Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi

Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi

last updateLast Updated : 2023-10-10
By:  SafiiaaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
0 ratings. 0 reviews
105Chapters
48.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Tuduhan Hisyam tidak akan membuat status janin dalam rahim Aini lepas darinya. Namun, Aini tetap memilih pergi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan bantuan Khalid yang telah memendam lama perasaannya. Tetapi siapa sangka jika ditempatnya yang baru, ia malah bertemu dengan Zain, lelaki dari masa lalu yang telah ia pendam dalam hati. Akankah Aini berpaling dari usahanya untuk menerima Khalid demi Zain? atau ia lebih memilih kembali kepada Hisyam setelah menyadari semua kesalahannya? Lantas bagaimana dengan Khalid?

View More

Chapter 1

Bab 1

Bab 1

"Mas Hisyam," lirih Aini tak percaya. Dadanya tiba-tiba saja berdenyut nyeri saat melihat gambar dalam layar ponsel yang ada di sebelah wadah kecil berisi urine miliknya.

Benda pipih hasil tes kehamilan itu jatuh ke lantai saat mata Aini makin jelas mengamati sebuah rekaman video singkat yang dikirim oleh seseorang. Uluran tangan Hisyam menyentuh ujung bibir perempuan di depannya dalam video tersebut membuat dadanya bak dihantam palu godam. Udara yang bebas dalam ruangan kamar yang lumayan besar itu tiba-tiba terasa sulit untuk dihirup oleh hidungnya.

"Tak mungkin begini," lirih Aini. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pikiran baik masih terus menusuk-nusuk pikirannya karena tak mau percaya dengan video tersebut.

"Ngga mungkin! Mas Hisyam ngga mungkin selingkuh!" gumam Aini lagi. Ia segera mengetik pesan balasan untuk pengirim video tersebut.

Aini

Aku ngga percaya. Ini pasti cuma temenan aja.

Aisha

Ngga percaya ya sudah, kamu boleh datang untuk memastikannya sendiri. Aku sudah mendapatkan info jelas dan dari sumber terpercaya jika dia datang beberapa kali ke tempat itu bersama orang yang sama. Selalu saja bermesraan di sudut kafe yang tak banyak dijangkau oleh pengunjung lain.

Benda pintar itu segera diletakkannya ke atas nakas. Ia harus bersiap ke kafe tersebut dan melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bahkan kabar baik yang harusnya segera disampaikan harus rela ia tutupi untuk sementara waktu.

"Mau kemana, Ain?" tanya Bu Laras, mertuanya. Ia melihat Aini tergesa-gesa keluar, seperti ada sesuatu yang tidak beres.

"Em mau ...." Aini berhenti berucap. Ia ragu hendak mengatakan apa yang baru saja didapatkannya. Sebab ia belum memastikan sendiri.

"Kok diem?" 

"Em anu, Bu. Ada masalah di toko. Saya harus turut bantu teman-teman." Aini berbohong. Kejadian yang belum jelas dilihat oleh mata kepalanya sendiri tak pantas diumbar ke orang lain.

"Oalah. Ya sudah. Hati-hati."

Aini pun melesat pergi meninggalkan rumah. Ia mengendarai motor maticnya menuju alamat yang diberikan oleh Aisha tadi.

Lantunan dzikir terus terukir di bibir Aini yang polos tanpa lipstik. Kepalanya masih enggan menerima kabar tersebut, tapi melihat jam pulang kerja suaminya yang sedikit berubah beberapa hari ini membuat Aini merasa tak biasa dan ia harus mencari tahu soal ini.

Betapa terkejutnya hati Aini saat melihat suaminya sedang bercanda mesra dengan wanita lain di tempat yang ditunjukkan oleh temannya itu. Keduanya sedang berjalan keluar dari kafe sambil berangkulan mesra layaknya sepasang suami istri yang sedang berbahagia.

Dengan langkah cepat, Aini segera menghampiri dua sejoli itu untuk mendapatkan penjelasan.

"Bahagia sekali ya," sindir Aini tiba-tiba di depan mereka. Ia melipat tangannya di depan dada sambil berdiri dengan anggunnya. Rasa tak percaya yang sejak tadi terus bergelayut dalam hatinya harus ia paksa untuk menerima kenyataan yang sebenarnya. Bahkan ia harus berpura-pura baik untuk mendapatkan kejelasan dari apa yang baru saja ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Sayang? Ini ngga seperti yang kamu lihat," lirih Hisyam kaget. Ia langsung mengurai pelukannya di pinggang perempuan cantik di sebelahnya itu.

"Kenapa? Kaget? Pamitnya sedang keluar bersama teman-teman, nyatanya," ujar Aini sengaja menggantung ucapannya sambil melirik perempuan di depannya itu dengan sinis.

"Kami cuma-"

"Kami cuma sedang makan saja. Salah?" sahut perempuan itu cepat. Ia tak mau disalahkan. Tangannya yang mulus kembali merangkul pinggang Hisyam dengan santainya.

Tangan kekar Hisyam itu menepis tangan Zahra, perempuan yang ada di sebelahnya.

"Jangan begini dong, Mas. Kan sejak tadi juga kita mesra-mesraan." Zahra terus mendekati badan Hisyam.

"Bahkan dihari libur ini, aku rela membiarkannya pergi dengan alasan berjumpa teman-temannya untuk memberinya kebebasan. Tapi ternyata kebaikanku disalahgunakan."

"Disalahgunakan gimana sih? Kamu salah paham. Aku cuma bantu Zahra aja, ngga lebih," Hisyam tak mau disalahkan. 

"Cuma makan apa harus di tempat yang sepi dari pengunjung lainnya? Apa harus Mas yang mengusap sisa makanan di sudut mulutnya? Cuma makan? Apa cuma sedang kencan?" pekik Aini keras. Bola-bola amarah terbit dari mata beningnya.

"Kenapa memangnya kalau kencan? Ngga apa-apalah, relakan saja suamimu menikah denganku, toh sudah lama menikah tapi kalian tak juga punya keturunan," sindir perempuan itu dengan senyuman miring seolah merendahkan.

"Jaga mulutmu!" sengit Aini tak terima. Tetapi pikiran yang sadar akan hal yang terjadi ini membuat bibirnya kian menahan kabar baik yang sedang ia dapatkan.

"Kamu apa-apaan, sih," ucap Hisyam keras pada Zahra. Ia bingung dengan apa yang terjadi di depannya ini. Semua ini tidak sesuai dengan yang sudah direncanakan.

"Aku bicara fakta, kan? Harusnya kamu sadar diri kalau ngga bisa kasih keturunan buat Mas Hisyam," lanjut Zahra lagi.

"Ra, kamu bicara apa sih!" pekik Hisyam sambil menatap wajah Zahra dengan keras.

"Sayang, jangan percaya! Ini ngga seperti yang kamu lihat!" Hisyam mencoba mendekati Aini.

Dada Aini seketika sesak. Disindir soal kehamilan membuatnya lemah seketika. Meskipun kini ia telah mengandung tapi ucapan Zahra cukup membuat kenangan soal perjuangannya mendapatkan garis dua kembali berputar dalam kepalanya.

Aini terjatuh di pavingan dekat parkiran mobil. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengarkan dengan telinga sendiri ini. Ucapan Zahra itu menyinggungnya.

"Bahkan aku sudah hamil, tapi Mas tega menduakan aku seperti ini," lirih Aini. Ia tak lagi sanggup menahan perihnya hati jika membahas soal keturunan. Usaha yang dilakukan beberapa bulan ini telah membuahkan hasil tetapi kabar perselingkuhan ini membuat Aini hancur diwaktu yang bersamaan.

"Kamu hamil, Sayang? Sungguh?" ucap Hisyam tak percaya. Ia terduduk di depan Aini seraya memegang bahunya. Tatapan nanar tak lepas dari mata bening milik Hisyam saat melihat luka di mata Aini.

"Wah, rupanya rencana kalian berhasil. Perselingkuhan yang kamu lakukan sudah berjalan sesuai dengan apa yang kamu harapkan kan?" ujar Zahra sambil membuka layar ponselnya. Ia mencari sebuah gambar yang ia simpan beberapa waktu lalu.

"Bicara apa kamu!" pekik Aini tertahan. Mata yang penuh luka itu menatap wajah Zahra dengan penuh kobaran api yang menyala-nyala. 

"Lihatlah, Mas," ujar Zahra setelah menemukan foto yang ia maksud.

Dahi Hisyam mengernyit. Matanya menyipit untuk melihat dengan jelas gambar yang ditunjukkan Zahra di depannya.

Perlahan Hisyam bangkit dari duduknya. Tangannya terulur meraih benda yang ditunjukkan oleh Zahra itu. Lipatan makin banyak di dahi Hisyam dengan diiringi gemuruh dalam hatinya. Bahagia yang baru saja dirasakan, berubah menjadi amarah seketika itu.

"Siapa ini? Mengapa kalian bisa bersama? Di lorong yang tampak seperti hotel ini," ujar Hisyam pada Aini. Ia menunjukkan gambar itu di depan Aini.

Aini terperanjat. Dua alisnya hampir bertaut saat matanya mengamati sosok yang ada dalam gambar tersebut.

"Aku tak menyangka jika kamu sebejat ini selama kita menikah! Diam-diam kamu menjalin hubungan dengan laki-laki lain," cecar Hisyam dengan mata yang penuh dengan api.

"Mas, ngga seperti itu! Itu bukan selingkuhan!" sanggah Aini tak terima.

"Setiap orang yang berselingkuh pasti mengatakan hal seperti itu," sahut Zahra dengan penuh penekanan.

"Diam kamu!" teriak Aini lantang. "Aku datang untuk memastikan perselingkuhan kalian, mengapa sekarang kalian ganti yang menuduhku seperti ini?!" 

"Kami tidak berselingkuh!" teriak Hisyam lantang. "Aku hanya membantu Zahra saja!"

"Membantu apa? Membantu menemaninya makan? Mengusap sisa makanan di sudut bibirnya?"sengit Aini mantap. Bukti yang ia lihat membuatnya mampu berucap dengan yakin.

"Jangan membalik keadaan! Kamu yang jelas-jelas selingkuh! Ngga usah nuduh yang bukan-bukan! Sedang apa kamu di hotel bersama laki-laki itu? Hah?!!" teriak Hisyam murka.

Mata Aini membelalak mendapati bentakan Hisyam itu. Laki-laki yang selama ini dihormatinya dan tidak pernah berkata kasar, kini mampu mencecarnya dengan begitu kerasnya.

Zahra tersenyum penuh kemenangan. Rencananya berjalan dengan sempurna.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
105 Chapters
Bab 1
Bab 1 "Mas Hisyam," lirih Aini tak percaya. Dadanya tiba-tiba saja berdenyut nyeri saat melihat gambar dalam layar ponsel yang ada di sebelah wadah kecil berisi urine miliknya. Benda pipih hasil tes kehamilan itu jatuh ke lantai saat mata Aini makin jelas mengamati sebuah rekaman video singkat yang dikirim oleh seseorang. Uluran tangan Hisyam menyentuh ujung bibir perempuan di depannya dalam video tersebut membuat dadanya bak dihantam palu godam. Udara yang bebas dalam ruangan kamar yang lumayan besar itu tiba-tiba terasa sulit untuk dihirup oleh hidungnya. "Tak mungkin begini," lirih Aini. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pikiran baik masih terus menusuk-nusuk pikirannya karena tak mau percaya dengan video tersebut. "Ngga mungkin! Mas Hisyam ngga mungkin selingkuh!" gumam Aini lagi. Ia segera mengetik pesan balasan untuk pengirim video tersebut. Aini Aku ngga percaya. Ini pasti cuma temenan aja. Aisha Ngga percaya ya sudah, kamu boleh datang untuk memastikann
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
Bab 2
"Mas, dengarkan penjelasanku dulu," teriak Aini lantang. Ia berusaha meraih lengan suaminya tetapi Hisyam menggeser badannya. Hisyam memalingkan wajahnya dari hadapan Aini. Sakit hati dan kecewa berjejalan dalam hatinya. Ia tak tahu harus bahagia atau bersedih."Ngga perlu menjelaskan. Foto itu sudah membuktikan semuanya." Zahra menyahuti. Ia tak mau membiarkan Hisyam luluh akan ucapan Aini."Ayo, Mas. Kita pergi saja," ajak Zahra kemudian. Ia memeluk lengan Hisyam dengan eratnya dan menggandengnya menuju mobilnya terparkir.Seulas senyum miring terbit dari bibir Zahra yang kemerahan. Hatinya bersorak penuh kemenangan. Usahanya dan kesabarannya akhirnya membuahkan hasil.Aini menunduk sambil menikmati hujan tangis di wajahnya. Betapa suami yang dicintainya tega membiarkannya dalam keadaan seperti ini. Laki-laki yang mengambil alih tanggung jawab dari keluarganya kini telah ingkar akan janji setia yang diucapkannya semasa ijab dulu.Langkah Aini gontai meninggalkan tempatnya terduduk.
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more
Bab 3
Bab 3"Ibu, tolong percaya pada Aini. Aini tidak mungkin melakukan hal keji itu. Janin ini darah daging Aini dengan Mas Hisyam." Aini meraih pergelangan kaki Bu Laras. Ia berharap hati Bu Laras luluh dan mau memaafkan serta memberinya kesempatan sekali lagi. Tidak ada yang dimiliki oleh Aini selain keluarga dari suaminya. Ia yang berasal dari panti asuhan merasa memiliki keluarga sempurna saat menjalin hubungan dengan Hisyam. Lelaki baik yang mau menerima keadaannya sebagai gadis yatim piatu. Sayangnya laki-laki itu mudah dihasut akan kabar yang belum jelas kebenarannya.Namun kini, bayangan kisah hidupnya yang malang tengah mengancam masa depan janin yang dikandungnya. Aini tidak mau anaknya merasakan hal yang sama seperti dirinya.Bu Laras terdiam melihat Aini yang terus memohon padanya. Hati dan pikirannya sedang berperang untuk menolong menantu yang sudah disayangi layaknya anaknya sendiri."Maafkan Aini, Bu," lirih Aini lagi."Maafkan Ibu, Aini. Ibu hanya bisa memberimu kesempat
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more
Bab 4
Bab 4"Ibu kenapa?" tanya Aini panik saat melihat tubuh Bu Laras sudah tak sadarkan diri.Hisyam dan Zahra pun turut berlarian menghampiri sumber suara itu."Ibu kenapa, Dek?" Suara Hisyam membuat Aini yang sudah berada di depan Bu Laras segera menoleh. Binar matanya menyiratkan rasa cemas yang teramat."Ngga tau, Mas. Ibu jatuh sendiri," balas Aini sambil berusaha mengangkat lehernya hendak dipeluk."Tunggu, jangan dipeluk begitu. Biarkan saja tergeletak." Hisyam berjalan mendekati tubuh ibunya. Ia memeriksa denyut nadi di lengan dan lehernya. "Telepon rumah sakit aja, Mas," ucap Zahra yang turut mengikuti langkah Hisyam masuk ke dalam rumahnya."Ah ya, kamu benar. Cepat ambil ponselnya!" titah Hisyam. Ia lantas dibantu Aini membawa tubuh Bu Laras ke dalam kamar sambil menunggu ambulan datang.Tubuh Bu Laras yang sudah tak sadarkan diri itu dibaringkan di atas tempat tidur di kamar Bu Laras. Hisyam berjalan mondar-mandir sambil melipat tangannya di pinggang sambil menunggu datangnya
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more
Bab 5
Bab 5 Suasana rumah sakit mendadak sunyi saat dokter mengabarkan kondisi Bu Laras makin memburuk. Operasi yang dilakukan tidak membuat kondisinya makin baik, tetapi malah makin membuat kondisi pasien drop. Hisyam berjalan mondar mandir di depan ruang ICU. Hati dan pikirannya sedang kacau. Bagaimana tidak, nasib rumah tangganya sedang diujung tanduk sementara ibunya tiba-tiba mendapatkan musibah. Wanita yang ia sayangi, yang seharusnya menjadi penguat saat dirinya sedang terombang-ambing masalah malah turut menderita seperti ini. Hisyam bak kehilangan satu sayapnya untuk terbang mengarungi samudera kehidupan. Aini duduk di kursi tunggu sambil menunduk. Hatinya diliputi rasa bersalah karena sedikit banyak musibah ini terjadi setelah dirinya bertengkar dengan Hisyam. Bahkan untuk duduk di dekat suaminya saja Aini tak punya nyali. "Maafkan aku, Mas," lirih Aini. Linangan air matanya tak membuat Hisyam menoleh sedikitpun. "Memberimu maaf pun tak membuat Ibu kembali seperti sedia kala.
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more
Bab 6
Bab 6"Rasain," ucap Zahra setelah Hisyam berlalu dari hadapan Aini. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum miring menatap Aini yang sedang dirundung luka."Kamu!" geram Aini. Ia kemudian berlari menghampiri Hisyam yang tengah berjalan menjauhinya. Wanita hamil itu tak bisa diam begitu saja."Mas tunggu!" ucap Aini sambil menarik lengan Hisyam. Ia tak terima dengan ucapan Hisyam yang tanpa dipikir matang-matang. Pernikahan itu bukan mainan yang bisa seenaknya saja melontarkan kata talak."Apalagi? Kamu sudah selingkuh, masalah ini membuat ibu jatuh dan meninggal. Apalagi yang bisa kujadikan alasan untuk mempertahankan kamu di sisiku?"Kepala Aini terasa berputar mendengar ucapan Hisyam. Kecelakaan yang menimpa Bu laras bukan salahnya. Itu murni kecelakaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Selingkuh? Apalagi itu. Aini tidak bisa diam saja. Perlahan ia mengatur ritme napasnya agar bisa berbicara dengan jelas."Mas, aku sedang hamil. Apa tidak ada sedikit
last updateLast Updated : 2023-07-05
Read more
Bab 7
"Aisha?" pekik Aini kaget. Ia tak menyangka jika bertemu dengan Aisha di pinggir jalan raya seperti sekarang ini."Kamu ngapain di sini? Aku habis dari rumahmu tapi kata perempuan itu kamu sedang keluar. Tapi kok kamu di sini? Ngapain bawa tas segala?" tanya Aisha penasaran. Ia memegang tas di depan Aini untuk memastikan isinya.Aini menatap nanar wajah Aisha. Ia pun lantas menceritakan semua yang terjadi. Urut dan runut. Hingga Aisha turut geram akan sikap Hisyam dan juga Zahra itu."Lalu sekarang kamu mau gimana?""Aku ngga tau, Sha. Aku bingung. Aku juga lagi hamil," jawab Aini pasrah. Tangannya mengusap perut yang masih rata itu. Aisha terdiam. Ia tampak berpikir. Hari mulai larut, tak mungkin ia membiarkan sahabatnya terlunta-lunta di jalan raya seperti ini."Ngekos di tempatku aja gimana?" tawar Aisha."Memangnya ada kamar kosong?""Kayaknya ada. Coba nanti kita tanya ibu kos dulu, kalau ngga ada kamu bisa tidur di kamarku sementara.""Kamu beneran?""Beneran lah. Kapan aku boh
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more
Bab 8
Bab 8"Sha," panggil Khalid saat Aisha sedang mengambil barang di dalam gudang.Urung membawa barang tersebut, Aisha menoleh ke arah Khalid. Ia berjalan dengan tergesa, khawatir atasannya itu membutuhkan sesuatu yang urgen."Iya, Pak?" Aisha berujar setelah memangkas jarak. "Saya boleh tanya sama kamu?" tanya Khalid ragu. "Soal?""Aini."Aisha tersenyum kecil. Ia berjalan untuk lebih dekat dengan Khalid yang sedang duduk di sudut ruangan. Sebuah tumpukan kardus menjadi sasarannya untuk meletakkan berat tubuhnya yang ringan itu."Ada masalah apa dengan Aini?" tanya Khalid langsung. Ia tak mau basa-basi sebab takut Aisha akan seperti Aini tadi. Laki-laki yang di name tag nya bertuliskan Khalid Aditya itu tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang datang dengan tidak sengaja."Bapak kok tiba-tiba tanya begitu?""Kemarin saya bertemu dengan Aini di rumah sakit. Tampaknya sebuah pertengkaran terjadi dan suaminya menunjuk ke arah saya dengan penuh amarah. Saya jadi merasa tidak enak. Khawatir
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more
Bab 9
Bab 9"Ai, jangan murung aja dong. Jalan aja yuk?" ajak Aisha sore itu. Sepulang kerja, Aini lebih banyak murung di dalam kamarnya. Ia meringkuk di atas kasur sambil menikmati kesedihannya sendiri."Enggak, ah. Aku tidur aja." Aini menjawab usai mengubah posisi tidurnta menjadi berhadapan dengan Aisha. Melihat wajah Aini yang memberenggut membuat dahi Aisha mengernyit penuh tanya."Eh bumil ngga boleh sedih loh! Ini anak yang kamu idamkan sejak dulu kan? Jadi jangan membuat usahamu sia-sia hanya karena meraka tidak menghargai usaha kamu untuk mendapatkan anak ini. Percaya deh, suatu saat Mas Hisyam akan bertekuk lutut memohon ampunan kamu untuk bisa kembali menjadi ayah anak ini kembali.""Kamu ngomong apa! Mana ada!" Aini melengos, meskipun sebenarnya ia juga memiliki harapan yang sama."Beneran! Percaya aku deh! Nyesel tuh pasti dia nanti. Tuduhan dia ngga beralasan soalnya. Asal aja main percaya omongan perempuan itu.""Tapi sebenarnya sudah lama aku merasakan ada yang tidak beres
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more
Bab 10
Bab 10"Waah, sebuah kebetulan yang menyenangkan bisa bertemu kamu di sini," ucap pemilik pantulan di cermin itu. Aini melengos. Hendak pergi, tapi ia sudah terlanjur basah bertemu di sini. Dengan sangat terpaksa Aini meladeni sapaan perempuan yang telah berhasil memporak-porandakan rumah tangganya."Sudah move on rupanya. Senang sekali bisa berjumpa denganmu di sini," sambung perempuan itu lagi sambil menatap Aini dengan senyuman meremehkan."Move on dong. Buat apa bersedih kehilangan orang yang tidak bisa menghargai darah dagingnya sendiri," sahut Aini cepat. Tanpa menunggu jawabannya, Aini pergi dari ruangan toilet khusus perempuan.Aini berjalan tergesa menuju meja tempat Aisha duduk. Ia membanting badannya dengan keras di kursinya."Kenapa sih?" tanya Aisha kaget melihat perubahan ekspresi Aini. Saat sebelum pergi, wajahnya biasa saja tetapi setelah kembali wajah ayu itu berubah murung."Aku ketemu Zahra di toilet.""Zahra? Sama siapa?" tanya Aisha sambil melirik kanan dan kirin
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status