Share

Bab 2. Haikal

Author: Alizha Qusya
last update Last Updated: 2023-10-21 11:26:44

Zee terbangun saat sinar matahari menerpa wajahnya. Tirai jendela yang bergerak tertiup angin, menjadi pemandangan pertama, kala membuka mata. Dinding yang berwarna gelap dengan sentuhan biru gelap, membuatnya merasa sangat asing dengan tempat itu.

Kepala Zee terasa berat dan dia sedikit mual. Beginilah Efek yang harus dia terima setelah minum secara berlebihan kemarin. Perasaan menyesal itu, tentunya memang akan dirasakan belakangan.

Zee ingin bangun, tapi lengan seseorang menyadarkannya, jika gadis itu tidaklah sendirian di sana.

'Mampus!'

Zee menggigit bibir, saat tak merasakan selembar kain pun menutupi tubuhnya dibalik selimut. Dia merutuki kebodohannya, karena mabuk hingga tidak sadarkan diri dan berakhir di ranjang bersama pria asing.

Dengan perlahan, Zee memindahkan tangan pria itu, lalu kabur ke kamar mandi dengan cepat. Masa bodoh dia telanjang sekarang. Zee akan mencari sesuatu yang bisa dipakai nanti. 'Semoga pria itu tidak bangun,' harapnya.

Waktu satu jam, Zee habiskan di dalam kamar mandi. Dia memberanikan diri keluar, setelah membalut tubuhnya dengan selembar handuk. Beruntung dia menemukan handuk itu.

Zee menarik napas beberapa kali, sebelum membuka pintu. Mempersiapkan diri untuk bertemu pria yang pasti tidak dia kenal itu, dengan berani.

Ia harus menegaskan, jika dirinya bukan wanita malam yang mudah tidur dengan sembarang pria. Bahkan ini adalah pengalaman pertamanya.

"Lama amat, sih! Aku kira kamu pingsan di dalam sana," Ketus pria itu.

Zee melebarkan matanya. Terkejut karena seorang pria berdiri, tepat di depan pintu kamar mandi dengan tubuh telanjang. Ya, tanpa sehelai benang pun. Memperlihatkan lekukan otot tubuh yang bagus. Pasti dia rajin sekali olahraga.

"Ya, aku tahu tubuhku bagus. Tapi bisakah kamu menyingkir sebentar? Aku ada jam kuliah hari ini, dan sekarang sudah hampir terlambat." Ujar pria itu, seraya menggeser Zee dari pintu.

'Apa tadi katanya? Kuliah?' Zee berharap dia salah dengar. 'Apakah dia lebih muda dariku?' Jika lebih tua, itu pasti mustahil dengan wajah pria tadi.

Zee mematung di tempat. Semakin merutuki kecerobohannya. Bagaimana bisa dia berakhir tidur dengan pria yang jauh lebih muda. "Bodoh!" Ucapnya lirih.

Zee semakin bingung harus apa. Bisa-bisa nanti dia akan dikatakan tante kesepian yang mengincar daun muda. Apalagi pertemuan mereka bermula di sebuah Club malam.

"Kamu belum juga pakai baju?" Suara pemuda itu kembali terdengar. Zee berbalik dan masih saja terkejut, karena pria itu masih belum memakai baju.

"Masih kurang ya semalam? Tapi sayang sekali, aku harus buru-buru ke kampus." Pria itu berujar, sambil melenggang di depan Zee. Tanpa malu-malu memamerkan tubuhnya yang memang bagus. Tapi Zee kesal dengan sikap percaya dirinya. Terlalu arogan.

"Baju kamu ada di sini!" Tunjuk pemuda itu pada lemari gantung yang sudah dia buka. Sementara dia sedang memakai baju di sana.

"A-aku lebih tua dari kamu. Sopan sedikit kalau bicara." Akhirnya Zee memberanikan diri bicara. Sejak tadi, pemuda itu memanggilnya dengan kamu, dari pada memakai kata 'Kakak'.

Pemuda itu terdiam sejenak. Menatap kaca di depannya yang pasti memantulkan bayangan Zee juga. "Baiklah Kakak, bisa cepat pakai bajumu, dan antar aku ke kampus?" Ucapnya penuh penekanan.

"Hah?" Sepertinya kerja otak Zee masih terganggu akibat mabuk.

"Semalam aku pakai mobilmu. Karena aku tanya di mana rumahmu, kamu tidak jawab," Jelas pemuda itu. "Jadi, kubawa saja ke apartemenku." Imbuhnya. "Apalagi kamu tidak mau melepas ciumanmu."

Zee mengerutkan dahi. Apa saja yang sudah dia lakukan semalam?

"Masa bodohlah!'

Zee yang melihat pemuda itu selesai berpakaian, memberanikan diri, untuk mendekat dan mengambil bajunya. Semua lengkap. Bahkan sampai bagian dalam pun masih ada. 'Apa bocah ini yang merapikannya? Ya, ampun. Ini bahkan sudah wangi, apa habis dicuci?' Pikir Zee dalam hati.

"Cepat pakai, aku tunggu di luar." Ucap pemuda itu dan langsung keluar dari kamar, meninggalkan Zee sendirian.

"Sialan!" Umpatnya. Zee tidak buang-buang waktu. Dia dengan cepat mengenakan baju, dan mencari barang apa pun yang mungkin saja miliknya. Setelah mengantar bocah itu, dia tidak akan pernah mau menemuinya lagi.

Begitu selesai menggunakan riasan tipis, dari peralatan yang ada dalam tasnya. Zee menyusul pemuda itu keluar. Dia celingukan sebelum benar-benar meninggalkan tempat itu. Khawatir ada yang melihatnya keluar dari apartemen seorang pria. Apalagi pria yang lebih muda darinya.

"Lama!" Gerutu pemuda itu. Dia sudah siap berangkat dengan mobil milik Zee. Area parkir Apartemen itu terlihat cukup sepi karena hari sudah sangat siang. Pastilah semua orang sibuk bekerja atau melakukan aktivitas lainnya. Tidak seperti Zee yang harus mengendap-endap keluar dari kamar pria asing.

"Siapa namamu?" Tanya bocah itu.

"Aku lebih tua darimu," tegas Zee. Menekankan jika dia harusnya berbicara lebih sopan pada Zee. Dia membiarkan pemuda itu membawa mobilnya. Dengan begitu dia tidak akan banyak bicara, karena harus bertanya jalan ke kampus.

"Galak amat sih, Kak!" Pemuda itu melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Sepertinya dia tidak terlalu buru-buru.

"Namaku Haikal. Nama Kakak?" Tanyanya lagi.

"Zee." Dia menyahut dengan ketus.

"Kak Zee, aku minta kakak tanggung jawab."

Eh?

Related chapters

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 3. Jangan Bertemu Lagi

    'Hah? Apa katanya?'"Jangan bilang Kakak mau pergi begitu saja, setelah mengambil malam pertamaku." Haikal memasang wajah tersakiti. 'Apa ini tidak ke balik?' Bukankah seharusnya pihak perempuan yang meminta pertanggung jawaban?"Huh, dengar ya bocah! Ini juga pertama kali buat aku. Dan harusnya, kamu yang tanggung jawab sudah mengambil pertamaku. Sialan." Kesal Zee. Merasa dirinya telah dinilai sebagai tante-tante girang yang suka daun muda."Jadi, aku yang harus tanggung jawab?" Tanya Haikal. Suaranya naik satu oktaf, seperti tidak setuju dengan keputusan Zee."Ya, iyalah!" Zee tak kalah menaikkan suaranya."Okey, aku bakal tanggung jawab. Jadi Kakak tidak boleh lari dariku." Ucap Haikal dengan senyum tengil.Tunggu sebentar! Mengapa Zee merasa ada yang salah, di sini?'Shit!' Sepertinya Zee sudah menggali lubang kuburannya sendiri. Tanpa Ia sadari, akan semakin terjebak dengan bocah itu sekarang. "Kamu!" Belum juga Zee selesai melanjutkan kalimatnya, mobil sudah berhenti di tempat

    Last Updated : 2023-10-22
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 4. Bertemu Lagi

    "Kal!"Haikal menoleh. Dia baru saja keluar dari salah satu kelas dan temannya yang bernama Wira, sedang berlari ke arahnya. "Apa?" Tanya Haikal. Sembari menunggu temannya itu mendekat. Wira merangkul Haikal begitu sampai. "Hari ini kamu sibuk gak? Aku izin telat ke cafe, ya. Ada urusan di BEM." Ujarnya, dengan napas sedikit terengah. Salah satu teman Haikal ini adalah manusia yang paling sibuk. Dia bekerja part time di Cafe, padahal sudah sibuk dengan urusan BEM yang seabrek. "Lama gak?" Haikal sebenarnya ingin pergi ke suatu tempat. "Aku ada urusan nanti malam." Ujarnya."Gak tau juga, sih. Tapi aku bakal balik duluan kalau misal lama." Janjinya. Dia juga tidak enak hati sebenarnya."Santai aja. Aku juga udah gak ada kelas habis ini. Urusanku juga gak begitu mendesak." Haikal ini juga salah satu jenis manusia yang bisa di andalkan."Makasih, ya. Ngomong-ngomong, gimana cewek yang kemarin?" Tanya Wira. Mereka mengobrol sambil menyusuri lorong kampus yang masih ramai dengan aktivitas

    Last Updated : 2023-11-08
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 5. Pingsan

    "Nanti pulang jam berapa?"Zee mengernyitkan dahinya. "Buat apa tanya aku pulang jam berapa?" Sewotnya."Mau nebeng. Aku tadi berangkatnya kan sama kamu. Ke sini nya naik ojek, jadi buat menghemat biaya, boleh dong numpang lagi." "Dasar gak modal.""Modalnya aku tabung buat masa depan kita. 'Kan tadi kamu minta aku tanggung jawab.""Ah, benar. Untung kamu ingatkan. Aku gak ngerasa sakit apa-apa. Kamu jujur, sebenarnya kita gak ngapa-ngapain semalam 'kan?"Haikal mengedikkan bahunya. "Mana aku tahu kenapa gak sakit. Itu juga yang pertama kali buat aku. Atau jangan-jangan kamu." Haikal menatap tubuh Zee dari bawah ke atas. Seperti gerakan memindai."Itu juga yang pertama buat aku." Zee marah karena merasa diremehkan."Ya sudah kalau begitu. masih perlu dibahas?" Ucap Haikal dengan wajah tengil.Zee baru pertama kali menghadapi bocah seperti ini. Dia geram dan gemas diwaktu bersamaan."Jadi bisa numpang tidak?""Iya." Entah mengapa Zee mengiyakan hal ini. "Jadi jam berapa pulangnya?"h

    Last Updated : 2023-11-09
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 6. Maaf

    Dengan cepat, Haikal membawa tubuh Zee ke atas tempat tidur. "Naya!" Dia masih memanggil Zee. Wajah paniknya sudah berubah menjadi wajah khawatir.Haikal mengambil ponsel miliknya yang ada di atas meja. Dia mencari nomor telepon seseorang. "Om. Naya pingsan. Aku harus gimana?" Ucapnya langsung, saat panggilannya sudah tersambung."Dokter? Ah, iya. Maaf. Aku sudah kelewatan tadi. Aku tutup dulu dan manggil Dokter. Iya, Om." Haikal mencari nomor lain setelahnya."Maaf, Naya." Haikal duduk di tepi ranjang, sambil menunggu Zee yang sedang diperiksa seorang dokter. "Bagaimana, Kak?" Tanyanya."Tidak apa-apa. Tapi jangan buat dia panik lagi setelah ini. Paham!" Dokter cantik dengan rambut disanggul tinggi itu tersenyum, saat Haikal mengangguk. "Bukankah kamu janji bakalan jaga dia? Jadi, lakukanlah pendekatan awal yang baik itu langkah yang penting! Kalau kamu buru-buru begini, dia cuma bakal mendorong kamu pergi jauh." Haikal menunduk. Dia merasa bersalah karena telah memaksa Zee langsung

    Last Updated : 2023-11-09
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 7. Haikal Terluka

    Haikal mengantar Zee menuju Apartemennya. Sebelum pergi ke kantor, Zee ingin berganti pakaian lebih dulu. Mana mungkin dia akan pergi bekerja dengan baju yang sama seperti kemarin. Haikal menunggunya di tempat parkir. Jadi, begitu Zee selesai, mereka bisa langsung berangkat. Pemuda itu siap sedia menjadi sopir hari ini. “Harusnya kamu pergi kuliah saja,” ujar Zee, yang jadi merasa tak enak hati, karena sudah membuat pemuda itu mengantarnya ke mana-mana. “Aku bisa pergi sendiri.” Imbuhnya. Pemuda yang sedang fokus pada jalan raya itu mengabaikan Kata-kata Zee. Merasa diabaikan Zee mendengus kesal. “Masih marah? Aku ‘kan sudah minta maaf.” Mana dia tahu kalau Haikal tidak senang saat di panggil dengan sebutan bocah. Keheningan terjadi selama perjalanan. Bahkan ketika sampai di kantor pun, Haikal masih mendiamkan Zee. ‘Benar-benar bocah. Begitu saja ngambek!’ Zee mengatakannya dalam hati. Khawatir kalau ia bilang langsung, bocah ini malah akan tantrum.Haikal turun lebih dulu. Ia memb

    Last Updated : 2023-11-11
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 8. Tidak Akan Menyerah.

    Gia merasa jengah. Sejak tadi Zee tak hentinya menghela napas. “Mending kamu kejar aja si berondong, dari pada galau di sini!” ujarnya. Setelah insiden penyerangan oleh Ferdi, Zee membawa seorang pemuda masuk ke dalam ruangannya.Tidak begitu lama, terdengar teriakan dan desahan. Tentu semua bawahan Zee jadi penasaran dan mencoba menguping. Sayangnya, saat mereka bisa mendekat. Pemuda itu pergi dengan wajah sedih. Sementara Zee tidak kunjung keluar.Akhirnya, Gia sebagai asisten manajer, yang di dorong masuk oleh teman-temannya. “Buruan masuk!” Begitulah kiranya dia dipaksa dan dijadikan tumbal untuk mendapatkan berita. Zee mendengus kesal. “Ih, buat apa? Aku sudah berhasil mengusirnya pergi, masa harus kupanggil lagi,” sewotnya.“Habisnya kamu galau sejak dia keluar dari kantor ini. Eh, BTW, kenal di mana?” tanya Gia. Pria itu tampak tak asing untuknya. Zee diserang mata penasaran asistennya. “Di Club,” jawab Zee singkat. “Jelas kenal. Kamu pasti sudah ketemu dia di Cafe depan kant

    Last Updated : 2023-11-13
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 9. Rencana Jahat Ferdi.

    “Hei , kau! Zee menarik napas, hendak memaki pemuda di sampingnya. Tapi Gia menghentikannya segera.“Zee, sebentar lagi jam makan siang selesai. Kita bicarakan saja lagi, nanti.” Zee mengiyakan. Ia merasa sedikit lega, belum sampai mengucapkan sumpah serapah pada Haikal.“Oh iya, Haikal.”“Ya, Zee?”“Kapan kau akan pergi?”“Sebentar lagi.”“Sekarang, aku mau memesan sesuatu.” Haikal tersenyum maklum, dia berjalan menuju tempat pemesanan, dengan senyuman lebar dan semangatnya.Zee merasa sedikit lega, hah... dia benar-benar harus mencari cara untuk mengusir Haikal secepat mungkin.***Mulai saat itu, Haikal terus mengikutinya, seperti jelmaan hantu yang tidak bisa dibelai. Sekuat apa pun, Zee menghindar. Tetap saja, pemuda itu bisa menemukannya.Padahal Zee sudah tidak lagi mengunjungi Cafe milik Haikal, untuk menghindari pertemuan mereka. Tapi apa? Mereka malah semakin sering bertemu, karena jika ada pesanan makanan dari Cafe itu, Haikal yang akan datang. Bahkan dia tidak ragu untuk

    Last Updated : 2023-11-14
  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 10. Kecelakaan Zee.

    Ferdi tidak memarkir mobilnya di dalam area kantor. Rencananya sudah matang, karena dia pun sudah menyiapkan jalur pelarian setelah berhasil membawa sang mantan pacar.Zee diseret hingga keluar area kantor. Satpam yang hendak menolong pun harus pikir-pikir dulu, karena ada benda tajam yang Ferdi pegang saat ini. “Tolong turunkan senjatamu!” kata Satpam itu. “Kamu bisa di penjara karena melakukan hal ini. Ayo lepaskan dia, kita bisa bicarakan ini baik-baik,” bujuknya. Berusaha berunding, meskipun diacuhkan.Ferdi yang sudah gelap mata, mana mau mendengarkan bujukan Satpam itu. Ia masih terus menyeret paksa Zee. Gadis itu sudah kelelahan dan tidak bisa lagi berteriak. Di tengah kebingungan dan rasa sakit di lengannya yang di seret. Satu sosok muncul di kepala Zee. ‘Haikal!’ Entah mengapa, nama itu yang dia panggil saat keadaan genting seperti ini.Tiba-tiba saja, Zee terhempas ke trotoar jalan. Cekalan kuat Ferdi lepas karena pukulan seseorang. Zee melihatnya setengah tidak percaya. Ora

    Last Updated : 2023-11-15

Latest chapter

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 16. Pemuda yang Gigih

    Duda bernama pak Bayu itu tak kunjung keluar. Khawatir Haikal akan membuat masalah. Dio mengambil dokumen di mejanya, lalu berjalan ke arah ruangan manajer. Begitu pintu di ketuk, Bayu yang terlihat. Pria itu menahan pintu, untuk mempersilahkan Dio masuk.“Jangan tutup pintunya! Pak Bayu, saya rasa sebaiknya Anda kembali saja. Oh, jangan lupa bawa makanan ini. Saya sedang diet, jadi sayang kalau tidak di makan.” Suara Zee terdengar hingga keluar ruangan, karena pintu masih terbuka lebar. “Pak Dio, anda silakan masuk!” Bayu yang tadi tersenyum kala datang, pergi dengan wajah datar. Sepertinya, dia malu karena ditolak langsung oleh Zee. Setelah pria itu tidak terlihat lagi. Terdengar sorakan dari bangku Alif dan Haikal.“Peluangmu masih banyak, kawan!” ujar Alif, sambil menepuk bahu rekan kerjanya itu.Dio keluar dari ruangan Zee dengan wajah tersenyum. Tangannya menenteng tas plastik yang tadi di bawa Bayu. “Kata ibu manajer, ini buat kita.”Alif langsung berdiri menyongsong tas plast

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 15. Anak Magang

    Masa cuti sakit Zee telah selesai. Wanita cantik itu langsung masuk kerja, begitu luka di area kepalanya, dinyatakan sembuh oleh dokter.Kini Zee sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Suara ketikan dan lembaran kertas, terdengar sejak tadi, dari ruangan manajer itu. Beberapa kali Gia bolak-balik mengantarkan map dan beberapa berkas lainnya ke dalam sana.Selama Zee tidak masuk, banyak pekerjaan yang di tinggalkannya. Sekaranglah wanita itu akan sibuk beberapa hari ke depan. Itu pun, jika dia mengambil lembur.Suara ketukan pintu, membuat Zee menghentikan jarinya dari papan ketiknya. “Masuk,” sahutnya. Seorang gadis dengan rambut sebahu mendorong pintu kaca yang agak gelap tersebut.“Bu, ada pihak HRD mau datang, mengantarkan anak magang,” lapornya. Gadis bernama Naura itu, menunggu jawaban dari Zee yang sudah kembali sibuk dengan papan ketiknya.Zee mendongak sebentar, sebelum menyahut. “Tanya Gia mau ditempatkan di mana. Dan langsung ajari dia aturan di divisi ini, beserta tugas-tugasn

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 14. Malam Bersamamu

    Haikal memperhatikan setiap gerakan Zee, apalagi malam ini, ia mengenakan pakaian tidur hitam yang menampilkan lekukan tubuhnya. Dia terlihat begitu cantik dalam pakaian itu.Merasa diperhatikan, Zee menoleh pada pemuda yang sedang menyeringai padanya. “Ada apa?” tanya Zee.“Kamu cantik malam ini,” kata Haikal. Ia menatap Zee penuh cinta. Haikal tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang sesak. Dia menyentuh wajah Zee yang halus dan mengangkatnya untuk mencium bibir Zee. Bibir berwarna merah muda yang lembut.Zee menahan tangan Haikal. "Tidak, Haikal. Kalau kamu melewati batas, silakan keluar sekarang juga.” Hampir saja Zee tergoda oleh tatapan lembut itu. Dia sedikit beringsut untuk memberikan jarak di antara mereka.“Maaf.” Haikal mencoba menenangkan hatinya yang sedang berdegup kencang. Dia terlalu terburu-buru tadi. Harusnya dia lebih sadar dan menunggu Zee lebih membuka hatinya.Haikal duduk dengan diam di samping Zee, mencoba mengirim sinyal-sinyal cintanya kepada Zee sebisa mun

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 13. Kunjungan Rekan Kerja

    Haikal mengungkung tubuh Zee ke dinding. Kejadian sebelumnya sangat cepat, hingga Zee tidak mampu bereaksi. Saat hendak mengembalikan peralatan makan ke dapur, dia malah terpeleset dan hampir terjatuh. Untung saja Haikal mengekorinya tadi. Jadi pemuda itu dengan sigap menahan pinggang Zee.“Hati-hati,” ujar pemuda itu. Ia membantu Zee untuk berdiri. “Ada yang sakit?” Melihat Zee yang terdiam, Haikal jadi khawatir.Zee terdiam karena salah tingkah. Bisa-bisanya dia ceroboh saat Haikal masih berada di sini. Kalau benar-benar jatuh karena terpeleset, pastilah dia akan sangat malu sekali.Karena tak kunjung meresponnya, Haikal mendorong pelan tubuh Zee ke tembok dan mengungkungnya agar tidak melarikan diri. “Sedang memikir apa?”Jantung Zee langsung berlompatan di dalam sana. Gadis itu meneguk ludah susah payah. Haikal tengah menatapnya, tajam dan dalam. Lagi-lagi, Zee bergeming saat berada dalam tatapan tersebut.“Kamu mau apa?”Zee menegang saat Haikal mengikis jarak di antara mereka. O

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 12. Pulang Dari Rumah Sakit

    Zee diizinkan pulang dari rumah sakit hari ini. Semua keperluan administrasi juga sudah Gia selesaikan. Tinggal Zee yang perlu berkemas, apalagi jarum infusnya telas dibuka. Tapi perempuan itu malah melamun di atas brankar sambil menatap pintu.“Kok, belum siap?” tanya Gia. Ia mengikuti arah pandang Zee dan tersenyum saat tahu, apa yang sedang gadis itu tunggu. “Hm," Zee menyahut seadanya. Matanya masih saja menatap pintu tanpa teralih sama sekali.“Dia ada di depan. Kalau kamu lagi cari si Haikal.”Zee menoleh. “Siapa yang cari Haikal,’ sewotnya. Tapi dari cara dia panik, Gia dapat menebak, jika tebakan tadi benar.“Kalau bukan, ayo cepat berkemas. Kasihan si Haikal menunggu kita dari tadi.” Benar saja, Zee yang tadi ogah-ogahan berkemas, sudah bergerak secepat kilat. Gia ingin tertawa, tapi takut Zee marah padanya. Nanti saja dia tertawakan sahabatnya itu, kala Zee dan Haikal sudah memiliki hubungan yang jelas.Haikal sudah siap dengan mobilnya. Ia tersenyum kala melihat Zee dan G

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 11. Masa Pemulihan

    Zee masih terbaring di tempat tidur rumah sakit. Wajahnya sudah tidak sepucat kemarin. Pagi sekali, Gia sudah pamit pergi. Katanya banyak pekerjaan yang menumpuk, jika dia tidak pergi bekerja. Tinggallah Haikal dan Zee di ruangan itu. Zee juga sudah mengusir Haikal agar pergi, tapi dasar dia itu bocah keras kepala yang bertindak sesukanya.“Yakin tidak mau pulang?”Haikal mengangguk cepat. Ia memosisikan diri untuk duduk di sebelah tempat tidur. “Zee, dengar,” ujar Haikal dengan suara lembut. “Aku punya ide bagus untuk membuatmu tidak bosan,” katanya.Zee menoleh ke arah Haikal, bibirnya tersenyum. Memberikan sedikit respons atas usaha pemuda itu, untuk menghiburnya. Haikal mengeluarkan sebungkus permen dari saku celananya. “Aku akan menyuapimu permen ini. Tapi ada syaratnya, kamu harus menebak rasa permen yang ada di mulutmu.”Zee mengangkat alisnya, tertarik dengan permainan kecil ini. “Baiklah, aku menerimanya. Tapi jangan berharap aku akan kalah begitu saja!” tidak ada salahnya

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 10. Kecelakaan Zee.

    Ferdi tidak memarkir mobilnya di dalam area kantor. Rencananya sudah matang, karena dia pun sudah menyiapkan jalur pelarian setelah berhasil membawa sang mantan pacar.Zee diseret hingga keluar area kantor. Satpam yang hendak menolong pun harus pikir-pikir dulu, karena ada benda tajam yang Ferdi pegang saat ini. “Tolong turunkan senjatamu!” kata Satpam itu. “Kamu bisa di penjara karena melakukan hal ini. Ayo lepaskan dia, kita bisa bicarakan ini baik-baik,” bujuknya. Berusaha berunding, meskipun diacuhkan.Ferdi yang sudah gelap mata, mana mau mendengarkan bujukan Satpam itu. Ia masih terus menyeret paksa Zee. Gadis itu sudah kelelahan dan tidak bisa lagi berteriak. Di tengah kebingungan dan rasa sakit di lengannya yang di seret. Satu sosok muncul di kepala Zee. ‘Haikal!’ Entah mengapa, nama itu yang dia panggil saat keadaan genting seperti ini.Tiba-tiba saja, Zee terhempas ke trotoar jalan. Cekalan kuat Ferdi lepas karena pukulan seseorang. Zee melihatnya setengah tidak percaya. Ora

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 9. Rencana Jahat Ferdi.

    “Hei , kau! Zee menarik napas, hendak memaki pemuda di sampingnya. Tapi Gia menghentikannya segera.“Zee, sebentar lagi jam makan siang selesai. Kita bicarakan saja lagi, nanti.” Zee mengiyakan. Ia merasa sedikit lega, belum sampai mengucapkan sumpah serapah pada Haikal.“Oh iya, Haikal.”“Ya, Zee?”“Kapan kau akan pergi?”“Sebentar lagi.”“Sekarang, aku mau memesan sesuatu.” Haikal tersenyum maklum, dia berjalan menuju tempat pemesanan, dengan senyuman lebar dan semangatnya.Zee merasa sedikit lega, hah... dia benar-benar harus mencari cara untuk mengusir Haikal secepat mungkin.***Mulai saat itu, Haikal terus mengikutinya, seperti jelmaan hantu yang tidak bisa dibelai. Sekuat apa pun, Zee menghindar. Tetap saja, pemuda itu bisa menemukannya.Padahal Zee sudah tidak lagi mengunjungi Cafe milik Haikal, untuk menghindari pertemuan mereka. Tapi apa? Mereka malah semakin sering bertemu, karena jika ada pesanan makanan dari Cafe itu, Haikal yang akan datang. Bahkan dia tidak ragu untuk

  • Terjebak Pesona Berondong Tengil   Bab 8. Tidak Akan Menyerah.

    Gia merasa jengah. Sejak tadi Zee tak hentinya menghela napas. “Mending kamu kejar aja si berondong, dari pada galau di sini!” ujarnya. Setelah insiden penyerangan oleh Ferdi, Zee membawa seorang pemuda masuk ke dalam ruangannya.Tidak begitu lama, terdengar teriakan dan desahan. Tentu semua bawahan Zee jadi penasaran dan mencoba menguping. Sayangnya, saat mereka bisa mendekat. Pemuda itu pergi dengan wajah sedih. Sementara Zee tidak kunjung keluar.Akhirnya, Gia sebagai asisten manajer, yang di dorong masuk oleh teman-temannya. “Buruan masuk!” Begitulah kiranya dia dipaksa dan dijadikan tumbal untuk mendapatkan berita. Zee mendengus kesal. “Ih, buat apa? Aku sudah berhasil mengusirnya pergi, masa harus kupanggil lagi,” sewotnya.“Habisnya kamu galau sejak dia keluar dari kantor ini. Eh, BTW, kenal di mana?” tanya Gia. Pria itu tampak tak asing untuknya. Zee diserang mata penasaran asistennya. “Di Club,” jawab Zee singkat. “Jelas kenal. Kamu pasti sudah ketemu dia di Cafe depan kant

DMCA.com Protection Status