Anindya Prameswari, 25 tahun seorang penulis novel. Dia meninggalkan keluarga aslinya yaitu keluarga Danendra karena perjodohan bisnis. Dia memilih menikah dengan Lingga Aditama, seorang sutradara yang terkenal di kota Pandora. Namun, selama 3 tahun mereka menikah, Lingga tidak pernah memperlakukan Anindya seperti seorang istri. Lingga berselingkuh di belakang Anindya, sampai dia bertemu dengan Ivander Alessandro yang menyelamatkannya dari Lingga yang hampir melecehkannya. "Maaf, aku berjanji akan bertanggung jawab nanti!" Ivander mengucapkan itu dengan sungguh-sungguh sambil menatap wajah Anindya dengan rasa bersalah.
View More"Selamat siang, Pak Ardiaz!" Ivander mengulurkan sebuah tangan pada Ardiaz. Saat jam makan siang, dia memgajak Ardiaz bertemu di restoran Savory Tales milik keluarga Aditama. "Selamat siang juga, Pak Ivander!" Ardiaz menerima uluran tangan Ivander dengan ramah. Dia begitu terkejut saat Ivander tiba-tiba mengajaknya makan siang bersama. Dia tanpa pikir panjang segera menerimanya dan mengajak Kanaya untuk ikut. "Bagaimana kabarnya, Pak Ardiaz dan Bu Kanaya?" Ivander kembali duduk di sebuah kursi yang dia tempati tadi setelah mempersilahkan Ardiaz dan Kanaya untuk duduk. "Saya dan istri saya baik. Pak Ivander, sendiri bagaimana?" Ardiaz mulai duduk di samping Kanaya yang sejak tadi diam. Dia melirik Kanaya yang terlihat tampak canggung bertemu Ivander. Bukan hanya Kanaya saja, Ardiaz pun sama. Namun, Ardiaz tidak begitu menunjukan secara nyata. Dia mencoba santai di hadapan Ivander yang sudah lama tidak dia temui. Ivander mengangguk sambil meneguk cappucino miiknya yang dia pesan
"Kak, kamu tau berita tentang perusahaan Darendra Investment dengan project film milik Faisal Borneo?" Ivander mengangkat wajahnya saat mendengar suara Daren Alessandro, adik kandungnya membuka pintu ruangannya. Dia secara reflek menyembunyikan foto-foto Anindya yang dia dapat dari anak buahnya. Ivander mengangguk singkat. Dia menatap Daren yang mengambil duduk di depannya. "Memangnya ada apa?" Daren menunjukan foto yang terpampang pada layar ponselnya pada Ivander. Itu foto Anindya yang sedang melakukan beberapa adegan saat syutung kemarin. Dia mendapatkan itu dari asisten Faisal Borneo, yaitu Bagas. "Bukankah dia istri Lingga Aditama?" tanya Daren menyerahkan ponselnya pada Ivander.Ivander terdiam menatap foto Anindya tersebut. Ingatannya berputar pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Di mana dia dan Anindya untuk kedua kalinya bertemu di pesta launching film di bawah perusahaan Alodias Group milik Ivander. Untuk pertama kalinya, Ivander tertarik dengan seorang wanita yaitu A
"Ini semua karena kalian berdua!" Faisal memghampiri Melani dan Lingga dengan riak kemarahan yang tergambar jelas pada wajahnya. Dia menyalahkan semua kekacauan yang terjadi pada project film Dalam Jejak Cinta pada Lingga dan Melani. Kedua pasangan suami istri itu yang menjadi penyebab Anindya menarik investasi dan berakhir produksi film tertunda. Lingga yang terkejut segera bangkit dari duduknya. "Pak Faisal? Ada apa ini?" Keadaan lokasi syuting kacau balau sejak berita penarikan investasi keluar. Melani yang sedang melakukan beberapa kali adegan terpaksa dihentikan. Mereka semua yang ada di lokasi syuting begitu panik."Kalian berdua yang menyebabkan kekacauan ini!" Faisal menunjuk Melani dan Lingga dengan marah. "Perusahaan Darendra Investment menarik investasi itu karena kelakuan kalian yang sudah merundung Anindya."Perkataan Faisal semakin mengejutkan mereka. Apa hubungannya dengan Anindya? Melani menyela ucapan Faisal. "Maksud, Pak Faisal apa, ya? Kenapa jadi nyalahin saya
"Anindya, jangan tinggalin Mama sama Papa lagi, ya!" Kanaya mengusap air matanya dengan kasar. Perasaan sedih, sakit hati dan juga senang menjadi satu. Sedih, karena melihat kehidupan Anindya yang begitu berantakan. Sakit hati sebagai seorang Ibu, dia tentu tidak terima mengenai apa yang terjadi pada Anindya. Sudah sejak lama dia ingin mendatangi keluarga Aditama dan menjemput Anindya dari sana. Namun, Ardiaz selalu menahannya dan memasihatinya agar Anindya tidak ssmakin membenci mereka. Senang? Dia begitu bahagia bisa bertemu dengan Anindya lagi. Anindya datang ke keluarga Danendra untuk meminta bantuan. Itu yang dia dan Ardiaz nantikan sejak lama."Ma—" Anindya mengatup kembali bibirnya saat deeing ponsel miliknya yang baru dia hidupkan setelah daya baterai terisi penuh. Tangannya terulur mengambil ponselnya di atas meja. Panggilan masuk dari Faisal Borneo, dengan cepat Anindya mengangkatnya. Ardiaz dan Kanaya saling pandang. Keduanya memilih diam sambil mendengarkan saat Anindy
"Anindya, apakah kamu yakin ingin membatalkan kontrak kerja sama dalam pembuatan film ini?" Ardiaz menatap putrinya yang duduk di depannya dengan penuh keraguan. Dia hanya tidak ingin, Anindya menyesali keputusannya yang mendadak ini. Ini adalah impian Anindya sejak dahulu, di mana salah satu novelnya di angkat menjadi film. Hanya karena seorang Lingga dan juga Melani yang menindas Anindya di lokasi syuting. Membuat Anindya melepaskan impiannya itu."Aku sudah memikirkan ini, Pa! Mereka sangat keterlaluan, aku rasa cukup untuk kesabaranku selama ini!"Anindya sudah mempertimbangkan ini sejak keluar dari hotel. Kelakuan Lingga sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Lingga nyaris memperkosanya kemaren. Padahal selama pernikahan mereka, Lingga tampak tak sudi menyentuh Anindya. Lebih baik dia tidur dengan gigolo, daripada tidur dengan Lingga yang sudah mencampakannya selama ini. Lingga pikir, Anindya seorang boneka yang hanya bisa dipermainkan saja? Rasa cintanya yang semula masih tersisa un
"Anindya, Papa nggak nyangka kamu bakal dateng ke kantor Papa hari ini!" Ardiaz bangkit dari kursi kebesarannya. Dia menyambut kedatangan Anindya dengan pelukan hangat. Dia begitu merindukan putri satu-satunya yang memilih pergi dari rumah demi lelaki brengsek seperti Lingga. "Apa kabar, sayang?" Ardiaz melepaskan pelukannya. Dia menatap wajah Anindya dengan tatapan haru. Dia terkejut saat Liana, sekertarisnya mengatakan jika Anindya ada di depan ruangannya. Setelah Liana keluar dari ruangannya, tidak lama Anindya memasuki ruangannya. "Aku baik, Pa! Papa sama Mama gimana kabarnya selama ini?" Anindya membalas tatapan Ardiaz dengan kedua mata berkaca-kaca. Melihat tatapan rindu yang ditunjukan oleh Ardiaz padanya saat ini. Membuat rasa bersalah menyerang Anindya detik ini juga. Bohong, kalau Anindya mengatakan tidak menyesal meninggalkan keluarganya demi menikah dengan Lingga. Seharusnya saat itu, Anindya menerima perjodohan yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Mungk
"Sialan! Tolong tahan sebentar saja!"Ivander tampak kualahan menghadapi Anindya yang berada di bawah obat perangsang. Tangan Anindya sejak di mobil tidak bisa diam. Terus bergerak menyentuh beberapa titik sensitif tubuhnya. Seperti saat ini, Anindya terus mengusap rahangnya dengan gerakan sensual. Ivander melangkah lebar saat pintu lift terbuka. Saat ini dia membawa Anindya ke hotel Impremium yang terletak tak jauh dari lokasi syuting. Ivander bukan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Hanya saja keadaan Anindya sudah tidak memungkinkan. "Kamu sangat tampan!" Anindya menatap Ivander dengan sayu. Tangannya merambat naik mengusap pipi Ivander dengan lembut. Ivander segera membuka pintu hotel dengan kesusahan, karena Anindya masih ada dalam gendongannya. Beruntung ada petugas kebersihan yang lewat di depan Ivander.Ivander memanggil pria itu. "Tolong bantu saya bukakan pintu ini!" Pria itu mengangguk dan mulai membantu Ivander. Ivander mengucapkan terima kasih. Lalu, dia sege
"Kenapa kamu ada di sini, Nindy?"Lingga yang melihat Anindya berada di lokasi syuting tampak terkejut. Dia melangkah mendekati Anindya, diikuti oleh Melani di belakangnya. Anindya mengangkat wajahnya menatap Lingga dan Melani dengan datar. "Aku di sini untuk syuting.""Nindy, lebih baik kamu pergi dari sini! Jangan membuat kekacauan!" Lingga menatap sekitar. Faisal dan para kru lainnya menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. "Punya hak apa kamu ngusir aku, Lingga? Mau aku di sini juga bukan urusan kamu!"Anindya meletakan script naskah dengan asal. Dia bangkit dari posisi duduknya. "Kamu masih nggak terima kalo aku ngusir kamu? Makanya kamu nekat buat ikutin aku ke lokasi syuting hari ini?" Lingga menggeleng berkali-kali sambil menatap Anindya dengan miris. "Segitunya kamu nggak bisa lepasin aku, Nindy!""Nindy, kamu nggak ada bakat akting. Mending kamu pergi aja sekarang! Jangan mempermalukan diri sendiri!" Melani yang sejak tadi diam membuka suara. Dia menatap Anindya deng
"Aargghhh!"Anindya berteriak saat rambut panjangnya dijambak oleh Lingga dari belakang. "Nindy, nggak apa-apa kamu berasal dari keluarga miskin. Tapi seenggaknya, kamu harus tau diri!" Lingga, emosi. "Kamu itu nggak sebanding sama Melani. Dia aktris papan atas, kaya dan bermartabat. Kamu dan dia bagaikan langit dan bumi."Kata-kata Lingga barusan adalah tamparan bagi Anindya. Hidup tanpa latar belakang keluarga Darendra cukup membuat Anindya kesulitan. Apalagi, saat menyandang status menantu keluarga Aditama. Setiap hari, Anindya harus bangun lebih awal sebelum semua anggota keluarga Aditama bangun. Anindya diperlakukan layaknya pembantu oleh keluarga Aditama. Ditambah lagi selama menikah, Lingga tidak pernah memberinya nafkah lahir batin. "Sekarang, tanda tangan surat cerainya dan nggak usah banyak drama lagi!" seru Lingga dengan nada mengancam. Anindya memegangi tangan Lingga yang menjambak rambutnya. Selain menahan sakit hati, dia juga menahan sakit fisik yang Lingga berikan.
"Nindy, kamu mandul?" Suara tegas Arjuna Aditama menghentikan kegiatan makan malam semua orang. Dia adalah ayah mertua Anindya. Suasana di ruang makan langsung berubah canggung. Bibir Anindya gemetar. "Aku ... aku nggak—"Anindya gugup. Dia baru selesai memasak dan mengatur semua menu di meja makan. Dia bahkan masih memakai celemek dan belum sempat duduk. Anindya Prameswari, 25 tahun. Saat usia 22 tahun, dia kabur dari rumahnya karena perjodohan. Sebelum menikah dengan Lingga Aditama, dia adalah seorang nona muda satu-satunya keluarga Darendra. Keluarga Darendra adalah salah satu dari empat keluarga kaya di Kota Pandora. Tiga keluarga lainnya yaitu keluarga Alessandro, Malik dan Triharjo. Namun setelah menjadi menantu keluarga Aditama, Anindya justru diperlakukan seperti babu. Ibu mertua Anindya menyela, "Mau alesan apa lagi kamu? Keluarga Aditama butuh penerus secepatnya." Sebagai ibu mertua, Marisa Ayudewi tidak pernah mengakui Anindya sebagai menantu keluarga Aditama. Alasann...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments