Kehidupan Raya Maulida tidaklah mulus. Ketika tengah hamil besar, wanita itu harus dihadapkan dengan badai besar pada pernikahannya. Sang suami—Raihan Mahardika kedapatan berselingkuh dengan wanita paruh baya. Di tengah rasa sakit, ia pun harus dirundung nestapa atas kematian bayi yang dilahirkannya sendirian. Mertua pun turut menyalahkan Raya atas kematian bayinya. Setelah kepergian anaknya, kehidupan Raya semakin menderita. Ia terus dipaksa sang mertua untuk memeras ASInya setiap hari, tanpa tahu bahwa ASI itu diberikan untuk seorang bayi presdir tampan dengan mengatasnamakan adik iparnya.
View More"Ada apa ini?" Anita yang tak sengaja mendengar suara Selin, turut serta masuk ke kamar Fatih Sadar akan kedatangan Anita, Selin pun langsung merubah raut wajahnya menjadi sendu."Tante." Selin yang sudah memasang wajah sendu, langsung memeluk Anita. Menyembunyikan tangisan palsunya."Kenapa, Selin?" Anita menjadi keheranan. "Bukankah tadi kamu marah-marah? Kenapa jadi menangis?" tanyanya seraya mengusap lembut punggung Selin."Aku marah karena wanita itu menghinaku, Tante." Selin sambil terisak. Terlihat menangis, tapi tak ada setetes pun air mata yang keluar.Mendengar tuduhan Selin, Raya pun mendongak terkejut. Raya juga langsung menggelengkan kepalanya. "Saya tidak menghina siapa pun," bantahnya segera."Bohong, Tante. Dia berkata, kalau aku tidak pantas dekat dengan Fatih. Dia mengusirku. Aku menjadi marah dan sedih." Selin kembali berpura-pura menangis dalam pelukan Anita."Masa sih?" Anita menautkan kedua alisnya. Terlihat tak percaya."Tante gak percaya sama aku?" Wajah manja
"Hah!" Mendengar itu seketika Raya mendongak terkejut. "Maksudnya?" Sadar dengan ucapan barusan, Aditya terlihat menjadi gugup. "Eh maksudnya, saya. Mmm... Maksud saya, saya akan melakukan apa pun untuk siapa saja yang menyayangi Fatih. Termasuk kamu. Kamu sayang 'kan pada Fatih?" ralatnya segera.Nampak kedua sudut bibir Raya tertarik ke samping. Ia mengukir senyum. "Tentu saja, Pak. Saya sangat menyayangi Fatih bagaikan anak kandung sendiri. Maaf jika perasaan saya pada Fatih terlalu berlebihan," balasnya pada Aditya."Tidak usah minta maaf, Raya. Saya malah merasa senang atas kasih sayang yang kamu berikan pada Fatih." Aditya menjadi salah tingkah. Ia meluruskan pandangan ke depan, tak tentu tujuan.Hingga akhirnya Raya telah sampai di kediaman mewahnya Aditya Fadillah."Titip Fatih ya. Saya harus meeting seharian ini," ucap Aditya ketika Raya hendak keluar dari mobilnya."Iya, Pak. Tentu saja." Raya menganggukan kepala kemudian keluar dari mobil Aditya.Raya merasa senang sebab i
Hingga akhirnya, kendaraan Aditya berhasil menyalip kendaraan Raihan. Secara mendadak Raihan menginjak pedal rem hingga kening Raya sampai terkena dashboard mobil."Aww!" pekik Raya. Keningnya sampai memerah. "Sakit, Mas!" Raihan terlihat mengerutkan bibirnya, rahangnya nampak mengeras, terlihat tengah menahan emosi. Kendaraannya berhasil dihentikan oleh Aditya. Tok tok tok! Kaca mobil diketuk Aditya dari luar. "Buka!" pinta Aditya dengan tegas.Namun Raihan masih terdiam, ia terlihat enggan untuk menurunkan kaca mobilnya.Tok tok tok!Merasa perintahnya tidak diindahkan, Aditya kembali mengetuk pintu kaca mobil Raihan. "Buka! Atau saya pecahkan kaca mobilnya," ancamnya dengan keras, dari luar.Merasa tengah berada di posisi yang tidak aman, Raya segera membuka kunci, lalu dengan cepat keluar dari mobil Raihan."Raya, tunggu!" Raihan langsung menarik tangan Raya namun terlepas kembali.Raya sudah berhasil keluar dari mobil Raihan, lalu berlindung di belakang Aditya. "Pak, saya tak
"Tidak usah, Pak. Saya makan sendiri saja." Raya menolak dengan sopan. Dia masih menyusui Fatih. "Tidak apa-apa, Raya. Kalau menunggu sampai Fatih selesai, nanti keburu dingin." Aditya tetap memaksa dengan perhatian. Dia mulai menyendok spaghetti lalu disodorkan ke dekat bibir Raya."Buka mulut kamu, Raya. Makanlah," titah Aditya. Dia tak tahu betapa tersipu malunya Raya saat ini oleh sikap dan perlakuannya.Sebenarnya Raya enggan membuka mulutnya. Dia merasa tak enak. Tapi jika tetap menolak, khawatir Aditya marah karena dianggap tak menghargai.Mulut Raya pun terbuka. Ia memakan suapan spaghetti dari Aditya.Di ruangan kamar bayi itu, ketika Fatih masih menyedot ASI Raya dalam waktu yang cukup lama, Aditya pun masih menyuapi Raya sampai spaghetti di atas piring itu habis.Setelah selesai, Aditya segera beranjak. "Selamat istirahat ya, Raya. Jangan tidur terlalu malam," ucapnya kemudian pergi.Raya tak membalas ucapan Aditya. Ia hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Raya menunduka
Sementara dengan Raya, malam ini wanita berbulu mata lentik itu telah sampai di kediaman Aditya. Sebelum ke kamar Fatih, terlebih dahulu Raya mencuci tangan dan wajahnya yang dirasa belum higienis setelah dari luar.Ketika Raya hendak masuk ke kamar Fatih, samar-samar terdengar suara berbicara dari dalam ruangan. Langkah Raya seketika tertahan di ambang pintu."Kerja bagus malam ini. Besok saya akan berikan kamu bonus." Suara bariton terdengar berbisik.Sepertinya itu suara Aditya. Raya bisa mendengar suara Aditya tengah berbicara. Dengan siapa?Raya menengok benda bundar yang menempel di dinding rumah? Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Pikir Raya, mungkin saja Aditya memang belum tidur di ruangan yang lain.Raya kemudian melanjutkan niatnya masuk ke kamar Fatih. Raya segera memutar handle pintu.Ceklek!Begitu pintu terbuka, seketika bola mata Raya dibuat terkejut."Raya!" Aditya terkejut melihat Raya membuka pintu. Dia terkejut karena tengah berbicara dengan seseorang melalu
Malam ini Raihan benar-benar membawa Raya ke sebuah klinik. Kendaraan roda dua milik Raihan kini sudah terparkir di depan klinik. Gegas Raya dan Raihan memasuki klinik untuk menemui Wati.Awalnya Raya menyangka kalau Wati berada di rumah sakit besar. "Kenapa dibawa ke klinik, Mas? Aku kira Mama ada di rumah sakit besar?" tanya Raya ketika mereka tengah melangkah memasuki klinik."Tidak ada uang untuk membawa Mamah ke rumah sakit, Aku hanya mampu ke klinik saja," jawab Raihan nampak lesu. Hingga akhirnya mereka telah sampai di ruangan Wati. Wanita paruh baya itu nampak terbaring lemas tak berdaya di atas hospital bed.Raya tidak tega melihat luka pada tubuh Wati, sebab luka pada tubuh Wati telah terbungkus oleh beberapa lilitan perban.Raya mendekat pada mertuanya. "Ma..." Ia berdesis menatap Wati dengan tatapan sendu. Raya juga segera meraih telapak tangan Wati lalu mencium punggung tangannya.Tak ada respon dari Wati, kelopak mata wanita paruh baya itu tertutup rapat. "Mama belum s
"Tidak bisa!" Aditya menolak permintaan Raihan. "Sudah bisa ditebak, itu hanya akal-akalan anda saja," tuduhnya.Geram sakali Raihan jadinya. "Anda ini tidak punya hati ya pak? Macam kerja di luar negeri saja orang tuanya sakit sampai tidak boleh menjenguk," protesnya."Bukannya tidak boleh, saya hanya ragu. Terlalu banyak kebohongan yang Ibu Wati buat kepada saya. Seorang pembohong, biasanya akan terus berbohong sampai kapanpun." Aditya menyindir Raihan."Kalau begitu, sekalian saja Anda ikut ke rumah sakit. Biar Anda tahu dan lihat sendiri," tantang Raihan. "Mama saya sedang kritis, meminta ingin bertemu Raya. Saya hanya khawatir sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada beliau. Raya adalah menantu kesayangan mama saya. Saya mohon Anda mengerti keadaan keluarga kami saat ini," imbuhnya.Aditya nampak berpikir dalam beberapa detik. "Oke!" Ia akhirnya mengiyakan permintaan Raihan. "Tapi saya akan tanya Raya terlebih dahulu. Jika Raya tidak bersedia, saya tidak akan memaksa."Tanpa memp
"Aku tidak perduli. Aku tidak rela melihat keponakanku disusui oleh wanita macam gembel!" Selin beranjak dari tempat duduknya. Wanita berambut ikal itu hendak meninggalkan ruangan Aditya. Tapi langkahnya dangsung tertahan."Tunggu, Selin!" Gegas Aditya langsung menahan langkah Selin. Tak dibiarkannya sang adik ipar pergi begitu saja."Apa lagi?" Raut wajah Selin semakin terlihat kesal."Jangan beritahu mamah dan papah soal ibu susu Fatih," pinta Aditya memohon."Aku akan tetap beritahu mamah dan papah." Selin tetap memaksa."Tidak, Selin. Aku mohon." Kedua telapak tangan Aditya beradu, kembali meminta pada Selin. "Kamu tidak pernah tahu keadaan Fatih setelah dilahirkan. Aku sudah kelimpungan mencari ibu susu untuk Fatih. Anakku hampir mati tak mendapatkan ASI. Dan hari ini, kamu ingin Fatih kelaparan?" imbuhnya menjadi kesal pada Selin—sang adik ipar."Tapi kenapa harus wanita gembel itu yang menjadi ibu susunya? Menjijikan sekali." Selin mengerjapkan kedua bahunya."Tidak ada pilihan
Selin sampai mengerutkan bibirnya saat berjalan menuju kamar Fatih.Ketika Anita membuka pintu kamar Fatih, seketika Selin dibuat terkejut. Mulutnya sampai terbuka menganga, pun dengan bola mata yang nampak terbelalak.Selin masuk ke kamar Fatih. Ia melihat Raya baru saja memasukan buah dadanya yang besar ke dalam bra. Itu karena Raya baru saja selesai menyusui Fatih."Siapa kamu?" Selin sudah berdiri di depan Raya. Ia bertanya pada Raya dengan tatapan penuh selidik. "Kembalikan Fatih pada box!" perintahnya. Ia tak rela Fatih digendong oleh Raya.Raya tak menjawab. Ia sendiri tidak kenal dengan Selin. Raya tak tahu harus menjawab apa.Kemudian Anita langsung mengambil alih jawaban. "Perkenalkan ini adalah Raya. Raya adalah ibu susu Fatih sejak lahir," kata Anita memperkenalkan Raya kepada Selin.Selin semakin terkejut. Napasnya bagai tersengal di tenggorokan. Dipandangnya tubuh Raya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan tajam. Di mata Selin, penampilan Raya memang tak tel
"Bayimu meninggal, Bodoh!" Raya terkejut. Sebelah tangan nampak menutup mulut yang sedikit menganga. Air matanya seketika luruh di pipi. Isi hatinya benar-benar hancur porak poranda. "Tidak...." Wati—sang mertua mendekat pada Raya, bukan untuk menenangkan sang menantu, melainkan malah mendorong kepala Raya dengan jemari tangannya. "Ini semua gara-gara kamu!" geramnya. Wati marah karena Raya nekad pergi ke Jakarta sendirian. Akibatnya Raya harus mendadak melahirkan karena batinnya terguncang usai memergoki sang suami bersama seorang wanita paruh baya tengah berduaan di kamar kostnya. Bagaimana mungkin ini gara-gara Raya, sedang ia tak pernah tahu kondisi kehamilannya selama ini. Wati adalah mertua yang so tahu, tak pernah membiarkan Raya memeriksa kandungan ke Dokter atau Bidan. Dunia Raya seketika hancur, dadanya semakin sakit. Mendengar bayinya meninggal terasa lebih menyakitkan dari pada memergoki suaminya selingkuh. Kepala Raya tiba-tiba pusing, pandangannya gelap hingg...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments