Home / Romansa / Terjebak Pesona Berondong Tengil / Bab 3. Jangan Bertemu Lagi

Share

Bab 3. Jangan Bertemu Lagi

Author: Alizha Qusya
last update Last Updated: 2023-10-22 15:36:11

'Hah? Apa katanya?'

"Jangan bilang Kakak mau pergi begitu saja, setelah mengambil malam pertamaku." Haikal memasang wajah tersakiti.

'Apa ini tidak ke balik?' Bukankah seharusnya pihak perempuan yang meminta pertanggung jawaban?

"Huh, dengar ya bocah! Ini juga pertama kali buat aku. Dan harusnya, kamu yang tanggung jawab sudah mengambil pertamaku. Sialan." Kesal Zee. Merasa dirinya telah dinilai sebagai tante-tante girang yang suka daun muda.

"Jadi, aku yang harus tanggung jawab?" Tanya Haikal. Suaranya naik satu oktaf, seperti tidak setuju dengan keputusan Zee.

"Ya, iyalah!" Zee tak kalah menaikkan suaranya.

"Okey, aku bakal tanggung jawab. Jadi Kakak tidak boleh lari dariku." Ucap Haikal dengan senyum tengil.

Tunggu sebentar! Mengapa Zee merasa ada yang salah, di sini?

'Shit!' Sepertinya Zee sudah menggali lubang kuburannya sendiri. Tanpa Ia sadari, akan semakin terjebak dengan bocah itu sekarang.

"Kamu!" Belum juga Zee selesai melanjutkan kalimatnya, mobil sudah berhenti di tempat parkir sebuah Universitas. Zee baru sadar, jika mereka sudah masuk ke bagian dalam kampus itu.

"Nah, sampai ketemu lagi, Kak. Hati-hati di jalan, ya!" Haikal mendaratkan satu ciuman di kening Zee. Membuatnya lagi-lagi mematung dengan tingkah bocah tengil itu. Haikal pergi dengan senyum mengembang.

"Aaargh, Sialan!" Umpat Zee. Bisa-bisanya dia terbawa perasaan, hanya karena dicium bocah. Hal manis yang tidak pernah mantan pacar sialannya lakukan sejak mereka berpacaran.

Zee buru-buru keluar dan pindah ke kursi pengemudi. Dia harus segera pergi, agar tidak bertemu si Haikal itu lagi. Jangan pernah lagi. Anggap semua berakhir di tempat ini.

Di sepanjang jalan, Zee bergumam, merutuki, dan juga mengumpat. Dia baru saja sadar dan merasa sangat tertipu. Tidak ada rasa sakit pada bagian bawahnya.

Bukankah kata artikel, itu-nya akan terasa sakit saat melakukan untuk pertama kali. Apakah artinya mereka belum melakukan hal itu? Apakah Haikal membohongi dirinya?

Zee jadi merasa sangat bodoh. Apa dia sudah tertipu? Zee harus segera memastikan hal ini. Ia akan menganggap semua tidak pernah terjadi, jika Haikal berbohong. "Ya. aku harus lupakan kejadian tadi malam."

Zee pulang ke Apartemennya. Berganti pakaian dan sarapan yang tertunda karena hari sudah sedikit siang. Zee mencoba mengalihkan diri dengan menonton video menyenangkan di layar ponselnya. Nyatanya, hati Zee masih belum bisa ia tata dengan baik.

Bukannya mendapat ketenangan. Zee malah menemukan sebuah Video pendek tentang para pria yang sedang berolahraga berat.

"Shit!" Umpatnya, saat bayangan Haikal tanpa busana, melintas di pikirannya. "Aku lagi makan! Masa ingat yang begituan?" Lagi-lagi dia merasa sangat bodoh karena masih mengingat soal bocah itu.

Zee yang baru saja menemukan ponselnya di dalam tas. Melihat banyak sekali pesan dan panggilan yang masuk. Salah satunya, dari bos tempat dia bekerja. Pak tua itu, menerornya untuk segera datang ke kantor sekarang juga.

Padahal hari ini dia ingin menyendiri di apartemen saja, agar tidak bertemu dengan pria itu. Apalah daya, dirinya seorang manajer sekarang. Jika dia membuat masalah, maka anggota lainnya yang akan terkena imbas.

Dua puluh menit perjalanan untuk Zee bisa sampai ke kantor. Cukup cepat, karena saat ini bukan jam sibuk dan jalanan cukup lengang.

"Zee!"

'Oh, yang benar saja!' Belum juga Zee masuk ke dalam gedung kantor, dia sudah di cegat oleh pria paling tidak ingin dia temui. Siapa lagi, jika bukan Mantan pacar yang sudah berselingkuh di belakangnya.

"Kamu dari mana saja, aku-"

"Fer, bukannya kita sudah putus, ya? Jadi, jangan sok kenal lagi. Pergi sana!" Ketus Zee. Tapi kalimat itu saja tidak cukup untuk mengusir pria bernama Ferdi itu.

Kemarin, sebelum mabuk. Zee mengirimkan pesan pada Mantan pacarnya itu, untuk mengakhiri hubungan mereka. Zee juga sempat memotret wanita muda yang mengaku sebagai selingkuhan dari pria itu, jadi Zee kirim saja pada Ferdi.

"Zee, aku bisa jelaskan. Itu hanya kecelakaan dan aku tidak akan ulangi lagi."

Huh! Zee bisa gila rasanya. Kecelakaan? tidak akan diulangi? Oh, boleh tidak sih, Zee menempeleng pria ini? Setelah berbuat salah, sekarang malah berkilah. sungguh pria brengsek sesungguhnya. Mengapa Zee baru menyadari hal ini?

"Berakhir, artinya berakhir. Permisi!" Zee langsung pergi setelah mengatakannya. Sakit hati sisa semalam, kini berubah menjadi kemarahan yang bisa meledak kapan pun. Jadi, dari pada nanti ada berita 'Seorang wanita mencekik mantannya, karena diselingkuhi.' Mending dia menjauh dari pria itu.

Zee berdiri di depan meja kerja seorang pria tua. Dia adalah pemilik perusahaan tempat Zee bekerja. Direktur Utama dan juga Ayahnya.

"Dari mana saja?" Tanyanya. Suara berat dan tegas itu membuat Zee harus menelan ludah kering.

"Ada urusan."

"Sama pacarmu itu?"

"Sudah putus." Jawab Zee, tak kalah tegasnya.

"Oh, baguslah! Kau boleh pergi."

'Apa? Zee tidak salah dengarkan?' Tumben sekali pria tua itu tidak memberinya pekerjaan yang sulit. Tapi Zee tidak mau bertanya lagi. Ia segera pamit pergi sebelum pak tua itu berubah pikiran.

Zee menuju kantor pemasaran, untuk menemui anggotanya. Mereka mengirim banyak pesan, yang menanyakan di mana dia berada. Dua tahun dia menjabat sebagai manajer pemasaran dan mendapatkan rekan kerja yang baik.

"Bu manajer! Anda dari mana saja?" Sambut seorang wanita dengan rambut panjang terikat asal. Dia asisten Zee yang sudah bekerja bersamanya selama dua tahun ini.

"Gia!" Zee memeluk Gia dengan erat. Selain menjadi asisten, Gia selama ini sudah menjadi teman dekatnya. mereka seusia, dan senasib.

"Kenapa? Ada apa?" Khawatir Gia. Dia membawa Zee untuk duduk di kursi. Anggota lain yang melihat hal itu juga ikut khawatir tapi mereka sengaja tidak mendekat untuk memberikan keduanya ruang mengobrol.

"Dia selingkuh. Kami sudah putus dan-"

"Baguslah. Buang dia jauh-jauh dan jangan beri kesempatan lagi." Tegas Gia. Temannya itu memang mengatakan dengan jelas, ketidaksukaannya pada Ferdi sejak Zee mengenal pria itu.

Apalagi Gia juga pernah mengalami pengkhianatan cinta sama seperti Zee. Bedanya, Gia sejak awal memang sudah ingin putus. Sementara Zee. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja sudah ada wanita datang mengaku padanya.

"Benar, Bu bos!"

"Kami mendukungmu!"

"Dia bakal menyesal cepat atau lambat!"

"Ayo kita rayakan putusnya Ibu manajer!"

"Ayo, pergi minum-minum sepulang kerja, bagaimana?"

Zee tercengang sejenak. Tidak menyangka jika rekan kerjanya akan sangat mendukung perpisahan mereka.

Ia tersenyum, tapi kepalanya menggeleng untuk celetukan terakhir itu. Jangan ingatkan dirinya dengan minuman itu dulu. Dia masih harus melupakan pertemuannya dengan si Haikal bocah tengil itu, gara-gara minum dan berakhir mabuk.

Ya. Jangan sampai dia bertemu dengan bocah itu lagi.

Related chapters

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 4. Bertemu Lagi

    "Kal!"Haikal menoleh. Dia baru saja keluar dari salah satu kelas dan temannya yang bernama Wira, sedang berlari ke arahnya. "Apa?" Tanya Haikal. Sembari menunggu temannya itu mendekat. Wira merangkul Haikal begitu sampai. "Hari ini kamu sibuk gak? Aku izin telat ke cafe, ya. Ada urusan di BEM." Ujarnya, dengan napas sedikit terengah. Salah satu teman Haikal ini adalah manusia yang paling sibuk. Dia bekerja part time di Cafe, padahal sudah sibuk dengan urusan BEM yang seabrek. "Lama gak?" Haikal sebenarnya ingin pergi ke suatu tempat. "Aku ada urusan nanti malam." Ujarnya."Gak tau juga, sih. Tapi aku bakal balik duluan kalau misal lama." Janjinya. Dia juga tidak enak hati sebenarnya."Santai aja. Aku juga udah gak ada kelas habis ini. Urusanku juga gak begitu mendesak." Haikal ini juga salah satu jenis manusia yang bisa di andalkan."Makasih, ya. Ngomong-ngomong, gimana cewek yang kemarin?" Tanya Wira. Mereka mengobrol sambil menyusuri lorong kampus yang masih ramai dengan aktivitas

    Last Updated : 2023-11-08
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 5. Pingsan

    "Nanti pulang jam berapa?"Zee mengernyitkan dahinya. "Buat apa tanya aku pulang jam berapa?" Sewotnya."Mau nebeng. Aku tadi berangkatnya kan sama kamu. Ke sini nya naik ojek, jadi buat menghemat biaya, boleh dong numpang lagi." "Dasar gak modal.""Modalnya aku tabung buat masa depan kita. 'Kan tadi kamu minta aku tanggung jawab.""Ah, benar. Untung kamu ingatkan. Aku gak ngerasa sakit apa-apa. Kamu jujur, sebenarnya kita gak ngapa-ngapain semalam 'kan?"Haikal mengedikkan bahunya. "Mana aku tahu kenapa gak sakit. Itu juga yang pertama kali buat aku. Atau jangan-jangan kamu." Haikal menatap tubuh Zee dari bawah ke atas. Seperti gerakan memindai."Itu juga yang pertama buat aku." Zee marah karena merasa diremehkan."Ya sudah kalau begitu. masih perlu dibahas?" Ucap Haikal dengan wajah tengil.Zee baru pertama kali menghadapi bocah seperti ini. Dia geram dan gemas diwaktu bersamaan."Jadi bisa numpang tidak?""Iya." Entah mengapa Zee mengiyakan hal ini. "Jadi jam berapa pulangnya?"h

    Last Updated : 2023-11-09
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 6. Maaf

    Dengan cepat, Haikal membawa tubuh Zee ke atas tempat tidur. "Naya!" Dia masih memanggil Zee. Wajah paniknya sudah berubah menjadi wajah khawatir.Haikal mengambil ponsel miliknya yang ada di atas meja. Dia mencari nomor telepon seseorang. "Om. Naya pingsan. Aku harus gimana?" Ucapnya langsung, saat panggilannya sudah tersambung."Dokter? Ah, iya. Maaf. Aku sudah kelewatan tadi. Aku tutup dulu dan manggil Dokter. Iya, Om." Haikal mencari nomor lain setelahnya."Maaf, Naya." Haikal duduk di tepi ranjang, sambil menunggu Zee yang sedang diperiksa seorang dokter. "Bagaimana, Kak?" Tanyanya."Tidak apa-apa. Tapi jangan buat dia panik lagi setelah ini. Paham!" Dokter cantik dengan rambut disanggul tinggi itu tersenyum, saat Haikal mengangguk. "Bukankah kamu janji bakalan jaga dia? Jadi, lakukanlah pendekatan awal yang baik itu langkah yang penting! Kalau kamu buru-buru begini, dia cuma bakal mendorong kamu pergi jauh." Haikal menunduk. Dia merasa bersalah karena telah memaksa Zee langsung

    Last Updated : 2023-11-09
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 7. Haikal Terluka

    Haikal mengantar Zee menuju Apartemennya. Sebelum pergi ke kantor, Zee ingin berganti pakaian lebih dulu. Mana mungkin dia akan pergi bekerja dengan baju yang sama seperti kemarin. Haikal menunggunya di tempat parkir. Jadi, begitu Zee selesai, mereka bisa langsung berangkat. Pemuda itu siap sedia menjadi sopir hari ini. “Harusnya kamu pergi kuliah saja,” ujar Zee, yang jadi merasa tak enak hati, karena sudah membuat pemuda itu mengantarnya ke mana-mana. “Aku bisa pergi sendiri.” Imbuhnya. Pemuda yang sedang fokus pada jalan raya itu mengabaikan Kata-kata Zee. Merasa diabaikan Zee mendengus kesal. “Masih marah? Aku ‘kan sudah minta maaf.” Mana dia tahu kalau Haikal tidak senang saat di panggil dengan sebutan bocah. Keheningan terjadi selama perjalanan. Bahkan ketika sampai di kantor pun, Haikal masih mendiamkan Zee. ‘Benar-benar bocah. Begitu saja ngambek!’ Zee mengatakannya dalam hati. Khawatir kalau ia bilang langsung, bocah ini malah akan tantrum.Haikal turun lebih dulu. Ia memb

    Last Updated : 2023-11-11
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 8. Tidak Akan Menyerah.

    Gia merasa jengah. Sejak tadi Zee tak hentinya menghela napas. “Mending kamu kejar aja si berondong, dari pada galau di sini!” ujarnya. Setelah insiden penyerangan oleh Ferdi, Zee membawa seorang pemuda masuk ke dalam ruangannya.Tidak begitu lama, terdengar teriakan dan desahan. Tentu semua bawahan Zee jadi penasaran dan mencoba menguping. Sayangnya, saat mereka bisa mendekat. Pemuda itu pergi dengan wajah sedih. Sementara Zee tidak kunjung keluar.Akhirnya, Gia sebagai asisten manajer, yang di dorong masuk oleh teman-temannya. “Buruan masuk!” Begitulah kiranya dia dipaksa dan dijadikan tumbal untuk mendapatkan berita. Zee mendengus kesal. “Ih, buat apa? Aku sudah berhasil mengusirnya pergi, masa harus kupanggil lagi,” sewotnya.“Habisnya kamu galau sejak dia keluar dari kantor ini. Eh, BTW, kenal di mana?” tanya Gia. Pria itu tampak tak asing untuknya. Zee diserang mata penasaran asistennya. “Di Club,” jawab Zee singkat. “Jelas kenal. Kamu pasti sudah ketemu dia di Cafe depan kant

    Last Updated : 2023-11-13
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 9. Rencana Jahat Ferdi.

    “Hei , kau! Zee menarik napas, hendak memaki pemuda di sampingnya. Tapi Gia menghentikannya segera.“Zee, sebentar lagi jam makan siang selesai. Kita bicarakan saja lagi, nanti.” Zee mengiyakan. Ia merasa sedikit lega, belum sampai mengucapkan sumpah serapah pada Haikal.“Oh iya, Haikal.”“Ya, Zee?”“Kapan kau akan pergi?”“Sebentar lagi.”“Sekarang, aku mau memesan sesuatu.” Haikal tersenyum maklum, dia berjalan menuju tempat pemesanan, dengan senyuman lebar dan semangatnya.Zee merasa sedikit lega, hah... dia benar-benar harus mencari cara untuk mengusir Haikal secepat mungkin.***Mulai saat itu, Haikal terus mengikutinya, seperti jelmaan hantu yang tidak bisa dibelai. Sekuat apa pun, Zee menghindar. Tetap saja, pemuda itu bisa menemukannya.Padahal Zee sudah tidak lagi mengunjungi Cafe milik Haikal, untuk menghindari pertemuan mereka. Tapi apa? Mereka malah semakin sering bertemu, karena jika ada pesanan makanan dari Cafe itu, Haikal yang akan datang. Bahkan dia tidak ragu untuk

    Last Updated : 2023-11-14
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 10. Kecelakaan Zee.

    Ferdi tidak memarkir mobilnya di dalam area kantor. Rencananya sudah matang, karena dia pun sudah menyiapkan jalur pelarian setelah berhasil membawa sang mantan pacar.Zee diseret hingga keluar area kantor. Satpam yang hendak menolong pun harus pikir-pikir dulu, karena ada benda tajam yang Ferdi pegang saat ini. “Tolong turunkan senjatamu!” kata Satpam itu. “Kamu bisa di penjara karena melakukan hal ini. Ayo lepaskan dia, kita bisa bicarakan ini baik-baik,” bujuknya. Berusaha berunding, meskipun diacuhkan.Ferdi yang sudah gelap mata, mana mau mendengarkan bujukan Satpam itu. Ia masih terus menyeret paksa Zee. Gadis itu sudah kelelahan dan tidak bisa lagi berteriak. Di tengah kebingungan dan rasa sakit di lengannya yang di seret. Satu sosok muncul di kepala Zee. ‘Haikal!’ Entah mengapa, nama itu yang dia panggil saat keadaan genting seperti ini.Tiba-tiba saja, Zee terhempas ke trotoar jalan. Cekalan kuat Ferdi lepas karena pukulan seseorang. Zee melihatnya setengah tidak percaya. Ora

    Last Updated : 2023-11-15
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 11. Masa Pemulihan

    Zee masih terbaring di tempat tidur rumah sakit. Wajahnya sudah tidak sepucat kemarin. Pagi sekali, Gia sudah pamit pergi. Katanya banyak pekerjaan yang menumpuk, jika dia tidak pergi bekerja. Tinggallah Haikal dan Zee di ruangan itu. Zee juga sudah mengusir Haikal agar pergi, tapi dasar dia itu bocah keras kepala yang bertindak sesukanya.“Yakin tidak mau pulang?”Haikal mengangguk cepat. Ia memosisikan diri untuk duduk di sebelah tempat tidur. “Zee, dengar,” ujar Haikal dengan suara lembut. “Aku punya ide bagus untuk membuatmu tidak bosan,” katanya.Zee menoleh ke arah Haikal, bibirnya tersenyum. Memberikan sedikit respons atas usaha pemuda itu, untuk menghiburnya. Haikal mengeluarkan sebungkus permen dari saku celananya. “Aku akan menyuapimu permen ini. Tapi ada syaratnya, kamu harus menebak rasa permen yang ada di mulutmu.”Zee mengangkat alisnya, tertarik dengan permainan kecil ini. “Baiklah, aku menerimanya. Tapi jangan berharap aku akan kalah begitu saja!” tidak ada salahnya

    Last Updated : 2023-11-18

Latest chapter

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 16. Pemuda yang Gigih

    Duda bernama pak Bayu itu tak kunjung keluar. Khawatir Haikal akan membuat masalah. Dio mengambil dokumen di mejanya, lalu berjalan ke arah ruangan manajer. Begitu pintu di ketuk, Bayu yang terlihat. Pria itu menahan pintu, untuk mempersilahkan Dio masuk.“Jangan tutup pintunya! Pak Bayu, saya rasa sebaiknya Anda kembali saja. Oh, jangan lupa bawa makanan ini. Saya sedang diet, jadi sayang kalau tidak di makan.” Suara Zee terdengar hingga keluar ruangan, karena pintu masih terbuka lebar. “Pak Dio, anda silakan masuk!” Bayu yang tadi tersenyum kala datang, pergi dengan wajah datar. Sepertinya, dia malu karena ditolak langsung oleh Zee. Setelah pria itu tidak terlihat lagi. Terdengar sorakan dari bangku Alif dan Haikal.“Peluangmu masih banyak, kawan!” ujar Alif, sambil menepuk bahu rekan kerjanya itu.Dio keluar dari ruangan Zee dengan wajah tersenyum. Tangannya menenteng tas plastik yang tadi di bawa Bayu. “Kata ibu manajer, ini buat kita.”Alif langsung berdiri menyongsong tas plast

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 15. Anak Magang

    Masa cuti sakit Zee telah selesai. Wanita cantik itu langsung masuk kerja, begitu luka di area kepalanya, dinyatakan sembuh oleh dokter.Kini Zee sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Suara ketikan dan lembaran kertas, terdengar sejak tadi, dari ruangan manajer itu. Beberapa kali Gia bolak-balik mengantarkan map dan beberapa berkas lainnya ke dalam sana.Selama Zee tidak masuk, banyak pekerjaan yang di tinggalkannya. Sekaranglah wanita itu akan sibuk beberapa hari ke depan. Itu pun, jika dia mengambil lembur.Suara ketukan pintu, membuat Zee menghentikan jarinya dari papan ketiknya. “Masuk,” sahutnya. Seorang gadis dengan rambut sebahu mendorong pintu kaca yang agak gelap tersebut.“Bu, ada pihak HRD mau datang, mengantarkan anak magang,” lapornya. Gadis bernama Naura itu, menunggu jawaban dari Zee yang sudah kembali sibuk dengan papan ketiknya.Zee mendongak sebentar, sebelum menyahut. “Tanya Gia mau ditempatkan di mana. Dan langsung ajari dia aturan di divisi ini, beserta tugas-tugasn

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 14. Malam Bersamamu

    Haikal memperhatikan setiap gerakan Zee, apalagi malam ini, ia mengenakan pakaian tidur hitam yang menampilkan lekukan tubuhnya. Dia terlihat begitu cantik dalam pakaian itu.Merasa diperhatikan, Zee menoleh pada pemuda yang sedang menyeringai padanya. “Ada apa?” tanya Zee.“Kamu cantik malam ini,” kata Haikal. Ia menatap Zee penuh cinta. Haikal tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang sesak. Dia menyentuh wajah Zee yang halus dan mengangkatnya untuk mencium bibir Zee. Bibir berwarna merah muda yang lembut.Zee menahan tangan Haikal. "Tidak, Haikal. Kalau kamu melewati batas, silakan keluar sekarang juga.” Hampir saja Zee tergoda oleh tatapan lembut itu. Dia sedikit beringsut untuk memberikan jarak di antara mereka.“Maaf.” Haikal mencoba menenangkan hatinya yang sedang berdegup kencang. Dia terlalu terburu-buru tadi. Harusnya dia lebih sadar dan menunggu Zee lebih membuka hatinya.Haikal duduk dengan diam di samping Zee, mencoba mengirim sinyal-sinyal cintanya kepada Zee sebisa mun

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 13. Kunjungan Rekan Kerja

    Haikal mengungkung tubuh Zee ke dinding. Kejadian sebelumnya sangat cepat, hingga Zee tidak mampu bereaksi. Saat hendak mengembalikan peralatan makan ke dapur, dia malah terpeleset dan hampir terjatuh. Untung saja Haikal mengekorinya tadi. Jadi pemuda itu dengan sigap menahan pinggang Zee.“Hati-hati,” ujar pemuda itu. Ia membantu Zee untuk berdiri. “Ada yang sakit?” Melihat Zee yang terdiam, Haikal jadi khawatir.Zee terdiam karena salah tingkah. Bisa-bisanya dia ceroboh saat Haikal masih berada di sini. Kalau benar-benar jatuh karena terpeleset, pastilah dia akan sangat malu sekali.Karena tak kunjung meresponnya, Haikal mendorong pelan tubuh Zee ke tembok dan mengungkungnya agar tidak melarikan diri. “Sedang memikir apa?”Jantung Zee langsung berlompatan di dalam sana. Gadis itu meneguk ludah susah payah. Haikal tengah menatapnya, tajam dan dalam. Lagi-lagi, Zee bergeming saat berada dalam tatapan tersebut.“Kamu mau apa?”Zee menegang saat Haikal mengikis jarak di antara mereka. O

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 12. Pulang Dari Rumah Sakit

    Zee diizinkan pulang dari rumah sakit hari ini. Semua keperluan administrasi juga sudah Gia selesaikan. Tinggal Zee yang perlu berkemas, apalagi jarum infusnya telas dibuka. Tapi perempuan itu malah melamun di atas brankar sambil menatap pintu.“Kok, belum siap?” tanya Gia. Ia mengikuti arah pandang Zee dan tersenyum saat tahu, apa yang sedang gadis itu tunggu. “Hm," Zee menyahut seadanya. Matanya masih saja menatap pintu tanpa teralih sama sekali.“Dia ada di depan. Kalau kamu lagi cari si Haikal.”Zee menoleh. “Siapa yang cari Haikal,’ sewotnya. Tapi dari cara dia panik, Gia dapat menebak, jika tebakan tadi benar.“Kalau bukan, ayo cepat berkemas. Kasihan si Haikal menunggu kita dari tadi.” Benar saja, Zee yang tadi ogah-ogahan berkemas, sudah bergerak secepat kilat. Gia ingin tertawa, tapi takut Zee marah padanya. Nanti saja dia tertawakan sahabatnya itu, kala Zee dan Haikal sudah memiliki hubungan yang jelas.Haikal sudah siap dengan mobilnya. Ia tersenyum kala melihat Zee dan G

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 11. Masa Pemulihan

    Zee masih terbaring di tempat tidur rumah sakit. Wajahnya sudah tidak sepucat kemarin. Pagi sekali, Gia sudah pamit pergi. Katanya banyak pekerjaan yang menumpuk, jika dia tidak pergi bekerja. Tinggallah Haikal dan Zee di ruangan itu. Zee juga sudah mengusir Haikal agar pergi, tapi dasar dia itu bocah keras kepala yang bertindak sesukanya.“Yakin tidak mau pulang?”Haikal mengangguk cepat. Ia memosisikan diri untuk duduk di sebelah tempat tidur. “Zee, dengar,” ujar Haikal dengan suara lembut. “Aku punya ide bagus untuk membuatmu tidak bosan,” katanya.Zee menoleh ke arah Haikal, bibirnya tersenyum. Memberikan sedikit respons atas usaha pemuda itu, untuk menghiburnya. Haikal mengeluarkan sebungkus permen dari saku celananya. “Aku akan menyuapimu permen ini. Tapi ada syaratnya, kamu harus menebak rasa permen yang ada di mulutmu.”Zee mengangkat alisnya, tertarik dengan permainan kecil ini. “Baiklah, aku menerimanya. Tapi jangan berharap aku akan kalah begitu saja!” tidak ada salahnya

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 10. Kecelakaan Zee.

    Ferdi tidak memarkir mobilnya di dalam area kantor. Rencananya sudah matang, karena dia pun sudah menyiapkan jalur pelarian setelah berhasil membawa sang mantan pacar.Zee diseret hingga keluar area kantor. Satpam yang hendak menolong pun harus pikir-pikir dulu, karena ada benda tajam yang Ferdi pegang saat ini. “Tolong turunkan senjatamu!” kata Satpam itu. “Kamu bisa di penjara karena melakukan hal ini. Ayo lepaskan dia, kita bisa bicarakan ini baik-baik,” bujuknya. Berusaha berunding, meskipun diacuhkan.Ferdi yang sudah gelap mata, mana mau mendengarkan bujukan Satpam itu. Ia masih terus menyeret paksa Zee. Gadis itu sudah kelelahan dan tidak bisa lagi berteriak. Di tengah kebingungan dan rasa sakit di lengannya yang di seret. Satu sosok muncul di kepala Zee. ‘Haikal!’ Entah mengapa, nama itu yang dia panggil saat keadaan genting seperti ini.Tiba-tiba saja, Zee terhempas ke trotoar jalan. Cekalan kuat Ferdi lepas karena pukulan seseorang. Zee melihatnya setengah tidak percaya. Ora

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 9. Rencana Jahat Ferdi.

    “Hei , kau! Zee menarik napas, hendak memaki pemuda di sampingnya. Tapi Gia menghentikannya segera.“Zee, sebentar lagi jam makan siang selesai. Kita bicarakan saja lagi, nanti.” Zee mengiyakan. Ia merasa sedikit lega, belum sampai mengucapkan sumpah serapah pada Haikal.“Oh iya, Haikal.”“Ya, Zee?”“Kapan kau akan pergi?”“Sebentar lagi.”“Sekarang, aku mau memesan sesuatu.” Haikal tersenyum maklum, dia berjalan menuju tempat pemesanan, dengan senyuman lebar dan semangatnya.Zee merasa sedikit lega, hah... dia benar-benar harus mencari cara untuk mengusir Haikal secepat mungkin.***Mulai saat itu, Haikal terus mengikutinya, seperti jelmaan hantu yang tidak bisa dibelai. Sekuat apa pun, Zee menghindar. Tetap saja, pemuda itu bisa menemukannya.Padahal Zee sudah tidak lagi mengunjungi Cafe milik Haikal, untuk menghindari pertemuan mereka. Tapi apa? Mereka malah semakin sering bertemu, karena jika ada pesanan makanan dari Cafe itu, Haikal yang akan datang. Bahkan dia tidak ragu untuk

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 8. Tidak Akan Menyerah.

    Gia merasa jengah. Sejak tadi Zee tak hentinya menghela napas. “Mending kamu kejar aja si berondong, dari pada galau di sini!” ujarnya. Setelah insiden penyerangan oleh Ferdi, Zee membawa seorang pemuda masuk ke dalam ruangannya.Tidak begitu lama, terdengar teriakan dan desahan. Tentu semua bawahan Zee jadi penasaran dan mencoba menguping. Sayangnya, saat mereka bisa mendekat. Pemuda itu pergi dengan wajah sedih. Sementara Zee tidak kunjung keluar.Akhirnya, Gia sebagai asisten manajer, yang di dorong masuk oleh teman-temannya. “Buruan masuk!” Begitulah kiranya dia dipaksa dan dijadikan tumbal untuk mendapatkan berita. Zee mendengus kesal. “Ih, buat apa? Aku sudah berhasil mengusirnya pergi, masa harus kupanggil lagi,” sewotnya.“Habisnya kamu galau sejak dia keluar dari kantor ini. Eh, BTW, kenal di mana?” tanya Gia. Pria itu tampak tak asing untuknya. Zee diserang mata penasaran asistennya. “Di Club,” jawab Zee singkat. “Jelas kenal. Kamu pasti sudah ketemu dia di Cafe depan kant

DMCA.com Protection Status