Irish memilih menyerah begitu mengetahui wanita pujaan hati Arthur—suaminya telah kembali setelah dua tahun berjuang seorang diri. Namun, ketika Irish melayangkan gugat cerai, Arthur tak terima dan marah besar. Segala cara lelaki itu lakukan untuk membuat Irish tetap di sisinya. Dapatkah Irish kembali menerima Arthur kembali? Atau tetap memilih berpisah?
Lihat lebih banyak“Apa maksudmu?” tanya Arthur dengan kening mengerut. “Aku akan ikut denganmu.” Tanpa menunggu respon Arthur, Irish langsung masuk ke bangku bagian belakang mobil lelaki itu. Irish sudah memikirkan ini matang-matang. Ia memang ingin merawat Arthur. Meskipun Arthur tinggal bersama Maudy, ia tetap akan tinggal di tempat lelaki itu berada. Ini sebagai bentuk tanggungjawab dan ungkapan terima kasihnya pada Arthur. Barusan, Irish menelepon kakeknya dan meminta izin untuk tinggal bersama Arthur selama proses pemulihan lelaki itu. Entah sampai kapan, ia belum tahu pasti. Yang jelas, untuk saat ini ia benar-benar ingin merawat Arthur dulu hingga keadaan lelaki itu membaik. Cukup sulit mendapat izin dari Paryoga. Oleh karena itu, Irish agak lama berada di toilet saat bertelepon. Namun, pada akhirnya izin yang dirinya inginkan tetap ia dapatkan. Saat keluar dari sana, ia malah hampir tertinggal. Sedangkan dirinya tak tahu di mana tempat tinggal Arthur sekarang. “Kenapa kalian sangat tidak s
“Itu yang membuatmu di sini sekarang?” tanya Arthur sembari terkekeh pelan. Irish yang hendak menyimpan baskom di toilet spontan kembali berbalik dan melangkah ke bangsal Arthur. Ia menggeleng samar. Dirinya berada di sini bukan karena keadaan Arthur, bukan karena rasa bersalahnya. Namun, karena dirinya memang ingin berada di sini. “Bukan karena itu. Aku memang ingin merawatmu,” jawab Irish yang sudah jatuh berlutut di samping bangsal Arthur. Ia menyentuh tangan lelaki itu yang terpasang infus. Arthur mendengus pelan. “Berarti aku memang lumpuh? Kenapa diam saja? Kamu takut?”Irish mengangkat kepalanya. Membalas tatapan Arthur dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia dapat melihat dengan jelas kekecewaan di mata lelaki itu. Kondisi kaki lelaki itu pasti menjadi pukulan besar bagi Arthur dan akan menghambat banyak hal ke depannya. Sungguh, jika bisa bertukar posisi, Irish tak ingin Arthur menyelamatkannya hari itu. Biarlah dirinya yang celaka sebab tabrakan tersebut terjadi karena k
Saat menoleh ke belakang, Irish terbelalak melihat Arthur yang sudah membuka mata dan kini menggenggam tangannya. Ia mengerjapkan matanya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Namun, genggaman pada tangannya saat ini membuatnya tersadar jika ini nyata. “Apa sekarang wajahku menyeramkan?” tanya Arthur dengan suara serak dan satu alis terangkat. Irish spontan kembali melangkah ke arah Arthur dan memeluk lelaki itu. Air matanya menetes tanpa bisa dicegah. Lama-kelamaan isak tangisnya mulai terdengar. Ini benar-benar nyata, bukan bagian dari khayalannya. Bukan sekadar kelegaan yang dirinya rasakan. Perasaan menyiksa itu kini sepenuhnya hilang. “Akhirnya kamu sadar,” gumam Irish di sela isak tangisnya. Selama seminggu ini, Irish tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Apalagi melihat kondisi Arthur yang tak menunjukkan perubahan signifikan. Rasanya, ia ingin bertukar posisi dengan lelaki itu. Sebab, memang seharusnya dirinya yang celaka. Arthur mengangkat tangan kirinya
“Apa ini bagian dari rencanamu juga?” gumam Billy sembari menatap Arthur yang masih memejamkan mata. Billy berhasil memaksa Irish untuk pulang dan istirahat di rumah. Sebagai gantinya, ia yang menjaga Arthur di sini. Arthur sudah dipindahkan ke ruang perawatan VVIP. Namun, hingga saat ini lelaki itu belum sadarkan diri. Dan Irish sudah berulang kali menanyakan kondisi Arthur melalui whatsapp. Billy yang baru kembali dari kantin rumah sakit langsung menarik kursi di samping bangsal Arthur. Ia mengamati wajah dan tubuh Arthur. Bukan hanya patah kaki, tangan kanan Arthur juga patah. Wajah lelaki itu penuh luka dengan kening yang diperban. “Kamu sangat bodoh kalau ini bagian dari rencanamu juga. Kamu bisa mati dan belum tentu Irish bersedia kembali padamu,” monolog Billy pada Arthur yang masih tak sadarkan diri. Arthur terlalu sering membuat skenario untuk menarik perhatian Irish. Oleh karena itu, Billy sedikit curiga jika ini adalah bagian dari rencana Arthur juga. Sebab, lelaki itu
BRAK! CIITTT ....Irish tak tahu apa yang terjadi hingga seseorang mendorongnya sangat kuat. Wanita itu jatuh terjerembab dan belanjaannya berhamburan ke mana-mana. Di saat yang sama, terdengar suara tabrakan sangat kencang di belakangnya. “Arthur!” pekik Irish melihat Arthur yang kini sudah bersimbah darah di tengah jalan. Tanpa memedulikan luka pada kaki dan tangannya, Irish langsung berlari menghampiri Arthur. Tangannya gemetar bersamaan dengan air matanya yang bercucuran. Lelaki itu masih setengah sadar, namun tampak sudah sangat tak berdaya. “Apa yang kamu lakukan? Bodoh! Kenapa kamu menyelamatkan aku?” tanya Irish dengan suara bergetar di sela isak tangisnya. Arthur terkekeh pelan dengan mata setengah terpejam. “Aku lebih bodoh kalau membiarkan kamu celaka di depan mataku. Mungkin dengan cara ini kamu bisa memaafkaanku. Aku tidak akan bisa mengganggumu lagi setelah ini. Jangan khawatir.”“Kamu bicara apa?! Jangan pejamkan matamu!” Irish bergegas bangkit dan hendak mencari ba
Irish mengejapkan matanya. Ia ingat hari anniversary pernikahannya, namun tak memiliki niatan untuk merayakannya lagi. Irish malah mengantarkan surat gugat cerainya pada Arthur di hari anniversary pernikahan mereka. Tentunya, ia tak berharap Arthur akan mengingat hari itu juga. “Aku ingat. Tapi, baru sempat datang kemari. Aku ingin langsung memberikannya padamu, bukan melalui kurir,” jelas Arthur yang tak ingin Irish salah paham. “Oke, terima kasih.” Irish tetap menerima buket bunga dan paper bag tersebut. Anggap saja untuk menebus rasa bersalahnya karena membuat Arthur semalaman berada di sini. “Harusnya kamu tidak perlu repot-repot membelikan apa pun. Proses perceraian kita sedang berjalan. Tidak ada yang perlu dirayakan,” imbuh Irish datar. Irish meletakkan buket dan paper bag pemberian Arthur di bangku taman yang tersedia. Kemudian, duduk di sana tanpa menawari Arthur untuk duduk juga. Lelaki itu sudah kembali berlutut di depan stroller si kembar sembari mengajak keduanya meng
Mendengar pemberitahuan pelayan tersebut membuat ekspresi Irish berubah seketika. Ia nyaris tak percaya. Namun, ketika mengintip dari jendela di kamarnya yang terhubung dengan halaman depan rumah, Irish tak bisa menyangkal. Arthur benar-benar ada di sini. Arthur tahu dirinya dan anak-anak mereka berada di sini sejak melarikan diri dari rumah ayahnya. Selama itu juga, Arthur tak pernah sekali pun datang kemari. Dan sekarang, setelah lelaki itu mengacaukan sidang perceraian mereka, dia malah muncul di depan rumah kakeknya. “Apa dia ingin cari mati?” gerutu Irish sembari menatap Arthur yang bersandar di belakang pintu gerbang tinggi yang kini masih tertutup rapat. Dari kamarnya yang berada di lantai dua, Irish dapat melihat lelaki itu dengan jelas. Pintu gerbang yang tak dibuka padahal ada tamu menunjukkan jika Arthur tak boleh masuk. Seharusnya lelaki itu mengerti dan langsung pergi, bukan malah menunggu. Hari ini, kakeknya dan Billy memang sedang berada di luar kota. Seharusnya Iri
Penuturan Arthur membuat Irish terbelalak. Ia bisa menerima jika Arthur marah padanya karena dirinya tiba-tiba menggugat cerai lelaki itu. Namun, seharusnya kemarahan itu hanya Arthur perlihatkan saat bersamanya saja. Tak perlu membuat onar di tempat seperti ini. Irish tak menyangka Arthur akan melakukan ini. Memfitnah keluarganya seolah-olah keluarganya telah melakukan kesalahan. Keluarganya tak pernah memperalatnya. Justru, Irish mengurus gugatan ini sendirian. Kakeknya hanya membantunya mencari pengacara saja. “Jangan bicara sembarangan! Aku memang ingin bercerai denganmu!” balas Irish tajam. Irish sampai spontan berdiri. Jika akhirnya akan seperti ini, lebih baik Arthur tak perlu mendatangi persidangan ini. Ia kembali duduk saat menyadari orang-orang mulai menatapnya dengan sorot aneh. Ia memejamkan matanya sejenak, tak ingin semakin tersulut emosi. “Hubungan kita baik-baik saja. Lalu, tiba-tiba keluargamu membawamu pergi diam-diam. Kalai mereka mengancammu, harusnya kamu kata
“Mario masih belum mau mengaku siapa yang menyuruhnya. Tapi, aku sudah yakin orangnya pasti Arthur. Dia sangat loyal pada Arthur. Apa pun yang Arthur katakan pasti dituruti,” ucap Billy pada Irish yang sengaja ia ajak makan siang di ruangannya. Kunyahan Irish terhenti sejenak. Namun, setelah itu ia kembali melanjutkan makan siangnya dengan tenang. Sebenarnya Irish sudah mengetahui persoalan ini dari kakeknya. Dan entah bagaimana cara menyelesaikannya karena Mario benar-benar tak mau mengatakan apa pun. Mario sudah Billy jebloskan ke penjara sejak lelaki itu menyerangnya tempo hari. Akan tetapi, hingga saat ini Mario tak mau membuka suara tentang siapa yang menyuruhnya. Lelaki itu malah mengatakan bergerak sendiri karena keinginannya. Alasan tersebut kurang masuk akal karena Irish tak memiliki masalah dengan Mario. Jangankan bersinggungan, saling berbicara pun hanya beberapa kali saja selama bertahun-tahun ini. Padahal jika lelaki itu mengaku, penyidikan akan lebih mudah dilakukan.
“Elyza sudah kembali. Bersiaplah, sebentar lagi Arthur akan meninggalkanmu.”“Setelah dua tahun menikah, bahkan kamu tidak bisa memberinya anak. Benar-benar tidak berguna.”Bisikan sang ibu mertua membuat manik mata Irish semakin memerah dan berkaca-kaca. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, menahan desakan air mata yang nyaris keluar. Tanpa memedulikan kata-katanya yang telah melukai menantunya, Maudy—mertua Irish langsung beranjak pergi dari sana. Irish masih membeku di posisi yang sama. Menatap lurus ke arah gerbang yang kini sudah kembali ditutup oleh security. Kemudian, tatapan beralih ke meja makan yang sedikit terlihat dari pintu utama. Meja yang masih penuh dengan berbagai menu masakannya yang belum tersentuh sama sekali. Arthur—suaminya terburu-buru pergi setelah menerima telepon entah dari siapa. Lelaki itu tak menjawab meski Irish sudah mencoba bertanya. Meninggalkan dirinya begitu saja padahal hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang kedua. Jangankan ing...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen