Share

19: Mencari Solusi

Author: Ladiy Piaanti
last update Last Updated: 2024-07-08 18:48:01

Mas! Aku lihat kamu akhir - akhir ini sering melamun deh! Kenapa?. Seharusnya senang karena ngak lama lagi keluarga kita akan lengkap," ucap Alinda. Berhasil membuyarkan lamunanku.

Menampilkan senyuman kemudian mendekat pada Alinda.

"Mas ngak sedang melamun, cuma kepikiran sama tugas kantor yang akhir - akhir ini menumpuk," kataku menyakinkan Alinda, benar saja Alinda mengganguk percaya.

Padahal aku sedang memikirkan Pamanya, Bram Wijaya. Selain memukirkan ucapan sekaligus fakta yang ia katakan aku juga berfikir bagaimana membuat ia tidak pernah bertemu dengan Alinda.

Meskipun itu mustahil apalagi setelah mendengar ancamanya ketika di lobi kantor tadi. Dari penampilanya sosok Bram tak pernah main - main dari apa yang ia katakan.

Tapi setidaknya jika Bram dan Alinda bertemu jangan sekarang, setidaknya sampai anak kami nanti lahir kedunia.

Aku tak mau kondisi Alinda memburuk dan berakibat fatal pada calon anak kami. Apalagi dengan kondisi Alinda seperti yang dikatakan Dr. Indra.

Sangat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   20: Penuh Kejutan

    Aku menatap kearah Dr. Liona dengan perasaan kesal luar biasa. Bukanya tadi ia membawaku kesini untuk makan dan juga berdiskusi masalalu Alinda.Tapi hampir 10 menit berlalu ia tak kunjung buka suara, ia makan dengan tenang tanpa mengubris siapa pun. Termasuk menawarkanku untuk ikut makan juga tidak. "Allhahdulilah! Sudah selesai." Aku semakin kesal ketika Dr. Liona memandangiku tanpa rasa bersalah atau merasa tidak enak. Padahal ia makan sudah sangat lama walaupun hanya menghabiskan nasi goreng yang ukuranya tak seberapa."Kenapa tidak bicara? Apa perlu saya lebih dulu bersuara?""Saya punya adab. Menghormati ketika orang makan." Dr. Liona mengganguk singat seolah tak peduli."Yang saya ketahui Alinda mengalami trauma berat akibat masalalunya. Setahu saya sudah hampir beberapa tahun yang lalu Alinda keluar dari masa pengobatanya, karena sudah clear.. Intinya Alinda telah sehat berhasil melalui masa traumanya dengan baik. Lalu apa lagi yang perlu dipermaslahkan?""Dokter ingat saat s

    Last Updated : 2024-07-09
  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   2l: Berita Duka

    "Mohon isi surat persetujuanya dulu Pak, bahwa Ibu Alinda akan segera kami oprasi. Untuk melihat perkembangan lebih lanjut terkait Ibu dan jan*innya."Dengan tangan gemeter aku meraih pulpen yang diberikan oleh suster itu, detik berikutnya garis tinta telah melekat diatas kertas putih persetujuan orpasi yang akan dilakukan pada Alinda.Menit berikutnya aku tersadar bahwa suster tadi telah pergi setelah mengucapkan terimakasi. Mataku tertuju pada pintu ruangan oprasi yang sudah tertutup beberapa menit yang lalu. Lampu diatas menyala terang membuktikan oprasi sedang berjalan.Mengusap wajah berkali - kali bahwa saat ini aku sedang frustasi. Tidak memperdulikan perut yang terasa melilit akibat belum diisi. Belum lagi tubuh terasa gerah karena tidak menjumpai air dari pagi tadi.Kilasan bayangan demi bayangan yang telah kulalui hari ini terus mengusik pikiranku. Masih teringat jelas banyaknya darah Alinda yang berceceran apalagi saat aku mengangkatnya kemobil. Mengingat itu semua aku tak

    Last Updated : 2024-07-17
  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   22: Kecewa

    Menatap kearah dua makam kecil masih terlihat baru terbukti dari tanah yang merah juga masih terlhat basah. Padahal sudah dua hari berlalu tapi masih belum kering mungkin saja karena faktor hujan yang menyerang deras bumi siang tadi."Berbahagia lah kalian di sana nak!" Setelah menyertakan bacaan Al- Fatiha aku beranjak pergi. Pasalnya awan di langit terlihat bergumpal - gumpal, aku yakin cepat atau lambatnya awan itu akan segera mencair dan menjatuhkan diri ke bumi.Mengusap air mata kasar karena rasa sakit masih kentara terasa. Ternyata penantianku selama ini hanya berujung sia - sia, lalu pantaskan diri ini untuk kecewa?."Bian!..." Gerakanku ingin membuka pintu mobil terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namaku."Melati," sapaku karena ternyata yang memanggil namaku adalah Melati.Meskipun hampir tiga tahun kami tak pernah bertemu tapi wajah itu masih teringat jelas dalam ingatanku. Sepertinya ia ingin mengunjungi makan orang tuanya. "Haii! Apa kabar Bian?" "Baik." jaw

    Last Updated : 2024-07-20
  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   23: Penyakit Ganas Alinda

    Sekujur tubuhku rasanya bergetar hebat ketika menyaksikan rekaman CCTV di mana Alinda mengalami kekerasan dari lelaki gila itu, siapa lagi kalau bukan Bram.Awal mula sepertinya Alinda mendengar bunyi ketukan pintu tanpa suara salam seseorang. Detik selanjutnya Alinda terdorong masuk hingga terhempas jatuh kelantai. Aku melihat dengan pandangan nyilu betapa sakit yang dirasakan Alinda. Bisa di lihat berkali - kali Alinda mencoba melindungi area perutnya.Dalam rekaman tanpak Alinda dan Bram terlibat perbincangan berhasil memancing emosi terbukti dari gurat wajah saling menegang, meskipun aku tak tahu apa yang mereka katakan. Sebab suara tidak terlalu jelas terdengar.Rekaman selanjutnya Bram telah mengijak perut Alinda hingga Alinda mengerang kesakitan, namun Alinda masih mencoba melindungi diri juga kedua nyawa anak kami dengan cara mengigit tangan Bram.Tapi justru kepala Alinda di tarik bahka bahkan jilbabnya ikut terlepas, kemudian tubuh Alinda telah melayang keras pada meja berba

    Last Updated : 2024-07-20
  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   24: Terpaksa Berpisah

    "Apa?.. Alin mengidap kanker otak?"Sontak saja tubuhku menegang mendengar pertanyaa Alinda."Sayang..." kataku berusaha berkilah."Mau sampai kapan kalian merahasiakanya pada Alin?""Dr. Indra!" sahut kami secara bersamaan.Alinda menatap kearahku dan juga Bunda dengan pandangan getir, tak lama kemudian air mata telah lolos membasahi pipi putih pucatnya."Sayang..!" Aku langsung memeluk Alinda untuk menenangkan kondisinya.Bisa dibayangkan seperti apa mental Alinda saat ini, siapa pun ia tak akan sanggup dengan penyakit ganas yang telah Alinda alami. Apalagi dari penuturan Bunda sudah stadium tiga. Memikirkan itu semua menghancurkan pertahananku agar tidak menangis.Memang pada kenyataanya maut telah ditentukan, tapi ada kala masa kematian itu jangan dulu menghampiri setidaknya sampai siap. Tapi menunggu kata 'siap' tentu tak mudah. Tapi terlepas dari semuanya, satu harapan agar ihklas melepaskan yaitu puncak tertinggi dari bahagia telah dirasakan. "Kita hadapi sama-sama, oke!" ucap

    Last Updated : 2024-09-19
  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   RDCI: Satu

    "Buka cadarmu Alinda!" pintaku pelan kepada wanita bergamis hitam senada dengan kain yang menutupi kepala juga wajahnya. Namanya Alinda Tasifa Bella, nama yang sangat indah. Seindah wajah dan tutur bahasanya. " Ta-tapi Mas.." Aku tersenyum maklum menanggapi wajah gugup wanita yang baru kunikahi siang tadi. Alinda wanita yang telah kukenal selama lima bulan telah berhasil kuikat dengan janji suci di depan saksi juga ahli agama. Alinda yatim piatu tinggal bersama Paman dan Bibinya, dia gadis yang mandiri, sebab itulah membuatku langsung jatuh hati. "Aku suamimu Alinda," ucapku mengingatkan setatus kami. Meskipun kegugupan masih kentara terlihat, Alinda tetap membuka cadar penutup wajahnya. Setelah kain itu terbuka seketika membuatku terpaku takjub dengan ciptaanya. Alinda, istriku benar benar cantik. "Kamu cantik Alin." Sambil beringsut mendekatinya. Gadis itu tersenyum malu-malu terlihat sangat mengemaskan. Kulit putih bersih terbukti karena ia sering berwuduh kini tanpak mer

    Last Updated : 2024-06-17
  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   RDCI: Dua

    "Bunda!?" "Bunda kecewa dengan sikapmu kali ini Bian. Sekalipun Bunda tak pernah mengajarkanmu bersikap kurang ajar seperti ini," cetus Bunda menatapku penuh permusuhan. "Bunda, dengarkan dulu penjelasan Bian," pintaku memelas. Walau bagaimana pun juga aku tak mungkin meninggikan suara di depan beliau. Sosok bidadari tanpa sayap sekaligus pahlawan tanpa jasa, Bunda jugalah yang menggantikannya setelah Ayah pergi 10 tahun yang lalu. "Apa yang perlu dijelaskan jika Bunda telah mendengarnya dengan jelas." "Jadi tak ada gunanya kita menampung wanita ini Bunda. Dia tak ubahnya barang bekas yang berselimut ditumpukan kain bersih," ucapku berapi api ketika teringat Alinda wanita penipu. Plakk! "Jaga ucapanmu Bian, Alinda ini istrimu tidak pantas kau samakan dengan barang tak bernyawa," hardik Bunda dengan keras sambil melayangkan tamparan di pipi kiriku. Saking kuatnya bisa kurasakan rasa asin telah menyapu indra pengecap. "Sudah Bun, Mas Bian benar. Aku memang tak pantas dengan Mas

    Last Updated : 2024-06-17
  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   RDCI: Tiga

    Di dalam mobil aku dan Melati terlibat perbincangan sejenak, sedikit bernostagia tentang masa sekolah dulu. Hingga akhirnya aku baru tahu bahwa tujuan kami sama yaitu kantor Pak Bagas. Ternyata posisi Melati sebagai Manajer pemasaran, pengganti Aldi yang resigen ingin membuat usaha dikampungnya dari cerita Aldi yang kuketahui. "Kita pisah disini ya Mel, aku ada rapat sama petinggi perusahaan. Nanti kita ngobrol lagi saat makan siang," ucapku mengakhiri perjumpaan kami di depan kantor. "Oke, nanti telepon aja ya, kamu masih nyimpan nomorku kan?" Aku terdiam sebab kenyataannya aku telah mengganti kartu karena ingin melupakan Melati. Karena dulu terlanjur kecewa bahwa ia menerima cinta Alex. "Aku ganti nomor baru." "Oh gitu, nanti kita ketemuan di depan restoran itu aja yuk." Setelah menyetujui saran Melati aku segera menuju ruang rapat. Untunglah masih ada waktu 5 menit, setelah itu barulah datang Pak Bagas selaku CEO dan Direktur serta petinggi perusahaan lainya. Sesuai janjiku

    Last Updated : 2024-06-17

Latest chapter

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   24: Terpaksa Berpisah

    "Apa?.. Alin mengidap kanker otak?"Sontak saja tubuhku menegang mendengar pertanyaa Alinda."Sayang..." kataku berusaha berkilah."Mau sampai kapan kalian merahasiakanya pada Alin?""Dr. Indra!" sahut kami secara bersamaan.Alinda menatap kearahku dan juga Bunda dengan pandangan getir, tak lama kemudian air mata telah lolos membasahi pipi putih pucatnya."Sayang..!" Aku langsung memeluk Alinda untuk menenangkan kondisinya.Bisa dibayangkan seperti apa mental Alinda saat ini, siapa pun ia tak akan sanggup dengan penyakit ganas yang telah Alinda alami. Apalagi dari penuturan Bunda sudah stadium tiga. Memikirkan itu semua menghancurkan pertahananku agar tidak menangis.Memang pada kenyataanya maut telah ditentukan, tapi ada kala masa kematian itu jangan dulu menghampiri setidaknya sampai siap. Tapi menunggu kata 'siap' tentu tak mudah. Tapi terlepas dari semuanya, satu harapan agar ihklas melepaskan yaitu puncak tertinggi dari bahagia telah dirasakan. "Kita hadapi sama-sama, oke!" ucap

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   23: Penyakit Ganas Alinda

    Sekujur tubuhku rasanya bergetar hebat ketika menyaksikan rekaman CCTV di mana Alinda mengalami kekerasan dari lelaki gila itu, siapa lagi kalau bukan Bram.Awal mula sepertinya Alinda mendengar bunyi ketukan pintu tanpa suara salam seseorang. Detik selanjutnya Alinda terdorong masuk hingga terhempas jatuh kelantai. Aku melihat dengan pandangan nyilu betapa sakit yang dirasakan Alinda. Bisa di lihat berkali - kali Alinda mencoba melindungi area perutnya.Dalam rekaman tanpak Alinda dan Bram terlibat perbincangan berhasil memancing emosi terbukti dari gurat wajah saling menegang, meskipun aku tak tahu apa yang mereka katakan. Sebab suara tidak terlalu jelas terdengar.Rekaman selanjutnya Bram telah mengijak perut Alinda hingga Alinda mengerang kesakitan, namun Alinda masih mencoba melindungi diri juga kedua nyawa anak kami dengan cara mengigit tangan Bram.Tapi justru kepala Alinda di tarik bahka bahkan jilbabnya ikut terlepas, kemudian tubuh Alinda telah melayang keras pada meja berba

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   22: Kecewa

    Menatap kearah dua makam kecil masih terlihat baru terbukti dari tanah yang merah juga masih terlhat basah. Padahal sudah dua hari berlalu tapi masih belum kering mungkin saja karena faktor hujan yang menyerang deras bumi siang tadi."Berbahagia lah kalian di sana nak!" Setelah menyertakan bacaan Al- Fatiha aku beranjak pergi. Pasalnya awan di langit terlihat bergumpal - gumpal, aku yakin cepat atau lambatnya awan itu akan segera mencair dan menjatuhkan diri ke bumi.Mengusap air mata kasar karena rasa sakit masih kentara terasa. Ternyata penantianku selama ini hanya berujung sia - sia, lalu pantaskan diri ini untuk kecewa?."Bian!..." Gerakanku ingin membuka pintu mobil terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namaku."Melati," sapaku karena ternyata yang memanggil namaku adalah Melati.Meskipun hampir tiga tahun kami tak pernah bertemu tapi wajah itu masih teringat jelas dalam ingatanku. Sepertinya ia ingin mengunjungi makan orang tuanya. "Haii! Apa kabar Bian?" "Baik." jaw

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   2l: Berita Duka

    "Mohon isi surat persetujuanya dulu Pak, bahwa Ibu Alinda akan segera kami oprasi. Untuk melihat perkembangan lebih lanjut terkait Ibu dan jan*innya."Dengan tangan gemeter aku meraih pulpen yang diberikan oleh suster itu, detik berikutnya garis tinta telah melekat diatas kertas putih persetujuan orpasi yang akan dilakukan pada Alinda.Menit berikutnya aku tersadar bahwa suster tadi telah pergi setelah mengucapkan terimakasi. Mataku tertuju pada pintu ruangan oprasi yang sudah tertutup beberapa menit yang lalu. Lampu diatas menyala terang membuktikan oprasi sedang berjalan.Mengusap wajah berkali - kali bahwa saat ini aku sedang frustasi. Tidak memperdulikan perut yang terasa melilit akibat belum diisi. Belum lagi tubuh terasa gerah karena tidak menjumpai air dari pagi tadi.Kilasan bayangan demi bayangan yang telah kulalui hari ini terus mengusik pikiranku. Masih teringat jelas banyaknya darah Alinda yang berceceran apalagi saat aku mengangkatnya kemobil. Mengingat itu semua aku tak

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   20: Penuh Kejutan

    Aku menatap kearah Dr. Liona dengan perasaan kesal luar biasa. Bukanya tadi ia membawaku kesini untuk makan dan juga berdiskusi masalalu Alinda.Tapi hampir 10 menit berlalu ia tak kunjung buka suara, ia makan dengan tenang tanpa mengubris siapa pun. Termasuk menawarkanku untuk ikut makan juga tidak. "Allhahdulilah! Sudah selesai." Aku semakin kesal ketika Dr. Liona memandangiku tanpa rasa bersalah atau merasa tidak enak. Padahal ia makan sudah sangat lama walaupun hanya menghabiskan nasi goreng yang ukuranya tak seberapa."Kenapa tidak bicara? Apa perlu saya lebih dulu bersuara?""Saya punya adab. Menghormati ketika orang makan." Dr. Liona mengganguk singat seolah tak peduli."Yang saya ketahui Alinda mengalami trauma berat akibat masalalunya. Setahu saya sudah hampir beberapa tahun yang lalu Alinda keluar dari masa pengobatanya, karena sudah clear.. Intinya Alinda telah sehat berhasil melalui masa traumanya dengan baik. Lalu apa lagi yang perlu dipermaslahkan?""Dokter ingat saat s

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   19: Mencari Solusi

    Mas! Aku lihat kamu akhir - akhir ini sering melamun deh! Kenapa?. Seharusnya senang karena ngak lama lagi keluarga kita akan lengkap," ucap Alinda. Berhasil membuyarkan lamunanku.Menampilkan senyuman kemudian mendekat pada Alinda. "Mas ngak sedang melamun, cuma kepikiran sama tugas kantor yang akhir - akhir ini menumpuk," kataku menyakinkan Alinda, benar saja Alinda mengganguk percaya.Padahal aku sedang memikirkan Pamanya, Bram Wijaya. Selain memukirkan ucapan sekaligus fakta yang ia katakan aku juga berfikir bagaimana membuat ia tidak pernah bertemu dengan Alinda.Meskipun itu mustahil apalagi setelah mendengar ancamanya ketika di lobi kantor tadi. Dari penampilanya sosok Bram tak pernah main - main dari apa yang ia katakan.Tapi setidaknya jika Bram dan Alinda bertemu jangan sekarang, setidaknya sampai anak kami nanti lahir kedunia.Aku tak mau kondisi Alinda memburuk dan berakibat fatal pada calon anak kami. Apalagi dengan kondisi Alinda seperti yang dikatakan Dr. Indra.Sangat

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   18: Fakta Bahagia Dan Mengejutkan

    "Selamat Pak, Bu. Kandungannya sudah jalan satu minggu. Karena masih sangat mudah jauhi dari beraktivitas membuat Ibunya kelelahan ya!."Sejenak aku mematung dengan mata berkaca - kaca seolah tak percaya. Benarkah ini nyata atau mimpi, jika ini mimpi biarlah selamanya seperti ini."Mas.." panggil Alinda dengan mata berkaca - kaca.Alinda mengengam tanganku, kehangatan yang diberikanya membuatku sadar bahwa ini nyata."Allahamdulilah! Terimakasi sayang!" ucapku dengan rasa senang ambil menc*iumi seluruh wajah Alinda."Terimakasih kembali Mas."Setelah diberi obat dan penjelasan terkait kesehatan Alinda bersama calon anak kami. Aku dan Alinda segera pulang. Sudah tidak sabar ingin memberi tahu Bunda berita bahagia yang sudah lama kami tunggu - tunggu."Apa? Ham*il!" kata Bunda berteriak girang sejurus kemudian beliau langsung memeluk Alinda sambil membisikan ucapan terimakasih.Aku ikut tersenyum haru dan bahagia, kini keluarga kami benar benar telah lengkap tinggal menunggu kelahiran

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   17: Hami*l?

    #BismillahRahasia Dibalik Cadar Istriku 17"Tunggu! Dia keponakan saya. Biarkan saya yang akan mengurusnya!"Menepis kasar tangan itu ketika ia ingin menggapai Alinda. Dengan cepat kumasukan Alinda ke dalam mobil."Jangan pernah befikir untuk menyakiti istri saya," tekanku berapi-api sambil melayangkan tatapan tajam padanya. Jika tidak mengingat kondisi Alinda sudah kuhajar ia habis-habisan."Istri?"Tanpa memperdulikan raut terkejut dari Bram aku segera melajukan mobil ke rumah sakit.Setelah sampai aku langsung membawanya keruangan Dr. Indra, tapi ternyata Dr. Indra tidak ada melainkan seorang Dokter muda."Tolong periksa istri saya Dok, dia mengalami sesak nafas," pintaku padanya.Dokter itu mengganguk kemudian menarik masker menutupi wajahnya, tidak ada senyum terukir disana hingga terkesan angkuh. Pantaskah aku mengatakan ia Dokter yang sombong?."Anda istrinya?" pertanyaanya membuyarkan lamunanku. Mengganguk singkat, kemudian duduk dihadapanya tanpa diminta.Sebelum itu sempat

  • Rahasia di Balik Cadar Istriku   16: Tidak Bisa Punya Anak?

    #BismillahRahasia Dibalik Cadar Istriku 16Terhitung angka pernikahanku dengan Alinda sudah menginjak angka satu tahun. Pahit dan manisnya telah kami tempuh dan kami lalui bersama.Semenjak kepergian Melati dari rumah kala itu, aku tidak pernah lagi mendengar kabar dan bertemu denganya. Tentu saja aku bersyukur, tidak akan ada lagi pengusik rumah tangga kami.Satu hal yang belum terwujud yaitu seorang anak diantara aku dan Alinda. Mungkin jika sudah kami miliki, kebahagiaan kami akan sempurna.Pagi ini aku dan Alinda telah bersiap kerumah sakit untuk mengecek kesehatanku dan Alinda. Apakah aku atau Alinda terjadi sesuatu pada kesuburan kami. Atau bisa jadi keduanya.Bunda mengengam tangan Alinda erat seolah menguatkan. Memang akhir pekan Bunda sering menginap disini, tentu saja aku dan Alinda senang mendengarnya. Sebab dari awal kami telah mengajak Bunda untuk tinggal satu rumah, tapi beliau menolak karena tidak bisa meninggalkan rumah masa kecilku itu. Karena terlalu banyak kenanga

DMCA.com Protection Status