Share

Pesona Istri Presdir Posesif
Pesona Istri Presdir Posesif
Penulis: Diva

001 || Kamu Mandul?

Penulis: Diva
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 14:35:32

"Nindy, kamu mandul?"

Suara tegas Arjuna Aditama menghentikan kegiatan makan malam semua orang. Dia adalah ayah mertua Anindya. Suasana di ruang makan langsung berubah canggung.

Bibir Anindya gemetar. "Aku ... aku nggak—"

Anindya gugup. Dia baru selesai memasak dan mengatur semua menu di meja makan. Dia bahkan masih memakai celemek dan belum sempat duduk.

Anindya Prameswari, 25 tahun. Saat usia 22 tahun, dia kabur dari rumahnya karena perjodohan. Sebelum menikah dengan Lingga Aditama, dia adalah seorang nona muda satu-satunya keluarga Darendra.

Keluarga Darendra adalah salah satu dari empat keluarga kaya di Kota Pandora. Tiga keluarga lainnya yaitu keluarga Alessandro, Malik dan Triharjo. Namun setelah menjadi menantu keluarga Aditama, Anindya justru diperlakukan seperti babu.

Ibu mertua Anindya menyela, "Mau alesan apa lagi kamu? Keluarga Aditama butuh penerus secepatnya."

Sebagai ibu mertua, Marisa Ayudewi tidak pernah mengakui Anindya sebagai menantu keluarga Aditama. Alasannya, tentu saja karena asal-usul Anindya yang tidak jelas.

Yang keluarga Aditama ketahui, Anindya hanyalah seorang perempuan yatim piatu yang ditinggal di panti asuhan pinggir kota. Jadi, Anindya tidak pantas menjadi istri Lingga.

Anindya mencengkeram celemek seraya mengumpulkan keberanian. Dia melirik Lingga. "Ma, Pa ... aku udah berusaha. Tapi—"

Lingga melirik Anindya tajam. "Jangan cari pembelaan dari aku, Nindy! Apa yang dibilang Papa bener. Kamu memang mandul."

Anindya dan Lingga sudah menikah selama 3 tahun. Mereka bertemu di universitas Erlangga. Dulunya, Lingga adalah senior Anindya. Meskipun berbeda program study, Lingga mengejar Anindya karena kecantikannya.

Salah siapa Anindya berpura-pura miskin dan menyembunyikan identitasnya di depan Lingga dan keluarga Aditama?

Anindya mendekati Lingga. "Sayang, kok kamu ngomong gitu? Kan kamu sendiri yang nggak—"

Lingga tetap menikmati makan malamnya seolah tidak terjadi apa-apa. Anindya sudah terbiasa dengan sikap dinginnya sejak malam pertama mereka menikah.

Mendengar jawaban Lingga, kedua mertuanya semakin naik pitam. Jelas sekali kebencian yang mereka tunjukan pada Anindya lewat tatapannya.

"Lingga, kamu ini sutradara terkenal di Kota Pandora," kata Marisa. "Pasti banyak wanita yang mau jadi Istri kamu. Jangan bodoh, Lingga! Cepat cari Istri lagi yang bisa kasih kamu anak!"

Saking terkejutnya, Anindya menutup mulut dengan kedua tangan. "Hah?! Cari Istri lagi?! Segampang itukah Mama mengabaikan perasaan aku?!"

Bukannya membela, Lingga justru berkata, "Seharusnya, dulu aku dengerin nasehat Mama sama Papa. Kalo udah begini, aku jadi menyesal seumur hidup."

Anindya terdiam. Dia tak percaya Lingga dengan mudahnya mengatakan itu padanya.

Lingga mendorong piringnya yang masih sisa separuh makanan. Dia berdiri sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana.

"Aku udah selesai makan," kata Lingga, acuh tak acuh.

Ketika Lingga hendak pergi, Anindya menariknya. "Sayang, kamu nggak akan cari Istri lagi, kan? Selama ini, aku setia sama kamu. Aku kerjain semua pekerjaan rumah. Aku memasak, mencuci pakaian, dan menyiram tanaman. Aku juga pergi berbelanja untuk orang serumah."

Hati Lingga tidak tersentuh sedikit pun. Dia justru mendorong Anindya hingga tersungkur di lantai.

Anindya jatuh terduduk. "Aduh!"

Anindya menahan tubuhnya dengan kedua tangan. Dia mendongakkan kepala, menatap wajah suaminya sambil menahan sakit.

Lingga bukan hanya bersikap dingin pada Anindya. Selama 3 tahun menikah, dia jarang pulang dan tidak pernah memberikan nafkah lahir batin. Selain itu, Lingga tidak pernah perhatian sedikit pun pada Anindya.

Namun, Anindya tidak pernah berhenti mencintai Lingga. Dia berharap, suatu saat nanti Lingga akan mencintainya tulus dan memiliki anak darinya.

"Sayang, aku cinta sama kamu! Kamu nggak perlu cari istri lagi, aku bisa ngasih kamu anak asal kam—"

Ucapan Anindya terhenti saat Lingga melempar sebuah amplop putih panjang tepat pada wajahnya.

"Aku nggak mungkin masih pertahanin istri nggak guna kaya kamu, Nindy!"

Lingga menatap Anindya yang terduduk di lantai dengan begitu rendah.

"Apa ini, Sayang?"

Anindya mengambil amplop putih panjang yang berada di lantai. Dia mulai membukanya, tapi selembar kertas tersebut lebih dahulu dirampas oleh Marisa.

Lingga maju selangkah mendekati Anindya. "Itu hasil pemeriksaan medis kemaren, Nindy! Kamu dinyatakan mandul oleh Dokter Internasional Permata!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
duh kok geregetan Ama lingga ya ... baru bab awal dah emosi aja aku.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Presdir Posesif   002 || Perselingkuhan Lingga

    Bab 2. "Nggak! Ini nggak bener!"Anindya tercengang. Kemarin, dia dan Lingga memang pergi ke rumah sakit Internasional Permata. Namun, pernyataan Dokter kandungan sangat bertentangan dengan surat medis yang diberikan oleh Lingga. Jadi, sudah dapat dipastikan jika surat medis tersebut hanyalah alat untuk memfitnah Anindya. Brak!Arjuna menggebrak meja makan. Dia berdiri. Dia merasa tertipu karena selama ini ternyata menantunya cuma cantik saja, tapi tidak bisa menghasilkan keturunan. "Ternyata kamu bukan perempuan sempurna, Nindy," kata Arjuna, merendahkan. "Punya wajah cantik saja percuma, kalo nggak bisa ngasih keturunan untuk suaminya!" Anindya sakit hati mendengarnya. Dia segera bangkit dari posisinya yang berada di lantai. Anindya menatap kedua mertuanya dengan nanar. 'Pa, Ma ... asal kalian tau aja surat medis itu palsu! Aku nggak mandul selama ini, tapi Lingga yang nggak pernah sentuh aku dari malam pertama kita nikah.' Anindya hanya mampu mengatakan itu dalam hati saja. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pesona Istri Presdir Posesif   003 || Bercerai

    Bab 3. Kejujuran Lingga"Nggak! Aku nggak mau kita cerai, Lingga!"Anindya menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dia menatap Lingga penuh permohonan berharap Lingga akan membatalkan keinginannya untuk bercerai.Lingga melangkah mendekati Anindya. "Udah ada Meylani yang bisa ngasih aku anak! Sedangkan kamu cuma perempuan mandul, Nindy!" Anindya sakit hati, marah dan kecewa. Dia sudah tidak memiliki harga diri lagi di depan mereka. Perjuangannya selama 3 tahun berakhir sia-sia. Mencintai Lingga adalah kesalahan yang dia sesali seumur hidup. Melani diam-diam tersenyum senang. Dia menang. Dia akan menjadi Nyonya Aditama selanjutnya menggantikan Anindya. "Cepat tanda tangan, Nindy! Jangan mengulur-ulur waktu kami!" Lingga memaksa Anindya untuk menyentuh pena yang dia siapkan ssjak tadi. Anindya mendongakkan kepala. Menatap Lingga yang menggebu-gebu. "Sayang, apa kamu sama sekali nggak pernah cinta sama aku?" tanya Anindya, memaksakan sedikit senyum.Sebenarnya Anindya hanya ingin mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pesona Istri Presdir Posesif   004 || Bertemu Produser

    "Aargghhh!"Anindya berteriak saat rambut panjangnya dijambak oleh Lingga dari belakang. "Nindy, nggak apa-apa kamu berasal dari keluarga miskin. Tapi seenggaknya, kamu harus tau diri!" Lingga, emosi. "Kamu itu nggak sebanding sama Melani. Dia aktris papan atas, kaya dan bermartabat. Kamu dan dia bagaikan langit dan bumi."Kata-kata Lingga barusan adalah tamparan bagi Anindya. Hidup tanpa latar belakang keluarga Darendra cukup membuat Anindya kesulitan. Apalagi, saat menyandang status menantu keluarga Aditama. Setiap hari, Anindya harus bangun lebih awal sebelum semua anggota keluarga Aditama bangun. Anindya diperlakukan layaknya pembantu oleh keluarga Aditama. Ditambah lagi selama menikah, Lingga tidak pernah memberinya nafkah lahir batin. "Sekarang, tanda tangan surat cerainya dan nggak usah banyak drama lagi!" seru Lingga dengan nada mengancam. Anindya memegangi tangan Lingga yang menjambak rambutnya. Selain menahan sakit hati, dia juga menahan sakit fisik yang Lingga berikan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pesona Istri Presdir Posesif   005 || Lokasi Syuting

    "Kenapa kamu ada di sini, Nindy?"Lingga yang melihat Anindya berada di lokasi syuting tampak terkejut. Dia melangkah mendekati Anindya, diikuti oleh Melani di belakangnya. Anindya mengangkat wajahnya menatap Lingga dan Melani dengan datar. "Aku di sini untuk syuting.""Nindy, lebih baik kamu pergi dari sini! Jangan membuat kekacauan!" Lingga menatap sekitar. Faisal dan para kru lainnya menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. "Punya hak apa kamu ngusir aku, Lingga? Mau aku di sini juga bukan urusan kamu!"Anindya meletakan script naskah dengan asal. Dia bangkit dari posisi duduknya. "Kamu masih nggak terima kalo aku ngusir kamu? Makanya kamu nekat buat ikutin aku ke lokasi syuting hari ini?" Lingga menggeleng berkali-kali sambil menatap Anindya dengan miris. "Segitunya kamu nggak bisa lepasin aku, Nindy!""Nindy, kamu nggak ada bakat akting. Mending kamu pergi aja sekarang! Jangan mempermalukan diri sendiri!" Melani yang sejak tadi diam membuka suara. Dia menatap Anindya deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pesona Istri Presdir Posesif   006 || Ivander Alessandro

    "Sialan! Tolong tahan sebentar saja!"Ivander tampak kualahan menghadapi Anindya yang berada di bawah obat perangsang. Tangan Anindya sejak di mobil tidak bisa diam. Terus bergerak menyentuh beberapa titik sensitif tubuhnya. Seperti saat ini, Anindya terus mengusap rahangnya dengan gerakan sensual. Ivander melangkah lebar saat pintu lift terbuka. Saat ini dia membawa Anindya ke hotel Impremium yang terletak tak jauh dari lokasi syuting. Ivander bukan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Hanya saja keadaan Anindya sudah tidak memungkinkan. "Kamu sangat tampan!" Anindya menatap Ivander dengan sayu. Tangannya merambat naik mengusap pipi Ivander dengan lembut. Ivander segera membuka pintu hotel dengan kesusahan, karena Anindya masih ada dalam gendongannya. Beruntung ada petugas kebersihan yang lewat di depan Ivander.Ivander memanggil pria itu. "Tolong bantu saya bukakan pintu ini!" Pria itu mengangguk dan mulai membantu Ivander. Ivander mengucapkan terima kasih. Lalu, dia sege

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pesona Istri Presdir Posesif   007 || Keluarga Danendra

    "Anindya, Papa nggak nyangka kamu bakal dateng ke kantor Papa hari ini!" Ardiaz bangkit dari kursi kebesarannya. Dia menyambut kedatangan Anindya dengan pelukan hangat. Dia begitu merindukan putri satu-satunya yang memilih pergi dari rumah demi lelaki brengsek seperti Lingga. "Apa kabar, sayang?" Ardiaz melepaskan pelukannya. Dia menatap wajah Anindya dengan tatapan haru. Dia terkejut saat Liana, sekertarisnya mengatakan jika Anindya ada di depan ruangannya. Setelah Liana keluar dari ruangannya, tidak lama Anindya memasuki ruangannya. "Aku baik, Pa! Papa sama Mama gimana kabarnya selama ini?" Anindya membalas tatapan Ardiaz dengan kedua mata berkaca-kaca. Melihat tatapan rindu yang ditunjukan oleh Ardiaz padanya saat ini. Membuat rasa bersalah menyerang Anindya detik ini juga. Bohong, kalau Anindya mengatakan tidak menyesal meninggalkan keluarganya demi menikah dengan Lingga. Seharusnya saat itu, Anindya menerima perjodohan yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Mungk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pesona Istri Presdir Posesif   008 || Alasan Anindya

    "Anindya, apakah kamu yakin ingin membatalkan kontrak kerja sama dalam pembuatan film ini?" Ardiaz menatap putrinya yang duduk di depannya dengan penuh keraguan. Dia hanya tidak ingin, Anindya menyesali keputusannya yang mendadak ini. Ini adalah impian Anindya sejak dahulu, di mana salah satu novelnya di angkat menjadi film. Hanya karena seorang Lingga dan juga Melani yang menindas Anindya di lokasi syuting. Membuat Anindya melepaskan impiannya itu."Aku sudah memikirkan ini, Pa! Mereka sangat keterlaluan, aku rasa cukup untuk kesabaranku selama ini!"Anindya sudah mempertimbangkan ini sejak keluar dari hotel. Kelakuan Lingga sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Lingga nyaris memperkosanya kemaren. Padahal selama pernikahan mereka, Lingga tampak tak sudi menyentuh Anindya. Lebih baik dia tidur dengan gigolo, daripada tidur dengan Lingga yang sudah mencampakannya selama ini. Lingga pikir, Anindya seorang boneka yang hanya bisa dipermainkan saja? Rasa cintanya yang semula masih tersisa un

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Pesona Istri Presdir Posesif   009 || Penarikan Investasi

    "Anindya, jangan tinggalin Mama sama Papa lagi, ya!" Kanaya mengusap air matanya dengan kasar. Perasaan sedih, sakit hati dan juga senang menjadi satu. Sedih, karena melihat kehidupan Anindya yang begitu berantakan. Sakit hati sebagai seorang Ibu, dia tentu tidak terima mengenai apa yang terjadi pada Anindya. Sudah sejak lama dia ingin mendatangi keluarga Aditama dan menjemput Anindya dari sana. Namun, Ardiaz selalu menahannya dan memasihatinya agar Anindya tidak ssmakin membenci mereka. Senang? Dia begitu bahagia bisa bertemu dengan Anindya lagi. Anindya datang ke keluarga Danendra untuk meminta bantuan. Itu yang dia dan Ardiaz nantikan sejak lama."Ma—" Anindya mengatup kembali bibirnya saat deeing ponsel miliknya yang baru dia hidupkan setelah daya baterai terisi penuh. Tangannya terulur mengambil ponselnya di atas meja. Panggilan masuk dari Faisal Borneo, dengan cepat Anindya mengangkatnya. Ardiaz dan Kanaya saling pandang. Keduanya memilih diam sambil mendengarkan saat Anindy

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Pesona Istri Presdir Posesif   122 || Siaran Televisi

    "Pandora — Dunia hiburan kota Pandora kembali dihebohkan dengan kabar menghilangnya Lingga Aditama, mantan sutradara ternama yang terseret dalam skandal perselingkuhan dengan aktris papan atas, Melani Adisti." ‎ Ivander mengambil duduk di samping sang istri yang tengah fokus menatap layar televisi. ‎"Setelah skandal mereka terungkap ke publik sebulan lalu, keduanya secara resmi dipecat dari agensi masing-masing akibat pelanggaran kontrak dan pencemaran nama baik institusi. Pemecatan tersebut langsung menjadi sorotan publik dan media hiburan." Ivander yang semula terkejut. Kini terlihat sangat santai, dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Matanya menatap istrinya dari samping, mengabaikan siaran berita pagi ini di televisi. ‎ "‎Namun kini, perhatian publik kembali tertuju pada kasus ini. Lingga Aditama dilaporkan menghilang sejak tujuh hari yang lalu. Keluarga menyatakan bahwa sejak pekan lalu, Lingga tidak dapat dihubungi sama sekali." Anindya menoleh pada Iva

  • Pesona Istri Presdir Posesif   121 || Kopi Buatan Anindya

    "Sayang, urusan semalam bener-bener mendadak. Jadi, mereka terpaksa hubungin aku buat bahas masalah perusahaan." Ivander mengambil duduk di samping sang istri, dia menarik pelan dagu Anindya agar menatapnya. "Udah, ya jangan marah lagi. Aku bener-bener minta maaf." Ivander membujuk Anindya dengan nada lembut, berharap istrinya akan luluh dengan bujukannya. Tidak semudah itu, Anindya masih saja kesal dengan Ivander yang meninggalkan dirinya semalaman. Entahlah, dirinya masih tidak mengerti kenapa harus sekesal ini. Padahal, tidak ada yang dirugikan sama sekali. Hanya karena dirinya menahan rasa penasaran sambil menunggu kembalinya Ivander dan berakhir ketiduran. Itu yang membuat Anindya misah-misuh sejak bangun tidur. Beruntung suaminya itu saat dirinya terbangun pagi tadi sudah berada di sisinya tengah memeluk tubuhnya dengan hangat. Jika, tidak ada Ivander di sisinya. Mungkin Anindya semakin marah besar pada Ivander. "Sayang, kita baru menikah tiga hari. Masa udah r

  • Pesona Istri Presdir Posesif   120 || Rasa Kesal Anindya

    "Kamu semalam pulang jam berapa, Ivan?" Di dalam dapur villa yang luas dan minimalis, suasana hangat dan nyaman memenuhi ruangan. Dinding kaca besar menghadap langsung ke laut, memberikan pemandangan yang sempurna untuk memulai hari. Lantai kayu berwarna terang terasa hangat saat Ivander melangkah, sementara Anindya tengah mempersiapkan sarapan di meja marmer yang mengkilap. Dapur yang dipenuhi dengan peralatan modern dan rak terbuka berisi berbagai macam rempah dan bahan makanan segar, memberikan kesan mewah namun tetap terasa santai. Di atas meja, terdapat satu cangkir kopi hitam pekat yang mengepul, aroma kopi yang khas menyebar memenuhi udara. Di sebelahnya, roti panggang yang masih hangat diletakkan di atas piring, dengan selai buah segar dan mentega yang meleleh perlahan. "Sekitar jam sepuluh. Maaf, ya kamu sampai ketiduran nungguin aku." Ivander mendekat pada sang istri. Dia mengusap surai panjang Anindya yang kini duduk di meja makan bersiap memulai sarapan paginya. Di

  • Pesona Istri Presdir Posesif   119 || Penjelasan Lingga

    "Apakah benar ini kediaman Pak Rizhar?" Salah seorang petugas polisi mendekati salah satu warga yang berkerumun mengelilingi rumah Rizhar. Rumah yang menjadi tujuannya pagi ini untuk mencari keberadaan Lingga, setelah mendapat laporan dari Marisa kemarin atas kehilangan putranya selama hampir satu Minggu. Petugas polisi melacak ponsel Lingga sore itu juga, dan ternyata ponsel Lingga berada di daerah Solora. Tepatnya berada di salah satu kediaman rumah warga di daerah Solora, pagi ini juga polisi segera menuju kediaman Rizhar lokasi ponsel Lingga berada. "Benar, Pak. Tapi, sudah hampir satu Minggu ini saya nggak liat keberadaan Rizhar. Rumahnya juga terkunci, bahkan beberapa hari ini terlihat sepi. Biasanya ada orang nongkrong di depan rumahnya." Salah satu warga bernama Nina itu menjawab apa yang dia ketahui dalam beberapa hari ini. Pasalnya, Nina merupakan tetangga dekat Rizhar. Rumah Nina berada tepat di samping rumah Rizhar. Rumah Rizhar itu tidak pernah sepi setiap

  • Pesona Istri Presdir Posesif   118 || Dendam Lingga

    "Dasar bajingan!" Dengan penuh Geraman, Lingga mengumpati Ivander Meskipun takut pada Ivander, Lingga dan Rizhar tetap menyimpan marah pada Ivander. Belum selesai rasa kesal mereka terhadap kemunculan Ivander, suara mesin lain yang lebih bising mendekat dari arah yang sama. Jaguar XJ, dengan desain yang tajam dan elegan, melesat melewati mereka seperti bayangan hitam. Dalam mobil tersebut, Lingga bisa melihat sekilas Zico di kursi pengemudi dan Bima di sebelahnya, wajah mereka tertutup oleh bayangan lampu kabin. Lingga merasakan darahnya mendidih. Kedua mobil itu melaju dengan angkuh, meninggalkan jejak debu yang naik ke udara malam. Mereka tidak hanya melewati Lingga dan Rizhar—mobil-mobil itu seperti simbol ejekan atas ketidakberdayaan mereka. Tapi Lingga tahu bahwa mereka tidak punya pilihan. Membalas dendam sekarang berarti membuka diri terhadap bahaya yang lebih besar. "Liat aja nanti. Hidup kalian akan hancur sebelum kalian menghancurkanku!" Lingga meantap penuh dendam pa

  • Pesona Istri Presdir Posesif   117 || Tengah Hutan

    "Kapok aku nggak mau berurusan sama Ivander lagi!" Suara Rizhar terdengar penuh penyesalan. Seandainya hari itu dia menolak ajakan Lingga untuk menculik Anindya, bahkan dia secara tidak langsung menjadi penyebab Anindya mengalami keguguran. "Kenapa kamu nggak bilang kalo mantan istri kamu itu udah punya suami kaya iblis itu!" lanjut Rizhar menyalahkan Lingga yang sejak tadi diam berjalan tertatih di sampingnya. Dengan langkah berat keduanya terus menyusuri lahan luas yang terbentang di depan mereka. Pepohonan kering di sekitar danau menciptakan bayangan menakutkan di bawah cahaya bulan yang redup. Angin malam yang dingin menusuk kulit mereka, membawa aroma hutan yang lembap dan asing. "Aku nggak tau kalo Anindya saat itu lagi hamil." Lingga menjawab dengan napas yang memburu. "Aku pikir nggak akan terjadi apapun kalo aku merkosa Anindya saat itu. Karena, mau gimanapun Anindya itu mantan istri aku."

  • Pesona Istri Presdir Posesif   116 || Sabotase Zico

    "Tutup mulut, dengan begitu hidup kalian berdua aman." Ivander menatap mereka berdua yang telah bebas dari rantai besi yang selama ini membelenggu. "Saya bisa menghancurkan hidup kalian kapan saja jika hal ini bocor. Paham?" Lingga dan Rizhar berdiri di depan Ivander, tubuh mereka lemah dan gemetar. Keduanya tampak kehilangan kekuatan setelah seminggu menerima siksaan fisik tanpa henti. Kaki mereka terasa seperti jelly, nyaris tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri setelah terbelenggu dan tak bergerak terlalu lama. Rizhar mengangguk ketakutan. Wajah pria bertato itu terlihat pucat, mencerminkan rasa takut yang mendalam terhadap Ivander. Pria itu, dengan tatapan dingin tanpa emosi, telah menunjukkan bahwa ia tak memiliki rasa iba sedikit pun. Semua siksaan, dari pukulan hingga tendangan, dilakukan tanpa ekspresi—seolah teriakan mereka adalah sesuatu yang tak pernah sampai ke telinganya. "Saya berjanji tidak akan bicara tentang ini. Tolong lepaskan saya," suara Rizhar bergetar, me

  • Pesona Istri Presdir Posesif   115 || Bukti Kejahatan Lingga

    "Dengar, ya, Lingga. Saya akan lepasin kamu malam ini juga, tapi jangan pernah katakan apa yang telah terjadi padamu selama hampir satu minggu ini." Ivander melipatkan kedua tangan di depan dada. Di samping pria itu, Bima berdiri dengan jaket kulit berwarna hitam menggunakan topi hitam, kaca mata hitam, dan juga masker berwarna hitam. Bima selalu menggunakan pakaian serba hitam selama hampir seminggu menyiksa Lingga dan juga Rizhar, dia rela menginap di gudang eksekusi milik Ivander.Saat menyiksa Lingga, Bima tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Mulutnya diam, tapi tangan dan kakinya tidak. Rasanya begitu puas setiap kali mendengar teriakan penuh kesakitan dari Lingga, tubuh kekar pria itu dipenuhi oleh luka-luka dan juga memar bekas pukulan besi yang dilayangkan oleh dirinya. "Nggak bisa kaya gini! Apa yang kamu dan anak buahmu lakukan itu udsh keterlaluan. Kamu nyulik dan nyiksa saya sama Rizhar, saya nggak mungkin diem aja." Lingga dengan suara lemah melayan

  • Pesona Istri Presdir Posesif   114 || Pria Sampah

    "Bajingan kaya kamu nggak layak untuk hidup." Ivander dengan tak berperasaan menendang Lingga yang tengah memejamkan kedua matanya di sisi Rizhar. Lingga dan juga Rizhar lagi dan lagi mendapatkan pukulan dari anak buah Ivander, serangan yang diberikan oleh anak buah Ivander membuat Lingga pingsan. Sedangkan Rizhar masih menahan kesadarannya sambil menahan sakit. Lingga yang terkejut dengan tendangan keras Ivander, reflek membuka matanya. Dinding yang catnya sudah pudar dilapisi oleh jamur menjadi hal pertama kali yang Lingga lihat selama beberapa hari terakhir berada di tempat ini. Ivander mendorong dada bidang Ivander, kaki Ivander yang terbalut sneakers itu menekan dada Lingga sampai pria itu terdorong ke belakang. Punggungnya menempel pada tiang besi yang terpasang rantai yang melingkar di kedua tangan Lingga. Napas Lingga terasa sesak, dia mencoba meraup udara segar untuk mengurangi rasa sesak pada rongga dadanya yang penuh. Tangan Lingga mencengkeram kaki Ivander yang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status