"Dimana ayah anak ini Naina?" Naina seorang wanita yatim piatu, dia dijodohkan dengan Andreas teman masa kacilnya. Selama tiga tahun dia mencintai Andreas namun pria itu masih mencintai kekasih masa lalunya, Amira. Rasa cinta perhatiannya tidak membuat Andreas menatapnya sebagai wanita hingga malam itu, Andreas membawa kekasih masa lalunya pada saat ia dalam keadaan hamil.
View MoreSudah dua hari Andreas menemani Ayna, dia terus menghubungi Naina namun tidak aktif, lalu dia menghubungi bibi Rohya namun tidak di angkat. Dia bingung dan khawatir terjadi sesuatu. "Papa." Sapa ayna. Sejak tadi papanya melihat ke arah ponselnya. "Papa sedang apa? Kenapa papa mengabaikan Ayna?" Andreas tak bisa untuk menyakiti Ayna. "Maafkan Papa Sayang, Papa lagi ada urusan." Ayna memainkan kukunya. Dia kesal karena ayahnya mengabaikannya dan pasti, ia sangat yakin bahwa ayahnya sedang memperhatikan anak luar itu. "Ayna mau Papa." Andreas menghela napas. Ia tidak bisa begini terus. Ia harus ke bandung dan memastikan Naina dan anaknya. "Ay, Papa harus keluar. Kamu sama Mama di sini baik-baik." Ayna menggelengkan kepalanya. "Tidak mau, maunya sama Papa saja." Dada Andreas seperti sesuatu yang ingin keluar. "Ayna, maafkan papa. Kamu tunggu di sini. Papa harus keluar." Ia tidak mungkin berada di sini sedangkan anaknya yang lain sedang berada di luar sana yang juga menung
Andreas kembali menemui Giselle dan Naina tepat saat Naina ingin mengantarkan Giselle ke sekolah. "Nai," Di tatapnya wajah cantik putrinya itu. "Aku ingin mengatar kalian.""Tidak perlu, dari dulu tidak di antar oleh mu sampai saat ini masih waras." Naina membukakan pintu pada Giselle namun Andreas menutup pintu itu."Sudah cukup, kalian selalu saja bertengkar." Giselle merasa kesal lantaran ia selalu melihat ayah dan ibunya tidak berhenti beradu mulut. "Giselle aku ayah mu Sayang. Ayah merindukan Giselle." "Kau kelewat batas Andreas. Kau tidak berhak mengeklaim Giselle putri mu." Seru Naina. Andreas tidak ingin menyembunyikan apa pun lagi. Giselle putrinya, ia juga memiliki tanggung jawab pada Giselle. "Giselle Sayang, maafkan Ayah yang tidak menemui mu. Seandainya ibu mu mengatakannya.""Kau ingin menyalahkan ku? Hah, urus saja anak mu dan Amira." Naina membuka pintu mobilnya. "Ayo Sayang kita masuk, jangan memperdulikan dia."Andreas ikut masuk ke dalam dan duduk di kursi belaka
BrakNaina menutup pintu rumahnya dengan kasar. Ia bersandar, ia merasakan dadanya berdetak ketakutan. Nafasnya seakan di tarik. Sungguh ia takut ancaman Andreas karena ia seorang wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa. "Andreas, aku tidak akan membiarkan mu mengambil Giselle."Dia menuju ke dapur, mengambil air minum dan meneguknya hingga tandas. Di tatapnya seluruh hidangan masih berada di atas meja makan. Ia seakan tak memiliki untuk membereskannya....Bi Rohya duduk di samping Giselle, ia menunggu anak Giselle tidur dan mungkin ingin menanyakan sesuatu padanya. Setelah sekian menit, Giselle tak kunjung tidur atau menanyakan langsung."Giselle Sayang kenapa belum tidur? Apa ada sesuatu yang mau di tanyakan pada Nenek?"Giselle bangkit, dia menatap Bi Rohya. "Jadi Om itu benaran ayah Giselle?"Bi Rohya mengangguk, ia tidak bisa membohonginya lagi. "Iya, Om itu ayah Non Giselle.""Tapi siapa wanita di samping Om itu?" Giselle penasaran. Seharusnya jika laki-laki itu ayahnya, seha
Amira menunduk, ia menunggu jawaban Andreas. "Tapi sebelum itu aku mohon untuk mempertemukan ku dengan Naina." "Baiklah. Kau bicara sendiri untuk meyakinkah Naina." Ia berharap dengan ucapan Amira. Naina mau membina rumah tangga bersamanya. "Besok kita akan bertemu dengannya."Tangan Amira gemetar, ia tidak sabar ingin bertemu dengan Naina. Ia akan memperingati Naina untuk menolak permintaan Andreas."Aku mau mengantar Ayna dulu." Dia menutup pintu ruang kerja Andreas dan beralih mengantar Ayna ke sekolah. Selama di perjalanan, Ayna sibuk dengan ponselnya. "Ayna kau harus berhati-hati.""Berhati-hati kenap Ma?" Tanya Ayna dengan wajah penasaran. Padahal saat ini ia ingin di antarkan oleh Andreas tapi karena Andreas sibuk ia harus mengalah."Apa kau ingat, Mama pernah cerita pada mu. Jika papa mu pernah memiliki istri.""Iya Ma, aku ingat." "Wanita itu datang ingin merebut posisi kita dan wanita itu memiliki anak yang seumuran dengan mu. Kau harus berhati-hati, buat saja anak itu ti
Keesokan harinya.Andreas melihat banyaknya panggilan dari Amira. Dia menghela nafas, ia juga tidak boleh mengabaikan Amira karena dirinya yang membawa Amira ke dalam hidupnya. Namun rasanya sungguh berat untuk menjalankan semuanya. Ia menghubungi balik dan selang beberapa saat, ia mendengarkan sebuah suara dari seberang sana."Mas kamu kemana saja? Aku dan Ayna menunggu mu." Seru Amira. Andreas terdiam, ia ingin mengatakan sesuatu bahwa dirinya telah menemukan Naina. "Maafkan aku, aku memiliki banyak pekerjaan.""Aku akan ke bandung kalau kau belum bisa pulang." Amira tidak tenang dengan sikap suaminya. Ia takut ada suatu masalah. "Apa pekerjaan mu lancar?""Hari ini aku akan kembali ke Jakarta." Amira sangat senang, dia sangat merindukan Andreas. "Baiklah, aku akan membuat kue kesukaan mu." "Iya." Dia menutup ponselnya dan menaruhnya di atas nakas. "Aku harus berpamitan pada Naina." Dia menuju ke sebuah toko bunga dan menulis surat untuk Naina. Di dalam surat itu menjelaskan ia h
Andreas menatap punggung Giselle yang menjauh. Air matanya menggenang, ternyata putrinya tidak menerimanya. Apa lagi karena dirinya Naina sedih. Dia membuka pintu mobilnya. Ia masuk dan menuju ke toko roti. Dia pun keluar dan duduk sambil menatap Naina. Dia sama sekali tidak berniat untuk keluar dari toko tersebut. Naina sejenak menoleh ke arahnya, kemudian dia melanjutkan pekerjaannya.Hingga malam pun, Naina masih melihat Andreas duduk di tempat yang sama. Bahkan dia tidak mengangkat ponselnya ketika berdering."Naina.""Apa lagi Andreas? Kapan kau akan pergi?"Andreas meraih menggenggam tangan Naina. "Maafkan aku, maafkan aku yang menyebabkan kamu bersedih. Nai, mari ikut aku ke Jakarta. Mari kita menikah."Seandainya dulu, ia pasti senang karena saat itu tidak ada rasa sakit yang bahkan membuat hatinya hancur. Dia masih berharap, tapi sekarang ia tidak berharap lagi pada Andreas. "Apa semuanya akan berubah? Apa rasa sakit di hati ku bisa di sembuhkan? Apa kesedihan dalam hidup k
Sebagai seorang ayah, ia ingin menemani Giselle. "Tapi Giselle butuh figur seorang ayah." Saat Naina ingin menyanggah ucapan Andreas, tiba-tiba suara Giselle membuat Naina terdiam dan mengalihkan perhatiannya pada Giselle. "Bunda." Sapa Giselle. Dia mengabaikan Andreas. Dia merasa asing pada Andreas namun ia juga merasa akrap padanya. Naina mengubah ekspresi wajahnya yang tadinya, marah dan terkejut karena takut Giselle mendengarkan. Andreas memilih menghampiri Giselle. "Sayang." Sapa Andreas. Dia menatap wajah putrinya dengan dalam. Inilah anaknya dengan Naina perpaduan wajahnya dengan wajah Naina namun wajahnya terlihat lebih mirip dengannya. Wajah cantiknya bagaikan boneka porselen. Putih, seakan ada bunga yang bersemi di wajahnya. Andreas tersenyum, ingin rasaya ia menggendong Giselle. "Sayang, sudah bangun." Giselle mengangguk, Bibi Rohya membantu Giselle duduk di kursi untuk ikut sarapan pagi. "Gisell, ini sarapannya sayang." Naina menaruh nasi goreng di depan Giselle
Sejenak Naina tersihir dengan pelukan yang sangat ia rindukan. Tubuhnya seakan di tarik oleh sebuah magnet, rasanya begitu hangat. Sadar dengan posisinya yang berpelukan, dengan cepat ia mendorong tubuh Andreas."Kau masih demam, aku keluar dulu. Jika ada yang perlu kau butuhkan, panggil aku atau Bi Rohya." Naina melengkah pergi dan menutup pintu kamarnya. Dia memegang dadanya yang terasa sesak, dia tidak boleh goyah hanya karena Andreas sakit. Dia duduk sofa ruang tamunya dan sejenak terdiam. Beribu pikiran, beribu kesakitan saat ia mengingat semua kenangannya."Nyonya." Sapa Bi Rohya. "Hah! Kau mengagetkan aku saja Bi." Naina terkejut saat Bi Rohya tiba-tiba muncul di sampingnya."Maaf Nyonya, biar saya saja yang menjaga tuan Andreas. Nyonya istirahat saja, kasihan Non Giselle pasti nanti terbangun dan mencari Nyonya." "Baiklah, jika ada sesuatu katakan pada ku." Ia mengiyakan karena ia memang butuh waktu.Bibi Rohya mengangguk. Dia melihat Naina masuk, setelah di rasa aman. Dia
Tangan Andreas gemetar melihat hasil test DNA tersebut yang menyatakan kecocokan dengannya. Dia teringat malam itu, ia ingat saat Naina menyentuh tangannya untuk mengelus perutnya, ternyata saat itu dia mengelus terakhir kali. Pantas saja Naina begitu marah saat ia membawa Giselle. Wanita itu pasti takut di curigai. "Jadi ini yang ingin kamu sembunyikan dan semua ucapan mu semuanya adalah kebohongan." Andreas tertawa, kenapa ia begitu bodohnya mempercayai perkataan Naina. "Sial!" geramnya sambil menekan kepalanya dengan kedua tangannya.Jantungnya seakan berdetak dengan sakit. Ia menyugar rambutnya. Rasanya sekujur tubuhnya terasa panas."Apa tuan akan menemui Nyonya?" Tanya seorang pria. Dia sudah mengetahui bahwa Andreas memiliki seorang anak."Kenapa begini?" Andreas tak sanggup membayangkan betapa bejatnya dirinya sebagai seorang ayah. Dia menelantarkan anaknya dan mengadopsi seorang anak. Sungguh ia membuat sebuah lelucon. Rasanya bertubi-tubi sangat sakit."Aku harus menemuinya.
Hujan deras menyelimuti bumi, awan hitam di atas langit seakan mengatakan bahwa akan ada kesedihan. Seorang wanita dengan piyama putih melihat keluar jendela. Wanita itu begitu khawatir dan cemas. Suaminya belum pulang bahkan tak ada satu pun panggilannya yang di angkat. Malam ini ia ingin memberi kejutan pada suaminya. "Kemana Andreas?" Naina begitu khawatir. Bibi Rohya pun datang membawa sebuah teh hangat. "Nyonya ini teh hangatnya. Nyonya tidak perlu khawatir, tuan Andreas pasti baik-baik saja," ucapnya.Kedua alis Naina masih berkerut, hatinya tidak tenang. Tidak pernah Andreas tidak mengangkat panggilannya. Selama ini Andreas selalu mengabarinya entah dimana pun keberadaannya.Beberapa menit kemudian, kecemasan Naina hilang, dia tersenyum melihat mobil yang masuk ke pekarangan rumahnya. Dia bergegas turun. "Bibi bawakan aku payung," ucap Naina.Bibi Rohya berlari kecil, dia mengambil payung dan memberikannya pada Naina. Naina membuka payung tersebut dan menuruni anak tangga te...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments