SUAMI YANG SEMPURNA

SUAMI YANG SEMPURNA

last updateLast Updated : 2024-09-03
By:  Princess Aldan  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
71Chapters
261views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kata orang-orang di sekelilingku, Kevin itu sempurna. Hanya dia yang mampu membuatku seorang Reina yang tak kunjung lulus skripsi tersadar untuk menjadi Reina yang lebih baik. Bahkan, keluarga besarku sangat antusias untuk menjodohkanku dengannya, membuatku sebal setengah mati. Padahal aku sudah mencintai Arman, pacarku saat ini. Namun sialnya, Arman malah membuatku semakin terjebak pada situasi perjodohan ini. Sampai akhirnya pernikahanku dengan Kevin pun terjadi. Saat kami memutuskan untuk saling berdampingan sebagai suami istri, berbagai masalah pun datang bertubi-tubi ….

View More

Latest chapter

Free Preview

PROLOG

REYNA Siang hari itu keadaan rumah terlihat ramai. Bendera kuning sudah ditancapkan di depan pagar. Banyak orang yang memakai peci dan kerudung mulai berdatangan. Laki-laki berusia dua puluh tahun tersebut duduk di hadapan Faizal dan Mayang sambil menangis meraung-raung. Kini sudah terlambat untuk menyesali segala perbuatannya yang mengakibatkan kedua orang tuanya meninggal dunia. Sedangkan di depan pintu, muncul rombongan dari teman-teman orang tuanya yang ikut melayat. Deni membawa istri serta anaknya yang bernama Reyna yang masih berusia lima belas tahun, masuk ke dalam rumah. “Pa, ini yang meninggal siapa, sih?” tanya Reyna dengan polosnya saat itu. “Mereka adalah teman baik Papa, Rey. Dan yang lagi nangis di sana itu adalah anaknya.” Deni menunjuk ke anak laki-laki yang masih berlutut di depan jenazah orang tuanya. “Om Faizal dan keluarganya itu baik banget sama kita, coba deh kamu samperin anaknya. Dia pasti terpukul sekali,” ujar papanya lagi. Reyna menurut begitu sa

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
71 Chapters

PROLOG

REYNA Siang hari itu keadaan rumah terlihat ramai. Bendera kuning sudah ditancapkan di depan pagar. Banyak orang yang memakai peci dan kerudung mulai berdatangan. Laki-laki berusia dua puluh tahun tersebut duduk di hadapan Faizal dan Mayang sambil menangis meraung-raung. Kini sudah terlambat untuk menyesali segala perbuatannya yang mengakibatkan kedua orang tuanya meninggal dunia. Sedangkan di depan pintu, muncul rombongan dari teman-teman orang tuanya yang ikut melayat. Deni membawa istri serta anaknya yang bernama Reyna yang masih berusia lima belas tahun, masuk ke dalam rumah. “Pa, ini yang meninggal siapa, sih?” tanya Reyna dengan polosnya saat itu. “Mereka adalah teman baik Papa, Rey. Dan yang lagi nangis di sana itu adalah anaknya.” Deni menunjuk ke anak laki-laki yang masih berlutut di depan jenazah orang tuanya. “Om Faizal dan keluarganya itu baik banget sama kita, coba deh kamu samperin anaknya. Dia pasti terpukul sekali,” ujar papanya lagi. Reyna menurut begitu sa
Read more

PERJODOHAN

Aku merasa sakit di kepalaku. Kelopak mataku terasa berat dan enggan terbuka lebar, perutku seperti diaduk-aduk. Badanku juga terasa sangat sakit seperti dipukul dengan palu berkali-kali. Terdengar sayup-sayup suara familiar di sekitarku. “Reyna! Bangun kamu!” Suara Papa begitu keras, “… dan anak kamu juga. Reyna ini anak kita!” Perlahan tapi pasti. Meskipun masih terasa berat, akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka kelopak mata. Melihat satu per satu keluargaku yang berada di dalam kamarku. Wajah mereka semua terlihat tegang, cemas dan marah. “Kenapa sih, Pa?” tanyaku dengan suara serak. “Apa yang kamu lakukan semalam, Reyna? Kenapa kamu pulang dalam keadaan mabuk? Dan ke mana kamu pergi? Dengan siapa kamu pergi?” Serentetan pertanyaan dari Papa. Wajah beliau merah padam, sorot matanya begitu tajam. Aku terdiam, sembari mengingat potongan demi potongan tentang kejadian kemarin. Kelab, Arman, minuman beralkohol, dan mabuk. Arman berhasil membawaku ke tempat hiburan malam d
Read more

TERNYATA, ARMAN ....

“Kamu benar-benar udah buat Papa malu, Reyna! Bagaimana bisa kamu muntah di depan Kevin?”Papa berjalan mondar-mandir, mengusap wajahnya frustrasi sebelum menatapku dengan murka maksimal. Sejak kepulangan Kevin dan keluarganya, Papa langsung menyerangku dengan serentetan amarahnya.“Habis mau gimana lagi? Jelas-jelas muntahnya keluar sendiri, kok. Tadi itu kepala dan perut Reyna memang lagi sakit, Pa,” balasku membela diri.Sesekali bersendawa akibat terlalu meresapi gerakan tangan Mama yang begitu andal memijat leherku dengan minyak angin.“Tapi setidaknya jaga sikap kamu di depan tamu kita, Reyna! Dan satu lagi, kenapa kamu memakai pakaian seperti itu? Papa kan udah bilang kalau pakai baju yang sopan!” Papa mengacungkan jarinya, menyapu bersih pakaianku dari atas sampai bawah dengan pandangan tidak suka.Aku memasang wajah memelas. “Pa … Kevin itu kan tamu Papa, bukan Reyna. Lagian Reyna nggak kenal sama tuh orang. Terus, kenapa kalo Reyna pakai baju kayak gini? Yang penting kan, R
Read more

MENCARI ALASAN

“Dasar Arman jahat! Cowok ku**ng aj*r! Bre**sek! Nggak tahu malu!” racauku sambil mengepalkan tangan kanan dan memukul meja. Tok! Tok! Mendadak mencul ketukan lain di mejaku. “Ada yang lagi patah hati, ya?” Sejurus kemudian terdengar suara bariton yang begitu familiar. Tangisanku terhenti, aku menyedot ingusku. Alisku saling bertautan saat memandang seseorang yang telah duduk di hadapanku. Brak! Tanpa basa-basi, aku langsung menendang kaki laki-laki itu kuat-kuat, hingga ia meringis kesakitan. “Ngapain kamu di sini?” bentakku kepada Kevin. Sedangkan, Kevin hanya tersenyum manis dan menyebalkan. Aku sangat membenci senyuman cari muka itu. “Hanya sekedar lewat, lalu bertemu dengan seseorang yang aku kenal sedang menangis sesenggukan.” Aku menatapnya curiga. “Nggak mungkin kalo hanya sekedar lewat. Pasti kamu ngikutin aku, kan?” Lagi-lagi Kevin tersenyum. “Well, ya.” Kemudian mengedikkan bahu dengan santai. “Sebenarnya, Papa kamu yang suruh saya untuk mengikuti ke mana kamu per
Read more

SOPIR BARU

Pagi hari, aku bergabung di ruang makan bersama keluargaku. Melakukan rutinitas sarapan seperti biasanya. Aku mengambil sehelai roti dan mengolesnya dengan sehelai kacang. Senyuman berbentuk bulan sabit tidak pernah lepas dari bibirku.“Kamu kenapa, Rey? Mama perhatiin kamu senyam senyum sendiri.” Mama mengerutkan dahinya, menatapku curiga.Aku kembali tersenyum bahagia. “Nggak apa-apa, Ma.”Bagaimana tidak bahagia, aku sudah berhasil membuat Kevin membatalkan perjodohan kami. Meskipun alasan yang aku gunakan terbilang sangat ekstrim, tapi apa boleh buat jika waktunya sudah the master of kepepet.Maaf saja, seumur-umur aku hanya ingin menikah dengan laki-laki yang aku cintai sepenuh hati, bukan dengan laki-laki asing yang sudah tua seperti Kevin. Meskipun dari segi fisik, Kevin memiliki bentuk badan proporsional dan wajah tampan. Tapi kalau aku tidak mencintainya, bagaimana? Omong kosong dengan istilah ‘Cinta bisa datang kapan saja seiring berjalannya waktu’.“Oh iya, Ma, Pa, kemarin
Read more

BOLOS KULIAH

Skripsi dan perjodohan berhasil membuat kepalaku hampir pecah. Hari ini aku sengaja tidak masuk kampus untuk menghindari Kevin. Sebelumnya, aku dan teman-temanku sudah janjian akan bertemu di salah satu kafe--di tempat kami biasa berkumpul. "Kenapa wajah lo kayak pakaian yang belum disetrika?" tanya Riska, saat aku baru duduk di hadapannya. "Hampir gila gue!" celetukku sambil mengusap wajah frustrasi. "Karena mau dinikahin ya, cyin?" Suara kemayu Ivan, membuat dahiku berkerut. Namun, yang terpekik kaget bukan aku melainkan Riska. "Reyna mau nikah? Sama siapa? Si Arman, ya? Wuih, jadi juga ternyata." "Bukan sama Arman, ibu-ibu." Aku menatap kedua temanku secara bergantian. "Tapi, dengan si mas-mas tua!" "Mas-mas tua?" Seperti ada ikatan batin, Riska dan Ivan bertanya serentak. Tatapan mereka antara bingung dan kaget. Aku tidak langsung menjawab, mataku terpaku pada sosok Ivan, menatapnya curiga. "Lo tahu dari mana kalo gue bakalan nikah?" tanyaku menyelidik, memperhatik
Read more

NENEK PINGSAN

Aku terus meracau tidak jelas selama di perjalanan, sedangkan Kevin hanya menanggapi semua omelanku dengan senyuman, anggukan, dan tawa. Hampir satu jam lebih menempuh perjalanan tanpa terkena macet, akhirnya mobil yang dikendarai Kevin berhenti di depan rumah berpilar putih dengan halaman yang cukup luas. “Kita sudah sampai.” Aku enggan menggubris maupun menoleh. Tanganku terus mencengkeram seatbelt. “Kamu tidak mau tidur di sini semalaman kan, Reyna?” Kevin berujar tenang. Aku segera menoleh ke samping menatapnya dengan wajah murka maksimal. “Kamu menculikku!” Kevin tertawa sekilas. “Saya tidak menculik kamu, Reyna. Saya cuma bawa kamu ke rumah Nenek. Memangnya salah?” “Kenapa nggak bilang dulu kalo mau bawa aku pergi sejauh ini? Kamu udah bohong sama aku, jadi tetap aja ini namanya penculikan! Aku nggak bisa tinggal diam, aku harus bilang rencana buruk kamu sama Mama dan Papa. Pinjam handphone!” Sialnya lagi, ponselku kehabisan baterei. Jadi aku tidak bisa menghubun
Read more

KENCAN PERTAMA

Hari ini kembali berjalan sama seperti biasanya, tanpa berubah sama sekali. Kevin masih bersikukuh menjemputmu dan mengantarku ke kampus. Selama di perjalanan, hanya keheningan yang berpendar di dalam mobil. Suara penyiar radio membuat suasana di antara kami tidak terlalu dingin dan beku. Aku menatap lurus ke depan, memperhatikan hiruk pikuk kota Jakarta. "Saya tidak suka melihat kamu berpakaian seperti itu." Suara Kevin membuat tatapanku berpaling. Kevin memperhatikan dari atas kepala hingga sebatas paha. Aku langsung menyilangkan kaki dan menutup pahaku yang terbuka bebas dengan telapak tangan. Dasar otak mesum! "Dasar modus! Ngakunya aja nggak suka, tapi matanya sampai mau keluar gitu!" Kevin mengerutkan kening. "Saya serius. Menurut saya, sangat penting bagi wanita untuk menutupi aurat mereka, agar terhindar dari kejahatan yang tidak terduga, serta godaan dari pria hidung belang." "Kamu nyindir diri sendiri ya?" Aku menyeringai geli. Merasa jenaka dengan perumpamaan Kevin in
Read more

LAMARAN

Aku menatap nanar bayanganku di cermin. Wajahku dipoles dengan make up, rambutku dibentuk menjadi sanggul. Malam ini, aku memakai kebaya biru muda dan rok batik. Berulang kali aku mengatur napas, berusaha menghalau perasaan gugup.“Kalo gugup itu biasa, tapi jangan terlalu panik. Dulu waktu Mas kamu melamar Mbak Dyas, Mbak juga cemas dan takut seperti kamu.”Mbak Dyas—istri Mas Emil, mulai menyentuh pundakku. Aku menatap pantulan Mbak Dyas dari cermin. Dia terlihat cantik memakai dress batik.“Mbak, aku pernah jujur dengan Kevin, kalau aku udah nggak virgin lagi,” ucapku seraya menundukkan kepala. Tidak berani menatap air muka Mbak Dyas yang mungkin terkejut luar biasa.“Apa?” Seperti dugaanku sebelumnya, Mbak Dyas berteriak kaget. “Reyna, kamu udah gila, ya? Kamu sadar nggak dengan ucapan kamu sendiri? Itu adalah doa!”Kini Mbak Dyas memutar tubuhku hingga kami saling berhadapan.“Hanya itu satu-satunya cara agar Kevin menolak perjodohan ini.““Terus Kevin percaya?”Aku hanya mengang
Read more

AKU MAU MENIKAH SAMA KAMU

Lampu berkerlap-kerlip memenuhi ruangan, dentuman musik terdengar kencang ketika aku memasuki tempat hiburan malam tersebut. Kulihat sosok Arman duduk di kursi depan meja bar sembari menenggak minumannya. Ya, dia memang baru saja mengajakku untuk bertemu di tempat ini. “Apa yang mau kamu bicarakan denganku?” Aku langsung to the point, setelah mendaratkan bokong di sebelahnya. “Aku mau cerai, Rey.” Suara laki-laki itu terdengar parau. Ia kembali menenggak minumannya hingga habis. Aku cukup terkejut mendengar ucapan Arman. Tapi aku tidak merasa kasihan sedikit pun padanya. Lagi pula, itu bukan urusanku. “Jadi … ini hal penting yang mau kamu bilang sama aku? Sorry, Arman, tapi hubungan rumah tangga kamu sama sekali bukan urusanku!” Laki-laki itu tertawa, meracau tidak jelas pada sang bartender untuk menambah minumannya lagi. “Bagaimana pernikahan kamu dengan laki-laki pilihan orang tua kamu itu?” “Sangat baik,” jawabku ketus. Pura-pura terlihat bahagia meski dalam hati sebenarnya
Read more
DMCA.com Protection Status