Rahasia di Balik Cadar Istriku

Rahasia di Balik Cadar Istriku

By:  Ladiy Piaanti  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
16Chapters
23views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Menikahi wanita sholeha dan terjaga tentu impian setiap lelaki. Begitu juga dengan Biantara Narendra. Lelaki yang telah berusia matang itu bahagia karena berhasil menikahi Alinda Tasifa Bella, gadis bercadar yang telah berkenalan dengannya lima bulan lalu. Sayang, semuanya berubah setelah malam pertama mereka... Ternyata, ada rahasia yang disembunyikan istrinya itu! Sebelum itu jangan lupa subscribe, love dan ikuti akun author. Terima kasih.

View More
Rahasia di Balik Cadar Istriku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
16 Chapters
RDCI: Satu
"Buka cadarmu Alinda!" pintaku pelan kepada wanita bergamis hitam senada dengan kain yang menutupi kepala juga wajahnya. Namanya Alinda Tasifa Bella, nama yang sangat indah. Seindah wajah dan tutur bahasanya. " Ta-tapi Mas.." Aku tersenyum maklum menanggapi wajah gugup wanita yang baru kunikahi siang tadi. Alinda wanita yang telah kukenal selama lima bulan telah berhasil kuikat dengan janji suci di depan saksi juga ahli agama. Alinda yatim piatu tinggal bersama Paman dan Bibinya, dia gadis yang mandiri, sebab itulah membuatku langsung jatuh hati. "Aku suamimu Alinda," ucapku mengingatkan setatus kami. Meskipun kegugupan masih kentara terlihat, Alinda tetap membuka cadar penutup wajahnya. Setelah kain itu terbuka seketika membuatku terpaku takjub dengan ciptaanya. Alinda, istriku benar benar cantik. "Kamu cantik Alin." Sambil beringsut mendekatinya. Gadis itu tersenyum malu-malu terlihat sangat mengemaskan. Kulit putih bersih terbukti karena ia sering berwuduh kini tanpak mer
Read more
RDCI: Dua
"Bunda!?" "Bunda kecewa dengan sikapmu kali ini Bian. Sekalipun Bunda tak pernah mengajarkanmu bersikap kurang ajar seperti ini," cetus Bunda menatapku penuh permusuhan. "Bunda, dengarkan dulu penjelasan Bian," pintaku memelas. Walau bagaimana pun juga aku tak mungkin meninggikan suara di depan beliau. Sosok bidadari tanpa sayap sekaligus pahlawan tanpa jasa, Bunda jugalah yang menggantikannya setelah Ayah pergi 10 tahun yang lalu. "Apa yang perlu dijelaskan jika Bunda telah mendengarnya dengan jelas." "Jadi tak ada gunanya kita menampung wanita ini Bunda. Dia tak ubahnya barang bekas yang berselimut ditumpukan kain bersih," ucapku berapi api ketika teringat Alinda wanita penipu. Plakk! "Jaga ucapanmu Bian, Alinda ini istrimu tidak pantas kau samakan dengan barang tak bernyawa," hardik Bunda dengan keras sambil melayangkan tamparan di pipi kiriku. Saking kuatnya bisa kurasakan rasa asin telah menyapu indra pengecap. "Sudah Bun, Mas Bian benar. Aku memang tak pantas dengan Mas
Read more
RDCI: Tiga
Di dalam mobil aku dan Melati terlibat perbincangan sejenak, sedikit bernostagia tentang masa sekolah dulu. Hingga akhirnya aku baru tahu bahwa tujuan kami sama yaitu kantor Pak Bagas. Ternyata posisi Melati sebagai Manajer pemasaran, pengganti Aldi yang resigen ingin membuat usaha dikampungnya dari cerita Aldi yang kuketahui. "Kita pisah disini ya Mel, aku ada rapat sama petinggi perusahaan. Nanti kita ngobrol lagi saat makan siang," ucapku mengakhiri perjumpaan kami di depan kantor. "Oke, nanti telepon aja ya, kamu masih nyimpan nomorku kan?" Aku terdiam sebab kenyataannya aku telah mengganti kartu karena ingin melupakan Melati. Karena dulu terlanjur kecewa bahwa ia menerima cinta Alex. "Aku ganti nomor baru." "Oh gitu, nanti kita ketemuan di depan restoran itu aja yuk." Setelah menyetujui saran Melati aku segera menuju ruang rapat. Untunglah masih ada waktu 5 menit, setelah itu barulah datang Pak Bagas selaku CEO dan Direktur serta petinggi perusahaan lainya. Sesuai janjiku
Read more
RDCI: Empat
Nafasku memburu seiring antara jarakku dengan Alinda semakin menipis, bahkan bedak yang ia pakai telah tercium olehku. "Cukup kau telah mengambil simpati pada Bunda, tapi jangan sekali-kali kau menghancurkan nama baikku di depan Bunda. Tak akan kubiarkan semua itu terjadi, dasar wanita licik." bisikku serupa gumaman tepat disamping telinga Alinda. "Oh baguslah! Hubungan kalian sudah baik. Sudah Bunda duga kamu itu butuh istri seperti Alin, rela menunggu suaminya pulang kerja hingga larut, selain menunggu tidur bersama juga menunggu makan bersama." Sejenak aku terdiam mendengar ucapan Bunda memberitahu kondisi Alin saat menungguiku. Ada rasa kasihan sebab aku bukan berkerja melainkan berduaan dengan wanita. Tapi semua itu tak sepenuhnya salahku Alin, kau wanita penipu pantas merasakan itu. Masih teringat jelas kejadian malam pertama kami. Selain tak mempunyai selaput da rah, meskipun dari segi itu tak bisa diukur. Namun saat memulai segalanya bisa kurasakan terasa muda tanpa kendal
Read more
RDCI: Lima
"Maaf Mel, aku ngak bisa membawamu pergi dari sini . Tapi aku berjanji akan selalu melindungi dan menjagamu sebisaku," ucapku menolak permintaan Melati. Bukan karena aku tak mampu tapi karena aku tak bisa, posisiku saat ini tak semudah itu. Selain itu ada konsekuensi yang besar di depan sana. Siapa yang tak kenal sepak terjang Pak Mario, Papanya Melati. Kedudukan yang ia punya bisa memudahkan segalanya. Kemudian bayangan Alinda terlintas dalam benakku, aku tahu ini salah saat aku berdekatan dengan Melati sebab ada bumerang di depan sana untuk kami nanti. Selain itu tak mungkin untukku melepaskan Alinda, karena dalam hatiku masih terlalu ambigu untuk memahami seperti apa kehidupan yang akan kujalani bersama Alinda kedepanya. Biarlah sementara waktu kurahasiakan pada Melati bahwa aku telah menikah. Jika aku berterus terang, aku tak yakin hubungan kami masih bisa sedekat ini. "Tapi kenapa Bi? Jangan katakan karena kamu uda ngak cinta lagi padaku, itu semua bohong kan? Sebab
Read more
RDCI: Enam
Bunyi sepatu bergesekan pada lantai kramik rumah sakit memecahkan keheningan, waktu yang sudah sore tentu saja sudah tak banyak pengunjung rumah sakit. Hanya sebagian orang saja, sebagian suster yang berlalu lalang dalam diam. Setelah menanyakan pada perawat dimana ruangan Melati Adista aku segera menuju ruang rawat Melati. Aku hanya bisa berdo'a dalam hati bahwa pilihanku ingin menemui Melati lebih dulu adalah pilihan yang tepat, jika nanti tak ada lagi waktuku untuk berbicara pada Alinda tapi masih ada hari esok. Sedangkan saat ini aku harus menghibur Melati sebab aku tahu bahwa jiwa gadis itu sedang terguncang. Terlebih dahulu kuketuk pintu kamar, setelah itu barulah terdengar suara menyuruhku masuk. "Bagaimana keadaanmu? Maaf datangnya agak telat," sapaku lebih dulu. Kemudian meraih bangku untuk kududuki tepat disamping Melati yang sedang berbaring. Melihat kondisi lemah Melati aku hanya bisa diam penuh kasihan, kemarahanku semakin menjadi saat melihat bekas merah di p
Read more
RDCI: Tujuh
Rasa amarahku kian tak terbendung saat melihat pemandangan di depan sana, ada amarah yang meletup-letup siap dilampiaskan. Ketika tangan lancang itu ingin menampar pipi Melati, dengan gerakan cepat kutahan dengan kuat. Kemudian menghempaskannya dengan kasar. "Jauhkan tangan kotormu Alex," ucapku penuh penekanan. Lelaki sesuisaku itu hanya tersenyum remeh setelah bisa menguasai diri yang awalnya tanpak kaget atas kedatanganku secara tiba-tiba. Juga berhasil menghentikan aksinya ingin berlaku kasar. "Jangan ikut campur urusan saya juga Melati, Biantara," balasnya tertawa sumbang. Sungguh memuakan, dari dulu Alex tak pernah berubah tetap sombong karena kuasa yang dimilikinya. "Jika berurusan dengan Melati, termasuk juga berurusan dengan saya," kataku membalas tatapan sengitnya. "Oh ya? Tidak usah formal begitu. Hem, aku kekasihnya Melati, kamu siapa?" "Biantara kekasih baruku! Puas kamu Alex?" teriak Melati berhasil membuatku kaget. Tapi aku hanya bisa diam, mungkin saja
Read more
RDCI: Delapan
"Dokter tolong istri saya segera," pintaku keras saking paniknya saat melihat jalan nafas Alinda tersendat-sendat kemudian melemah. Alinda tak sadarkan diri. "Anda suaminya? Tenang Pak! Ini sudah tugas kami, harap kerjasamanya. Bapak tunggu diluar." Mengusap rambut kasar lalu melangkah kebangku tunggu kemudian menjatuhkan bok*ongku disana. Terlalu lama berdiri persendian terasa kram semua. Butuh waktu hampir setengah jam barulah dokter wanita keluar dengan nama tertera didada kirinya, Dr. Indra Mufthi. "Anda suaminya? Mari ikut keruangan saya," ajak Dr. Indra tersenyum ramah. Tanpak banyak bicara aku segera mengikuti langkah Dr. Indra, tujuan kami keruangan yang tak terlalu luas. Diatas pintu tertanda Dr. Indra membuktikan bahwa ini ruangan pribadi Dokter itu. Ketika kami sampai Dr. Indra menyuruhku masuk juga duduk, meskipun sedikit pusing aku menurut. Sudah dari awal menjejakan kaki disini perutku terasa diaduk-aduk karena bau obat- obatan yang sangat menyengat. "Anda
Read more
RDCI: Sembilan
"Kamu uda nikah kan Bi?" Aku terdiam beberapa saat, sudah kuduga bahwanya kebohonganku lambat laun akan diketahui Melati. Hanya saja aku tak menyangka dengan cara seperti ini, padahal aku berencana memberi tahunya secara pelan-pelan. "Aku berharap kamu jawab ngak." "Ngak Mel, aku memang sudah menikah," sahutku cepat. Melati tak menjawab, pancaran kecewa terlihat jelas diraut wajahnya. Ia membuang muka kearah jendela seolah enggan bertatap muka denganku. "Jangan seperti ini Mel," kataku pelan. "Lebih baik aku mat*i Bi, di dunia ini ngak ada lagi yang sayang dan peduli perasaanku." "Walaupun aku sudah menikah kita tetap bisa sedekat ini Mel, walaupun..." "Hanya teman kan , aku ngak mau Bi. Aku lebih mau menjadi selingkuhan kamu," tukas Melati membuatku menggeleng kepala pelan. Meskipun awal kami bertemu berhasil kembali membuat perasaanku bergetar aneh. Namun tak sedikit pun untukku terfikir melakukan hal ji*jik seperti itu. Tekatku semakin kuat saat mengetahui masalalu
Read more
RDCI: Sepuluh
"Mel, kamu baik-baik aja kan?" tanyaku ketika berhasil menemui Melati. Sesuai alamat yang dikirimnya jalan Raya Anggrek terlihat Melati sedang duduk ditepi jalan sambil menyeret kopernya. "Aku ngak papa kok, hanya saja bingung mau kemana? Mau pergi cari hotel atau apertemen takut ketahuan Alex. Ini aja aku habis dikejar anak buahnya!" jawaban Melati berhasil membuatku menghembuskan nafas lega. "Tapi ngak ada yang lecet kan?" Melati menggeleng. "Tapi kenapa orang-orang Alex cari kamu?" "Katanya Papa punya hutang besar dengan perusahaan Alex. Sebagai tembusnya aku harus menyerahkan diri, tentu saja aku ngak mau," sahut Melati. Aku berfikir mencari tempat aman untuk Melati. Tapi satu- satunya tempat terlintas dalam benakku adalah rumahku sendiri. Tapi apakah Alinda memgizinkan? Lalu aku harus jawab apa ketika Alinda bertanya siapa Melati. Tapi sepertinya tak ada jalan lain lagi, aku akan berterus terang pada Alinda. Memang kenyataannya aku dan Melati hanya sebatas teman, ti
Read more
DMCA.com Protection Status