Rani, seorang mahasiswi jurusan Sastra yang canggung dan suka ketiduran di kelas, gak pernah menyangka kalau kuliah di kampus bisa membawa perubahan besar dalam hidupnya. Semua dimulai saat Pak Ardi, dosen muda yang keren dan penuh energi, datang mengajar. Gak cuma pandai ngajarin, Pak Ardi juga punya cara unik buat membuat suasana kelas jadi asik. Rani yang awalnya cuma pengen dapetin nilai bagus, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang lebih di balik tatapan dosennya itu. Teman-temannya, seperti Cinta yang selalu kocak dan Dika yang suka isengin, mulai nyenggol-nyenggol Rani soal hubungan yang makin dekat dengan Pak Ardi. Gak disangka, perasaan yang awalnya cuma sekedar rasa kagum berubah jadi sesuatu yang lebih serius. Apalagi, Pak Ardi ternyata juga punya perasaan yang sama, meski mereka harus hati-hati dengan status mereka yang berbeda—dosen dan mahasiswa. Di tengah kehebohan dunia kampus dan hidup yang penuh tawa dan drama, Rani harus memutuskan apakah dia siap menghadapi cinta yang datang dari tempat yang gak terduga. Dengan bantuan teman-temannya yang kocak dan penuh ide gila, Rani dan Pak Ardi mencoba menjalani hubungan mereka tanpa diketahui banyak orang, sambil menghadapi segala tantangan yang datang. "Mas Dosen, I Love You" adalah kisah penuh tawa, romansa, dan cerita cinta yang tumbuh di tengah dunia kuliah yang seru dan penuh kejutan.
Lihat lebih banyakHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Gedung aula kampus penuh sesak oleh mahasiswa, dosen, bahkan beberapa warga sekitar yang penasaran. Panggung udah dihias maksimal, meskipun kalau dilihat lebih dekat, ada beberapa properti yang kayaknya cuma ditempel pakai selotip.Di belakang panggung, tim drama lagi sibuk dengan persiapan terakhir. Rani mondar-mandir sambil ngecek semua hal satu per satu.“Cinta, lo udah inget semua dialog lo?” tanya Rani tegas.Cinta malah sibuk ngaca sambil dandan. “Inget, Ran. Santai. Lo liat aja nanti gue bakal jadi bintang utama.”“Bintang apaan, Cin? Gue yakin lo lebih mirip pengisi acara iklan sabun,” sindir Dika yang lagi pasang topeng gorila untuk adegan komedi.“DIKA! Jangan mulai lagi!” bentak Rani.Pak Ardi masuk dengan ekspresi tenang sambil bawa termos kopinya seperti biasa. “Semua udah siap?” tanyanya.Semua mengangguk kecuali Rani, yang langsung menghambur ke arahnya. “Pak, gue stress. Gue takut properti roboh. Gue takut Dika lupa dialog lagi.
Hari-hari menjelang pentas drama makin mendekat, dan seperti yang sudah diduga, kekacauan masih terus terjadi. Di pagi terakhir sebelum gladi resik, semua anggota tim sibuk ngecek properti, kostum, dan skrip.Rani yang bertugas jadi koordinator udah kayak ibu-ibu di pasar pagi, lari ke sana-sini sambil teriak.“Dika! Mana mikrofon cadangan? Gue nggak lihat ada di tas properti!”Dika, yang lagi nyari di gudang, cuma teriak balik. “Tenang, Ran! Masih gue cari! Tapi kalo nggak nemu, pake kaleng aja!”“DIKA!” Rani hampir melempar clipboard ke arahnya.Cinta muncul dari belakang sambil nyengir lebar. “Santai, Ran. Lo tuh kayak mau perang. Ini cuma drama, bukan misi penyelamatan dunia.”Rani ngelirik tajam. “Cin, kalau gue denger kata ‘santai’ dari mulut lo sekali lagi, gue sumpahin lo lupa dialog di panggung nanti!”Fauzi, yang lagi asyik makan roti di pojok, cuma menambahkan, “Udah, Ran. Jangan terlalu tegang. Nanti lo malah pingsan di panggung duluan.”Rani udah mau marah, tapi ditahan.
Latihan drama makin kacau, dan untuk menyelamatkan semuanya, Cinta tiba-tiba muncul dengan ide out-of-the-box.“Gue dapet tempat latihan baru!” serunya dengan penuh semangat sambil narik semua orang ke ruang tengah.Rani melotot curiga. “Jangan bilang tempat lo itu aneh-aneh lagi, Cin.”Cinta nyengir. “Enggak, kali ini beneran. Tempatnya luas, murah, dan... agak sedikit antik.”Dika langsung angkat tangan. “Antik tuh maksud lo tempat yang biasanya nongol di video eksplorasi malam?”Cinta pura-pura nggak denger dan malah nyodorin alamat. “Pokoknya besok kita pindah latihan ke sana. Trust me!”Fauzi, yang selalu cuek, akhirnya buka suara. “Gue cuma mau nanya satu hal, tempat itu ada Wi-Fi-nya nggak?”Cinta cuma senyum misterius.---Keesokan harinya, semua anggota tim drama—termasuk Pak Ardi—dateng ke lokasi yang dijanjikan Cinta. Dan bener aja, tempat itu adalah gedung tua kosong yang keliatan kayak udah ratusan tahun nggak disentuh manusia.Rina langsung ngerangkul lengan Rani. “RAN!
Latihan drama resmi dimulai, dan sejak itu hidup Rani berubah jadi penuh kekacauan. Di hari pertama aja, Dika udah bikin masalah. Pas latihan dialog, dia malah tiba-tiba nangis lebay.“OH, TIDAAAAAK! KENAPA CINTA KITA HARUS TERPISAH?!” teriak Dika sambil jatuh dramatis di lantai.Rina, yang jadi lawan main Dika, langsung ngelempar skrip ke muka dia. “Dik, ini kan drama komedi! Lo kira ini sinetron Azab?!”Cinta ngakak di pojokan sambil manggil Dika, “Gue nggak nyangka lo bakat jadi aktor FTV, bro.”Rani yang lagi ngamatin dari belakang kepala mulai berdenyut. “Dik, tolong serius sedikit. Kita tuh lagi kejar waktu.”Dika nyengir sambil duduk di lantai. “Santai, Ran. Justru ini cara gue masukin humor ke karakter gue.”“Tapi ini nggak lucu, Dik. Ini konyol,” jawab Rani sambil ngelirik Pak Ardi, yang berdiri di belakang mereka sambil melipat tangan.Pak Ardi angkat alis. “Dika, lo mau jadi bintang atau bahan lelucon? Kalau nggak bisa serius, gue gantiin lo sama orang lain.”Dika langsung
Kampus lagi heboh nyiapin acara besar tahunan yaitu Festival Seni dan Budaya. Semua jurusan wajib ikut, termasuk Sastra. Biasanya, acara ini jadi ajang mahasiswa buat nunjukin bakat seni, mulai dari drama, tari, sampai nyanyi. Tapi di jurusan Sastra, perdebatan soal konsep drama selalu jadi perang dingin antara dua kubu: kubu "Nyeni Abis" dan kubu "Santai Tapi Menarik."Cinta langsung ngusulin ide absurd, “Gimana kalau kita bikin drama tentang alien jatuh cinta sama manusia? Nggak mainstream, kan?”Dika ngakak sambil ngunyah roti. “Cin, itu bukannya kayak film kartun pagi-pagi di TV?”Cinta nyengir. “Nah, justru itu! Lucu kan? Penonton pasti ngakak.”Tapi Rani, yang duduk sambil malas-malasan, langsung protes. “Cin, lo sadar ini Festival Seni dan Budaya, bukan lomba stand-up comedy?”Rina, yang biasanya penuh ide dramatis, langsung masuk diskusi dengan gaya sok serius. “Gue sih setuju kalau kita bikin drama tragis. Kayak kisah cinta beda kasta, tapi akhirnya mati bareng. Penonton past
Gosip soal Bu Endah dan Pak Ardi menyebar lebih cepat daripada koneksi Wi-Fi kampus. Grup-grup WhatsApp dosen mulai ribut. Grup mahasiswa makin heboh. Bahkan satpam kampus, Pak Untung, ikut nimbrung nanya ke anak-anak yang lagi nongkrong di parkiran.Di ruang dosen, suasana juga nggak kalah awkward. Pak Ardi yang lagi serius ngetik langsung disamperin Bu Endah dengan senyuman lebar.“Ardi, tenang aja. Aku nggak marah kok,” katanya sambil duduk di sebelah Pak Ardi.Pak Ardi melongo. “Lho, Bu, maksudnya apa ya?”Bu Endah cuma ngakak. “Ya gosip itu, lah! Santai aja. Aku sih nggak keberatan kalau kita jadi bahan cerita.”Pak Ardi langsung pusing sambil megang kepala. “Aduh, Bu. Itu pasti ulah mahasiswa yang iseng. Saya sampe nggak tau harus ngomong apa lagi.”“Kalau gitu, cuekin aja. Toh gosip cuma bertahan beberapa hari,” ujar Bu Endah sambil menyambar bolpen dari meja Pak Ardi.“Tapi, Bu, mereka bilang kita pacaran!”Bu Endah nyengir. “Kenapa? Kamu malu pacaran sama aku?”Pak Ardi langs
Rani, yang masih terjebak dalam kepanikan akibat gosip, akhirnya memutuskan untuk menghindar dari perhatian orang. Ia memilih tempat paling sepi di kampus yaitu perpustakaan yang berada di lantai tiga. Biasanya, nggak ada orang di sana kecuali Pak Budi, penjaga perpustakaan yang sering ketiduran di mejanya.“Ini tempat yang aman,” gumam Rani sambil duduk di sudut ruangan dengan buku tebal yang dia pakai cuma buat pura-pura belajar.Tapi belum juga lima menit, suara langkah kaki terdengar. Rani langsung ngintip dari balik rak buku, dan siapa yang muncul? Pak Ardi, sambil bawa laptop dan setumpuk kertas.“SERIOUSLY?!” Rani hampir teriak, tapi buru-buru nutup mulut. Dia langsung meringkuk di balik rak, berharap Pak Ardi nggak ngeliat dia.Tapi nasib berkata lain. “Rani?” Suara Pak Ardi terdengar pelan tapi jelas.Rani ngangkat kepala pelan-pelan. “Iya, Pak?”“Ngapain lo di sini? Kabur dari gosip?” tanyanya sambil senyum santai.Rani nggak tau harus jawab apa. “Eh, nggak, Pak. Lagi... bel
Keesokan paginya, gosip duet karaoke Rani dan Pak Ardi udah resmi jadi trending topic di grup kampus. Judulnya? "Dosen Hits dan Mahasiswi Fals: Ada Apa Di Balik Duet Ini?"Rani bangun dengan notifikasi penuh di ponselnya. Grup WhatsApp kelas? Meledak. Grup jurusan? Heboh. Bahkan grup kampus yang isinya ribuan mahasiswa ikut ngebahas duet malang itu.“Cinta, ini kerjaan lo, kan?!” Rani ngetik capslock penuh amarah di chat pribadi Cinta.Cinta cuma bales stiker orang ketawa sambil makan popcorn.Di kampus, suasananya lebih heboh dari biasanya. Begitu Rani masuk ke aula kecil buat kelas pagi, semua mata langsung tertuju ke dia.“Eh, itu dia! Sang bintang duet!” bisik seorang mahasiswa.“Gue nggak nyangka lo seberani itu, Ran,” tambah yang lain sambil tepuk tangan pelan.Rani cuma bisa pura-pura nggak denger. Dia langsung nyari tempat duduk di pojok, berharap bisa menghilang di balik tumpukan buku.Tapi tentu aja, keheningan itu nggak berlangsung lama. Pak Ardi masuk ke kelas dengan senyu
Setelah acara stand-up comedy selesai, MC mengumumkan sesi berikutnya: karaoke bareng dosen dan mahasiswa. Semua langsung sorak-sorai, sementara Rani udah mulai deg-degan lagi.“Eh, lo harus ikut, Ran!” seru Cinta dengan mata berbinar.“Nggak, gue udah cukup malu di panggung tadi!” jawab Rani sambil mundur pelan-pelan.Tapi tentu aja, temen-temennya nggak bakal ngelepas dia semudah itu. “Kalo lo nggak mau nyanyi, lo bakal gue angkat ke panggung!” ancam Dika sambil ketawa.Belum sempet Rani kabur, MC tiba-tiba ngumumin, “Kita punya peserta selanjutnya, kolaborasi spesial: Rani dan... Pak Ardi!”“APA?!” Rani hampir jatuh dari kursinya. Dia noleh ke arah MC yang lagi nyengir lebar, sementara Cinta sama Dika tepuk tangan kayak orang gila.“Yaelah, Ran. Kapan lagi duet bareng dosen idola kampus?” bisik Dika sambil nyengir licik.Pak Ardi, yang baru aja balik ke kursinya setelah ngambil minum, cuma bisa melongo. “Gue kapan daftar duet sama Rani?”MC cuma nyengir dari panggung. “Udah, Pak. J
Kelas dimulai. Pak Ardi masuk dengan gaya khasnya, pakai kemeja rapi dan celana jins yang stylish. Langsung aja, seluruh kelas jadi berisik, berusaha nyari perhatian. Tapi ada satu orang yang cuma duduk sambil megangin pena dan fokus ke papan tulis: Rani. Ya, meskipun di luar dia kelihatan santai, dalam hati dia udah kayak rollercoaster. Tapi, dia berusaha nggak keliatan kayak orang yang kelihatan deg-degan.Pak Ardi mulai ngejelasin materi dengan cara yang nggak bikin ngantuk. “Oke, teman-teman. Hari ini kita bahas tentang puisi modern…”Tiba-tiba, Pak Ardi berhenti dan matanya nyadar ke arah Rani. "Rani, lo pernah baca puisi modern gak?" katanya, nyebut nama Rani di depan kelas.Rani yang langsung tegang kayak dipanggil di depan umum cuma bisa jawab, “A-Ada, Pak…”Pak Ardi nyengir. “Coba lo ceritain sedikit, dong. Apa yang lo suka dari puisi itu?”Rani yang udah kaya ikan lele kegigit umpan cuma bisa geleng-geleng dan ngomong dengan suara pelan, “I-It's hard to explain, Pak.”Bebera...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen