"Maaf, Bening. Ibuku mau punya menantu seorang bidan atau perawat, katanya supaya ada yang bantu merawat ibu di masa tuanya. Jadi, kita udahan aja ya." Karena sakit hati dicampakkan kekasihnya yang merupakan seorang tentara setelah 5 Tahun berpacaran, Bening akhirnya berniat membalas dendam dengan mendekati Komandan kekasihnya itu. Namun, rencananya itu justru membuatnya terjebak cinta sang Komandan. Bagaimanakah kisah mereka? selengkapnya baca sampai tuntas. ***
View MoreKala itu tubuh Bening dan Kailngga seperti berubah menjadi batu. Keduanya sama-sama terdiam, dengan posisi bibir yang masih saling menempel. Kejadian itu terjadi begitu cepat hingga keduanya sama-sama kaget, tidak tahu harus melakukan apa. Selain itu, jantung Bening maupun Kalingga seolah berlomba-lomba untuk menunjukkan siapa yang paling keras berdebar. Bening yang lebih dulu tersadar, segera menjauh dari posisi mereka sekarang. Ia meletakkan tangan di dadanya, merasakan jantungnya berdegup kencang di dalam sana. Bening meneguk ludah lalu memaksakan seulas senyum. “Anu, Kapten. Aku mau wudhu dulu. Mau sholat.”"Ekhm, iya silahkan."Kalingga berdeham pelan. Pria itu hanya bisa mengangguk kaku sembari melihat Bening yang buru-buru melarikan diri ke kamar mandi. Ia mengusap wajahnya dengan satu tangan, tidak mengerti bagaimana cara untuk menenangkan debaran jantungnya.Sementara itu, di dalam kamar mandi, Bening bersandar di pintu dan menekan dadanya dengan kuat. Matanya terpejam rapat
Bening berusaha menenangkan dirinya. Ia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihannya sendiri. Jika ia terus bersedih, lama-lama ia tidak akan bisa melawan Kalingga. Ia tidak mau direndahkan terus. Namun, yang sebenarnya menjadi kekhawatiran Bening saat ini adalah perkataan Kalingga tadi. Kalau Kalingga serius tidak akan membiayainya kuliah, maka rencana Bening untuk menaikkan kualitas diri sekaligus memanfaatkan Kalingga akan gagal total. Sebenarnya, Bening bohong saat mengatakan kepada Kalingga bahwa uang tabungannya cukup untuk membayar kuliah. Ya, mungkin kalau untuk membayar uang kuliah tunggal saja cukup. Namun, seseorang yang berkuliah itu biayanya bukan itu saja. Ada banyak hal lain yang harus dibayar, jadi jelas uangnya tidak akan cukup. Selama ini, Bening selalu berusaha berhemat. Semua penghasilan endorsement yang ia lakukan selalu ia perhitungkan pengeluarannya. Bening juga harus memberikan uang untuk ibunya karena memang mereka hanya hidup berdua. Bening menarik napas pa
Wajah Kalingga memucat tatkala melihat Bening datang. Sementara itu, Maya kelihatan tidak suka dengan kedatangan Bening karena berpikir gadis itu telah mengganggu obrolan seriusnya dengan Kalingga. Maya langsung menatap Kalingga dengan ekspresi penuh tanya. “Dia siapa, Bang?” tanyanya.“Itu…”“Saya Bening, istrinya Mas Kalingga.” Bening buru-buru menjawab duluan sebelum Kalingga selesai bicara. Maya membelalak. Ia menatap Bening dan Kalingga secara bergantian. Ekspresi kesalnya malah semakin tampak. Tatapan Maya begitu tajam kepada Kalingga, seolah mengisyaratkan pertanyaan mengapa Kalingga membawa Bening kemari. Namun, untungnya Maya bisa menahan amarah, jadi ia pun langsung berpura-pura memasang senyum manis di depan Bening.“Oh, jadi kamu istrinya Bang Kalingga ya?”Bening mengernyit. Sebenarnya ia tidak terlalu berekspektasi kalau Maya akan menahan diri sampai sok baik di depannya. Dilihat sekilas saja, Bening juga peka kalau Maya sebenarnya kesal luar biasa melihat kedatanganny
Sesuai kesepakatan dengan Kalingga, mereka tidak akan mengajukan cuti bulan madu setelah pernikahan ini. Setelah semua rangkaian acara pernikahan selesai, esok harinya mereka langsung ke rumah dinas. Sebenarnya, tidak adanya cuti bulan madu ini menjadi pertanyaan besar di benak Bu Rita. Wanita itu pun juga sempat protes dan bertanya mengapa mereka berdua tidak mengadakan cuti bulan madu. Namun, Kalingga dengan mudah meyakinkan mamanya. Mereka pun akhirnya terbebas dari berbagai pertanyaan yang Bu Rita ajukan. Sesampainya di battalion, ada penyambutan singkat untuk Kalingga dan Bening yang sudah resmi menikah. Bening diterima dengan baik di sana. Setelah itu, Kalingga dan Bening pun langsung menuju ke rumah dinas. Keberangkatan mereka ke rumah dinas diantar oleh Bu Rita dan ibunya Bening. Mereka berdua berdalih mau membantu. Padahal sebenarnya tidak banyak juga barang-barang yang dibawa Bening serta Kalingga ke rumah dinas. Sampai di rumah dinas, Bu Rita mengajak ibunya Bening untuk
Setelah panggilan itu berakhir, Kalingga menghela napas berat. Saat ini dia benar-benar bimbang. Pasalnya, Maya telah kembali ke Indonesia dan wanita itu bahkan telah mendengar kabar pernikahan Kalingga dengan Bening. Maya benar-benar marah besar meski Kalingga telah menjelaskan semuanya. Bahwa ia melakukan ini semua demi membahagiakan hati sang ibu.Namun, Maya sudah terlanjur terluka. Wanita itu sudah tidak ingin mendengar alasan apapun dari mulut Kalingga sehingga Maya memutuskan panggilan secara sepihak. Kalingga meletakkan ponsel ke meja samping kasur lalu kembali duduk di tepinya. Diam-diam, Kalingga melihat Bening memakai baju gamis panjang, masih dengan hijabnya terlelap di sampingnya.Kalingga berpikir bahwa Bening mungkin saja kelelahan karena padatnya acara hari ini. “Syukurlah dia sudah tidur,” gumam Kalingga kepada dirinya sendiri. Kalingga mengacak-acak rambutnya frustasi. Tidak mungkin juga Kalingga menyentuh Bening dalam keadaan yang ruwet seperti ini. Jadi, ada bagusn
Bening menatap Kalingga dengan kerutan di dahinya. Sementara itu, wajah Kalingga sudah memucat luar biasa. Ia tidak menyangka lidahnya akan terselip nama lain. Bening tidak pernah mendengar nama Maya itu selama bersama dengan Kalingga. Ya, mereka juga baru-baru ini kenal jadi mungkin belum tahu tentang orang-orang dan kenalan masing-masing. Di jajaran kursi lain di mana pihak keluarga dan juga kursi tamu khusus, yang paling tampak terkejut adalah Bu Rita. Ia duduk di barisan depan bersama dengan pihak keluarga lain termasuk ibunya Bening. Tentu ia tahu siapa Maya yang dimaksud oleh Kalingga. Masalahnya adalah, Bu Rita tidak menyangka kalau Kalingga akan tiba-tiba menyebut nama itu.‘Apa jangan-jangan selama ini Lingga… suka sama Maya?’ batin Bu Rita. Jantungnya mendadak berdetak kencang, efek dari rasa cemas yang mendadak naik berkat kesalahan yang Kalingga lakukan. ‘Tapi itu enggak mungkin. Maya ‘kan sepupunya sendiri. Mungkin… Mungkin… Lingga hanya sedang teringat dengan Maya,’ pi
Hari sudah pagi. Semalam, Kalingga benar-benar tidak mengangkat panggilan Bening sama sekali. Pria itu juga tidak balas menelepon Bening atau setidaknya mengirim pesan singkat. Saat baru bangun tadi, Bening langsung mengecek ponselnya, barangkali ada pesan atau riwayat panggilan tak terjawab dari Kalingga. Namun, rupanya perkiraan Bening salah. Bening benar-benar cemas. Mereka akan menikah pagi ini, tetapi Kalingga tidak ada komunikasi sama sekali dengannya. Ya, setidaknya mengabari sedikit. “Apa ada masalah sama Kapten ya?” pikir Bening. Ia turun dari ranjang hotel dengan perasaan cemas luar biasa. Pagi ini seharusnya akan menjadi hari bahagia untuk mereka berdua, tetapi Bening malah harus merasa cemas dan khawatir. Bening segera ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia bangun lebih awal karena ada proses rias juga sebelum akad nikah nanti, jadi sebelum periasnya memanggil nanti, Bening setidaknya harus sudah siap dan sudah bersih. Sepanjang mandi, Bening berusaha mengenyahk
Kalingga dan Bening duduk di salah satu kafe yang berada dalam mall tersebut. Kalingga menggeser menu yang disediakan di meja itu kepada Bening.“Silakan, mau pesan apa?” tanya Kalingga.Bening menatap kertas menu yang ada di depan matanya. Ia agak bingung mau memesan apa. Biasanya kalau pergi ke tempat-tempat seperti ini, Bening sudah ada tujuan dari awal ingin memesan apa. Namun, berhubung kali ini yang mengajak Kalingga, jadi Bening belum kepikiran.“Kapten pesan apa?” Bening malah bertanya balik.“Saya kopi saja. Less sugar.”Bening mengangguk. Ia jadi melihat deretan kopi yang ada di menu itu. Bening ikut-ikutan memesan kopi tetapi yang ada campuran es krimnya bernama affogato.”Pramusaji datang mencatat pesanan mereka kemudian pergi untuk menyiapkan pesanan itu.“Kamu nggak mau pesan camilan juga? Mau minum itu saja?” tanya Kalingga lagi.Bening menggumam pelan. “Nanti dulu, Kapten. Oh iya, sebentar aku mau ke toilet, mau buang air kecil.”Kalingga mengiyakan. Ia tetap menunggu
Susan menatap Wildan yang masih tidak terbangun dari komanya dengan kesal. Ia sangat terkejut mendengar kabar kecelakaan Wildan dari ibu pria itu. Susan langsung saja ke rumah sakit hari itu juga untuk memastikan kebenaran tersebut. Dan begitu ia tiba, baru diketahuinya bahwa Wildan sudah koma selama beberapa hari. Susan tidak hanya kesal karena tidak diberitahu langsung pada hari kejadian, namun juga karena Wildan masih belum membuka matanya sampai sekarang."Om, Tante, sebenarnya kapan Mas Wildan sadar? " tanya Susan dengan menggebu-gebu.Ayah Wildan dapat mendengar nada mendesak dari suara Susan. Ia mengembuskan napas panjang dan memberi wanita itu gelengan kecil. "Om dan Tante juga nggak tahu, Nak. Dokter bilang masih memantau kondisi Wildan selama dia koma.""Terus gimana sama kehamilan aku? Makin lama, perutku makin membesar loh, Om, Tante. Mas Wildan harus segera menikahi Susan!" Susan memprotes dengan keras kepala. Ibu Wildan langsung melemparkan tatapan memperingatkan kepada
"Maaf Ning, tapi kayaknya kita nggak bisa lanjutin hubungan ini. Ibuku mau punya menantu seorang bidan atau perawat, supaya katanya ada yang bantu merawat Ibu di masa tuanya."Deg.Bening, seorang gadis desa yang baru saja mendengar ucapan kekasihnya itu mendadak membeku. “A-apa?” Bening menggumam. Ia merasa seperti mimpi. Kekasihnya, seorang pria yang amat ia cintai selama lima tahun terakhir tiba-tiba mengatakan itu kepadanya.Wildan, sang kekasih yang telah berhubungan dengan Bening selama lima tahun terakhir menatap gadis itu dengan tatapan ragu. Karena tidak ada tanggapan sama sekali dari Bening selain gumaman keterkejutan itu, ia sendiri pun bingung harus mengatakan apa lagi. “Maaf, Ning. Tapi, kamu pasti paham, ‘kan?” Bening menatap Wildan. Sorot matanya tampak terluka. “Jadi, maksudnya gimana, Mas?”Wildan menghela napas panjang. “Ya, begitulah.”Bening mengepalkan telapak tangannya. Begitu? Begitu bagaimana? Selama ini, Bening sudah sangat sabar menunggu kejelasan hubungan...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments