Home / Rumah Tangga / Bukan Ibu Susu Palsu / 4 Bertemu Kembali Dengan Bayi Mungil

Share

4 Bertemu Kembali Dengan Bayi Mungil

Author: Miss_Pupu
last update Huling Na-update: 2025-03-14 20:34:57

Beberapa jam setelah Wati dan Winda berlalu, kini tinggalah Raya sendiri d rumah yang sederhana itu.

Keadaan rumah masih berantakan, Raya berusaha membereskan semuanya. Tapi pekerjaannya harus tertunda ketika mendengar pintu di depan rumah diketuk seseorang.

Tok tok tok!

Apakah Wati dan Winda sudah kembali? Secepat itukah?

Raya bergegas mengelap tangannya yang basah usai mencuci piring. Ia segera melangkah menuju pintu utama.

Ketika Raya membuka pintu, yang datang ternyata Raihan. Sedikit tercengang namun Raya berusaha tenang.

"Kemana saja kamu, Mas?" tanya Raya pada suaminya.

Namun tanggapan Raihan terlihat sinis. "Harusnya aku yang bertanya, kamu yang ke mana saja? Anak meninggal malah keluyuran!" geramnya.

Mendengar itu, Raya menautkan kedua alisnya. "Aku keluyuran? Gak salah dengar aku?" Ia menunjuk wajahnya sendiri.

"Sudahlah! Aku tidak bisa kamu bodohi." Raihan melangkah masuk, melewati tubuh Raya tanpa perduli. Pria itu seolah amnesia akan kesalahan sebelumnya.

"Aku baru pulang, aku mau makan! Segera siapkan makanan untukku!" perintah Raihan dengan nada naik satu oktav.

"Kamu bahkan tidak mau bertanya padaku, bagaimana proses aku melahirkan sendirian, Mas? Apa kamu tidak perduli padaku?" balas Raya dengan manik yang sedikit berkacak-kaca.

"Aku sudah tahu semuanya, aku tidak perlu bertanya lagi!" sentak Raihan.

Bibir Raya lagi-lagi bergetar sendu. "Kamu sudah jauh berubah, Mas."

Namun sepertinya Raihan benar-benar tidak perduli dengan kesedihan Raya. Pria itu malah duduk dengan santainya, membaringkan tubuhnya di atas sofa sambil memainkan ponsel pintar.

Sementara Raya masih berdiri di depan Raihan, lagi-lagi berucap sendu, "Apa ini semua karena wanita paruh baya itu?"

Seketika Raihan membeliak. "Jangan lancang, Raya! Sejak kapan kamu berani menuduhku?!"

"Aku melihat dengan mata sendiri, Mas. Aku tidak menuduh." Raya membela diri.

Raihan pun bangkit dari sofa untuk berhadapan dengan Raya. Tatapannya sangat dingin, berbeda jauh dari biasanya.

"Dengar, Raya! Wanita paruh baya itu adalah rekan kerjaku. Selama ini aku bekerja keras dan memberikan semua uang padamu. Tapi kamu dengan gampangnya menghabiskan uang yang selama ini aku kirim. Lalu, kamu datang ke Jakarta dan menghancurkan pekerjaanku. Kamu pun telah membunuh anakku. Mulai sekarang, aku tidak perduli lagi padamu!" Usai mengeluarkan amarah, Raihan masuk ke kamar lalu membanting pintunya hingga tertutup rapat. Rasa kecewa membuatnya tak perduli pada Raya.

Di ruangan tengah, air mata Raya kembali menetes di pipi. Isi dadanya kembali terasa sakit melihat sikap Raihan barusan. Tapi Raya segera menghapus air mata, menyudahi tangisannya. Ia mengatur napas yang terasa sesak di dalam dada.

Seandainya orang tua masih ada, tentu Raya tidak perlu menunggu masa nifas usai. Tapi apalah daya, dia tak bisa mencari pekerjaan untuk saat ini.

Tapi tunggu, bukankah tubuh Raya sudah sehat. Dia juga sudah terlihat fresh. Sepertinya tidak akan ada yang menyangka kalau Raya sedang dalam masa nifas.

Akhirnya Raya segera berganti pakaian rapih. Dia akan berusaha mencari pekerjaan sebelum keluar dari rumah Wati. Dengan bermodal ijaza SMA, Raya berharap bisa diterima menjadi cleaning service di perusahaan mana saja.

Di bawah langit yang sedikit panas, Raya pergi ke Bogor Kota menyusuri beberapa kantor, toko dan perusahaan guna memasukan surat lamaran yang telah dibuatnya. Dalam hati ia berharap, semoga saja ada rejeki dari salah satunya.

Ketika di dalam angkutan umum dalam perjalanan pulang, Raya melihat rumah sakit tempatnya melahirkan minggu lalu. Ia berniat turun dari angkutan karena mengingat sesuatu.

"Kiri, Pak!" pintanya pada supir angkutan umum.

Raya berdiri depan rumah sakit. Bukan karena mengingat kisah pilunya, tapi Raya mengingat seorang bayi bertubuh mungil di dalam box inkubator. Dada Raya bergetar cemas ketika mengingat bayi itu.

'Apakah bayinya sudah sehat?' Dalam hatinya Raya bertanya.

Gegas Raya melangkahkan kaki, memasuki rumah sakit. Ia masih ingat ruangan bayi itu berada.

Di depan ruangan bayi, Raya melihat wanita paruh baya yang tengah menunggu. Ia masih ingat dengan wanita paruh baya itu. Wanita itu adalah nenek dari bayi malang itu.

"Assalamualaikum, Bu." Raya menyapa wanita paruh baya yang tak diketahui namanya itu.

"Waalaikumsalam, Nak Raya!" Wanita paruh baya itu ternyata masih ingat dengan wajah Raya. Ia terkejut melihat kedatangan Raya. Ia nampak menyeringai kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Bagaimana kabarmu?" imbuhnya bertanya.

"Kabar saya sangat baik, Bu," jawab Raya sambil mengukir senyum ramah. "Oh iya, bagaimana dengan cucu Ibu? Apakah sudah sehat?" tanyanya kemudian.

"Alhamdulillah berkat ASI dari kamu, kondisi cucu saya berangsur membaik. Saya sangat berterima kasih atas bantuan kamu," jawab wanita paruh baya itu dengan wajah haru.

"Syukurlah, Bu. Kalau begitu, bolehkah saya menjenguk cucu Ibu di dalam?" Raya meminta izin. Entah kenapa, ia merasa rindu dengan bayi di dalam inkubator itu.

"Tentu saja boleh, Nak Raya." Wanita paruh baya itu menganggukan kepalanya.

Kemudian Raya segera masuk ke dalam ruangan bayi. Ia melihat kulit bayi di dalam inkubator itu tidak lagi keriput. Berat badan bayi itu sedikit berisi. Melihat itu, manik Raya kembali berkaca-kaca namun bukan bersedih, melainkan Raya turut bahagia.

"Apakah Ibu Raya mau mendonorkan ASI lagi?" Perawat di ruangan bayi nampak mendekati Raya. Perawat itu masih hapal dan ingat dengan wajah Raya.

"Boleh, Sus." Raya mengangguk. "Namun sayang, ASI saya hari ini tidak banyak. Tadi pagi ASI saya sudah diperas dan didonorkan pada bayi lain," ungkapnya kemudian.

Perawat bayi itu nampak tersenyum ramah. "Tidak apa-apa, Bu. Seadanya saja jikalau Ibu Raya memang bersedia."

Siang itu, ASI Raya hanya menghasilkan dua botol saja. Sedikit sedih, karena Raya tak bisa memberikan banyak. Padahal jaraknya bertemu bayi malang itu cukup jauh.

Raya mendekati inkubator kemudian berbisik pada bayi mungil itu. "Bayi kecil, lekas pulih ya. Maafkan aku, hanya dua botol saja untuk hari ini. Semoga kita bisa bertemu lagi dan aku bisa kembali memberikan ASI padamu."

Setelah itu, Raya berpamitan pada nenek sang bayi. Dia harus segera pulang karena waktu akan segera sore.

Langkah Raya sedikit tergesa-gesa karena khawatir tertinggal angkutan umum.

Tiiitttt!!!

Ketika hendak menyebrang, hampir saja Raya tertabrak mobil mewah berwarna hitam di depannya.

"Heh! Punya mata gak sih!" Dari dalam mobil hitam itu, seorang pria berjas abu-abu nampak marah kepada Raya. Dia adalah Aditya Fadillah yang sedang terburu-buru hendak ke rumah sakit untuk mengantarkan ASI pada anaknya.

"Maafkan saya, Pak." Raya manautkan kedua tangannya. Kemudian ia segera masuk ke dalam angkutan umum guna menghindari masalah dengan pria di depannya.

Aditya Fadillah menggelengkan kepala sambil menahan amarah. Bukan apa-apa, kalau sampai ia menabrak wanita barusan, tentu urusan akan panjang dan menunda perjalanannya ke rumah sakit.

Ketika telah sampai di rumah sakit, dengan bangganya Aditya mengangkat empat botol ASI yang dibawanya ke hadapan sang ibunda.

"Aku sudah mendapatkan ASI untuk Fatih, Bu," ucapnya penuh semangat di depan sang ibunda.

"Tunda saja untuk besok, hari ini Raya datang dan memberikan ASI-nya pada Fatih," ibunda Aditya menjelaskan.

"Apa!" Seketika Aditya terkejut. "Kapan?"

"Sekitar lima menit yang lalu Raya keluar dari rumah sakit ini."

Keterangan sang ibunda membuat Aditya mematung dalam beberapa detik. "Lalu, berapa rupiah Ibu membayar ASI Raya?"

"Tidak, Adit. Raya tidak pernah meminta bayaran." Sang ibunda menjawab.

Padahal tadi pagi Aditya telah menggelontorkan uang lima juta untuk empat botol ASI kepada Winda yang dianggapnya Raya.

"Aku pikir matre, ternyata Raya berhati baik," pikir Aditya. Ia jadi kagum pada Winda yang ia sangka Raya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Bukan Ibu Susu Palsu   5 Tertekan

    Ketika jarum pada benda bundar yang melilit pergelangan tangan Raya sudah menunjukan pukul lima sore, wanita berbulu mata lentik itu baru saja tiba di rumah Wati. Sempat ragu untuk masuk rumah karena takut dimarahi mertua, tapi Raya belum punya pilihan lain. Pintu utama di rumah Wati nampak terbuka, Raya tak usah repot mengetuk pintu. Ketika Raya sudah berdiri di ambang pintu, ia melihat Wati dan Raihan tengah berbincang serius di ruang tamu. "Begitulah istri kamu, Raihan. Kerjaannya hanya keluyuran. Menghabiskan semua uang hasil kerja kerasmu. Itulah alasan mengapa Mama tak pernah suka dengan Raya." Wati kembali memanipulasi keadaan dengan melempar bensin di atas bara yang tengah menyala. Degh! Dada Raya terasa geram mendengar ucapan Wati dari balik celah pintu. Langkahnya seketika tertahan. Bisa-bisanya Wati berbohong pada anaknya. Padahal selama ini Wati dan Winda yang telah menghabiskan uang kiriman dari Raihan. "Dulu, aku pikir Raya adalah wanita lugu, Ma. Tak disangka kalau

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Bukan Ibu Susu Palsu   6 Bagai Disambar Petir

    Setiap pagi, ASI Raya selalu diperas, dibawa Wati dan Winda pergi untuk kemudian diberikan kepada Aditya Fadillah. Mereka bilang, ASI itu akan didonorkan pada bayi yang membutuhkan. Tapi ketika Raya meminta ikut, Wati langsung melarangnya. "Aku ingin melihat bayi yang aku beri ASI setiap hari itu." "Memangnya kamu tidak percaya pada Mama? Kamu pikir Mama berbohong?" "Tentu saja bukan itu alasannya, Ma. Aku hanya ingin ketemu saja dengan bayinya." "Tidak perlu. Pekerjaan di rumah masih banyak. Kamu cukup selesaikan pekerjaan kamu. Jangan membantah. Jangan membuat Mama marah dan kecewa. Diam di rumah, bereskan rumah, jangan kemana-mana!" Karena Raya banyak protes, pagi ini pintu rumah bahkan di kunci dari luar. Artinya, Raya tidak bisa kemana-mana. Kondisi saat ini membuat Raya kian tertekan. Sementara dalam hati, ia ingin sekali pergi ke Jakarta. Ada yang harus diselidiki. Raya tidak bisa diam saja. Ia segera berganti pakaian. Namun ketika melihat isi dompet, seketika tubuhnya l

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Bukan Ibu Susu Palsu   7 Menyakitkan

    "Tidak mungkin!" Raya menggelengkan kepala, menepis berita mengejutkan itu. "Belum cukupkah bukti-bukti poto itu, Raya?" Raya menutup wajah sendunya dengan kedua telapak tangan. Seketika tangisannya kembali pecah. Wanita bernasib malang itu harus kembali merasakan duka yang mendalam. Mengapa hidupnya semakin kacau? "Aku tidak berniat mengompori. Aku hanya tidak mau kamu semakin terluka, Raya." Hani mengusap bahu Raya guna menenangkannya. "Iya, aku paham itu." Raya segera mengusap pipinya yang kembali basah. "Mungkin aku tidak perlu lagi pergi ke Jakarta. Aku percaya dengan keteranganmu, Han." "Lalu, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Hani nampak memastikan. "Aku akan pergi dari Mas Raihan. Aku akan mencari pekerjaan." Raya nampak yakin. "Tapi sepertinya, mencari pekerjaan di jaman sekarang tidaklah mudah. Aku sudah melamar kemana-mana, tapi sampai detik ini sama sekali belum ada kabar dari salah satu perusahaan yang aku tuju," tuturnya. "Aku akan membantumu. Berikan nomor

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Bukan Ibu Susu Palsu   8 Tak Bisa Lepas

    "Jika bersedia, ibu saya ingin bertemu dengan kamu," pinta Aditya Fadillah. Mata Winda sampai membulat mendengar permintaan Aditya. "Untuk apa, Pak?"Merasa berhutang budi yang begitu banyak. Aditya telah mempertimbangkan suatu keputusan yang besar. "Ibu saya ingin mengucapkan terima kasih. Namun selain itu, saya pun berniat menjadikan kamu sebagai ibu sambung untuk anak saya.""Apa!" Winda kian dibuat terkejut. Ia sampai tersendat ludahnya sendiri hingga batuk. "Uhuk... Uhuk..."Respect, Aditya langsung menyodorkan segelas minum pada Winda. "Minumlah." Segelas air dingin diteguk Winda sampai habis. Dia nampak menepuk pipinya sendiri. "Apa saya sedang bermimpi?" tanyanya gugup."Tidak. Ini bukan mimpi. Kamu bisa pikirkan tawaran saya. Jika sudah siap, saya tunggu kabarnya."Tawaran Aditya membuat Winda serasa melayang ke udara. Adik ipar Raya itu terlihat sangat bahagia. Ia pulang dengan wajah berseri-seri."Mama!" Sesampainya di rumah, Winda berteriak kegirangan saat memanggil Wati

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Bukan Ibu Susu Palsu   9 Tak Berdaya

    Ketika hari sudah gelap. Wati terpaksa mengeluarkan Raya dari kamar, tentu dengan penjagaan ketat. Wati harus memberi Raya makan karena esok pagi ASI-nya harus banyak.Makanan yang disediakan untuk Raya sudah tak asing, setiap hari hanya ikan asin dan rebusan pepaya muda. Tak pernah ada makanan enak yang disajikan di depan Raya, berbeda dengan makanan Winda dan Wati yang selalu mewah."Kenapa belum juga makan, Raya?" tegur Wati saat melihat Raya masih belum juga memakan makanannya."Aku tidak nafsu makan, Ma." Raya terlihat menunduk lemas."Kamu harus tetap makan, Raya. Mama tidak mau kalau kamu sampai sakit." Wati pun mengeluarkan jurus merayunya. Ia mendekat dan duduk di samping Raya. "Maafkan Mama ya. Mama tahu, Mama sudah kasar padamu. Mama janji, gak akan kasar lagi," rayunya kemudian. Ketika Wati membelai rambutnya, Raya sama sekali tidak tersentuh hatinya. Terlalu banyak rasa sakit yang ditorehkan sang mertua padanya. "Ayolah, Raya. Segera makan yang banyak. Mama juga sudah s

    Huling Na-update : 2025-03-23
  • Bukan Ibu Susu Palsu   10 Tak Sesuai Ekspektasi

    1 hari sebelum Raya berpindah tempat. Pagi-pagi sekali Winda sudah pulang dari salon, dia sudah bersiap dengan rambut yang sudah distylish. Adik ipar Raya itu juga sudah memakai pakaian terbaiknya yang dibeli di butik beberapa hari yang lalu. Winda berusaha berpenampilan semenarik mungkin untuk memikat hati ibunda Aditya Fadillah."Impian menjadi orang kaya raya, sudah ada di depan mata." Di depan cermin ia berbicara sendirian, sambil memandang senyumannya sendiri. "Tidak sia-sia pengorbananku berpura-pura menjadi Raya." Tiiittt!Suara klakson berbunyi di depan rumah Wati menandakan kalau Aditya sudah datang untuk menjemput. Hari ini memang sudah terjadwal, kalau Aditya akan membawa Winda bertemu dengan Anita—ibunda dari Aditya.Presiden direktur Fadillah group itu keluar dari kendaraan mewah miliknya dengan mengenakan jas berwarna abu-abu, jas kesayangannya.Sebenarnya Aditya tidak memiliki perasaan lebih pada Winda, namun demi sang anak, dia rela mengorbankan perasaannya sendiri.

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • Bukan Ibu Susu Palsu   11 Disembunyikan

    Segera, Winda memasang wajah sendu. Dengan susah payah ia mengeluarkan air mata. Ia mulai pandai bersandiwara."Saya adalah Raya, Tante. Saya yang setiap kali memeras ASI untuk cucu Tante. Saya memang belum pernah bertemu dengan Tante. Tapi sayalah pemilik ASI yang selama ini diminum cucu Tante," terang Winda berusaha meyakinkan Anita dan Aditya yang menatapnya nanar.Melihat wajah Winda yang bersedih. Anita langsung merasa bersalah. "Maaf, Tante tidak bermaksud apa-apa. Mungkin kalian memang dua orang yang berbeda," ucapnya meminta maaf.Tapi Aditya masih bergeming. Sadar akan suatu hal. Bukankah Aditya mendatangi rumah Raya atas alamat yang didapat dari pihak rumah sakit? Mana mungkin bisa ada dua orang Raya yang berbeda dalam alamat yang diberikan rumah sakit? Sementara ia tahu kalau ibunya memang pernah bertemu Raya di rumah sakit itu. Makan siang di kediaman Fadillah menjadi kaku. Anita terlihat tidak menyukai Winda, namun meskipun begitu ibunda Aditya itu tetap bersikap baik. I

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • Bukan Ibu Susu Palsu   12 Hampir Saja

    "Ada apa dengan handphone-ku? Mengapa isinya kosong semua?"Sebelum diberikan pada Raya, terlebih dahulu Wati telah mengubah handphone Raya ke setelan pabrik. Isi handphone Raya kosong, tak ada satu pun nomor telepon yang bisa dihubungi. Selain itu, Wati juga telah mengganti kartu SIM. Maka dari itu, tak ada satu pun yang bisa menghubungi Raya karena telah berganti nomor.Raya mendengus kesal. Tak ada nomor telepon yang mampu diingat Raya. Padahal ia ingin sekali menelepon Hani untuk mengadu.Untuk saat ini, Raya tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya masih lemas, ia tak akan telat meminum obat, agar segera pulih.***Tok tok tok!Sebelah tangan mengetuk pintu rumah Wati yang nampak sepi. Pagi itu, Aditya sengaja datang untuk menemui Winda. Aditya terpaksa ke rumah Wati karena pagi ini Winda tak datang ke kantornya untuk setor ASI.Tok tok tok!Ketika tak ada jawaban dari sang pemilik rumah, Aditya pun mencoba mengetuk sekali lagi."Untuk apa datang lagi ke sini?" Suara Wati tiba-tiba ter

    Huling Na-update : 2025-03-27

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Ibu Susu Palsu   46 Berubah

    Malam ini, Raya sampai tak dapat tidur. Kelopak matanya terus saja terbuka tanpa bisa dipejamkan. Pikirannya kalut. Setiap kali berusaha untuk tidur, Fatih malah terbangun dan dia harus kembali menyusui Fatih.Bahkan ketika menatap wajah Fatih, tak terasa ada yang menetes dari sudut matanya. Ada kesedihan yang tak mampu dibendungnya malam ini.Raya terisak. Dihapusnya segera pipi yang sudah basah oleh tetesan bulir bening. Dia sendiri tidak tahu penyebab tangisannya malam ini. Yang pasti, ucapan Aditya tadi sore telah membuat hatinya terluka. "Ibu akan tetap bertahan di sini, sampai memastikan kamu tidak membutuhkan Ibu lagi, Fatih." Raya semakin terisak ketika menuturkan kalimat barusan. Anak susunya itu yang kini berada dalam pangkuan, terlihat mengukir senyuman pada Raya. Senyuman Fatih, ketika membuat perasaan Raya terasa lebih tenang dari sebelumnya. Bagaimana mungkin Raya bisa hidup tanpa Fatih? Ia merasa sebagian dari hidupnya, ada pada Fatih. Saya juga merasa kalau Fatih ada

  • Bukan Ibu Susu Palsu   45 Terasa Menyakitkan Hati

    "Heh! Ngapain kamu berdiri di situ?" tegur Seline yang baru saja menyadari keberadaan Raya di dekat tangga. "Kamu sedang nguping ya? Nggak sopan banget," imbuhnya menyindir.Dengan cepat, Aditya menoleh. Raut wajahnya seketika berubah menjadi tercengang. Ia benar-benar tidak tahu kalau Raya sudah berdiri di situ."Raya!" Aditya napak menganga. Bagaimana kalau Raya sampai mendengar percakapannya barusan. Sudah dipastikan Ibu susu Fatih pasti itu pasti sakit hati.Raya segera mengatur nafasnya. "Maaf, saya tidak berniat menguping. Saya hanya ingin mengantarkan pesanan kopi untuk Pak Aditya," ucapnya. Raya melanjutkan langkah lalu meletakan satu cangkir yang berisi kopi di atas meja. "Silahkan, Pak."Raya langsung berbalik arah, hendak turun.Namun Selin langsung menahan langkahnya. "Tunggu!"Akhirnya Raya menjeda langkah. "Kenapa, Bu?" tanyanya seraya menoleh."Apa! Ibu? Kamu pikir aku ibumu!" protes Selin pada Raya.Raya segera menunduk. "Maaf." "Panggil saya Nona!" pinta Selin dengan

  • Bukan Ibu Susu Palsu   44 Ada Yang Tertusuk

    "Hey! Pergi!" Mendengar Raihan berteriak di depan rumah majikannya, satpam yang berjaga di rumah Aditya langsung mengusir Raihan."Saya harus bertemu dengan istri saya!" pinta Raihan memaksa. Namun satpam berseragam putih hitam itu langsung mendorong Raihan hingga mundur beberapa langkah ke belakang."Anda tidak sopan! Pergi sekarang, atau saya akan melaporkan Anda ke pihak berwajib." Satpam pun segera mengeluarkan ancaman."Halah! Kamu dan majikanmu itu tak jauh beda, sama-sama tukang mengancam." Raihan tidak takut. Malah semakin menantang."Saya tidak mengancam. Anda telah membuat kekacauan di dapan rumah orang. Kami tidak nyaman dengan teriakan Anda. Pergi dari sini sekarang sebelum saya bertindak lebih jauh." Bukan hanya satu orang satpam, beberapa satpam di rumah Aditya nampak berkumpul untuk mengusir Raihan. Satpam kediaman Aditya itu sudah diberitahu mengenai Raihan. Penjagaan ketat mulai diterapkan sedari kemarin.Ditengah kekacauan yang dibuat Raihan, tiba-tiba sebuah sedan

  • Bukan Ibu Susu Palsu   43 Ingin Lepas

    Hari ini Raya bisa menghela nafas lega, Dia baru saja selesai mengajukan permohonan gugatan perceraian ke pengadilan agama.Proses ini masih cukup panjang. Raya harus mempersiapkan mental untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi nanti. Dia juga harus mempersiapkan diri untuk tahap selanjutnya yakni tahap mediasi. Saat ini Raya dan Aditya telah kembali ke kendaraan roda 4 milik Aditya. Ketika matahari sudah naik ke atas ubun-ubun, kendaraan Aditya harus terjebak macet di jalanan yang ramai oleh kendaraan. Saat itu pula, kemeja yang Raya gunakan nampak basah di bagian dadanya. Buah dada Raya basah. ASI-nya merembes. "Oh ya ampun." Menyadari hal itu, Raya langsung menutupi bagian dadanya dengan kedua telapak tangan. Ia baru sadar dengan pakaian yang sudah basah oleh ASI yang merembes keluar. Pun dengan Aditya sadar akan hal itu, menjadi serba salah. Ia tahu yang basah itu pasti ASI. Tapi Aditya tidak enak untuk mengatakannya."Kamu kenapa?" Aditya memilih untuk pura-pura

  • Bukan Ibu Susu Palsu   42 Mengajukan Gugatan Cerai

    "Ada apa ini?" Anita yang tak sengaja mendengar suara Selin, turut serta masuk ke kamar Fatih Sadar akan kedatangan Anita, Selin pun langsung merubah raut wajahnya menjadi sendu."Tante." Selin yang sudah memasang wajah sendu, langsung memeluk Anita. Menyembunyikan tangisan palsunya."Kenapa, Selin?" Anita menjadi keheranan. "Bukankah tadi kamu marah-marah? Kenapa jadi menangis?" tanyanya seraya mengusap lembut punggung Selin."Aku marah karena wanita itu menghinaku, Tante." Selin sambil terisak. Terlihat menangis, tapi tak ada setetes pun air mata yang keluar.Mendengar tuduhan Selin, Raya pun mendongak terkejut. Raya juga langsung menggelengkan kepalanya. "Saya tidak menghina siapa pun," bantahnya segera."Bohong, Tante. Dia berkata, kalau aku tidak pantas dekat dengan Fatih. Dia mengusirku. Aku menjadi marah dan sedih." Selin kembali berpura-pura menangis dalam pelukan Anita."Masa sih?" Anita menautkan kedua alisnya. Terlihat tak percaya."Tante gak percaya sama aku?" Wajah manja

  • Bukan Ibu Susu Palsu   41 Sedih Sendiri

    "Hah!" Mendengar itu seketika Raya mendongak terkejut. "Maksudnya?" Sadar dengan ucapan barusan, Aditya terlihat menjadi gugup. "Eh maksudnya, saya. Mmm... Maksud saya, saya akan melakukan apa pun untuk siapa saja yang menyayangi Fatih. Termasuk kamu. Kamu sayang 'kan pada Fatih?" ralatnya segera.Nampak kedua sudut bibir Raya tertarik ke samping. Ia mengukir senyum. "Tentu saja, Pak. Saya sangat menyayangi Fatih bagaikan anak kandung sendiri. Maaf jika perasaan saya pada Fatih terlalu berlebihan," balasnya pada Aditya."Tidak usah minta maaf, Raya. Saya malah merasa senang atas kasih sayang yang kamu berikan pada Fatih." Aditya menjadi salah tingkah. Ia meluruskan pandangan ke depan, tak tentu tujuan.Hingga akhirnya Raya telah sampai di kediaman mewahnya Aditya Fadillah."Titip Fatih ya. Saya harus meeting seharian ini," ucap Aditya ketika Raya hendak keluar dari mobilnya."Iya, Pak. Tentu saja." Raya menganggukan kepala kemudian keluar dari mobil Aditya.Raya merasa senang sebab i

  • Bukan Ibu Susu Palsu   40 Tersayang?

    Hingga akhirnya, kendaraan Aditya berhasil menyalip kendaraan Raihan. Secara mendadak Raihan menginjak pedal rem hingga kening Raya sampai terkena dashboard mobil."Aww!" pekik Raya. Keningnya sampai memerah. "Sakit, Mas!" Raihan terlihat mengerutkan bibirnya, rahangnya nampak mengeras, terlihat tengah menahan emosi. Kendaraannya berhasil dihentikan oleh Aditya. Tok tok tok! Kaca mobil diketuk Aditya dari luar. "Buka!" pinta Aditya dengan tegas.Namun Raihan masih terdiam, ia terlihat enggan untuk menurunkan kaca mobilnya.Tok tok tok!Merasa perintahnya tidak diindahkan, Aditya kembali mengetuk pintu kaca mobil Raihan. "Buka! Atau saya pecahkan kaca mobilnya," ancamnya dengan keras, dari luar.Merasa tengah berada di posisi yang tidak aman, Raya segera membuka kunci, lalu dengan cepat keluar dari mobil Raihan."Raya, tunggu!" Raihan langsung menarik tangan Raya namun terlepas kembali.Raya sudah berhasil keluar dari mobil Raihan, lalu berlindung di belakang Aditya. "Pak, saya tak

  • Bukan Ibu Susu Palsu   39 Diancam

    "Tidak usah, Pak. Saya makan sendiri saja." Raya menolak dengan sopan. Dia masih menyusui Fatih. "Tidak apa-apa, Raya. Kalau menunggu sampai Fatih selesai, nanti keburu dingin." Aditya tetap memaksa dengan perhatian. Dia mulai menyendok spaghetti lalu disodorkan ke dekat bibir Raya."Buka mulut kamu, Raya. Makanlah," titah Aditya. Dia tak tahu betapa tersipu malunya Raya saat ini oleh sikap dan perlakuannya.Sebenarnya Raya enggan membuka mulutnya. Dia merasa tak enak. Tapi jika tetap menolak, khawatir Aditya marah karena dianggap tak menghargai.Mulut Raya pun terbuka. Ia memakan suapan spaghetti dari Aditya.Di ruangan kamar bayi itu, ketika Fatih masih menyedot ASI Raya dalam waktu yang cukup lama, Aditya pun masih menyuapi Raya sampai spaghetti di atas piring itu habis.Setelah selesai, Aditya segera beranjak. "Selamat istirahat ya, Raya. Jangan tidur terlalu malam," ucapnya kemudian pergi.Raya tak membalas ucapan Aditya. Ia hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Raya menunduka

  • Bukan Ibu Susu Palsu   38 Dimasakin Malam-malam

    Sementara dengan Raya, malam ini wanita berbulu mata lentik itu telah sampai di kediaman Aditya. Sebelum ke kamar Fatih, terlebih dahulu Raya mencuci tangan dan wajahnya yang dirasa belum higienis setelah dari luar.Ketika Raya hendak masuk ke kamar Fatih, samar-samar terdengar suara berbicara dari dalam ruangan. Langkah Raya seketika tertahan di ambang pintu."Kerja bagus malam ini. Besok saya akan berikan kamu bonus." Suara bariton terdengar berbisik.Sepertinya itu suara Aditya. Raya bisa mendengar suara Aditya tengah berbicara. Dengan siapa?Raya menengok benda bundar yang menempel di dinding rumah? Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Pikir Raya, mungkin saja Aditya memang belum tidur di ruangan yang lain.Raya kemudian melanjutkan niatnya masuk ke kamar Fatih. Raya segera memutar handle pintu.Ceklek!Begitu pintu terbuka, seketika bola mata Raya dibuat terkejut."Raya!" Aditya terkejut melihat Raya membuka pintu. Dia terkejut karena tengah berbicara dengan seseorang melalu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status