Share

Bertemu Penolong

Penulis: Young Lady
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 19:06:36

Penjelasan pria paruh baya di sampingnya membuat Irish berkaca-kaca. Tadinya ia tidak langsung mempercayai cerita pria itu. Namun, setelah melihat semua bukti yang Prayoga bawa, akhirnya Irish percaya jika pria paruh baya itu adalah kakeknya. Ayah kandung ibunya.

Irish tidak pernah mengenal keluarga ibunya sebelumnya. Sebab, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya. Dan yang merawatnya selama ini adalah ibu tirinya. Tak pernah ada yang menceritakan tentang keluar mendiang ibu kandungnya. Tidak ada juga yang menemuinya selama ini.

“Irish, Kakek tahu kamu pasti terkejut dan belum mempercayai Kakek sepenuhnya. Tapi, Kakek tidak berbohong. Kakek mencarimu selama ini. Maaf, Kakek terlambat menemukanmu,” tutur Prayoga sembari menggenggam tangan Irish yang berada di atas meja.

“Harusnya Kakek menemuimu lebih awal. Sebelum mereka membuatmu menderita. Mereka benar-benar pandai menyembunyikan kebusukan mereka di depan umum,” lanjut Prayoga dengan alis menukik tajam, menunjukkan amarah tertahan.

Irish mengangkat kedua sudut bibirnya, membentuk senyum kaku. “Tidak apa-apa, Kek. Itu bukan salah Kakek. Nasibku memang harus seperti ini.”

Saat ini Irish dan Prayoga sedang berada di salah satu restoran di dekat kediaman Arthur. Sebenarnya pria paruh baya itu ingin langsung mengajak Irish pergi. Namun, Irish yang tidak percaya begitu saja pun menolak. Setelah Prayoga menceritakan semuanya, barulah Irish percaya.

Irish tak menyangka masih ada yang peduli padanya. Bahkan, mau repot-repot mencari keberadaannya. Di saat semua orang yang ia anggap keluarga malah membuangnya begitu saja. Seolah keberadaannya memang tak pernah diinginkan siapa pun.

“Kakek tidak akan membiarkan hidupmu sengsara lagi setelah ini. Tinggallah bersama Kakek. Kakek akan melindungimu dari bajingan itu,” pinta Prayoga.

Irish belum menceritakan apa pun tentang Arthur pada Prayoga. Pria paruh baya itu telah lebih dulu mencari tahu setelah menemukan identitas cucunya. Begitu mengetahui cucunya mendapat perlakuan buruk, Prayoga langsung bertindak dan hendak mengajak Irish pergi. Namun, Irish malah sudah lebih dulu diusir.

“Kamu ingin berpisah darinya, ‘kan? Kakek akan membantumu. Selama Kakek masih hidup, Kakek tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu.” Prayoga menggenggam tangan Irish lebih kuat. Seolah hendak menyalurkan kekuatan secara tersirat.

“Sekarang kita pulang. Kamu pasti lelah.” Setelah menghabiskan secangkir kopi yang dipesannya, Prayoga langsung mengajak Irish pergi dari sana.

Irish yang khawatir Arthur menemukan keberadaannya pun langsung memilih ikut bersama Prayoga. Di sepanjang perjalanan, pria paruh baya itu kembali melanjutkan cerita tentang ibu kandung Irish. Irish hanya mendengarkan sembari melihat isi album foto masa kecil ibunya yang dibawa oleh sang kakek.

Begitu sampai di kediaman Prayoga, keduanya langsung disambut oleh para pelayan yang sudah berjajar di depan pintu hingga ke bagian dalam rumah. Semuanya langsung membungkuk hormat yang mengucapkan selamat datang pada Irish.

Prayoga langsung mengantar Irish ke kamar yang telah dipersiapkan untuk wanita itu. Kamar yang sangat seluas, besarnya sama seperti kamar Irish dan Arthur. Di dalam sana, semuanya sudah lengkap. Bahkan, meja rias pun sudah penuh dengan berbagai skincare dan make-up dengan merek ternama.

“Ini kamarmu. Kakek harap kamu betah di sini. Kamar Kakek ada di sebelah sana. Kalau ada apa-apa, kamu langsung temui Kakek atau minta bantuan yang lain. Istirahatlah. Jangan terlalu memikirkan masalahmu, Kakek akan menyelesaikannya,” ucap Prayoga.

“Terima kasih banyak, Kek. Kalau tidak bertemu Kakek, aku tidak tahu harus pergi ke mana,” jawab Irish. Jika ia kembali ke rumah ayahnya, belum tentu juga mereka akan menerimanya.

Prayoga mengelus rambut Irish dan berkata, “Tidak perlu berterimakasih. Mulai sekarang kamu tidak akan sendirian lagi. Kakek akan mengurus perceraianmu secepatnya.”

***

Di sisi lain, Arthur yang baru pulang mengamuk setelah mengetahui istrinya pergi dari rumah. Padahal sebelum pergi tadi, lelaki itu sudah berpesan agar semua yang bertugas hari ini memastikan Irish tetap berada di rumah hingga dirinya kembali. Namun, baru beberapa jam pergi, Arthur sudah tidak mendapati keberadaan Irish.

“Kenapa tidak ada yang memberitahuku? Apa kalian semua buta sampai tidak melihat dan mencegah Irish?!” bentak Arthur pada seluruh pekerjanya yang kini berjajar di depannya.

Mereka semua tahu siapa yang mengusir Irish. Namun, tidak ada yang berani mencegah karena nyonya besar sendiri yang melakukannya. Wanita paruh baya itu memiliki kuasa yang sama dengan Arthur. Tidak ada yang berani menentangnya.

Mengadukan perbuatan Maudy pada Arthur sama saja seperti mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaan mereka. Oleh karena itu, semuanya hanya tertunduk dan diam membisu. Tidak ada yang berani angkat bicara mengenai perbuatan sang nyonya besar.

“Tuan,” panggil Mario—asisten Arthur, menginterupsi amukan lelaki itu.

“Nyonya Maudy yang mengusir Nyonya Irish,” beber Mario berbisik pada Arthur.

Ekspresi Arthur kian menggelap mendengar informasi dari asistennya. Kedua tangan lelaki itu terkepal di sisi tubuhnya hingga buku-buku jarinya memutih. “Aku tidak peduli ke mana dia pergi. Aku hanya ingin kamu membawanya kembali ke rumah ini secepatnya.”

“Baik, Tuan.” Mario langsung pamit undur diri setelah itu.

Arthur melenggang pergi dari sana selepas kepergian Mario. Atmosfer penuh ketegangan yang melingkupi ruangan itu perlahan menguap seiring dengan perginya Arthur. Para pelayan yang tadi berjajar langsung membubarkan diri, kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing sebelum kembali diamuk oleh sang tuan.

Kemarahan Arthur berlanjut hingga keesokan harinya ketika lelaki itu mengijakkan kaki di kantor. Siapa pun yang membuat kesalahan di depan mata lelaki itu akan diamuk habis-habisan. Hingga akhirnya, semuanya memilih menghindari sang bos besar yang sedang dalam suasana hati tidak baik.

Hanya Mario yang berani mendekati Arthur, karena tugasnya memang selalu mendampingi lelaki itu. Mario membawa sebuah map di tangannya. Ia melonggarkan dasi yang terasa mencekik di lehernya sebelum mengetuk pintu ruangan Arthur. “Tuan, bolehkah saya masuk?”

“Ya!” sahut Arthur dingin.

“Kamu sudah menemukan Irish?” tanya Arthur tanpa basa-basi begitu Mario masuk ke ruangannya.

Mario berdeham pelan. “Belum. Tapi, ada kiriman dari Nyonya Irish untuk Tuan.”

Mario langsung meletakkan map yang ia bawa di atas meja Arthur. Membiarkan lelaki itu membuka isinya sendiri karena Mario pun tidak mengetahui berkas apa yang Irish kirimkan. Berkas itu dititipkan oleh seorang kurir pada resepsionis.

Arthur meraih map tersebut dengan mata menyipit. Begitu dibuka, yang pertama kali terpampang adalah kata ‘SURAT GUGATAN CERAI'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Sudah Menggugurkannya

    [“Berani-beraninya kamu mengirim surat gugat cerai padaku!”][“Di mana kamu?! Jangan bersembunyi!”]Mendengar bentakan Arthur membuat sebelah sudut bibir Irish terangkat. Setelah beberapa hari sebagai mematikan ponselnya, ia tak menyangka akan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Arthur. Dan akhirnya ia memilih mengangkat telepon dari Arthur ketika lelaki itu menghubunginya lagi. Irish sengaja menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari agar tidak diganggu oleh siapa pun. Waktu tersebut ia gunakan untuk menenangkan pikirannya. Dan begitu ponselnya menyala, gangguan itu kembali datang tanpa bisa dicegah. Sebelumnya, Arthur tak pernah sekalipun menghubunginya lebih dulu. Bahkan, lelaki itu selalu membalas singkat pesan darinya dan lebih banyak yang tidak dibalas. Apalagi jika ditelepon, Arthur selalu menolak telepon dari Irish. Seolah itu sangat mengganggu. “Kenapa aku harus takut? Aku tidak membuat kesalahan. Bukankah harusnya kamu senang? Setelah perceraian kita selesai, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membuang Masa Lalu

    Tatapan tajam Arthur kian menusuk. “Kamu pikir bisa membodohiku?” “Kamu tidak percaya? Buktikan saja!” jawab Irish santai. Senyum manis menghiasi wajahnya yang menawan. Akhirnya, persidangan tersebut ditunda dan Arthur langsung menyeret Irish menuju ke mobilnya. Lelaki itu tak membiarkan Irish mengendarai mobil sendiri. Sebab, tak ingin memberi kesempatan wanita itu untuk melarikan diri lagi. “Aku tidak mau meninggalkan mobilku di sini!” tolak Irish yang berusaha melepas cekalan Arthur dan hendak memasuki mobilnya sendiri. Secara kebetulan, mobil Irish dan Arthur terparkir bersebelahan. Tadi, Irish tidak menyadari itu karena terburu-buru. Ia hanya asal memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Kemudian, langsung buru-buru masuk ke ruang persidangan. “Aku tidak akan kabur! Kalau perlu, kamu bisa mengikuti mobilku dari belakang!” Irish tak ingin satu mobil dengan Arthur meski hanya beberapa menit saja. Irish sudah benar-benar menyerah dan malas berurusan dengan Arthur. Jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Masih Suaminya!

    “Kamu—” “Apa yang kamu lakukan?! Jangan sakiti Irish atau kamu akan berurusan denganku!” Lelaki yang baru datang itu langsung mendorong Arthur sekuat tenaga. Kemudian, langsung menarik Irish ke sisinya. Sengaja berdiri di antara keduanya agar Arthur tidak memiliki kesempatan untuk menyakiti Irish lagi. Kedua lelaki itu saling melempar tatapan bengis. Terutama Arthur. Bahkan, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan tatapan menggelap. Sedari tadi Arthur sudah menahan amarahnya yang nyaris meledak. Kini pengacau malah datang, merecokinya dan ingin menjadi pahlawan kesiangan. “Kamu siapa?! Jangan ikut campur!” bentak Arthur sembari menunjuk wajah lelaki di hadapannya. Lelaki bernama Billy itu tersenyum sinis. “Itu tidak penting! Aku hanya ingin memberi peringatan padamu, jangan pernah mengganggu Irish lagi! Apalagi sampai berani menyakitinya!” Irish yang menggenggam tangan Billy berusaha memberi isyarat agar lelaki itu tak perlu memperpanjang perdebatan. Ini rumah sakit dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Derita Orang Ketiga

    Setelah pertemuannya terakhirnya dengan Arthur berakhir tidak baik, Irish berharap tak akan pernah bertemu lelaki itu lagi. Ia juga sudah berencana untuk tidak menghadiri sidang perceraian mereka. Namun, sekarang lelaki itu malah berada di hadapannya. Sepersekian detik kemudian, Irish menyadari jika Arthur tidak sendirian. Lelaki itu bersama Elyza. Padahal sekarang masih berada dalam jam kerja dan tempat ini berada cukup jauh dari kawasan kantor Arthur. Sedangkan lelaki itu termasuk orang yang tak mau membuang waktu, apalagi hanya untuk jalan-jalan. Seharusnya Irish cukup bersikap seolah tak mengenal lelaki itu dan melanjutkan langkah. Tetapi, yang dirinya lakukan malah berbalik dan bergegas melangkah masuk ke butiknya lagi. Ia benar-benar tak ingin bertemu ataupun sekadar berpapasan dengan lelaki itu lagi. “Bu, ada apa? Apa ada orang yang mengganggu Ibu?” tanya salah seorang karyawannya yang kini menghampiri Irish. Kepanikan Irish yang terlihat jelas membuatnya khawatir.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Merindukanmu

    Irish tidak berniat menghadiri pesta ulang tahun Elyza. Baginya perayaan tersebut tak penting sama sekali. Namun, akhirnya ia malah terjebak di sana. Di pesta ulang tahun Elyza. Bukan karena dirinya berubah pikiran, tetapi kaena Billy mengajaknya kemari. “Aku tidak tahu dia mantannya suamimu. Mau pulang saja?” tawar Billy, tampak tak enak hati pada Irish. Billy tidak mengetahui jika Elyza memiliki hubungan dengan Arthur. Lelaki itu hanya berniat mengajak Irish jalan-jalan sembari mendatangi pesta ulang tahun temannya. Irish yang tidak tahu ke mana tujuan mereka pun langsung menurut saja. Irish menggeleng samar. “Kita sudah sampai di sini. Setidaknya kita perlu menyapa pemilik acara. Sebenarnya aku ingin datang, tapi tidak ada teman. Sekarang aku bersamamu. Ayo masuk. Sepertinya sebentar lagi acaranya akan dimulai.” Irish berusaha meyakinkan Billy jika dirinya akan baik-baik saja. Ia juga tak ingin terlihat menyedihkan karena menghindari acara ini. Lagipula, tamu undangan ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Untuk Terakhir Kalinya

    Ucapan Arthur membuat Irish membeku. Meskipun amat pelan, Irish dapat mendengar perkataan lelaki itu dengan jelas. Jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Tak menyangka kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Arthur. “Apa maksudmu?” tanya Irish tajam. Aroma alkohol yang pekat membuat Irish akhirnya menyadari jika Arthur sedang mabuk. Ia kembali mendorong lelaki itu, namun tangannya malah dicekal. Dengan langkah agak sempoyongan Arthur menarik Irish menjauh dari sana. Seharusnya, Irish langsung meninggalkan Arthur di depan toilet tadi. Namun, sekarang dirinya malah berakhir berada di mobil lelaki itu. Bahkan, sengaja duduk di bangku kemudi karena sang pemiliknya mabuk berat dan tidak mungkin menyetir sendiri. Walau Irish belum memiliki niatan mengendarai mobil ini ke mana pun. Mereka masih berada di basement hotel tempat pesta Elyza terselenggara. Arthur yang menariknya kemari setelah tiba-tiba menciumnya tanpa permisi. Irish menoleh ke samping. Menatap Arthur yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Memamerkan Kemesraan

    Arthur tak kalah terkejut dari Irish. Lelaki itu langsung berdiri dan menghampiri Irish yang membeku di ambang pintu. “Kenapa kamu ada di sini? Kamu pemilik butik ini?!” Irish sempat berpikir jika Arthur sengaja datang karena mengetahui dirinya adalah pemilik butik ini. Namun, melihat reaksi lelaki itu saat melihatnya. Ia tahu Arthur juga terkejut. Dari sekian banyak orang yang bisa menjadi customernya, malah Arthur yang mendatangi butiknya. “Butik kami belum buka. Kamu bisa datang lain kali,” usir Irish secara halus. Pantas saja customer yang menunggunya ini sangat tidak sabaran. Bahkan, sudah datang sebelum butiknya buka. Ternyata yang datang adalah mantan suaminya. Sangat khas dengan tabiat lelaki itu yang tak sabaran dan seenaknya sendiri. Irish selalu bersikap ramah pada customernya. Namun, Arthur adalah pengecualian. Ia terlalu malas berurusan dengan lelaki itu. Terlebih, belum tentu juga Arthur benar-benar berminat dengan desain buatannya. Lelaki itu terbiasa menggunakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kamu Tidak Melenyapkan Anakku?

    Irish spontan menegakkan tubuhnya. Pening hebat langsung menghantam kepalanya. Mengabaikan rasa tak nyaman itu, ia langsung mencuci mulutnya dan berbalik. Irish telah menutup pintu toilet sebelum memuntahkan isi perutnya dan sekarang Elyza malah masuk tanpa izin. “Aku baik-baik saja,” jawab Irish datar sebelum mengelap mulutnya yang basah menggunakan tisu. Irish lebih khawatir jika Arthur yang memergokinya. Lelaki itu pasti curiga dan itu tidak boleh terjadi. Dan sandiwara yang telah susah payah dirinya lakukan akhirnya akan terbongkar. Melihat hanya Elyza yang datang membuatnya lebih lega. Mual yang Irish rasakan sebelumnya masih terasa. Namun, ia berusaha menetralkan ekspresi juga menegakkan tubuhnya. Irish tak suka melihat cara Elyza menatapnya. Seolah-olah wanita itu sedang menilainya. Sesuatu yang sangat tidak pantas dilakukan. Elyza menatap Irish yang pucat pasi dengan sorot tak terbaca. Wanita itu melangkah maju, mempertipis jaraknya dengan Irish. “Kudengar kamu sempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Merasa Bersalah

    Mendengar pemberitahuan pelayan tersebut membuat ekspresi Irish berubah seketika. Ia nyaris tak percaya. Namun, ketika mengintip dari jendela di kamarnya yang terhubung dengan halaman depan rumah, Irish tak bisa menyangkal. Arthur benar-benar ada di sini. Arthur tahu dirinya dan anak-anak mereka berada di sini sejak melarikan diri dari rumah ayahnya. Selama itu juga, Arthur tak pernah sekali pun datang kemari. Dan sekarang, setelah lelaki itu mengacaukan sidang perceraian mereka, dia malah muncul di depan rumah kakeknya. “Apa dia ingin cari mati?” gerutu Irish sembari menatap Arthur yang bersandar di belakang pintu gerbang tinggi yang kini masih tertutup rapat. Dari kamarnya yang berada di lantai dua, Irish dapat melihat lelaki itu dengan jelas. Pintu gerbang yang tak dibuka padahal ada tamu menunjukkan jika Arthur tak boleh masuk. Seharusnya lelaki itu mengerti dan langsung pergi, bukan malah menunggu. Hari ini, kakeknya dan Billy memang sedang berada di luar kota. Seharusnya Iri

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Lakukan yang Kamu Inginkan

    Penuturan Arthur membuat Irish terbelalak. Ia bisa menerima jika Arthur marah padanya karena dirinya tiba-tiba menggugat cerai lelaki itu. Namun, seharusnya kemarahan itu hanya Arthur perlihatkan saat bersamanya saja. Tak perlu membuat onar di tempat seperti ini. Irish tak menyangka Arthur akan melakukan ini. Memfitnah keluarganya seolah-olah keluarganya telah melakukan kesalahan. Keluarganya tak pernah memperalatnya. Justru, Irish mengurus gugatan ini sendirian. Kakeknya hanya membantunya mencari pengacara saja. “Jangan bicara sembarangan! Aku memang ingin bercerai denganmu!” balas Irish tajam. Irish sampai spontan berdiri. Jika akhirnya akan seperti ini, lebih baik Arthur tak perlu mendatangi persidangan ini. Ia kembali duduk saat menyadari orang-orang mulai menatapnya dengan sorot aneh. Ia memejamkan matanya sejenak, tak ingin semakin tersulut emosi. “Hubungan kita baik-baik saja. Lalu, tiba-tiba keluargamu membawamu pergi diam-diam. Kalai mereka mengancammu, harusnya kamu kata

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kejutan dari Arthur

    “Mario masih belum mau mengaku siapa yang menyuruhnya. Tapi, aku sudah yakin orangnya pasti Arthur. Dia sangat loyal pada Arthur. Apa pun yang Arthur katakan pasti dituruti,” ucap Billy pada Irish yang sengaja ia ajak makan siang di ruangannya. Kunyahan Irish terhenti sejenak. Namun, setelah itu ia kembali melanjutkan makan siangnya dengan tenang. Sebenarnya Irish sudah mengetahui persoalan ini dari kakeknya. Dan entah bagaimana cara menyelesaikannya karena Mario benar-benar tak mau mengatakan apa pun. Mario sudah Billy jebloskan ke penjara sejak lelaki itu menyerangnya tempo hari. Akan tetapi, hingga saat ini Mario tak mau membuka suara tentang siapa yang menyuruhnya. Lelaki itu malah mengatakan bergerak sendiri karena keinginannya. Alasan tersebut kurang masuk akal karena Irish tak memiliki masalah dengan Mario. Jangankan bersinggungan, saling berbicara pun hanya beberapa kali saja selama bertahun-tahun ini. Padahal jika lelaki itu mengaku, penyidikan akan lebih mudah dilakukan.

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Tidak Ada Perceraian

    Bunyi ketukan high heelsnya terdengar seiring laju langkah Irish. Hampir setahun dirinya tak berani memakai high heels lagi karena khawatir akan membahayakan kandungannya. Setelah itu pun, sandal biasa masih menjadi andalannya karena lebih nyaman digunakan. Irish sudah terbiasa menangani butik, namun belum pernah bekerja di kantor sungguhan. Apalagi kantor sebesar milik kakeknya. Namun, cepat atau lambat, ia memang harus ikut mengelola perusahaan tersebut. Sebenarnya kakeknya memberinya pilihan, bekerja di kantor atau mencari butik baru, dan Irish memilih bekerja di kantor. Irish masih belum selesai dengan traumanya atas insiden di butik lamanya. Ia belum siap mengelola butik baru, lengkap dengan segala persiapannya. Untuk saat ini, masuk ke perusahaan kakeknya lebih masuk akal. Ini juga menjadi caranya untuk mempelajari strategi bisnis yang baik.“Selamat pagi, Bu Irish!” sapa beberapa karyawan yang berpapasan dengan Irish. “Pagi semuanya!” Irish menghentikan langkah sejenak dan m

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Hanya Teguran Kecil

    Bukan hanya Arthur yang terkejut, Irish tampak jauh lebih terkejut lagi. Mendadak wanita itu menyentuh tangan Arthur, khawatir Arthur kalap dan memukul kakeknya. Dan benar saja, Arthur sudah menunjukkan gelagat akan mengamuk. Namun, orang-orang kakeknya lebih dulu datang. “Belum cukup Anda membunuh ayahku?! Anda juga ingin membunuh ibuku dan semua orang yang ada di sana?!” sentak Arthur dengan suara menggelegar. Beberapa orang sudah memegangi Arthur, seolah takut lelaki itu akan bertindak nekat. Melihat itu membuat Irish tak tega. Seharusnya tak perlu sampai seperti itu. Lelaki itu hanya ingin menuntut penjelasan darinya, bukan ingin menyakiti siapa pun. “Itu karena kamu membakar butik milik mendiang putriku. Ibunya Irish. Kamu yang menggunakan cara kotor untuk menjerat cucuku, itu hanya balasan kecil yang aku berikan. Rumahmu tidak rata dengan tanah seperti butik milik putriku!” balas Prayoga tak kalah tegas. “Aku menentang hubunganmu dan Irish. Selama ini kamu hanya menyakiti cu

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kamu Milikku Selamanya

    Arthur menjadi tamu terakhir yang tiba di pesta yang diselenggarakan oleh Prayoga Mahesa. Ekspresi malas dan enggan tampak jelas di wajahnya. Namun, Arthur terpaksa mendatangi pesta tak penting ini demi mencari keberadaan Irish. Asistennya mengatakan jika supir taksi online yang Irish tumpangi saat melarikan diri itu pernah menemui Billy dan pergi bersama. Sejak awal, Arthur sudah curiga jika Billy ada kaitannya dengan menghilangnya Irish dan anak-anaknya. Dan ia harus menemukan Irish di sini. Arthur dan sekretarisnya menempati satu-satunya meja yang kosong di dekat pintu masuk. Karena saat ini sudah detik-detik menjelang waktu pembukaan acara, tidak perlu ada basa-basi tak penting. Arthur bisa langsung duduk dan mengabaikan beberapa orang yang menyapanya. “Ck! Kenapa acaranya lama sekali?!” Belum sampai 10 menit duduk, Arthur sudah mulai menggerutu. Arthur hanya ingin melihat Irish. Namun, sejauh mata memandang, ia belum menemukan keberadaan wanita itu. Entah karena memang Irish

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Penyakit Rindu

    “Bagaimana pun caranya, cari keberadaan istri dan anak-anakku secepatnya. Atau kalian akan aku pecat!” titah Arthur pada asisten dan lima orang anak buahnya. Sudah seminggu berlalu dan tidak ada satu pun anak buahnya yang berhasil menemukan Irish. Memang tak ada petunjuk mengenai keberadaan istri dan anak-anaknya. Meskipun begitu, seharusnya mereka tetap bisa menemukan petunjuk. Satu minggu bukan waktu yang singkat. “Baik, Tuan!” jawab seluruh anak buah Arthur secara bersamaan sebelum melenggang pergi dari ruangan sang tuan. Hanya asisten baru Arthur yang tersisa di sana. Sang asisten meletakkan sebuah undangan di atas meja Arthur. “Ada undangan dari Billy Mahesa. Acaranya pekan depan.”Arthur tak berminat melirik undangan tersebut sama sekali. Ia sedang tidak mau menghadiri acara tak penting, apalagi hanya undangan dari Billy. Fokusnya sekarang adalah mencari dan menemukan keberadaan Irish dan anak-anaknya. Bahkan, selama seminggu ini ia selalu menolak undangan di luar jam kerjany

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kehilangan Separuh Jiwa

    Sembari menghapus air matanya yang meleleh tanpa ia sadari, Irish bergegas pergi dari rumah ayahnya. Keadaan di luar kamarnya sepi, seperti yang dirinya inginkan. Mobil Billy menunggunya di area yang cukup jauh dari rumahnya. Katanya area tersebut tak terjamah CCTV. Karina dan Tristan masih menunggu di samping mobil. Sedangkan Kenneth dan Kennedy sudah berada di dalam mobil Ketiganya berpelukan singkat. Sebagai tanda perpisahan. Padahal sebenarnya mereka masih bisa bertemu kapan pun. “Hati-hati. Masalah Arthur, biar kami yang urus,” ucap Karina sebelum melepas rengkuhannya. “Terima kasih. Maaf mengganggu istirahat kalian.” Setelah mengatakan itu, Irish bergegas masuk ke mobil Billy. “Tidak ada yang tertinggal?” tanya Billy yang sudah menggendong Kennedy. Sedangkan Kenneth berada di car seat bayi di samping lelaki itu. Irish menggeleng samar. “Aku tidak membawa apa pun.”Billy langsung meminta supirnya melajukan mobil. “Oke. Kakek sudah menyiapkan semuanya. Kamu memang tak perlu

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Selamat Tinggal

    “Masih berani kamu datang ke sini?!”Irish menatap tangannya yang baru saja mendarat di wajah Arthur. Ia tak berniat menampar lelaki itu. Namun, melihat kedatangan Arthur membuat emosinya terbakar. Sehingga Irish tak bisa mengontrol pergerakannya sendiri. Tetapi, ia tidak menyesal. Irish yakin Arthur sudah mengetahui apa yang menimpanya semalam. Dan seharusnya, lelaki itu tak perlu menemuinya lagi. Melihat wajah Arthur membuat sakit di hatinya kian terasa. Apalagi lelaki itu memasang ekspresi seolah tak tahu apa-apa. Mengabaikan nyeri di wajahnya, Arthur pun menyentuh bahu Irish. “Ada apa, Sayang? Kamu dan anak-anak baik-baik saja, ‘kan? Maaf aku baru datang. Aku dengar Mario menyerangmu.”Irish tertawa sinis. “Hanya mendengar? Atau itu perintahmu?”Billy memang mengatakan kemungkinan besar Arthur bukanlah dalang dari penyerangan Mario semalam. Irish pun tak tahu kebenarannya. Akan tetapi, yang dirinya tahu selama ini, Mario sangat loyal pada Arthur. Apa pun yang lelaki itu perintah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status