Share

Bab 5

Lilis yang sedari tadi meringkuk ketakutan dengan tubuh gemetar.

Sambil menangis dia berkata lirih, “tolong.. berhenti..”

Anton dan para Anak buahnya kembali bersiap menghantam Juned beramai-ramai.

Namun sebuah teriakkan kencang memekik di telinga setiap orang. “Hentikaaan!! Anton kumohon jangan sakiti dia lagi. Aku akan melakukan apa yang kamu mau. Asal berhenti menyakiti Juned.” Lilis berteriak histeris sambil menangis.

Juned terkejut mendengar perkataan itu. “Apa yang kamu bicarakan, Tante? Jangan bicara yang tidak-tidak.”

Lilis yang sudah dipenuhi ketakutan justru memarahi Juned. “Diamlah Juned, Aku tak ingin melihatmu dihajar seperti itu.”

Sementara Anton langsung mengangkat satu tangannya memberikan isyarat berhenti kepada anak buahnya.

Anton mendekati Lilis yang meringkuk, “Kalau seperti ini kan tak perlu ada kekerasan, sayang.” Tangan Anton membelai wajah Lilis hingga ke leher jenjangnya.

“Tante, Jangan mau menerima tawaran bajingan itu…”

“Cukup Juned, cukup, jangan bicara lagi. Ini keinginanku sendiri.”

Anton berdiri kemudian diikuti oleh para Anak buahnya. “Pertukaran akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Jika kalian tak menepati kesepakatan, pasti tahu kan akibatnya, Ha ha ha.”

Anton tertawa puas dan melenggang pergi meninggalkan klinik tersebut.

Lilis bergegas menghampiri Juned, banyak sekali luka lecet di tubuh keponakannya itu.

Setelah dipastikan Anton dan komplotannya sudah pergi jauh, tiba-tiba Vivi muncul dari balik semak-semak.

“Juned, maafkan aku. Semuanya jadi seperti ini karena suamiku.” Kata Vivi yang langsung bersimpuh di depan Juned.

“Tak perlu meminta maaf, aku akan menghajar Anton dan anak buahnya jika bertemu lagi.” Ucap Juned dengan tenang.

Vivi tersipu dan merasa terharu mendengarnya.

“Sudah, jangan berkata bodoh!. Kita hanya orang kecil, Mereka itu punya kuasa dan tak ada yang berani di desa ini.” Lilis marah kepada Juned yang sembrono.

Juned hanya diam tak ingin berdebat lagi dengan tantenya. Meskipun tubuhnya banyak lecet namun dia tak merasakan apa-apa.

Suasana kembali tenang, Lilis meminta ijin kepada Juned, “aku mau pergi sebentar, persediaan salepnya tinggal ini saja.” Sambil memberikan salep kepada Vivi.

“sekalian mau beli persediaan yang lainnya” Lilis melenggang pergi meninggalkan Juned dan Vivi berdua di dalam klinik.

Juned duduk di tepi ranjang , sementara Vivi berdiri di depannya. Mereka berdua dalam posisi yang sangat dekat.

Vivi mengusap bekas-bekas pukulan Anton dan komplotannya, hingga gundukan nikmat miliknya yang menonjol begitu dekat dengan wajah Juned. Membuat bagian bawah Juned bereaksi.

Vivi terkejut melihat barang milik Juned bereaksi. Dengan sengaja dia justru menempelkan dadanya ke wajah Juned.

Mata Juned terperanjat saat semangka kembar Vivi menempel di wajahnya. Juned merasakan Jantung Vivi yang berdebar.

Tiba-tiba nafas Vivi memburu kencang menuangkan hasrat yang selama ini terpendam. Istri Jawara itu terus menggesek-gesekkan dada montok nan padat di wajah Juned.

“Bukannya kamu memiliki kelainan kejantanan, Jun?” Tanya Vivi tiba-tiba menghentikan aksinya dan menatap Juned.

Juned menggelengkan kepala dengan muka memerah seperti tomat yang siap di panen.

“Berarti kamu belum pernah melakukan begituan sama sekali?” Tanya Vivi dengan lirih.

Juned kembali menggelengkan kepala dan berkata, “Engga ada wanita yang mau sama aku bahkan menghindar karena rumor itu.”

“Kamu mau begituan?” Tiba-tiba tangan Vivi meraih batang Juned dan menyentuhnya dengan lembut, jari-jarinya yang lentik menarik di area sensitif milik Juned.

Jantung Juned berdegup kencang serasa ingin copot, Tubuhnya menggelinjang merasakan sensasi yang luar biasa.

Tangan kanan Vivi terus bergerilya di antara kedua kaki Juned yang tertutup celana berbahan kain, sementara tangan kirinya membelai tubuhnya sendiri.

Seperti cacing kepanasan tubuhnya ikut menggeliat tak tentu arah.

“Kalau kamu mau, lakukan sekarang denganku. Sudah lama aku tak disentuh Mas Anton, sshh.” Bibir merah yang ranum meracau tak karuan.

Ini adalah pertama kali Juned merasa sama seperti laki-laki normal, Juned merasa gugup saat ini.

Juned hendak membalas sentuhan Vivi ketika suara Lilis tiba-tiba terdengar. “Terima kasih ya, Vi. Sudah membantu merawat Juned.”

Vivi langsung melepaskan sentuhannya dengan cepat, berharap Lilis tak melihat apa pun. “Engga apa-apa mbak, sudah tanggung jawabku. Ini semua akibat ulah suamiku.”

Dia merasa bersalah dan langsung duduk di sebuah kursi. Wajahnya cantiknya memerah.

“Vivi jangan terlalu dipikirkan, suamimu memang seperti itu. Kalau kita semakin melawan Dia akan semakin menjadi-jadi.” Lilis menjelaskan dengan sedikit penyesalan.

Dia telah menerima tawaran untuk bertukar dengan Vivi, entah bagaimana perasaan Vivi tahu.

“Mbak… soal pertukaran kita. Apa kamu benar-benar serius?” Tanya Vivi dengan wajah menunduk penuh kegelisahan.

Lilis mendekati Vivi dan menepuk pundaknya, “Ucapan itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku hanya ingin menyelamatkan Juned saja.”

Mereka berdua berpelukan saling memberikan dukungan, Lilis sadar apa yang dikatakannya itu salah. Namun keadaanlah yang memaksa

Suka ataupun tidak, tak ada daya dan upaya untuk menolaknya.

Vivi kembali gelisah, dia berbohong bahwa ada urusan dan pergi tergesa-gesa.

Juned memandang punggung Vivi yang pergi sambil tertegun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status