Daster Buat Istriku

Daster Buat Istriku

last updateLast Updated : 2023-05-18
By:  Helminawati Pandia  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
10 ratings. 10 reviews
95Chapters
41.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Bara membeli sebuah daster secara kredit untuk Ninda, istrinya. Sebagai seorang kuli bangunan, dia hanya mampu menghadiahi Ninda daster murah itu. Niat ingin memberi kejutan, tetapi justru dia yang terkejut. Bara mendapati Ninda sedang berselingkuh dengan pria lain di dalam kamar miliknya. Bara gelap mata. Sepasang pezinah itu dia hajar secara membabi buta. Ninda dan selingkuhannya selamat dari maut, tetapi Bara terpaksa mendekam di dalam penjara. Ninda meminta talak. Dia rela melepas hak asuh atas Bima, bayi mereka, asalkan Bara menceraikannya. Begitu bebas dari penjara, Bara berjuang demi Bima. Pekerjaan sebagai pemulung dia jalani. Pendidikan untuk Bima adalah yang utama. Bima dia sekolahkan di sebuah sekolah paling elit di kota ini meskipun ekonominya sangat sulit. Karena miskin, Bima sering menjadi bahan ejekan teman-teman. Namun, Bu Guru Asya selalu membelanya. Seringnya terjadi masalah di sekolah membuat Asya dekat dengan Bara. Berbagai ujian hidup dihadapi oleh Bara. Perjuangan Bara tak sia-sia. Berkat kejujurannya, seorang pengusaha terkenal mengangkatnya sebagai orang kepercayaan di mana Reno bekerja. Reno adalah selingkuhan istrinya dulu. Masalah barupun muncul. Viona, putri sang Direktur jatuh cinta kepadanya. Reno berusaha menyingkirkannya, dan Ninda ingin kembali kepadanya. Bagaimana perjuangan Bara demi anak dalam mengangkat harkat kehidupanya? Bagaimana kegigihannya dalam menghadapi hasutan Reno dan menolak permintaan Ninda untuk kembali kepadanya? Bagaimana cara dia menolak cinta Viona? Bagaimana kisah cintanya dengan Asya? Ikuti ceritanya, ya, terima kasih.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1. Daster Kreditan Buat Istriku

*****“Hallo!” sapaku begitu panggilan telepon tersambung.“Bentar, ih, suamiku nelpon, nih!”Deg!Ninda bicara dengan siapa? Kenapa nadanya seperti menahan geli seperti itu. Siapa yang ada di rumah sekarang. Bukankah dia cuma berdua bayi kami? Masa dia berbicara seperti itu kepada anak umur empat bulan.“Halo, Bang! Ada apa?”Suara lembut dan manjanya berubah ketus. Hatiku tidak sakit mendengarnya. Sudah biasa. Dia tak pernah lembut kalau berbicara padaku. Aku sangat maklum, sadar kalau aku bukan suami yang bisa membuat dia bahagia. Itu sebab aku ingin melakukan sesuatu hari ini. Semoga dia suka.“Sayang, ukuran baju kamu apa, L, M, XL, atau dabel L?” tanyaku tetap lembut, seperti biasa.“Ha, buat apa? Mau beliin aku baju? Mau nge-prank? Enggak lucu! Aku tahu, Abang enggak akan sanggup beliin aku baju! Udah, ah, ganggu aja, aku sibuk, nih! Anakmu rewel, udah, ya!”Telpon langsung ditutup. Wajar, Ninda pasti tak percaya aku menanyakan ukuran bajunya. Dia pasti merasa terganggu karen

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
ROGANDA
lanjutannya koq lama ya Thor makin penasaran
2024-02-23 07:54:09
0
user avatar
Mas Jon
.mana episode nya uda nungguin ini kok lama kali plissss nanggung kli cerita nya sampai tamat la kak
2023-10-10 07:46:52
0
user avatar
Pejalan Senja
good novel
2023-05-05 01:12:21
1
user avatar
Farida Rosiana
penuh hikmah ceritanya
2023-05-04 06:50:17
1
user avatar
Agus Irawan
hai kak numpang promosi ya. mampir juga ke Novelku. judul "Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan
2023-04-25 02:08:26
1
user avatar
Rora Aurora
Ceritanya penuh dengan hikmah kehidupan. Pantang menyerah. Suka dengan gaya bercerita othor satu ini. Lanjutkan babnya dengan semangat ya!
2023-04-19 23:29:48
3
user avatar
Astika Buana
Penulis kesayangan. Pokoknya TOP!
2023-04-19 20:11:19
1
user avatar
Mayda Kyoto
bagus cerita nya..sayang masih on going..jadi harus sabar2 nunggu kelanjutan nya
2023-04-17 10:16:49
1
user avatar
Azitung
Kalau cerita kakhel, gk perlu diragukan lagi. Top
2023-04-15 12:17:13
1
user avatar
Helminawati Pandia
Apa kabar reader tercinta. Semoga sehat selalu, makin sukses ya. Bertemu lagi dengan cerita saya, teman teman. Semoga suka. Terima kasih banyak selalu atas dukungannya. Mohon sumbangan rate bintang lima dan dukungannya, ya. Terima kasih banyak. Salam hangat selalu.......
2023-04-14 09:53:31
3
95 Chapters

Bab 1. Daster Kreditan Buat Istriku

*****“Hallo!” sapaku begitu panggilan telepon tersambung.“Bentar, ih, suamiku nelpon, nih!”Deg!Ninda bicara dengan siapa? Kenapa nadanya seperti menahan geli seperti itu. Siapa yang ada di rumah sekarang. Bukankah dia cuma berdua bayi kami? Masa dia berbicara seperti itu kepada anak umur empat bulan.“Halo, Bang! Ada apa?”Suara lembut dan manjanya berubah ketus. Hatiku tidak sakit mendengarnya. Sudah biasa. Dia tak pernah lembut kalau berbicara padaku. Aku sangat maklum, sadar kalau aku bukan suami yang bisa membuat dia bahagia. Itu sebab aku ingin melakukan sesuatu hari ini. Semoga dia suka.“Sayang, ukuran baju kamu apa, L, M, XL, atau dabel L?” tanyaku tetap lembut, seperti biasa.“Ha, buat apa? Mau beliin aku baju? Mau nge-prank? Enggak lucu! Aku tahu, Abang enggak akan sanggup beliin aku baju! Udah, ah, ganggu aja, aku sibuk, nih! Anakmu rewel, udah, ya!”Telpon langsung ditutup. Wajar, Ninda pasti tak percaya aku menanyakan ukuran bajunya. Dia pasti merasa terganggu karen
Read more

Bab 2. Istriku Minta Talak Saat ku Mendekam Di Penjara

***** “Ebbba ba ba babaaa …. Eeeebababa ba ba ba ….” Samar kudengar suara celoteh bayi di antara tawa cekikikan manja istriku. Hatiku yang sempat panas, berangsur dingin. Lega luar biasa. Pikiran buruk dan curiga yang tadi melintas segera sirna. Bayangan Ninda tengah bergelut dengan pria lain, lenyap bagai disapu angin. Hati sejuk seketika. Ternyata istriku tengah bercanda dengan bayi kami. Eh, tapi tunggu! Motor di teras itu, punya siapa? Apakah punya tetangga? Tak mungkin tetangga menaruh motornya di teras rumahku. Lalu, siapa? “Udah, dong, ih, bayiku ngeliatin, tuh, malu, tau?” Deg! Darahku kembali berdesir. Suara manja disertai cekikian Ninda kembali terdengar. “Sekali lagi, Sayang. Mumpung suami kamu masih kerja! Boleh, ya! Masih kangen, nih!” Suara seorang pria menyahutinya. Kurasakan bumi kupijak seolah ambruk, langit-langit rumah jatuh menghantam tubuhku. Aku lemas kehilangan tenaga, tungkai kaki tak mampu menahan bobot tubuh. Pandanganku berkunang-kunang, lalu
Read more

Bab 3. Kutukar Talak Dengan Anakku

*****“Enyah dari hadapanku! Sebelum aku khilap! Pergi kau!” lirihku pelan, hampir tak terdengar. Kubuang pandangan agar tak bersetatap dengan perempuan jal*ng itu.“Kau pikir aku suka menunjukkan wajahku padamu? Kau pikir aku sudi melihat wajah sangar, hitm, dekilmu itu! Jujur, aku sudah sangat muak! Kau telah menipuku selama ini! Aku ke sini hanya untuk mendapat talakmu! Aku ingin cepat melepas statusku sebagai istrimu!” Ninda mencercaku.“Menipumu? Menipu apa maksudmu?” Suaraku meninggi, tatapanku nyalang menatapnya.“Ya, kau menipuku! Kau bilang dulu akan membahagiakan aku setelah kita menikah. Kau bilang aku tak akan pernah tak tersenyum. Tapi apa buktinya? Kau malah menyeretku ke dalam penderitaan. Kau menyematkan status baru padaku, orang misk*n! Kau tempatkan aku di rumah kontrakan kumuh itu! Kau tak pernah memberiku uang lebih untuk kugunakan membeli keperluanku. Kau … kau … penipu!”“Sejak awal kau tahu kalau aku ini hanya seorang kuli bangunan. Kau juga tahu berapa gaji
Read more

Bab 4. Saat Aku di Penjara Anakku Jadi Babu

*****“Stop, di sini, Bang!” ucapku menghentikan abang ojek yang kutumpangi di depan sebuah rumah. Rumah Bang Galih, abang sulungku. Terpaksa rumah itu yang kutuju setelah bebas dari penjara, bukan rumah ibu. Ibu sudah meningggal lima tahun yang lalu, dua tahun setelah aku menjalani hukuman di dalam penjara.Sejak kematian Ibu, Bima terpaksa ikut dengan Bang Galih. Itu sebab aku datang ke sini. Anakku adalah tujuan utamaku. Entah bagaimana rupa dan perwakannya sekarang. Dulu, Ibu sering membawanya saat menjengukku di dalam penjara. Namun, sejak ibu tiada aku tak pernah dijenguk oleh siapapun lagi. Bang Galih mungkin sangat sibuk. Sedang kedua kakak perempuanku, sepertinya malu punya adik seorang narapidan*. Suami mereka yang melarang. Begitu yang pernah kudengar. Tak apa, aku tidak sakit hati. Mereka harus lebih mengutamakan keutuhan rumah tangganya daripada memikirkan aku, adik bungsu yang tak berguna.“Yang bersih ngepelnya! Liat, nih! Lantainya masih kotor! Pakai matamu! Punya m
Read more

Bab 5. Keluarga Juga Menghancurkanku

*****“Apa, kamu ke sini cuma untuk menjemput Bima?” Bang Galih dan istrinya serempak berseru.Aku mengangguk. “Terima kasih sudah merawat Bima selama ini. Aku tak akan melupakan budi dan jasa kalian,” ucapku menatap Bima. Bocah tujuh tahun itu tetap menunduk.“Kau mau tinggal di mana? Kau mau memberi makan apa? Sudahlah! Tinggal di sini saja dulu!” Bang Galih meragukan keputusanku.“Biar sajalah, Bang! Bara itu laki-laki. Masih muda lagi. Dia pasti bisa cari kerja.” Kak Rosa menyela.“Iya, tapi dia baru saja bebas. Biarlah tinggal di sini dulu beberapa hari sampai dia kembali bisa beradaptasi dengan masyarakat. Menenangkan pikiran dulu, kalau sudah ada kerjaan yang tetap, baru cari kontrakan.” Bang Galih berkeras.Kulihat wajah Kak Rosa berubah masam. Bibir tipisnya bergerak-gerak, mungkin ingin membantah ucapan suaminya tapi takut terjadi perdebatan. Jelas sekali, dia tak senang bila aku tinggal menumpang di sini.“Jangan kuatir, Bang. Kebetulan aku sudah punya kerjaan, kok. Ada
Read more

Bab 6. Terlunta-lunta di Jalanan

***** “Rosa, tutup mulutmu!” Bang Galih spontan mencengkram dan menghentak lengan istrinya. “Kenapa, Bang! Bara harus tahu hal yang sebenarnya! Jangan nanti dia pikir masih ada bagiannya!” Kak Rosa berkeras. “Tapi bukan sekarang saat yang tepat untuk memberitahu dia! Dia baru saja keluar dari penjara! Kau memang perempuan bermulut le –“ “Sudah, Bang! Cukup!” sergahku menghentikan pertengkaran mereka. “Bara, tolong jangan salah paham! Bisa abang jelaskan, jadi begini ….” “Tak ada yang perlu dijelaskan. Aku sudah sangat paham. Di saat aku terpuruk, kalian malah mengambil kesempatan. Tapi, sudahlah. Aku ihklas kalian menjual tanah warisan itu meski tanpa sepengetahuanku! Aku juga ihklas Abang mengambil bagianku. Setidaknya aku tak merasa berhutang budi lagi pada kalian karena telah merawat anakku selama lima tahun ini. Terima kasih, permisi!” Kuayunkan kaki dengan langkah panjang. Bima sudah menunggu di teras. “Bara … Bara, tunggu! Abang akan mengantar kalian pakai mobil Abang
Read more

Bab 7. WTS Penolong

**** “Bima, kau bisa bicara?” sergahku dengan suara bergetar. Dia menyipitkan kelopak mata, bingung dengan pertanyaanku. “Maaf, kau diam saja sejak bertemu papa, papa kira kau b*su, Nak,” lanjutku mengusap kepalanya. “Aku benci sama Papa. Kenapa lama sekali datangnya? Lukaku udah kering. Papa enggak enggak datang datang juga, kan?” cecarnya langsung menepis tanganku. “Luka?” tanyaku dengan dahi mengernyit. “Hem. Aku mau ngadu sama Papa. Waktu itu perutku berdarah. Kulitnya terkelupas. Sampai lukanya kering, Papa gak pulang-pulang!” “Perut kamu luka karena apa?” Bima terdiam, hanya pandangannya yang menerawang. “Boleh papa lihat, Sayang?” tanyaku mencoba meraih tubuh kurusnya tepat di bagian perut. “Jangan! Udah sembuh!” Lagi-lagi dengan gerkan cepat Bima menepis tanganku. “Aku benci sama Papa! Papa gak ada saat aku butuh Papa. Tapi, aku harus ikut Papa sekarang. Mak Tua bilang, jika Papa pulang, aku tak boleh lagi membuat dia susah. Aku harus pergi bersama Papa. Seben
Read more

Bab 8. Tawaran  Menjadi Pemulung

“Masuk!” perempuan berbaju seronok itu melebarkan pintu. Tanpa menunggu kami masuk dia langsung menuju salah satu bilik. Sebuah ruangan yang sengaja disekat dengan karton bekas kardus.Kuedarkan pandangan ke dalam rumah. Rumah? Apakah pantas ini disebut rumah? Gubuk, itu lebih tepatnya. Bangunan berukuran kira-kira lima kali sepuluh meter itu berdinding papan yang sudah keropos, berlantai tanah, dan beratap seng yang sudah lapuk. Bahkan bias cahaya bintang mampu menerobos ke dalam rumah, pertanda atap itu sudah bocor di mana mana.Di dalam sana ada tiga bilik yang semuanya hanya berdinding karton bekas kardus. Tak tega rasanya menempatkan Bima tinggal di tempat sekumuh ini. Tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Daripada terlunta-lunta di jalanan, berlindung di gubuk ini masih jauh lebih baik.Begini rasanya menjadi orang yang terbuang. Seperti gelandangan yang tak punya sanak keluarga. Percuma punya sanak saudara. Mereka mlu punya saudara seperti aku yang mantan narapidana. Arrrrgh
Read more

Bab 9. Bertemu Mantan Istri Durjana

Tidak, aku harus mencari pekerjaan lain yang lebih terhormat. Aku memutuskan.“Ikut enggak? Kami mau berangkat ini. Kalau ikut, ayo! Kamu boleh pinjam pakaian saya. Kata Asri baju-baju kalian dicuri orang, ya?” Pria yang bernama Harjo menawarkan jasa.“Tidak dulu, Bang. Aku akan coba cari kerjaan lain dulu,” jawabku tetap sopan.“Baiklah. Semoga dapat, ya! Kami berangkat duluan.”Aku mengangguk. Segera aku bangkit menuju kamar mandi. Aku harus membersihkan diri dan terlihat rapi untuk mencari pekerjaan nanti.“Pa, Bima mau sekolah hari ini. Udah seminggu enggak diijinin sekolah oleh Mak Tua. Katanya karena Bima sakit, padahal enggak,” tutur Bima menyusulku ke kamar mandi.“Iya, nanti Papa antar ke sekolah kamu, ayo sekalian mandi!”Buru-buru kami menyiapkan diri. Beruntung tas sekolah Bima tidak ikut dilarikan pencuri tadi malam. Seragam sekolah dan buku Bima ada di dalam. Setelah pamit kepada Bu Hindun, kami langsung pergi. Asri sepertinya juga sudaah pergi, entah ke mana. Mungkin
Read more

Bab 10.  Hinaan Mantan Istri Durjana

“Kamu?” Ninda menatapku tak percaya. Kedua bola mata bagus itu membola.Cantik, perempuan ini terlihat makin cantik saja. Penampilannya bak wanita sosialita. Tak kalah dengan para istri konglomerat. Busana mewah, perhiasan mahal, parfum berkelas dan cara bicara yang arogant. Dia istriku, dulu. Sekarang sudah tak ada rasa. Yang ada hanya sakit hati yang masih meradang di dalam dada. Bukan karena masih cinta, tetapi karena pengkhianatannya membuatku terjerat di dalam penjara dan tercampak pada kehidupan yang begini sakitnya.“Abang udah keluar dari penjara?” tanyanya sambil menepis-nepis ujung gaun mewahnya bekas kutabrak tadi. Sepertinya dia begitu jijik karena sempat bersentuhan dengan pakaianku yang lusuh, kumal, dan kwalitas rendah.“Selamat ya! Em, anak Abang apa kabar? Eh, tapi ngapain Abang di sini? Ini sekolah mahal, lho. Sekolah untuk anak-anak orang terkaya dan terpandang di kota ini. Khusus untuk anak-anak kelas atas. Gak mungkin, kan, abang menyekolahkan anak abang di sini
Read more
DMCA.com Protection Status