Share

34 Ada Yang Marah

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 17:28:33

Selin sampai mengerutkan bibirnya saat berjalan menuju kamar Fatih.

Ketika Anita membuka pintu kamar Fatih, seketika Selin dibuat terkejut. Mulutnya sampai terbuka menganga, pun dengan bola mata yang nampak terbelalak.

Selin masuk ke kamar Fatih. Ia melihat Raya baru saja memasukan buah dadanya yang besar ke dalam bra. Itu karena Raya baru saja selesai menyusui Fatih.

"Siapa kamu?" Selin sudah berdiri di depan Raya. Ia bertanya pada Raya dengan tatapan penuh selidik. "Kembalikan Fatih pada box!" perintahnya. Ia tak rela Fatih digendong oleh Raya.

Raya tak menjawab. Ia sendiri tidak kenal dengan Selin. Raya tak tahu harus menjawab apa.

Kemudian Anita langsung mengambil alih jawaban. "Perkenalkan ini adalah Raya. Raya adalah ibu susu Fatih sejak lahir," kata Anita memperkenalkan Raya kepada Selin.

Selin semakin terkejut. Napasnya bagai tersengal di tenggorokan. Dipandangnya tubuh Raya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan tajam. Di mata Selin, penampilan Raya memang tak tel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bukan Ibu Susu Palsu   35 Tersipu Malu

    "Aku tidak perduli. Aku tidak rela melihat keponakanku disusui oleh wanita macam gembel!" Selin beranjak dari tempat duduknya. Wanita berambut ikal itu hendak meninggalkan ruangan Aditya. Tapi langkahnya dangsung tertahan."Tunggu, Selin!" Gegas Aditya langsung menahan langkah Selin. Tak dibiarkannya sang adik ipar pergi begitu saja."Apa lagi?" Raut wajah Selin semakin terlihat kesal."Jangan beritahu mamah dan papah soal ibu susu Fatih," pinta Aditya memohon."Aku akan tetap beritahu mamah dan papah." Selin tetap memaksa."Tidak, Selin. Aku mohon." Kedua telapak tangan Aditya beradu, kembali meminta pada Selin. "Kamu tidak pernah tahu keadaan Fatih setelah dilahirkan. Aku sudah kelimpungan mencari ibu susu untuk Fatih. Anakku hampir mati tak mendapatkan ASI. Dan hari ini, kamu ingin Fatih kelaparan?" imbuhnya menjadi kesal pada Selin—sang adik ipar."Tapi kenapa harus wanita gembel itu yang menjadi ibu susunya? Menjijikan sekali." Selin mengerjapkan kedua bahunya."Tidak ada pilihan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bukan Ibu Susu Palsu   36 Dijemput Suami

    "Tidak bisa!" Aditya menolak permintaan Raihan. "Sudah bisa ditebak, itu hanya akal-akalan anda saja," tuduhnya.Geram sakali Raihan jadinya. "Anda ini tidak punya hati ya pak? Macam kerja di luar negeri saja orang tuanya sakit sampai tidak boleh menjenguk," protesnya."Bukannya tidak boleh, saya hanya ragu. Terlalu banyak kebohongan yang Ibu Wati buat kepada saya. Seorang pembohong, biasanya akan terus berbohong sampai kapanpun." Aditya menyindir Raihan."Kalau begitu, sekalian saja Anda ikut ke rumah sakit. Biar Anda tahu dan lihat sendiri," tantang Raihan. "Mama saya sedang kritis, meminta ingin bertemu Raya. Saya hanya khawatir sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada beliau. Raya adalah menantu kesayangan mama saya. Saya mohon Anda mengerti keadaan keluarga kami saat ini," imbuhnya.Aditya nampak berpikir dalam beberapa detik. "Oke!" Ia akhirnya mengiyakan permintaan Raihan. "Tapi saya akan tanya Raya terlebih dahulu. Jika Raya tidak bersedia, saya tidak akan memaksa."Tanpa memp

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bukan Ibu Susu Palsu   37 Tak Percaya Lagi

    Malam ini Raihan benar-benar membawa Raya ke sebuah klinik. Kendaraan roda dua milik Raihan kini sudah terparkir di depan klinik. Gegas Raya dan Raihan memasuki klinik untuk menemui Wati.Awalnya Raya menyangka kalau Wati berada di rumah sakit besar. "Kenapa dibawa ke klinik, Mas? Aku kira Mama ada di rumah sakit besar?" tanya Raya ketika mereka tengah melangkah memasuki klinik."Tidak ada uang untuk membawa Mamah ke rumah sakit, Aku hanya mampu ke klinik saja," jawab Raihan nampak lesu. Hingga akhirnya mereka telah sampai di ruangan Wati. Wanita paruh baya itu nampak terbaring lemas tak berdaya di atas hospital bed.Raya tidak tega melihat luka pada tubuh Wati, sebab luka pada tubuh Wati telah terbungkus oleh beberapa lilitan perban.Raya mendekat pada mertuanya. "Ma..." Ia berdesis menatap Wati dengan tatapan sendu. Raya juga segera meraih telapak tangan Wati lalu mencium punggung tangannya.Tak ada respon dari Wati, kelopak mata wanita paruh baya itu tertutup rapat. "Mama belum s

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Bukan Ibu Susu Palsu   38 Dimasakin Malam-malam

    Sementara dengan Raya, malam ini wanita berbulu mata lentik itu telah sampai di kediaman Aditya. Sebelum ke kamar Fatih, terlebih dahulu Raya mencuci tangan dan wajahnya yang dirasa belum higienis setelah dari luar.Ketika Raya hendak masuk ke kamar Fatih, samar-samar terdengar suara berbicara dari dalam ruangan. Langkah Raya seketika tertahan di ambang pintu."Kerja bagus malam ini. Besok saya akan berikan kamu bonus." Suara bariton terdengar berbisik.Sepertinya itu suara Aditya. Raya bisa mendengar suara Aditya tengah berbicara. Dengan siapa?Raya menengok benda bundar yang menempel di dinding rumah? Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Pikir Raya, mungkin saja Aditya memang belum tidur di ruangan yang lain.Raya kemudian melanjutkan niatnya masuk ke kamar Fatih. Raya segera memutar handle pintu.Ceklek!Begitu pintu terbuka, seketika bola mata Raya dibuat terkejut."Raya!" Aditya terkejut melihat Raya membuka pintu. Dia terkejut karena tengah berbicara dengan seseorang melalu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Bukan Ibu Susu Palsu   39 Diancam

    "Tidak usah, Pak. Saya makan sendiri saja." Raya menolak dengan sopan. Dia masih menyusui Fatih. "Tidak apa-apa, Raya. Kalau menunggu sampai Fatih selesai, nanti keburu dingin." Aditya tetap memaksa dengan perhatian. Dia mulai menyendok spaghetti lalu disodorkan ke dekat bibir Raya."Buka mulut kamu, Raya. Makanlah," titah Aditya. Dia tak tahu betapa tersipu malunya Raya saat ini oleh sikap dan perlakuannya.Sebenarnya Raya enggan membuka mulutnya. Dia merasa tak enak. Tapi jika tetap menolak, khawatir Aditya marah karena dianggap tak menghargai.Mulut Raya pun terbuka. Ia memakan suapan spaghetti dari Aditya.Di ruangan kamar bayi itu, ketika Fatih masih menyedot ASI Raya dalam waktu yang cukup lama, Aditya pun masih menyuapi Raya sampai spaghetti di atas piring itu habis.Setelah selesai, Aditya segera beranjak. "Selamat istirahat ya, Raya. Jangan tidur terlalu malam," ucapnya kemudian pergi.Raya tak membalas ucapan Aditya. Ia hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Raya menunduka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Bukan Ibu Susu Palsu   40 Tersayang?

    Hingga akhirnya, kendaraan Aditya berhasil menyalip kendaraan Raihan. Secara mendadak Raihan menginjak pedal rem hingga kening Raya sampai terkena dashboard mobil."Aww!" pekik Raya. Keningnya sampai memerah. "Sakit, Mas!" Raihan terlihat mengerutkan bibirnya, rahangnya nampak mengeras, terlihat tengah menahan emosi. Kendaraannya berhasil dihentikan oleh Aditya. Tok tok tok! Kaca mobil diketuk Aditya dari luar. "Buka!" pinta Aditya dengan tegas.Namun Raihan masih terdiam, ia terlihat enggan untuk menurunkan kaca mobilnya.Tok tok tok!Merasa perintahnya tidak diindahkan, Aditya kembali mengetuk pintu kaca mobil Raihan. "Buka! Atau saya pecahkan kaca mobilnya," ancamnya dengan keras, dari luar.Merasa tengah berada di posisi yang tidak aman, Raya segera membuka kunci, lalu dengan cepat keluar dari mobil Raihan."Raya, tunggu!" Raihan langsung menarik tangan Raya namun terlepas kembali.Raya sudah berhasil keluar dari mobil Raihan, lalu berlindung di belakang Aditya. "Pak, saya tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Bukan Ibu Susu Palsu   41 Sedih Sendiri

    "Hah!" Mendengar itu seketika Raya mendongak terkejut. "Maksudnya?" Sadar dengan ucapan barusan, Aditya terlihat menjadi gugup. "Eh maksudnya, saya. Mmm... Maksud saya, saya akan melakukan apa pun untuk siapa saja yang menyayangi Fatih. Termasuk kamu. Kamu sayang 'kan pada Fatih?" ralatnya segera.Nampak kedua sudut bibir Raya tertarik ke samping. Ia mengukir senyum. "Tentu saja, Pak. Saya sangat menyayangi Fatih bagaikan anak kandung sendiri. Maaf jika perasaan saya pada Fatih terlalu berlebihan," balasnya pada Aditya."Tidak usah minta maaf, Raya. Saya malah merasa senang atas kasih sayang yang kamu berikan pada Fatih." Aditya menjadi salah tingkah. Ia meluruskan pandangan ke depan, tak tentu tujuan.Hingga akhirnya Raya telah sampai di kediaman mewahnya Aditya Fadillah."Titip Fatih ya. Saya harus meeting seharian ini," ucap Aditya ketika Raya hendak keluar dari mobilnya."Iya, Pak. Tentu saja." Raya menganggukan kepala kemudian keluar dari mobil Aditya.Raya merasa senang sebab i

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Bukan Ibu Susu Palsu   42 Mengajukan Gugatan Cerai

    "Ada apa ini?" Anita yang tak sengaja mendengar suara Selin, turut serta masuk ke kamar Fatih Sadar akan kedatangan Anita, Selin pun langsung merubah raut wajahnya menjadi sendu."Tante." Selin yang sudah memasang wajah sendu, langsung memeluk Anita. Menyembunyikan tangisan palsunya."Kenapa, Selin?" Anita menjadi keheranan. "Bukankah tadi kamu marah-marah? Kenapa jadi menangis?" tanyanya seraya mengusap lembut punggung Selin."Aku marah karena wanita itu menghinaku, Tante." Selin sambil terisak. Terlihat menangis, tapi tak ada setetes pun air mata yang keluar.Mendengar tuduhan Selin, Raya pun mendongak terkejut. Raya juga langsung menggelengkan kepalanya. "Saya tidak menghina siapa pun," bantahnya segera."Bohong, Tante. Dia berkata, kalau aku tidak pantas dekat dengan Fatih. Dia mengusirku. Aku menjadi marah dan sedih." Selin kembali berpura-pura menangis dalam pelukan Anita."Masa sih?" Anita menautkan kedua alisnya. Terlihat tak percaya."Tante gak percaya sama aku?" Wajah manja

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13

Bab terbaru

  • Bukan Ibu Susu Palsu   63 Ketahuan

    "Bubu... Huaaa..."Suara tangisan Fatih semakin menggelegar. Aditya tak bisa lagi membendung kegelisahannya. "Fatih!" Aditya kembali memanggil nama anaknya dengan keras."Siapa ini? Di mana anak saya?" Aditya seketika menjadi emosi. Seseorang dibalik telepon itu seperti sengaja ingin mempermainkannya."Anda jangan khawatir. Anak Anda dalam keadaan baik-baik saja. Fatih akan aman dalam penjagaan saya." Suara sopran dengan lembut berbicara dari balik telepon. Sepertinya Aditya kenal dengan suara wanita yang barusan berbicara. Itu seperti suara Elsa. Iya, Aditya sangat yakin kalau itu adalah suara Elsa, yang sedikit cempreng."Elsa! Ke mana kamu membawa Fatih pergi?" Aditya Sagara bertanya dengan tegas. "Wow! Ternyata Tuan Aditya seperti paranormal. Pintar sekali menebak kalau ini adalah saya." Elsa menertawakan. terdengar meledek. "Anda jangan khawatir, Tuan. Fatih dalam keadaan sehat dan aman dalam pangkuan saya," lanjutnya. "Brengsek! Kamu telah bermain-main dengan saya. Kembalika

  • Bukan Ibu Susu Palsu   62 Menjadi Cemas

    Ketika malam sudah semakin larut, Aditya baru saja membuka kelopak matanya. Dia terlihat meregangkan kedua tangannya. Tidurnya yang lelap membuat dia sedikit lemas. Aditya segera beranjak dari tempat tidur. Jarum pada benda bundar yang menempel di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Beberapa jam berlalu telah Aditya lewatkan, akibat kelelahan sepulang dari rumah sakit.Aditya melangkah menuju pintu kamar. Ia segera memutar handle pintu. Tapi ternyata, pintu kamar Aditya telah dikunci. "Loh mana kuncinya?" Aditya sedikit tercengang manakala tak mendapati kunci pada lubang pintu.Aditya mengedip-ngedipkan kelopak matanya. Mengatur pandangannya yang sedikit buram. Dia juga segera menyalakan lampu di kamar, agar bisa memastikan kalau ia tidak salah lihat. Ternyata, Aditya baru sadar kalau kunci di kamarnya benar-benar telah hilang. Pintu kamar telah terkunci. Beruntung Aditya mengingat kunci serep yang tersimpan di dalam laci lemarinya. Ia segera mengambil kunci serep

  • Bukan Ibu Susu Palsu   61 Yang Tak Diinginkan

    Ruangan Fatih benar-benar kosong. Dibawa ke mana perginya anak tunggal Aditya Fadilah itu. Ucapan Anita tadi membuat pikiran Aditya menjadi paranoid."Ada apa, Tuan?" Tiba-tiba suara sopran terdengar dari pintu kamar mandi yang baru saja dibuka. Elsa baru saja keluar dari sana sambil menggendong Fatih di pangkuannya.Seketika Aditya menoleh terkejut. Bola matanya sampai membulat sempurna. "Ngapain kamu membawa Fatih ke kamar mandi?" tanyanya sambil melayangkan tatapan nanar penuh selidik kepada Elsa yang baru saja ia kenal. "Barusan Fatih buang air besar cukup banyak, Tuan. Saya sudah membersihkannya dengan tisu basah, tapi tidak terlalu bersih. Makanya saya bersihkan di kamar mandi," jelas Elsa terlihat tenang. Akhirnya Aditya pun menghela nafas lega. Padahal dia sudah berpikir yang aneh-aneh. Merasa bersalah karena sempat berpikir negatif, Aditya akhirhya mengangguk paham, ia segera duduk di sofa empuk yang ada di ruangan Fatih.Aditya melihat Fatih yang kini sudah tenang dalam pa

  • Bukan Ibu Susu Palsu   60 Baby Sitter Baru

    Ketika mentari sudah turun di ufuk Barat pertanda malam akan segera tiba, Raya dan Hani baru saja tiba di cafe—tempat bertemunya raya dan Selin tempo lalu. Hani segera mendatangi pihak pemilik cafe untuk meminta rekaman CCTV dua hari yang lalu, tepat di waktu yang telah disebutkan Raya.Namun nampaknya permintaan Hani seperti dipersulit. Pihak cafe tidak bisa memberikan hasil rekaman CCTV sebagaimana permintaan Hani dan Raya dengan alasan privasi.Tapi Hani tak tinggal diam. Sahabat Raya itu terus berusaha meminta izin kepada pihak cafe dengan tujuan demi mendapatkan barang bukti. Hingga setelah beberapa jam kemudian usaha Hani tidak sia-sia. Hani dan Raya akhirnya diizinkan untuk melihat rekaman CCTV di cafe tersebut dengan tujuan mencari bukti dari sebuah kejahatan. Di depan layar laptop Hani dan Raya menyaksikan dengan teliti kejadian ketika Raya dan Seline mendatangi kafe tersebut.Sialnya, tak ada barang bukti yang menyudutkan Selin. Tidak ada video yang memutar gerak-gerik Se

  • Bukan Ibu Susu Palsu   59 Curiga

    "Tunggu, Han. Aku belum selesai bicara," tahan Raya. Hani pun Kembali ke tempat duduknya. Dia merasa tidak percaya dengan keterangan Raya barusan."Aku juga meragukan hasil tes itu. Aku percaya kalau kamu tidak mungkin mengkonsumsi obat-obatan terlarang," kata Hani. "Coba ceritakan kepadaku sebelum kesalahpahaman itu terjadi," lanjutnya penuh selidik. "Aku juga tidak tahu seperti apa pastinya. Hari itu aku berniat untuk pergi ke kantor Pak Aditya, tapi tiba-tiba di tengah jalan aku melihat mama Wati dan Mas Raihan kecelakaan. Pikiranku buyar, aku melupakan tujuan awal. Aku beralih menolong mama Wati dan Mas Raihan, segera membawa mereka ke rumah sakit. Setelah sadar, aku segera pergi ke kantor Pak Aditya untuk mengantarkan ponsel Pak Aditya pada sore harinya. Pak Aditya langsung marah, aku pun menyadari kesalahanku. Aku memilih mengalah dan keluar dari ruangan Pak Aditya dengan rasa penyesalan. Tapi tiba-tiba aku bertemu dengan Selin di ujung koridor kantor. Selin mengajakku untuk b

  • Bukan Ibu Susu Palsu   58 Dihasut

    Aditya tercengang. "Tolong jangan bicara sembarangan, Selin." Dia pura-pura tidak tahu. Aditya hanya khawatir kalau Seline melapor pada orang tuanya mengenai berita Raya yang mengkonsumsi barang haram."Aku tidak sembarangan, Mas. Aku lihat dengan mata kepala sendiri. Kemarin kebetulan aku sedang berada di cafe yang sama, bersama temanku. Temanku sendiri yang mengatakan, pria yang bersama Raya kemarin adalah pengedar narkoba," tekan Seline berusaha meyakinkan Aditya."Mas, kamu jangan membiarkan Raya terus-menerus tinggal di rumah kamu. Wanita pemakai barang haram itu sangat berbahaya. Bisa mengancam keselamatan Fatih. Kamu lihat 'kan buktinya sekarang, aku sudah bisa menebak sakit yang di alami Fatih saat ini. Itu pasti gara-gara air susu dari Raya. Wanita menyusui tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Kita tidak pernah tahu sejak kapan Raya mengkonsumsinya. Jangan ambil resiko, Mas. Ini semua demi kebaikan Fatih," tambah Selin dengan penjelasan yang panjang lebar, berusaha

  • Bukan Ibu Susu Palsu   57 Mengadu Domba

    Aditya masih kebingungan di tepi jalan. Ia masih termenung di dalam mobilnya sendirian. Tak ada jalan keluar dari Hani. Jemari tangannya terlihat sibuk menekan kontak bernama Raya pada layar ponselnya. Aditya berusaha menghubungi Raya melalui sambungan telepon.Namun detik itu pula Aditya harus kecewa manakala nomor yang dia tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area.Aditya berdecak kesal. Ia melempar ponselnya ke kursi sebelah. Terlihat sangat menyesal. "Aku tidak menyangka kalau akan seperti ini jadinya. Aku egois. Aku tidak memikirkan hal yang lebih penting daripada mengusir Raya dari rumah," desis Aditya berbicara sendirian penuh rasa sesal.Namun tak lama ponselnya kembali berdering. Panggilan masuk datang dari Selin.Sebenarnya Aditya sangat malas menjawab sambungan telepon dari Selin. Tapi biar bagaimanapun Selin adalah adik iparnya. Akhirnya Aditya tetap menjawab telepon yang masuk dari Selin."Hallo, Mas Aditya. Kamu di mana? Aku datang ingin bertemu Fatih, ta

  • Bukan Ibu Susu Palsu   56 Mencarinya

    Pagi yang menegangkan itu membuat Aditya menunda pekerjaannya untuk pergi ke kantor. Aditya segera membawa Fatih ke Dokter. Perasaannya cemas memikirkan anak semata wayangnya yang tengah mengalami demam yang cukup tinggi pada suhu badannya. "Bisakah lebih cepat, Adit?" Anita yang duduk di kursi belakang di mobil Aditya terlihat resah sambil mengusap-ngusap punggung Fatih yang kini berada pada pangkuannya.Padahal Adit sudah melajukan kendaraan yang dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Anita hanya risau. Iya benar-benar khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada cucunya."Iya, Mah," jawab Aditya dengan singkat sambil fokus ke jalan Raya. Hanya Aditya dan Anita yang membawa Fatih ke rumah sakit. Mereka tidak mengajak Susi, karena pembantu rumah tangga itu masih banyak tugas dan pekerjaan di rumah."Bubu..." rengek Fatih. Dalam tangisannya, anak tampan itu terus saja memanggil nama bubu sebagai sebutan sayangnya kepada Raya. Padahal baru satu hari satu malam Raya meninggalkan

  • Bukan Ibu Susu Palsu   55 Dalam Hati Menjadi Rindu

    "Biaya perawatan atas nama Nyonya Wati dan Tuan Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Keterangan dari pihak kasir membuat Raya menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi Wati berbohong kepadanya, padahal Raya ingin berbaik hati dan berdamai dengan mantan mertuanya. Sebelum Raya berlalu dari rumah sakit, ia kembali ke ruangan Wati. Raya melihat Wati masih menangis di kamarnya, entah tangisan apa yang tengah dikeluarkan oleh Wati. "Kenapa Mama berbohong?" Raya bertanya ketika sudah kembali menghadap Wati.Melihat Raya sudah kembali, Wati pun mendongak terkejut mendengar pertanyaan dari mantan menantunya. "Mama tidak bermaksud membohongi kamu. Jika Mama jujur, kamu tak akan percaya," elak Wati. "Aku sudah menemui pihak kasir. Semua biaya rumah sakit Mama dan Mas Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Raut wajah Raya terlihat kecewa. "Maafkan mama, Raya. Mama terpaksa berbohong, agar kamu mau meminjamkan uangmu pada Mama," elak Wati lagi."Sudah, Ma. Tidak apa-apa. Tolong jangan ulan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status