Terjebak Pesona Berondong Tengil

Terjebak Pesona Berondong Tengil

By:  Alizha Qusya  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
16Chapters
704views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Zenaya. Perempuan cantik dan mandiri yang selalu dituntut sempurna oleh keluarganya. Pekerja keras hingga mendapatkan jabatan Manajer diusia muda. Tapi, kehidupan sempurnanya harus goyah karena seorang wanita muda mengaku telah tidur dengan pacarnya. Zee, nama panggilan Zenaya yang biasa dia gunakan di kantor. Tidak akan jatuh hanya karena perselingkuhan pacarnya. Dan dengan tegas, Zee membuang pacarnya. Tapi, namanya juga patah hati. Zee pergi ke club malam untuk pertama kalinya, dan berakhir di kamar bersama seorang pemuda. Pemuda yang masih berstatus sebagai mahasiswa, dan parahnya pemuda itu tidak mau melepas Zee dengan mudah. Bagaimana kisah Zee selanjutnya....

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Alizha Qusya
Terima kasih sudah mampir (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠...
2023-11-10 07:31:47
2
16 Chapters

Bab 1. Perselingkuhan

Gebrakan meja mengagetkan Zenaya, yang sedang menikmati jam makan siang. Hampir saja dia menumpahkan minuman di atas meja, karena terkejut.“Putuskan Kak Ferdi sekarang!” Sudah datang tiba-tiba. Wanita ini juga mengatakan hal yang tidak masuk akal.“Kamu siapa?” Zenaya masih mencoba berbicara dengan lembut, meskipun perilaku wanita itu sudah sangat kurang ajar. Apalagi kalau dilihat-lihat, wanita ini masih sangat muda.“Aku pacar Kak Ferdi. Kami saling mencintai dan kamu sudah menjadi benalu dalam hubungan kami!” Tuduhnya.Zenaya menganga tak percaya. Apa tadi katanya? Pacar siapa? “Jangan bercanda, Nona muda. Apa kamu sedang berkhayal?” Ia masih mencoba berbicara dengan tenang meskipun tatapan mata pengunjung lain, terarah pada mereka.“Dia bilang sangat mencintaiku, karena itu dia memilihku. Bukannya wanita membosankan seperti kamu!” “Apa Ferdi yang mengatakan, jika aku membosankan?” Geram Zee. “Tentu saja! Jadi, cepatlah sadar diri dan putuskan dia!” Sungguh tak tahu malu sekali
Read more

Bab 2. Haikal

Zee terbangun saat sinar matahari menerpa wajahnya. Tirai jendela yang bergerak tertiup angin, menjadi pemandangan pertama, kala membuka mata. Dinding yang berwarna gelap dengan sentuhan biru gelap, membuatnya merasa sangat asing dengan tempat itu. Kepala Zee terasa berat dan dia sedikit mual. Beginilah Efek yang harus dia terima setelah minum secara berlebihan kemarin. Perasaan menyesal itu, tentunya memang akan dirasakan belakangan.Zee ingin bangun, tapi lengan seseorang menyadarkannya, jika gadis itu tidaklah sendirian di sana.'Mampus!'Zee menggigit bibir, saat tak merasakan selembar kain pun menutupi tubuhnya dibalik selimut. Dia merutuki kebodohannya, karena mabuk hingga tidak sadarkan diri dan berakhir di ranjang bersama pria asing.Dengan perlahan, Zee memindahkan tangan pria itu, lalu kabur ke kamar mandi dengan cepat. Masa bodoh dia telanjang sekarang. Zee akan mencari sesuatu yang bisa dipakai nanti. 'Semoga pria itu tidak bangun,' harapnya.Waktu satu jam, Zee habiskan d
Read more

Bab 3. Jangan Bertemu Lagi

'Hah? Apa katanya?'"Jangan bilang Kakak mau pergi begitu saja, setelah mengambil malam pertamaku." Haikal memasang wajah tersakiti. 'Apa ini tidak ke balik?' Bukankah seharusnya pihak perempuan yang meminta pertanggung jawaban?"Huh, dengar ya bocah! Ini juga pertama kali buat aku. Dan harusnya, kamu yang tanggung jawab sudah mengambil pertamaku. Sialan." Kesal Zee. Merasa dirinya telah dinilai sebagai tante-tante girang yang suka daun muda."Jadi, aku yang harus tanggung jawab?" Tanya Haikal. Suaranya naik satu oktaf, seperti tidak setuju dengan keputusan Zee."Ya, iyalah!" Zee tak kalah menaikkan suaranya."Okey, aku bakal tanggung jawab. Jadi Kakak tidak boleh lari dariku." Ucap Haikal dengan senyum tengil.Tunggu sebentar! Mengapa Zee merasa ada yang salah, di sini?'Shit!' Sepertinya Zee sudah menggali lubang kuburannya sendiri. Tanpa Ia sadari, akan semakin terjebak dengan bocah itu sekarang. "Kamu!" Belum juga Zee selesai melanjutkan kalimatnya, mobil sudah berhenti di tempat
Read more

Bab 4. Bertemu Lagi

"Kal!"Haikal menoleh. Dia baru saja keluar dari salah satu kelas dan temannya yang bernama Wira, sedang berlari ke arahnya. "Apa?" Tanya Haikal. Sembari menunggu temannya itu mendekat. Wira merangkul Haikal begitu sampai. "Hari ini kamu sibuk gak? Aku izin telat ke cafe, ya. Ada urusan di BEM." Ujarnya, dengan napas sedikit terengah. Salah satu teman Haikal ini adalah manusia yang paling sibuk. Dia bekerja part time di Cafe, padahal sudah sibuk dengan urusan BEM yang seabrek. "Lama gak?" Haikal sebenarnya ingin pergi ke suatu tempat. "Aku ada urusan nanti malam." Ujarnya."Gak tau juga, sih. Tapi aku bakal balik duluan kalau misal lama." Janjinya. Dia juga tidak enak hati sebenarnya."Santai aja. Aku juga udah gak ada kelas habis ini. Urusanku juga gak begitu mendesak." Haikal ini juga salah satu jenis manusia yang bisa di andalkan."Makasih, ya. Ngomong-ngomong, gimana cewek yang kemarin?" Tanya Wira. Mereka mengobrol sambil menyusuri lorong kampus yang masih ramai dengan aktivitas
Read more

Bab 5. Pingsan

"Nanti pulang jam berapa?"Zee mengernyitkan dahinya. "Buat apa tanya aku pulang jam berapa?" Sewotnya."Mau nebeng. Aku tadi berangkatnya kan sama kamu. Ke sini nya naik ojek, jadi buat menghemat biaya, boleh dong numpang lagi." "Dasar gak modal.""Modalnya aku tabung buat masa depan kita. 'Kan tadi kamu minta aku tanggung jawab.""Ah, benar. Untung kamu ingatkan. Aku gak ngerasa sakit apa-apa. Kamu jujur, sebenarnya kita gak ngapa-ngapain semalam 'kan?"Haikal mengedikkan bahunya. "Mana aku tahu kenapa gak sakit. Itu juga yang pertama kali buat aku. Atau jangan-jangan kamu." Haikal menatap tubuh Zee dari bawah ke atas. Seperti gerakan memindai."Itu juga yang pertama buat aku." Zee marah karena merasa diremehkan."Ya sudah kalau begitu. masih perlu dibahas?" Ucap Haikal dengan wajah tengil.Zee baru pertama kali menghadapi bocah seperti ini. Dia geram dan gemas diwaktu bersamaan."Jadi bisa numpang tidak?""Iya." Entah mengapa Zee mengiyakan hal ini. "Jadi jam berapa pulangnya?"h
Read more

Bab 6. Maaf

Dengan cepat, Haikal membawa tubuh Zee ke atas tempat tidur. "Naya!" Dia masih memanggil Zee. Wajah paniknya sudah berubah menjadi wajah khawatir.Haikal mengambil ponsel miliknya yang ada di atas meja. Dia mencari nomor telepon seseorang. "Om. Naya pingsan. Aku harus gimana?" Ucapnya langsung, saat panggilannya sudah tersambung."Dokter? Ah, iya. Maaf. Aku sudah kelewatan tadi. Aku tutup dulu dan manggil Dokter. Iya, Om." Haikal mencari nomor lain setelahnya."Maaf, Naya." Haikal duduk di tepi ranjang, sambil menunggu Zee yang sedang diperiksa seorang dokter. "Bagaimana, Kak?" Tanyanya."Tidak apa-apa. Tapi jangan buat dia panik lagi setelah ini. Paham!" Dokter cantik dengan rambut disanggul tinggi itu tersenyum, saat Haikal mengangguk. "Bukankah kamu janji bakalan jaga dia? Jadi, lakukanlah pendekatan awal yang baik itu langkah yang penting! Kalau kamu buru-buru begini, dia cuma bakal mendorong kamu pergi jauh." Haikal menunduk. Dia merasa bersalah karena telah memaksa Zee langsung
Read more

Bab 7. Haikal Terluka

Haikal mengantar Zee menuju Apartemennya. Sebelum pergi ke kantor, Zee ingin berganti pakaian lebih dulu. Mana mungkin dia akan pergi bekerja dengan baju yang sama seperti kemarin. Haikal menunggunya di tempat parkir. Jadi, begitu Zee selesai, mereka bisa langsung berangkat. Pemuda itu siap sedia menjadi sopir hari ini. “Harusnya kamu pergi kuliah saja,” ujar Zee, yang jadi merasa tak enak hati, karena sudah membuat pemuda itu mengantarnya ke mana-mana. “Aku bisa pergi sendiri.” Imbuhnya. Pemuda yang sedang fokus pada jalan raya itu mengabaikan Kata-kata Zee. Merasa diabaikan Zee mendengus kesal. “Masih marah? Aku ‘kan sudah minta maaf.” Mana dia tahu kalau Haikal tidak senang saat di panggil dengan sebutan bocah. Keheningan terjadi selama perjalanan. Bahkan ketika sampai di kantor pun, Haikal masih mendiamkan Zee. ‘Benar-benar bocah. Begitu saja ngambek!’ Zee mengatakannya dalam hati. Khawatir kalau ia bilang langsung, bocah ini malah akan tantrum.Haikal turun lebih dulu. Ia memb
Read more

Bab 8. Tidak Akan Menyerah.

Gia merasa jengah. Sejak tadi Zee tak hentinya menghela napas. “Mending kamu kejar aja si berondong, dari pada galau di sini!” ujarnya. Setelah insiden penyerangan oleh Ferdi, Zee membawa seorang pemuda masuk ke dalam ruangannya.Tidak begitu lama, terdengar teriakan dan desahan. Tentu semua bawahan Zee jadi penasaran dan mencoba menguping. Sayangnya, saat mereka bisa mendekat. Pemuda itu pergi dengan wajah sedih. Sementara Zee tidak kunjung keluar.Akhirnya, Gia sebagai asisten manajer, yang di dorong masuk oleh teman-temannya. “Buruan masuk!” Begitulah kiranya dia dipaksa dan dijadikan tumbal untuk mendapatkan berita. Zee mendengus kesal. “Ih, buat apa? Aku sudah berhasil mengusirnya pergi, masa harus kupanggil lagi,” sewotnya.“Habisnya kamu galau sejak dia keluar dari kantor ini. Eh, BTW, kenal di mana?” tanya Gia. Pria itu tampak tak asing untuknya. Zee diserang mata penasaran asistennya. “Di Club,” jawab Zee singkat. “Jelas kenal. Kamu pasti sudah ketemu dia di Cafe depan kant
Read more

Bab 9. Rencana Jahat Ferdi.

“Hei , kau! Zee menarik napas, hendak memaki pemuda di sampingnya. Tapi Gia menghentikannya segera.“Zee, sebentar lagi jam makan siang selesai. Kita bicarakan saja lagi, nanti.” Zee mengiyakan. Ia merasa sedikit lega, belum sampai mengucapkan sumpah serapah pada Haikal.“Oh iya, Haikal.”“Ya, Zee?”“Kapan kau akan pergi?”“Sebentar lagi.”“Sekarang, aku mau memesan sesuatu.” Haikal tersenyum maklum, dia berjalan menuju tempat pemesanan, dengan senyuman lebar dan semangatnya.Zee merasa sedikit lega, hah... dia benar-benar harus mencari cara untuk mengusir Haikal secepat mungkin.***Mulai saat itu, Haikal terus mengikutinya, seperti jelmaan hantu yang tidak bisa dibelai. Sekuat apa pun, Zee menghindar. Tetap saja, pemuda itu bisa menemukannya.Padahal Zee sudah tidak lagi mengunjungi Cafe milik Haikal, untuk menghindari pertemuan mereka. Tapi apa? Mereka malah semakin sering bertemu, karena jika ada pesanan makanan dari Cafe itu, Haikal yang akan datang. Bahkan dia tidak ragu untuk
Read more

Bab 10. Kecelakaan Zee.

Ferdi tidak memarkir mobilnya di dalam area kantor. Rencananya sudah matang, karena dia pun sudah menyiapkan jalur pelarian setelah berhasil membawa sang mantan pacar.Zee diseret hingga keluar area kantor. Satpam yang hendak menolong pun harus pikir-pikir dulu, karena ada benda tajam yang Ferdi pegang saat ini. “Tolong turunkan senjatamu!” kata Satpam itu. “Kamu bisa di penjara karena melakukan hal ini. Ayo lepaskan dia, kita bisa bicarakan ini baik-baik,” bujuknya. Berusaha berunding, meskipun diacuhkan.Ferdi yang sudah gelap mata, mana mau mendengarkan bujukan Satpam itu. Ia masih terus menyeret paksa Zee. Gadis itu sudah kelelahan dan tidak bisa lagi berteriak. Di tengah kebingungan dan rasa sakit di lengannya yang di seret. Satu sosok muncul di kepala Zee. ‘Haikal!’ Entah mengapa, nama itu yang dia panggil saat keadaan genting seperti ini.Tiba-tiba saja, Zee terhempas ke trotoar jalan. Cekalan kuat Ferdi lepas karena pukulan seseorang. Zee melihatnya setengah tidak percaya. Ora
Read more
DMCA.com Protection Status