguh takut sekarang. Terdengar langkah kaki seseorang dari luar rumah, terdengar ramai, lebih dari langkah satu orang. Mereka seperti sedang berlarian di luar rumah kecil itu. Tangan Arumi yang sedang memegang ponsel gemetar, pria yang dia hubungi sekarang tidak juga menjawab panggilan masuknya. Tidak ada jawaban dari Harjuna dan sekarang Arumi memilih menghubungi Ina. Sudah mencoba menghubungi kedu
“Aku punya ide deh Mas. Bagaimana kalau kita jebak Arumi dan Radit supaya mereka seolah-olah selingkuh setelah itu kamu laporin deh perselingkuhan Radit ke papa kamu. Pasti setelah itu papa akan membenci Arumi dan meminta Arumi pisah dari kamu.”Senyum mengembang di bibir Kinara saat mengungkapkan rencana buruk yang sudah terbesit sejak dia tahu kehadiran Radit sebagai pengawal pribadi Arumi.Awalnya Kinara tak terima karena perhatian papa mertuanya untuk Arumi terlalu berlebihan, tapi kemudian Kinara melihat peluang untuk memanfaatkan kehadiran Radit.“Kamu setuju ‘kan Mas?” Kinara meraih wajah Harjuna yang tadi melengos menghindari tatapannya, pria itu sedang menoleh menatap jauh ke rumah kecil itu.“Sudahlah Kinara, kamu jangan bicara aneh begitu. Papa bisa membenciku dan semakin tidak menerima kehadiranmu kalau sampai kamu ketahuan menyusun rencana buruk itu,” tolak Harjuna melepaskan kedua telapak Kinara yang tadi memegang wajahnya.Kembali tatapan Harjuna tertuju untuk rumah kec
“Wanita keduaku,” gumam Arumi, matanya berbinar saat menatap Harjuna yang sedang menjelaskan materi perkuliahan.Arumi menopang wajah dengan satu tangan, dia tenggelam dalam momen semalam saat Harjuna menyentuhnya dan mengatakan “wanita keduaku”.“Perhatikan dan dengarkan baik-baik materi yang sedang saya sampaikan. Jangan ada yang melamun!”Suara Harjuna yang tegas itu tidak cukup untuk menyadarkan Arumi, tatapannya memang tertuju untuk Harjuna, tapi tidak dengan pikiran Arumi yang terpusat untuk momen semalam.Harjuna terbatuk keras saat melirik Arumi yang sedang tersenyum-senyum saat menatapnya, dia menaikkan satu alisnya heran menatap wanita itu.“Arumi, kamu kenapa sih?” Novita menyenggol lengan Arumi, dia menangkap ada yang tidak beres dari temannya itu.Arumi tersadar salah tingkah, dia memperbaiki posisi duduk dan merapikan kuciran rambutnya yang sebenarnya masih rapi sejak tadi.‘Duh … bisa-bisanya aku bengong mikirin yang semalam. Lagian Pak Harjuna bikin aku bingung, dia ma
Arumi belum bisa terlelap meski waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, dia beberapa kali melihat ke arah pintu kamar sedang berharap Harjuna muncul dari sana dan menemaninya tidur malam ini.Sadar tidak seharusnya berharap seperti itu, Arumi membuang jauh-jauh keinginannya.Arumi bangkit dari posisi berbaring kemudian menuju meja belajar, dia meraih salah satu buku yang berdiri di antara buku lainnya yang tersusun rapi di atas meja belajar.Arumi berharap setelah membaca buku dia akan mengantuk.Kini sayup-sayup terdengar oleh Arumi suara seseorang yang sedang bernyanyi, Arumi yakin itu bukan suara Harjuna.“Apa Radit yang sedang nyanyi malam-malam sambil main gitar?” Arumi mengernyit, dia meletakkan buku yang tadi dia baca itu ke sampingnya, Arumi akan mengecek langsung siapa yang sedang bernyanyi malam ini.Suara pria yang sedang bernyanyi itu memang merdu ditambah dengan permainan gitarnya menjadi perpaduan yang sangat pas.“Radit.”“Eh Nyonya belum tidur. Maaf say
“Benar dugaanku, kamu di sini bersama wanita kuno itu!”Harjuna menjatuhkan sendok dalam genggaman tangan kanannya setelah selesai meluncurkan makanan ke dalam mulut Arumi saat mendengar kemarahan Kinara tadi.Dia kemudian bangkit dari tempat duduk diikuti Arumi yang ikut bangkit dari pangkuan Harjuna.Mulut Arumi masih penuh dengan makanan saat mendengar kemarahan Kinara dan sekarang wanita itu sudah mendekat ke arahnya ditemani Mika yang mendorong kursi roda Kinara.“Hebat ya kamu Arumi. Makin pinter aja kamu menguasai Mas Harjuna!” Kinara maju pelan untuk meraih gelas berisi minuman yang berada di atas meja makan lalu akan menyiram Arumi dengan air itu, tapi Harjuna lebih dulu menghalangi hingga air itu mengenai wajah dan pakaian Harjuna.Kinara mengamuk karena tindakan kasarnya tadi dihalangi Harjuna, tangannya mengacak-acak apa pun yang berada di dekatnya hingga piring dan gelas yang berada di atas meja makan itu berjatuhan di lantai ruang makan.“Aku bisa jelasin Sayang!” Harjun