Share

Aku Sudah Menggugurkannya

Penulis: Young Lady
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 08:33:40

[“Berani-beraninya kamu mengirim surat gugat cerai padaku!”]

[“Di mana kamu?! Jangan bersembunyi!”]

Mendengar bentakan Arthur membuat sebelah sudut bibir Irish terangkat. Setelah beberapa hari sebagai mematikan ponselnya, ia tak menyangka akan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Arthur. Dan akhirnya ia memilih mengangkat telepon dari Arthur ketika lelaki itu menghubunginya lagi.

Irish sengaja menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari agar tidak diganggu oleh siapa pun. Waktu tersebut ia gunakan untuk menenangkan pikirannya. Dan begitu ponselnya menyala, gangguan itu kembali datang tanpa bisa dicegah.

Sebelumnya, Arthur tak pernah sekalipun menghubunginya lebih dulu. Bahkan, lelaki itu selalu membalas singkat pesan darinya dan lebih banyak yang tidak dibalas. Apalagi jika ditelepon, Arthur selalu menolak telepon dari Irish. Seolah itu sangat mengganggu.

“Kenapa aku harus takut? Aku tidak membuat kesalahan. Bukankah harusnya kamu senang? Setelah perceraian kita selesai, kamu bebas melakukan apa pun. Begitu juga denganku,” jawab Irish santai. Bentakan Arthur tak membuatnya merasa terintimidasi.

“Aku tahu kamu sibuk, jadi aku yang mengurus perceraian kita supaya cepat selesai,” sambung Irish lagi.

Sebenarnya Prayoga lah yang membantu Irish mengurus perceraian itu. Irish hanya tinggal menandatanganinya saja. Orang suruhan sang kakek juga yang mengantarkan surat gugatan tersebut ke kantor Arthur.

[“Kamu sembunyi di mana?!”] Arthur kembali mengulang pertanyaannya.

“Kamu tidak perlu tahu. Bukankah itu tidak penting? Sekarang tidak ada lagi yang mengganggumu, harusnya kamu senang,” balas Irish seraya mengubah posisinya menjadi bersandar di kepala ranjang.

Terdengar geraman samar dari seberang sana. [“Kita tidak akan bercerai! Kamu lupa kamu sedang mengandung anakku?!”]

“Tidak perlu repot-repot mencariku. Sampai jumpa di pengadilan, Tuan Arthur yang terhormat.” Irish langsung mematikan panggilan tersebut tanpa menunggu respon Arthur.

Setelah panggilan tersebut terputus, Irish langsung menonaktifkan ponselnya lagi. Khawatir Arthur berhasil melacak ponselnya dan menemukan keberadaannya. Selain itu, ia juga masih tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Terutama suaminya itu.

Irish membuka nakas di samping ranjangnya, mengambil sebuah foto kecil dari sana. Itu adalah foto pernikahannya dengan Arthur. Wanita itu hanya berani mencetak foto tersebut secara diam-diam dan menyimpannya selama dua tahun ini.

Hanya inilah satu-satunya foto pernikahan mereka yang sudah dicetak. Bahkan, Irish tak yakin Arthur masih menyimpan foto-foto pernikahan mereka dalam ponsel lelaki itu. Seharusnya itu membuatnya sadar lebih awal jika Arthur tak pernah menganggap keberadaannya.

“Semuanya sudah selesai,” gumam Irish sembari merobek foto tersebut dan membuangnya ke tempat sampah.

Irish ingin menyingkirkan seluruh kenangannya dengan Arthur. Toh, tidak ada kenangan indah yang tercipta selama ini. Tak ada gunanya menyimpan apa pun yang berhubungan dengan Arthur. Sebab, melihat benda-benda itu hanya membuat dadanya berdenyut nyeri.

Irish tak menyangka pernikahannya akan berakhir secepat ini. Kisah yang selesai bahkan sebelum dimulai. Hanya Irish yang selalu berharap ada kenangan indah di antara mereka. Sedangkan Arthur terus menjaga jarak dan bersikap dingin padanya.

“Kenapa kamu menangis, Nak?” tanya Prayoga yang baru saja membuka pintu kamar Irish. Sedari tadi ia sudah mengetuk, namun tidak ada respon dari cucunya.

Irish terkesiap dan spontan menghapus lelehan air mata yang tanpa ia sadari telah membasahi wajahnya. Irish menoleh dan mengangkat kedua sudut bibirnya. Terlalu lama termenung sampai membuatnya tidak menyadari kedatangan kakeknya.

“Aku baik-baik saja. Tadi mataku kelilipan,” alibi Irish.

Prayoga tampak tak percaya, namun memilih tak bertanya lebih lanjut. “Apa kamu sudah siap? Kalau sudah, lebih baik kita berangkat sekarang.”

“Iya, sudah, Kek. Maaf membuat Kakek menunggu. Ayo kita berangkat.” Irish langsung turun dari ranjang. Mematut diri di depan cermin sebentar sebelum menghampiri sang kakek.

Keesokan harinya sidang pertama perceraian Irish dan Arthur digelar. Irish sengaja datang seorang diri meski Paryoga ingin mendampinginya. Wanita itu tak ingin merepotkan siapa pun dan akan menyelesaikan masalahnya sendiri hingga tuntas.

“Maaf saya terlambat,” ucap Irish yang baru saja membuka pintu ruang sidang.

Irish terlambat nyaris 30 menit. Ia tidak memperkirakan jika jalanan akan lebih padat dibanding biasanya. Ditambah lagi ban mobilnya bocor di tengah jalan. Lengkap sudah kendala yang menyebabkan dirinya tidak bisa datang tepat waktu.

Kedatangan Irish kontan mengalihkan atensi semua orang yang berada di ruang sidang. Penampilan Irish yang berubah drastis kian menjadi sorotan. Irish tampil dalam balutan pakaian serba hitam rancangan desainer ternama yang dipadukan dengan riasan natural yang kian menambah kesan elegan wanita itu.

Yang paling dibuat terkejut tentu saja Maudy yang sebentar lagi menjadi mantan mertua Irsih. Sebab, selama ini Irish selalu mengunakan pakaian sederhana tanpa riasan sedikitpun. Sedangkan saat ini, penampilan Irish begitu berkelas, sangat jauh berbeda dengan penampilan wanita itu saat terakhir kali mereka bertemu.

“Bagaimana bisa penampilannya berubah secepat ini? Apa sudah ada lelaki kaya yang menampungnya?” gumam Maudy sinis.

Irish menyadari berbagai tatapan yang tertuju padanya. Terutama sorot tajam nan membunuh dari Arthur. Namun, ia tetap bersikap santai, tak memedulikan tatapan-tatapan itu. Melanjutkan langkahnya menuju tempat yang telah disediakan untuknya.

“Apa sidangnya bisa langsung dimulai?” tanya Irish setelah menempati kursi tepat di samping Arthur. Ia ingin persidangan ini cepat selesai agar dirinya dapat segera pergi dari sini.

“Baiklah. Karena semuanya sudah datang, mari kita mulai persidangan—”

“Tidak bisa! Istriku sedang hamil! Kami tidak bisa bercerai!” seru Arthur seraya bangkit dari tempat duduknya.

Irish lantas menoleh sembari terkekeh pelan. “Arthur, sepertinya kamu salah. Aku tidak hamil.”

“Apa maksudmu?” desis Arthur.

Wanita itu berdiri dan berbisik, “Aku sudah menggugurkannya.”

Bab terkait

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membuang Masa Lalu

    Tatapan tajam Arthur kian menusuk. “Kamu pikir bisa membodohiku?” “Kamu tidak percaya? Buktikan saja!” jawab Irish santai. Senyum manis menghiasi wajahnya yang menawan. Akhirnya, persidangan tersebut ditunda dan Arthur langsung menyeret Irish menuju ke mobilnya. Lelaki itu tak membiarkan Irish mengendarai mobil sendiri. Sebab, tak ingin memberi kesempatan wanita itu untuk melarikan diri lagi. “Aku tidak mau meninggalkan mobilku di sini!” tolak Irish yang berusaha melepas cekalan Arthur dan hendak memasuki mobilnya sendiri. Secara kebetulan, mobil Irish dan Arthur terparkir bersebelahan. Tadi, Irish tidak menyadari itu karena terburu-buru. Ia hanya asal memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Kemudian, langsung buru-buru masuk ke ruang persidangan. “Aku tidak akan kabur! Kalau perlu, kamu bisa mengikuti mobilku dari belakang!” Irish tak ingin satu mobil dengan Arthur meski hanya beberapa menit saja. Irish sudah benar-benar menyerah dan malas berurusan dengan Arthur. Jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Masih Suaminya!

    “Kamu—” “Apa yang kamu lakukan?! Jangan sakiti Irish atau kamu akan berurusan denganku!” Lelaki yang baru datang itu langsung mendorong Arthur sekuat tenaga. Kemudian, langsung menarik Irish ke sisinya. Sengaja berdiri di antara keduanya agar Arthur tidak memiliki kesempatan untuk menyakiti Irish lagi. Kedua lelaki itu saling melempar tatapan bengis. Terutama Arthur. Bahkan, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan tatapan menggelap. Sedari tadi Arthur sudah menahan amarahnya yang nyaris meledak. Kini pengacau malah datang, merecokinya dan ingin menjadi pahlawan kesiangan. “Kamu siapa?! Jangan ikut campur!” bentak Arthur sembari menunjuk wajah lelaki di hadapannya. Lelaki bernama Billy itu tersenyum sinis. “Itu tidak penting! Aku hanya ingin memberi peringatan padamu, jangan pernah mengganggu Irish lagi! Apalagi sampai berani menyakitinya!” Irish yang menggenggam tangan Billy berusaha memberi isyarat agar lelaki itu tak perlu memperpanjang perdebatan. Ini rumah sakit dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Derita Orang Ketiga

    Setelah pertemuannya terakhirnya dengan Arthur berakhir tidak baik, Irish berharap tak akan pernah bertemu lelaki itu lagi. Ia juga sudah berencana untuk tidak menghadiri sidang perceraian mereka. Namun, sekarang lelaki itu malah berada di hadapannya. Sepersekian detik kemudian, Irish menyadari jika Arthur tidak sendirian. Lelaki itu bersama Elyza. Padahal sekarang masih berada dalam jam kerja dan tempat ini berada cukup jauh dari kawasan kantor Arthur. Sedangkan lelaki itu termasuk orang yang tak mau membuang waktu, apalagi hanya untuk jalan-jalan. Seharusnya Irish cukup bersikap seolah tak mengenal lelaki itu dan melanjutkan langkah. Tetapi, yang dirinya lakukan malah berbalik dan bergegas melangkah masuk ke butiknya lagi. Ia benar-benar tak ingin bertemu ataupun sekadar berpapasan dengan lelaki itu lagi. “Bu, ada apa? Apa ada orang yang mengganggu Ibu?” tanya salah seorang karyawannya yang kini menghampiri Irish. Kepanikan Irish yang terlihat jelas membuatnya khawatir.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Merindukanmu

    Irish tidak berniat menghadiri pesta ulang tahun Elyza. Baginya perayaan tersebut tak penting sama sekali. Namun, akhirnya ia malah terjebak di sana. Di pesta ulang tahun Elyza. Bukan karena dirinya berubah pikiran, tetapi kaena Billy mengajaknya kemari. “Aku tidak tahu dia mantannya suamimu. Mau pulang saja?” tawar Billy, tampak tak enak hati pada Irish. Billy tidak mengetahui jika Elyza memiliki hubungan dengan Arthur. Lelaki itu hanya berniat mengajak Irish jalan-jalan sembari mendatangi pesta ulang tahun temannya. Irish yang tidak tahu ke mana tujuan mereka pun langsung menurut saja. Irish menggeleng samar. “Kita sudah sampai di sini. Setidaknya kita perlu menyapa pemilik acara. Sebenarnya aku ingin datang, tapi tidak ada teman. Sekarang aku bersamamu. Ayo masuk. Sepertinya sebentar lagi acaranya akan dimulai.” Irish berusaha meyakinkan Billy jika dirinya akan baik-baik saja. Ia juga tak ingin terlihat menyedihkan karena menghindari acara ini. Lagipula, tamu undangan ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Untuk Terakhir Kalinya

    Ucapan Arthur membuat Irish membeku. Meskipun amat pelan, Irish dapat mendengar perkataan lelaki itu dengan jelas. Jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Tak menyangka kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Arthur. “Apa maksudmu?” tanya Irish tajam. Aroma alkohol yang pekat membuat Irish akhirnya menyadari jika Arthur sedang mabuk. Ia kembali mendorong lelaki itu, namun tangannya malah dicekal. Dengan langkah agak sempoyongan Arthur menarik Irish menjauh dari sana. Seharusnya, Irish langsung meninggalkan Arthur di depan toilet tadi. Namun, sekarang dirinya malah berakhir berada di mobil lelaki itu. Bahkan, sengaja duduk di bangku kemudi karena sang pemiliknya mabuk berat dan tidak mungkin menyetir sendiri. Walau Irish belum memiliki niatan mengendarai mobil ini ke mana pun. Mereka masih berada di basement hotel tempat pesta Elyza terselenggara. Arthur yang menariknya kemari setelah tiba-tiba menciumnya tanpa permisi. Irish menoleh ke samping. Menatap Arthur yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Memamerkan Kemesraan

    Arthur tak kalah terkejut dari Irish. Lelaki itu langsung berdiri dan menghampiri Irish yang membeku di ambang pintu. “Kenapa kamu ada di sini? Kamu pemilik butik ini?!” Irish sempat berpikir jika Arthur sengaja datang karena mengetahui dirinya adalah pemilik butik ini. Namun, melihat reaksi lelaki itu saat melihatnya. Ia tahu Arthur juga terkejut. Dari sekian banyak orang yang bisa menjadi customernya, malah Arthur yang mendatangi butiknya. “Butik kami belum buka. Kamu bisa datang lain kali,” usir Irish secara halus. Pantas saja customer yang menunggunya ini sangat tidak sabaran. Bahkan, sudah datang sebelum butiknya buka. Ternyata yang datang adalah mantan suaminya. Sangat khas dengan tabiat lelaki itu yang tak sabaran dan seenaknya sendiri. Irish selalu bersikap ramah pada customernya. Namun, Arthur adalah pengecualian. Ia terlalu malas berurusan dengan lelaki itu. Terlebih, belum tentu juga Arthur benar-benar berminat dengan desain buatannya. Lelaki itu terbiasa menggunakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kamu Tidak Melenyapkan Anakku?

    Irish spontan menegakkan tubuhnya. Pening hebat langsung menghantam kepalanya. Mengabaikan rasa tak nyaman itu, ia langsung mencuci mulutnya dan berbalik. Irish telah menutup pintu toilet sebelum memuntahkan isi perutnya dan sekarang Elyza malah masuk tanpa izin. “Aku baik-baik saja,” jawab Irish datar sebelum mengelap mulutnya yang basah menggunakan tisu. Irish lebih khawatir jika Arthur yang memergokinya. Lelaki itu pasti curiga dan itu tidak boleh terjadi. Dan sandiwara yang telah susah payah dirinya lakukan akhirnya akan terbongkar. Melihat hanya Elyza yang datang membuatnya lebih lega. Mual yang Irish rasakan sebelumnya masih terasa. Namun, ia berusaha menetralkan ekspresi juga menegakkan tubuhnya. Irish tak suka melihat cara Elyza menatapnya. Seolah-olah wanita itu sedang menilainya. Sesuatu yang sangat tidak pantas dilakukan. Elyza menatap Irish yang pucat pasi dengan sorot tak terbaca. Wanita itu melangkah maju, mempertipis jaraknya dengan Irish. “Kudengar kamu sempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Hanya Aku yang Berhak Memutuskan

    “Kamu tidak menggugurkannya, ‘kan?! Jawab!” Arthur merangsek maju dan berdiri tepat di belakang Irish. Jantung Irish berdebar dua kali lebih cepat. Wajahnya yang sudah pucat kini semakin pucat pasi. Ia terpaksa berbalik, membalas tatapan Arthur yang menatapnya dengan sorot berkobar. Irish ingin bersikap tenang. Namun, ekspresinya malah sebaliknya. “Apa yang kamu bicarakan? Jangan ngawur! Bukannya kamu sudah melihat buktinya waktu itu?” Meskipun sudah tertangkap basah, Irish masih berusaha beralibi. “Minggir! Aku mau keluar!” Menghindari tatapan Arthur, Irish hanya berani menatap lantai sembari mendorong tubuh lelaki itu yang menghalangi pintu keluar. Namun, tubuh Irish yang masih lemas malah spontan berpegangan pada Arthur alih-alih mendorong lelaki itu. Tampaknya anaknya tak menyetujui kebohongannya karena mualnya kembali datang. Membuat Irish tak bisa mengelak atas tuduhan Arthur. “Sudah seperti ini, masih bisa mengelak?” cerca Arthur lagi. Irish tidak langsung menjawab.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Memang Jahat

    Gudang rumah ini bukan berisi barang-barang usang tak terpakai seperti yang Irish pikirkan. Mungkin lebih tepatnya tempat ini memang berisi barang bekas milik mendiang ibunya. Hingga foto-foto ibunya yang tak pernah Irish lihat pun terpajang di sini. “Aku yang menyimpan semuanya di sini. Aku memang jahat. Jangan terlalu terkejut,” celetuk Karina seraya membuka pintu lebih lebar. Irish tak menanggapi dan langsung melangkah masuk ke gudang tersebut. Gudang itu terlalu rapi untuk disebut gudang. Foto-foto ibunya terpajang di dinding. Bahkan, ada juga beberapa foto ibu dan ayahnya. Mereka tampak seperti pasangan yang bahagia. Ketika Irish masih kecil, ia sering dibuat penasaran dengan ruangan ini. Namun, tak pernah diizinkan masuk. Karina selalu mengatakan jika gudang itu kotor dan berantakan. Oleh karena itu, ia tidak pernah tahu isi dalam gudang ini sampai sekarang. Dan ternyata, apa yang Karina katakan dulu hanyalah kebohongan. Gudang ini tidak berantakan ataupun kotor. Ruangan ini

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Tak Bisa Berpura-pura

    Pertanyaan itu membuat Irish terkesiap. Ia bingung harus memberi jawaban seperti apa dan mengatakan yang sebenarnya adalah opsi terakhirnya. Tak tahu harus menjawab apa, akhirnya Irish berpura-pura tidak mendengar dan fokus memilih pernak-pernik bayi di hadapannya. “Kalian mengunjungi makam orang tua Billy?” tebak Arthur sembari mendorong troli yang yang kosong dan mengikuti langkah Irish. Lorong ini cukup sepi. Hanya ada mereka saja di sini. Oleh karena itu, Arthur dapat bertanya dengan leluasa. Tebakan Arthur membuat Irish lebih terkejut lagi. Namun, tebakan itu akhirnya membuatnya memiliki alasan tanpa harus membongkar rahasianya. Irish berdeham pelan. “Iya. Kamu marah?” Meskipun hanya sebentar, Irish dan Billy memang sempat mengunjungi makam kedua orang tua lelaki itu sebelum pulang. Makam tersebut ternyata berada di tempat yang sama dengan lokasi makam Azura. Irish baru mengetahuinya kemarin. Orang tua Billy mengalami kecelakaan tunggal 5 tahun lalu dan meninggal di tempat.

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Selingkuhan yang Baik

    “Kamu bersikukuh ingin cerai karena menyesal menikah denganku?” tanya Arthur tiba-tiba. Memecahkan kesunyian di antara mereka. Irish spontan kembali membuka matanya dan menoleh ke arah Arthur. Ia pernah mengatakan itu saat sedang emosi-emosinya. Padahal sebenarnya dirinya pun tidak tahu apakah penyesalan itu benar-benar ada atau tidak. Atau mungkin hanya sedikit saja. “Kamu sudah tahu, ‘kan? Kenapa masih bertanya?” sahut Irish yang tak berniat mengelak. Irish mengubah posisi telentangnya menjadi miring menghadap Arthur. Ia dapat melihat ekspresi lelaki itu menggelap. Menyiratkan amarah tertahan. Namun, Irish malah tersenyum miring sembari menopang kepalanya. Seolah sengaja menantang lelaki itu. “Karena harusnya kamu menikah dengan Ardian?” Arthur kembali melontarkan pertanyaan dengan nada datar. Irish menggeleng samar. “Dengan Ardian atau bukan, aku memang tidak sepatutnya menikah dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya. Seandainya aku menikah dengan Ardian dan dia ma

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Istriku Hanya Irish

    Irish mengerjapkan matanya. Tak menyangka Arthur dan Maudy malah membicarakannya di tengah malam begini. Pasti sengaja agar dirinya tak ikut menguping. Namun, semesta lebih berpihak padanya hingga akhirnya ia tetap mendengar pembicaraan mereka. Mendengar sepotong pembicaraan mereka membuat Irish yakin kalau Maudy sudah bercerita pada Arthur jika dirinya pergi dengan Billy tadi siang. Namun, entah kenapa Arthur masih bersikap santai. Seolah itu bukan masalah besar. Atau mungkin Arthur memang sudah tidak peduli lagi. “Jangan gila! Kamu ingin wanita itu terus memperalatmu?!” sembur Maudy dengan suara yang semakin meninggi. Seolah tak peduli jika ada yang mendengar ucapannya. “Irish tidak pernah memperalatku. Aku yang ingin seperti ini. Dan aku harap mama tidak mempersulitku,” jawab Arthur masih dengan suara pelan, namun menyiratkan ketegasan. “Justru, mama ingin mempermudah semuanya. Sekarang dia tidak punya pekerjaan. Dia pasti akan meminta segalanya padamu! Dia akan memanfaatkan an

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Menunggu Kemarahan

    “Apa? Elyza mengatakan itu pada mama?” tanya Irish dengan mata membulat sempurna. Irish berusaha menerima saat dirinya dibandingkan dengan Elyza. Ia tetap diam di saat Arthur mementingkan wanita itu. Namun, Irish tak bisa menerima tuduhan keji yang Elyza katakan tentangnya. Dirinya bukan wanita murahan yang menjajakan tubuhnya pada lelaki lain. Irish memang pernah mengatakan jika anak dalam kandungannya ini bukan darah daging Arthur. Namun, itu hanya bualan semata agar lelaki itu melepasnya. Elyza tak berhak menilainya terlalu jauh. Apalagi sampai mengatakan itu pada Maudy. “Kenapa? Kamu tidak terima?” Bukannya merasa bersalah atas perkataannya, Maudy malah kembali melontarkan balasan dengan nada tak kalah sinis. “Kamu pikir dengan kamu pergi diam-diam dengan lelaki lain tidak akan membuat orang berpikir macam-macam? Apalagi sudah berapa kali kamu melarikan diri bersamanya? Kamu pikir bisa mempermainkan putraku?!” sembur Maudy lagi. Irish akui dirinya memang salah karena menyembu

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Ibu, Tolong Doakan Aku

    [Kamu di mana? Sudah siap? Aku menunggu di dekat pos satpam. Aku memakai mobil kakek.]Irish yang masih mengaplikasikan makeup di wajahnya melirik ponselnya yang menyala. Satu pesan masuk dari nomor Billy. Seperti biasa, lelaki itu akan datang lebih cepat dari waktu janjian mereka. Tak pernah membuatnya menunggu, malah dirinya yang membuat lelaki itu menunggu. “Sebentar lagi aku ke sana.” Irish pun langsung mengirim pesan balasan sebelum menyelesaikan kegiatan makeup-nya. Ia mempercepat pergerakannya agar Billy tidak menunggu terlalu lama. Setelah dirasa tak ada yang kurang, Irish bergegas keluar dari kamarnya. Irish meminta Billy mengantarnya pergi. Meskipun awalnya meminta diantar hari ini, Irish sempat meralat permintaannya dan mengatakan akan mengikuti waktu luang lelaki itu. Namun, Billy mengatakan memiliki waktu untuk mengantarnya hari ini juga. “Kamu mau ke mana?” Pertanyaan sinis itu membuat langkah Irish kontan terhenti. Sekarang sudah agak siang, ia mengira tak akan ada

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kamu Lupa Sesuatu

    Jawaban santai Arthur membuat Irish melongo. Ia tak membenci ibu mertuanya, namun setidaknya jika ingin pindah ke sini meskipun hanya sementara waktu, dirinya perlu tahu. Tahu sejak awal. Bukan tahu paling akhir, itu pun karena ketahuan. Irish curiga Arthur melarangnya pulang lebih cepat dari rumah sakit karena tak ingin rencananya terbongkar. Bukan karena lelaki itu masih mengkhawatirkan kondisinya. Menyebalkannya, Karina juga tidak bercerita jika Maudy pindah kemari untuk sementara waktu. “Kamu punya banyak waktu untuk bercerita. Kurasa di rumah ini tidak ada kamar lain yang bisa digunakan Mama,” balas Irish yang berusaha tampak santai. Meskipun Irish merasa tersinggung karena tak ada yang memberitahunya. Namun, ia tak ingin Arthur merasakan hal yang sama. Toh, sebenarnya ini wajar saja karena mereka memang masih berstatus sebagai keluarga. Walaupun tak mirip dengan keluarga. “Untuk sementara waktu aku memindahkan ruang kerjaku ke kamar kita. Jadi, Mama memakai ruangan itu. A

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Memutuskan Tanpa Kompromi

    Penolakan Arthur membuat Irish mengingat apa yang pernah Billy sampaikan tentang kemungkinan Arthur juga tahu sesuatu. Sebenarnya ia tidak menaruh kecurigaan sama sekali pada lelaki itu. Dan sekarang kecurigaan itu mendadak muncul. Butik itu kini menjadi miliknya, Irish memiliki hak untuk melihat sehancur apa pun keadaannya. Bahkan, seharusnya ia sudah melihatnya dalam bentuk foto ataupun video. Namun, tak ada yang menunjukkan bagaimana keadaan butiknya sekarang padanya. Bahkan, pihak kepolisian yang kata Arthur akan memintai Irish keterangan pun tak datang sampai sekarang. Billy pun malah membahas kecurigaan aneh-aneh tentang orang-orang yang kemungkinan terlibat. Padahal untuk saat ini yang ingin Irish tahu adalah kondisi butiknya terlebih dahulu. “Apa maksudmu? Tahu apa? Kondisi butikmu hancur, apa yang mau kamu lihat? Puing-piungnya juga sudah dibereskan,” jawab Arthur yang kembali menoleh ke arah Irish. “Bagaimana pun kondisinya, aku ingin datang ke sana dan melihatnya sec

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membayar Utang Budi

    “Mau ke mana?” tanya Irish yang masih enggan membuka mata. Namun, pergerakan Arthur membuatnya terbangun. Sekarang hari minggu, seharusnya Arthur tidak pergi ke mana pun. Semalam, lelaki itu berjanji akan menemaninya hari ini. Sepertinya sekarang masih terlalu pagi dan Arthur sudah membuat kegaduhan yang membuatnya tak bisa tidur lagi. “Aku ada urusan sebentar. Aku akan segera kembali,” jawab Arthur seraya turun pelan-pelan dari bangsal Irish. Mendengar jawaban Arthur membuat Irish benar-benar membuka mata. Ia pikir Arthur hanya ingin ke toilet atau pergi mencari sarapan. Namun, ternyata lelaki itu benar-benar ingin pergi. Irish yang sudah membuka matanya langsung melirik jam yang menggantung di dinding. 04.30. Sekarang memang masih sangat pagi. “Se pagi ini? Kurasa di luar juga masih gelap,” jawab Irish heran. “Ya. Lebih baik kamu tidur lagi. Ada yang berjaga di depan, kamu bisa minta bantuan kalau butuh sesuatu. Aku pergi dulu.” Arthur mengambil jaketnya yang tergeletak di sofa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status