Share

Bab 4

Tanpa pikir panjang, Juned berlari menerobos lingkaran orang-orang yang mengelilingi Tante Lilis. Dia mendorong satu per satu dari mereka, sampai akhirnya berdiri di depan Anton.

"Berhenti!" teriak Juned dengan nafas memburu. "Apa yang kalian lakukan?!"

Anton tersenyum miring. “Oh, jadi akhirnya kau berani muncul juga, Juned,” katanya dingin. “Bagus. Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan.”

Sebelum Juned sempat bertanya, Anton mendekatinya dengan wajah penuh kebencian.

"Apa yang kau lakukan dengan Vivi di sungai, hah?" suara Anton meninggi.

Juned terdiam sejenak, pucat. Bagaimana Anton bisa tahu tentang pertemuannya dengan Vivi?.

"Aku tidak melakukan apa-apa!" Juned menjawab dengan tegas. "Aku bertemu dengan Vivi secara kebetulan di sungai, saat aku sedang mencari tanaman herbal. Kami hanya mengobrol sebentar."

Anton tidak mempercayainya. "Jangan bohong, Pria Letoy! Kau pasti membuntuti dia! Kau pasti berniat buruk terhadap istri orang!" Anton semakin mendekat, matanya seperti elang yang siap menerkam.

Juned mencoba menjelaskan, namun Anton tidak mau mendengar. Ia memberi isyarat kepada anak buahnya, dan tiga orang segera menghampiri Juned.

Mereka mendorong dan memegang lengan Juned dengan kasar, memojokkannya ke tembok.

Tante Lilis yang menyaksikan kejadian itu mulai histeris. "Lepaskan dia! Juned tidak bersalah!" teriaknya. Suaranya tenggelam di antara tawa dan ejekan dari anak buah Anton.

Pukulan pertama menghantam wajah Juned.

DEBUUKK...

Kepala Juned terpaksa menoleh ke samping karena kerasnya pukulan itu.

Namun anehnya, Juned tidak merasakan sakit yang seharusnya, seperti ada sesuatu yang tak terlihat melindungi tubuhnya.

DEBUUKK... DEBUUKKK.. GEDEBUKKK

Dengan tempo yang tak beraturan anak buah Anton melayangkan pukulan demi pukulan. “Duuhh...” rintihan tak jelas keluar dari mulut setiap orang.

Setiap pukulan yang diberikan anak buah Anton seakan tak berefek sama sekali kepada Juned. Mereka yang menghantam, namun setelah itu mereka memegangi tangannya sendiri, seolah mereka sendiri yang kesakitan.

Juned masih tetap berdiri tegak meski telah dipukuli, “silakan, pukul lagi sepuas kalian.” Kata Juned dengan nada memprovokasi.

Hal itu membuat kemarahan Anton semakin membara.

“Jadi kamu masih belum menyerah ya, sialan. Apa kau benar-benar cari mati saat ini?!” Anton melangkah maju dan mendekatkan wajahnya ke telinga Juned.

“Baiklah, kita buat semuanya lebih mudah. Bagaimana kalau kita tukar saja Vivi dengan Lilis.” Mata Juned langsung melotot mendengar ucapan Anton.

Anton masih melanjutkan ucapannya, “Kau bisa mengambil istriku, asal tante mungilmu ini menjadi milikku.”

Tangan Anton dengan kasar menarik lengan baju Lilis sampai sobek. Kemudian merangkul tubuh Lilis yang gemetar ketakutan.

CUIIHHH...

Tanpa berpikir lebih jauh, Juned meludah ke arah Anton. Ludah itu tepat mengenai wajah sang Jawara Kampung itu.

“Kurang ajar!!” Anton berteriak marah. Ia langsung melayangkan pukulan ke wajah Juned dengan sekuat tenaga.

Pukulan Anton memang beda dengan anak buahnya, tubuh Juned sedikit tersentak ke belakang hingga ambruk. Namun Juned masih tak merasakan sakit sama sekali.

Anton memegangi tangannya sambil merintih, “Sialan, tanganku sakit sekali.”

Para anak buah Anton yang tadi juga ikut memukuli Juned saling pandang, melihat pemimpinnya yang mengeluh kesakitan. “Bos, sepertinya ada yang aneh dengan dia.”

Anton masih tak percaya dengan keanehan yang terjadi. “Diam kalian! Mungkin tadi aku hanya salah posisi tangan saja.” Kata Anton dengan penuh amarah membentak anak buahnya.

Di lain sisi Juned sudah kembali berdiri tegak tanpa luka. “Kau sudah selesai, Jawara.” Kata Juned.

Kemarahan Anton menjadi tak terkendali, dia mengeluarkan kata-kata kasar. “Tetap jaga batasanmu, Letoy. Aku bisa saja menghabisimu sekarang juga.”

Lilis yang mengerti sepak terjang Anton, hanya bisa menangis ketakutan. Tak tahu harus melakukan apa.

“Habisi dia! Sampai tak bisa berdiri lagi!” Perintah Anton menggema membuat anak buahnya langsung mendekati Juned.

DEBUUUKK... GEDEEBUUUKKK...

Kali ini Juned sedikit melawan, dengan menangkis dan mendorong anak buah Anton hingga jatuh ke tanah. Seperti buah yang berserakkan.

“Kenapa kalian kalah sama kutu ini!!!” Anton mulai panik dan tak menyangka melihat Juned yang mampu meredam perlawanan anak buahnya.

“Tubuhnya kayak keras sekali, Bos.” Rintih salah satu anak buahnya.

Anton celingak-celinguk memperhatikan sekitar, dia melihat sebuah kursi besi lalu mengambilnya.

BRUUUAAAAAKKK...

Tubuh Juned terhuyung ke belakang, menerima pemberian dari Anton yang begitu keras. Kursi yang di pegang Anton sampai patah, sementara Juned kembali jatuh ke tanah.

“Bodoh kalian!!! Gunakan barang kalian untuk melawannya, jangan dengan tangan kosong!” Anton terus berteriak ke arah anak buahnya memberi komando.

Seketika Anak buah Anton sudah mengelilingi Juned yang masih terbaring di tanah, tetap tak merasa kesakitan. Dia jatuh hanya karena terkejut dengan pemberian Anton yang tiba-tiba.

Kini Anton dan anak buahnya sekarang berdiri sambil memegang barang mereka masing-masing. Seperti kawanan singa yang siap menerkam seekor rusa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status