“Lastri, maukah kamu menjadi pacarku?” Tiba-tiba Juned berdiri menghadang perjalanan Sulastri dan kedua temannya. “Minggir kamu, dasar pria lemah,” ujar Sulastri dengan kasar kepada Juned. Juned frustasi setelah ditolak oleh seorang wanita yang selama ini ia incar. Juned pun pergi ke hutan untuk mencari tanaman beracun demi mengakhiri hidupnya. Namun, ia justru memakan sebuah tanaman langka yang tumbuh 1000 tahun sekali, dan hal itu justru membuatnya mendapatkan beragam kemampuan supranatural serta membuat kemampuan fisiknya naik berkali-kali lipat, termasuk kejantanannya. Saat ia menyadari dirinya telah berubah, ia pun langsung membalas orang-orang yang selama ini telah mencemoohnya, dan membuat para wanita yang selama ini mencemoohnya kembali padanya dan memohon untuk menjadi kekasihnya!
View MoreAlisa menatap kakaknya dengan khawatir, tapi dia juga tahu Tania adalah orang yang tak mudah menyerah. "Baiklah... kita coba."Tania lalu menoleh ke Juned dan tersenyum lembut. "Juned... kamu masih ingat caranya memijat, kan?"Alisa kembali mendekati Juned, lalu dengan lembut menyentuh kepalanya. Matanya sedikit terpejam, mencoba meresapi ingatan yang masih tersisa dalam benak pria itu. Tania menatap mereka dengan penuh harap.Beberapa detik kemudian, Alisa membuka matanya dan menatap Tania. “Aku melihatnya.”“Apa yang kamu lihat?” tanya Tania cepat.Alisa menarik napas dalam. “Saat Mas Juned memijat seseorang, dia selalu memulainya dengan perlahan. Dia akan meraba bagian tubuh yang sakit atau pegal dengan tangannya terlebih dahulu, lalu dia menekan dengan lembut untuk mencari titik yang paling membutuhkan pijatan.”Tania mengangguk, mencatat dalam pikirannya. “Lalu?”“Setelah menemukan titik yang tepat, dia akan menggunakan ibu jari dan telapak tangannya untuk memberikan tekanan. Di
Alisa menggigit bibirnya sebelum akhirnya bercerita. “Sebelum kecelakaan itu, aku pernah menemukan jamur yang tumbuh di dekat sekolahku. Aku membawanya pulang, namun setelah aku sadar dari kecelakaan. Di hadapan Mas Juned dan Pembantunya, mereka tak sengaja melihat jamur itu di kantongku. Lalu mereka bercerita tentang jamur ajaib. Aku penasaran, terus aku nekat coba makan.”Tania semakin terkejut. “Kamu makan jamur itu?! Terus, apa yang terjadi?”Alisa terlihat ragu sebelum akhirnya berkata, “Setelah makan jamur itu... aku mulai merasa kepalaku pusing lalu kembali pingsan. Mas Juned panik lalu membawa ke rumah temannya yang kaya. Setelah sadar kepalaku menjadi ringan, kayak semua hal jadi lebih gampang dipahami. Aku jadi ngerti pelajaran tanpa perlu belajar keras, aku bisa ingat sesuatu yang cuma kulihat sekilas... Bahkan aku bisa menyelesaikan puzzle yang belum pernah aku lihat, kak.”Tania terdiam, menyusun potongan-potongan informasi di kepalanya.“Berarti jamur yang kamu makan
“Alisa?” gumam Tania pelan.Tania menatap Alisa dengan heran saat adiknya itu masih berdiri di depan pagar.Alisa mengangguk kecil, masih terlihat ragu-ragu. “Kak...”Tania menghela napas, melirik sekilas ke arah Juned. “Kamu kenapa tiba-tiba ke sini?”Alisa menunduk sebentar sebelum menatap kakaknya lagi. “Aku Cuma ingin ketemu Kakak.”Tania terdiam. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu, sejak masalah besar yang terjadi antara dirinya dan ayah mereka.“Setelah semua yang terjadi... kamu masih mau datang ke sini?” suara Tania terdengar lebih hati-hati.“Aku tetap adikmu, Kak,” jawab Alisa. “Aku Cuma ingin tahu kabarmu, aku juga rindu... meskipun aku tahu kita sudah lama nggak seperti dulu lagi.”Tania menggigit bibirnya, lalu melirik sekilas ke dalam rumahnya yang sederhana.“Masuklah. Kita bicara di dalam.”Alisa mengangguk, melangkah masuk melewati Juned yang masih sibuk dengan dunianya sendiri. Namun, saat dia berjalan, tiba-tiba Juned meraih pergelangan tangannya.“Kamu Jamur
Tania berlari ke kamarnya, dia membongkar rak berisi buku. Tangannya dengan cepat menyibak beberapa buku yang tersusun rapi.Setelah menemukan sebuah buku yang dicari, ia membuka kembali catatan kuno yang selama ini dia teliti. Di dalamnya, tertulis hubungan unik antara empat jamur ajaib yang konon memiliki kekuatan luar biasa:“Kekuatan mengalahkan Kekayaan, Kekayaan mengalahkan Kekuasaan, Kekuasaan mengalahkan Kecerdasan, Kecerdasan mengalahkan Kekuatan.” Tania duduk di sebuah meja sambil telunjuknya dengan perlahan menyusuri setiap tulisan dalam buku.Tania mendongak menatap langit kamarnya sambil masih bergumam sendiri. “Jadi hal itu seperti Siklus yang membentuk rantai keseimbangan, seolah-olah masing-masing jamur saling mengimbangi satu sama lain.”Tania menyadari sesuatu—Juned memiliki kekuatan, sementara Marina memiliki kekayaan. Jika benar teori ini berlaku, maka seharusnya Marina akan lemah dengan Juned.Namun, ada satu masalah besar. Juned kehilangan efek jamurnya. “
Sudah seminggu sejak Tania membawa Juned pergi dari tempat yang tak menginginkannya, Tania merawat Juned di sebuah tempat yang tenang, tanpa gangguan siapa pun, agar Juned bisa pulih tanpa tekanan dari masa lalunya.Setiap hari, Tania memastikan Juned makan tepat waktu, membersihkan dirinya, dan berusaha membantunya kembali ke keadaan normal.“Juned kamu harus pulih, aku akan selalu merawatmu.” Tania mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Juned.Sebagai seorang polisi, Tania bisa saja menyerahkan Juned ke rumah sakit jiwa, atau membiarkan keluarganya mengurusnya—jika Juned masih punya keluarga yang peduli.“Ayo kita menikah, Lastri. Hahaha.” Juned masih sama—tertawa sendiri, berbicara dengan bayangan, atau menatap kosong ke luar jendela.Tania menghela napas, lalu lebih mendekat untuk duduk di sampingnya. “Lastri sudah pergi, Juned. Sekarang hanya ada aku di sini.”Juned menoleh, menatap Tania dengan ekspresi bingung. “Kau siapa?”Pertanyaan itu menusuk hati Tania. Tapi ia t
Tania berdiri di dekat jendela mengawasi keadaan di luar. “Aku akan membantumu, Marina.”Marina duduk di tepi ranjang Juned, menatap pria itu yang masih diam dengan tatapan kosong. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya menoleh ke arah Tania yang berdiri di dekat jendela."Aku ingin bicara jujur padamu, Tania…" suara Marina terdengar ragu.Tania melangkah mendekat, duduk di kursi di sisi tempat tidur. "Apa yang ingin sebenarnya ingin kau bicarakan di telepon tadi?" tanyanya dengan nada lembut.Marina menunduk, memainkan jemarinya sendiri seolah mencari keberanian. "Awalnya, aku membantu Juned untuk hal pribadi. Aku merasa senang berada di dekatnya… terutama saat berada di atas ranjang bersamanya, adalah kenikmatan yang aku cari selama ini."Tania mengernyit, tapi tetap diam, membiarkan Marina melanjutkan."Aku tahu mungkin terdengar aneh, tapi aku menyukai kekuatannya, Tania. Saat dia menjamahku, aku merasa nyaman, seolah dunia ini tak terlalu berat," Marina tersenyum tipis, tapi t
Marina menggenggam lengan Juned dengan lembut, mencoba membimbingnya menuju kamar. Juned hanya menurut tanpa perlawanan, langkahnya pelan dan matanya tetap kosong.“Kalian kembali bekerja saja,” ujar Marina kepada Ratih dan Siti dengan nada tegas. “Hari sudah hampir malam. Siapkan makan malam untuk kita semua.”Ratih dan Siti saling pandang, lalu mengangguk. “Baik, Bu,” jawab Ratih sambil menarik lengan Siti agar segera menuju dapur.Pak Darma masih berdiri di tempatnya, memperhatikan Marina yang kini menuntun Juned ke dalam kamar. Dalam hatinya, ia merasa kasihan sekaligus khawatir dengan keadaan pria itu.Marina membaringkan Juned di tempat tidur, lalu duduk di tepi ranjang sambil menghela napas panjang. Ia menatap wajah lelaki itu yang kini tampak begitu rapuh, sangat berbeda dengan sosok Juned yang dulu dikenalnya.“Juned...” bisiknya pelan, meski tahu Juned tak akan merespons.“Mas Juned suka begituan dengan wanita, jadi aku coba mengajak dia begituan… Tapi ternyata nggak ada re
Siti melepaskan pelukannya dengan kesal, lalu menatap Ratih dengan tatapan tidak senang.“Kamu membuatku merasa seperti orang bodoh, Ratih!” gerutu Siti sambil melipat tangan di dadanya.Ratih menghela napas panjang. “Aku hanya menebak apakah hal seperti itu yang bisa membangkitkan perasaannya lagi,” jawabnya tenang.“Tapi ternyata nggak ada, kan? Aku jadi merasa konyol!” Siti menatap Juned yang masih diam tanpa reaksi. “Bahkan kau menelanjangiku seperti ini, membuatku malu, tahu.”Ratih menatap Siti dengan tatapan nakal. “Aku ngerti perasaanmu, Siti. Tapi kamu punya badan yang bagus kok, kenapa harus malu?”Siti menghela napas berat. “Terus, kalau sudah telanjur begini bagaimana?”Ratih menatap Siti yang masih kesal karena hasratnya tak terlampiaskan. “Kamu lakukan sendiri saja di kamar, atau mungkin... Apa kamu mau aku bantu seperti biasanya untuk melampiaskannya.”Siti masih kesal, tapi akhirnya mengangguk pelan. “Ya sudah, kalau begitu, tidak ada cara lain karena aku lagi pengen b
Tania mengangguk, memahami kecemasan mereka. “Aku akan memberikan keterangan kepada komandanku di kepolisian. Aku juga akan meminta izin untuk menjaga rumah ini kepada komandan.”Ratih dan Siti masih tampak cemas. “Mbak Tania, benar nggak apa-apa kalau Mbak sendirian yang menjaga rumah ini?” tanya Siti ragu-ragu.Tania tersenyum meyakinkan. “Aku ini polisi, sudah terbiasa menghadapi situasi berbahaya. Kalian jangan khawatir, selama aku di sini, kalian aman.”Ratih dan Siti sedikit lega mendengarnya, tapi tetap saja perasaan tidak nyaman menyelimuti mereka. Tania berjalan melangkah keluar rumah Juned tanpa menoleh sedikitpun.Siti dan Ratih hanya memperhatikan punggung Tania yang akhirnya masuk ke dalam mobil. Setelah mobil yang di tumpangi Tania tak terlihat lagi, Siti menoleh ke arah Ratih dengan tatapan curiga. “Apa kamu mencoba menyembunyikan sesuatu dari Mbak Tania?”Ratih mengernyitkan dahinya, “Apa yang kau bicarakan?” Ratih justru balik bertanya kepada Siti.“Kamu pasti t
“Lastri, maukah kamu menjadi pacarku?” Tiba-tiba Juned berdiri menghadang perjalanan Sulastri dan kedua temannya. “Minggir kamu, dasar pria lemah,” ujar Sulastri dengan kasar kepada Juned. “Kamu itu tidak cocok ya bersanding dengan Lastri.” Celetuk salah satu teman Sulastri yang berdiri di sampingnya. Juned hanya tertunduk lesu sambil menggenggam seikat bunga mawar, mendengarkan cemoohan yang menyakiti hatinya. Juned sangat menyukai Sulastri yang merupakan anak Juragan Pasir di desa itu. Meski berkali kali cinta Juned ditolak. Sulastri membalas cinta Juned dengan cemoohan dan hinaan belaka. “Hei, Juned. Kamu itu harusnya berkaca dulu. Kamu itu siapa? Berani beraninya mendekati Sulastri.” Ujar teman Sulastri yang lain, sambil mendorong Juned. Juned terjengkang ke belakang, disambut tawa yang menggema ketiga gadis itu. “Hahaha, lihat dia teman-teman. Baru didorong begitu aja sudah jatuh.” Ucap Sulastri tertawa lepas. Kaos yang dipakai Juned kotor terkena tanah, dia...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments