Share

Bertemu Penolong

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2024-11-13 19:06:36

Penjelasan pria paruh baya di sampingnya membuat Irish berkaca-kaca. Tadinya ia tidak langsung mempercayai cerita pria itu. Namun, setelah melihat semua bukti yang Prayoga bawa, akhirnya Irish percaya jika pria paruh baya itu adalah kakeknya. Ayah kandung ibunya.

Irish tidak pernah mengenal keluarga ibunya sebelumnya. Sebab, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya. Dan yang merawatnya selama ini adalah ibu tirinya. Tak pernah ada yang menceritakan tentang keluar mendiang ibu kandungnya. Tidak ada juga yang menemuinya selama ini.

“Irish, Kakek tahu kamu pasti terkejut dan belum mempercayai Kakek sepenuhnya. Tapi, Kakek tidak berbohong. Kakek mencarimu selama ini. Maaf, Kakek terlambat menemukanmu,” tutur Prayoga sembari menggenggam tangan Irish yang berada di atas meja.

“Harusnya Kakek menemuimu lebih awal. Sebelum mereka membuatmu menderita. Mereka benar-benar pandai menyembunyikan kebusukan mereka di depan umum,” lanjut Prayoga dengan alis menukik tajam, menunjukkan amarah tertahan.

Irish mengangkat kedua sudut bibirnya, membentuk senyum kaku. “Tidak apa-apa, Kek. Itu bukan salah Kakek. Nasibku memang harus seperti ini.”

Saat ini Irish dan Prayoga sedang berada di salah satu restoran di dekat kediaman Arthur. Sebenarnya pria paruh baya itu ingin langsung mengajak Irish pergi. Namun, Irish yang tidak percaya begitu saja pun menolak. Setelah Prayoga menceritakan semuanya, barulah Irish percaya.

Irish tak menyangka masih ada yang peduli padanya. Bahkan, mau repot-repot mencari keberadaannya. Di saat semua orang yang ia anggap keluarga malah membuangnya begitu saja. Seolah keberadaannya memang tak pernah diinginkan siapa pun.

“Kakek tidak akan membiarkan hidupmu sengsara lagi setelah ini. Tinggallah bersama Kakek. Kakek akan melindungimu dari bajingan itu,” pinta Prayoga.

Irish belum menceritakan apa pun tentang Arthur pada Prayoga. Pria paruh baya itu telah lebih dulu mencari tahu setelah menemukan identitas cucunya. Begitu mengetahui cucunya mendapat perlakuan buruk, Prayoga langsung bertindak dan hendak mengajak Irish pergi. Namun, Irish malah sudah lebih dulu diusir.

“Kamu ingin berpisah darinya, ‘kan? Kakek akan membantumu. Selama Kakek masih hidup, Kakek tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu.” Prayoga menggenggam tangan Irish lebih kuat. Seolah hendak menyalurkan kekuatan secara tersirat.

“Sekarang kita pulang. Kamu pasti lelah.” Setelah menghabiskan secangkir kopi yang dipesannya, Prayoga langsung mengajak Irish pergi dari sana.

Irish yang khawatir Arthur menemukan keberadaannya pun langsung memilih ikut bersama Prayoga. Di sepanjang perjalanan, pria paruh baya itu kembali melanjutkan cerita tentang ibu kandung Irish. Irish hanya mendengarkan sembari melihat isi album foto masa kecil ibunya yang dibawa oleh sang kakek.

Begitu sampai di kediaman Prayoga, keduanya langsung disambut oleh para pelayan yang sudah berjajar di depan pintu hingga ke bagian dalam rumah. Semuanya langsung membungkuk hormat yang mengucapkan selamat datang pada Irish.

Prayoga langsung mengantar Irish ke kamar yang telah dipersiapkan untuk wanita itu. Kamar yang sangat seluas, besarnya sama seperti kamar Irish dan Arthur. Di dalam sana, semuanya sudah lengkap. Bahkan, meja rias pun sudah penuh dengan berbagai skincare dan make-up dengan merek ternama.

“Ini kamarmu. Kakek harap kamu betah di sini. Kamar Kakek ada di sebelah sana. Kalau ada apa-apa, kamu langsung temui Kakek atau minta bantuan yang lain. Istirahatlah. Jangan terlalu memikirkan masalahmu, Kakek akan menyelesaikannya,” ucap Prayoga.

“Terima kasih banyak, Kek. Kalau tidak bertemu Kakek, aku tidak tahu harus pergi ke mana,” jawab Irish. Jika ia kembali ke rumah ayahnya, belum tentu juga mereka akan menerimanya.

Prayoga mengelus rambut Irish dan berkata, “Tidak perlu berterimakasih. Mulai sekarang kamu tidak akan sendirian lagi. Kakek akan mengurus perceraianmu secepatnya.”

***

Di sisi lain, Arthur yang baru pulang mengamuk setelah mengetahui istrinya pergi dari rumah. Padahal sebelum pergi tadi, lelaki itu sudah berpesan agar semua yang bertugas hari ini memastikan Irish tetap berada di rumah hingga dirinya kembali. Namun, baru beberapa jam pergi, Arthur sudah tidak mendapati keberadaan Irish.

“Kenapa tidak ada yang memberitahuku? Apa kalian semua buta sampai tidak melihat dan mencegah Irish?!” bentak Arthur pada seluruh pekerjanya yang kini berjajar di depannya.

Mereka semua tahu siapa yang mengusir Irish. Namun, tidak ada yang berani mencegah karena nyonya besar sendiri yang melakukannya. Wanita paruh baya itu memiliki kuasa yang sama dengan Arthur. Tidak ada yang berani menentangnya.

Mengadukan perbuatan Maudy pada Arthur sama saja seperti mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaan mereka. Oleh karena itu, semuanya hanya tertunduk dan diam membisu. Tidak ada yang berani angkat bicara mengenai perbuatan sang nyonya besar.

“Tuan,” panggil Mario—asisten Arthur, menginterupsi amukan lelaki itu.

“Nyonya Maudy yang mengusir Nyonya Irish,” beber Mario berbisik pada Arthur.

Ekspresi Arthur kian menggelap mendengar informasi dari asistennya. Kedua tangan lelaki itu terkepal di sisi tubuhnya hingga buku-buku jarinya memutih. “Aku tidak peduli ke mana dia pergi. Aku hanya ingin kamu membawanya kembali ke rumah ini secepatnya.”

“Baik, Tuan.” Mario langsung pamit undur diri setelah itu.

Arthur melenggang pergi dari sana selepas kepergian Mario. Atmosfer penuh ketegangan yang melingkupi ruangan itu perlahan menguap seiring dengan perginya Arthur. Para pelayan yang tadi berjajar langsung membubarkan diri, kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing sebelum kembali diamuk oleh sang tuan.

Kemarahan Arthur berlanjut hingga keesokan harinya ketika lelaki itu mengijakkan kaki di kantor. Siapa pun yang membuat kesalahan di depan mata lelaki itu akan diamuk habis-habisan. Hingga akhirnya, semuanya memilih menghindari sang bos besar yang sedang dalam suasana hati tidak baik.

Hanya Mario yang berani mendekati Arthur, karena tugasnya memang selalu mendampingi lelaki itu. Mario membawa sebuah map di tangannya. Ia melonggarkan dasi yang terasa mencekik di lehernya sebelum mengetuk pintu ruangan Arthur. “Tuan, bolehkah saya masuk?”

“Ya!” sahut Arthur dingin.

“Kamu sudah menemukan Irish?” tanya Arthur tanpa basa-basi begitu Mario masuk ke ruangannya.

Mario berdeham pelan. “Belum. Tapi, ada kiriman dari Nyonya Irish untuk Tuan.”

Mario langsung meletakkan map yang ia bawa di atas meja Arthur. Membiarkan lelaki itu membuka isinya sendiri karena Mario pun tidak mengetahui berkas apa yang Irish kirimkan. Berkas itu dititipkan oleh seorang kurir pada resepsionis.

Arthur meraih map tersebut dengan mata menyipit. Begitu dibuka, yang pertama kali terpampang adalah kata ‘SURAT GUGATAN CERAI'

Related chapters

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Sudah Menggugurkannya

    [“Berani-beraninya kamu mengirim surat gugat cerai padaku!”][“Di mana kamu?! Jangan bersembunyi!”]Mendengar bentakan Arthur membuat sebelah sudut bibir Irish terangkat. Setelah beberapa hari sebagai mematikan ponselnya, ia tak menyangka akan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Arthur. Dan akhirnya ia memilih mengangkat telepon dari Arthur ketika lelaki itu menghubunginya lagi. Irish sengaja menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari agar tidak diganggu oleh siapa pun. Waktu tersebut ia gunakan untuk menenangkan pikirannya. Dan begitu ponselnya menyala, gangguan itu kembali datang tanpa bisa dicegah. Sebelumnya, Arthur tak pernah sekalipun menghubunginya lebih dulu. Bahkan, lelaki itu selalu membalas singkat pesan darinya dan lebih banyak yang tidak dibalas. Apalagi jika ditelepon, Arthur selalu menolak telepon dari Irish. Seolah itu sangat mengganggu. “Kenapa aku harus takut? Aku tidak membuat kesalahan. Bukankah harusnya kamu senang? Setelah perceraian kita selesai, k

    Last Updated : 2024-11-15
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membuang Masa Lalu

    Tatapan tajam Arthur kian menusuk. “Kamu pikir bisa membodohiku?” “Kamu tidak percaya? Buktikan saja!” jawab Irish santai. Senyum manis menghiasi wajahnya yang menawan. Akhirnya, persidangan tersebut ditunda dan Arthur langsung menyeret Irish menuju ke mobilnya. Lelaki itu tak membiarkan Irish mengendarai mobil sendiri. Sebab, tak ingin memberi kesempatan wanita itu untuk melarikan diri lagi. “Aku tidak mau meninggalkan mobilku di sini!” tolak Irish yang berusaha melepas cekalan Arthur dan hendak memasuki mobilnya sendiri. Secara kebetulan, mobil Irish dan Arthur terparkir bersebelahan. Tadi, Irish tidak menyadari itu karena terburu-buru. Ia hanya asal memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Kemudian, langsung buru-buru masuk ke ruang persidangan. “Aku tidak akan kabur! Kalau perlu, kamu bisa mengikuti mobilku dari belakang!” Irish tak ingin satu mobil dengan Arthur meski hanya beberapa menit saja. Irish sudah benar-benar menyerah dan malas berurusan dengan Arthur. Jika

    Last Updated : 2024-12-16
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Masih Suaminya!

    “Kamu—” “Apa yang kamu lakukan?! Jangan sakiti Irish atau kamu akan berurusan denganku!” Lelaki yang baru datang itu langsung mendorong Arthur sekuat tenaga. Kemudian, langsung menarik Irish ke sisinya. Sengaja berdiri di antara keduanya agar Arthur tidak memiliki kesempatan untuk menyakiti Irish lagi. Kedua lelaki itu saling melempar tatapan bengis. Terutama Arthur. Bahkan, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan tatapan menggelap. Sedari tadi Arthur sudah menahan amarahnya yang nyaris meledak. Kini pengacau malah datang, merecokinya dan ingin menjadi pahlawan kesiangan. “Kamu siapa?! Jangan ikut campur!” bentak Arthur sembari menunjuk wajah lelaki di hadapannya. Lelaki bernama Billy itu tersenyum sinis. “Itu tidak penting! Aku hanya ingin memberi peringatan padamu, jangan pernah mengganggu Irish lagi! Apalagi sampai berani menyakitinya!” Irish yang menggenggam tangan Billy berusaha memberi isyarat agar lelaki itu tak perlu memperpanjang perdebatan. Ini rumah sakit dan

    Last Updated : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Derita Orang Ketiga

    Setelah pertemuannya terakhirnya dengan Arthur berakhir tidak baik, Irish berharap tak akan pernah bertemu lelaki itu lagi. Ia juga sudah berencana untuk tidak menghadiri sidang perceraian mereka. Namun, sekarang lelaki itu malah berada di hadapannya. Sepersekian detik kemudian, Irish menyadari jika Arthur tidak sendirian. Lelaki itu bersama Elyza. Padahal sekarang masih berada dalam jam kerja dan tempat ini berada cukup jauh dari kawasan kantor Arthur. Sedangkan lelaki itu termasuk orang yang tak mau membuang waktu, apalagi hanya untuk jalan-jalan. Seharusnya Irish cukup bersikap seolah tak mengenal lelaki itu dan melanjutkan langkah. Tetapi, yang dirinya lakukan malah berbalik dan bergegas melangkah masuk ke butiknya lagi. Ia benar-benar tak ingin bertemu ataupun sekadar berpapasan dengan lelaki itu lagi. “Bu, ada apa? Apa ada orang yang mengganggu Ibu?” tanya salah seorang karyawannya yang kini menghampiri Irish. Kepanikan Irish yang terlihat jelas membuatnya khawatir.

    Last Updated : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Merindukanmu

    Irish tidak berniat menghadiri pesta ulang tahun Elyza. Baginya perayaan tersebut tak penting sama sekali. Namun, akhirnya ia malah terjebak di sana. Di pesta ulang tahun Elyza. Bukan karena dirinya berubah pikiran, tetapi kaena Billy mengajaknya kemari. “Aku tidak tahu dia mantannya suamimu. Mau pulang saja?” tawar Billy, tampak tak enak hati pada Irish. Billy tidak mengetahui jika Elyza memiliki hubungan dengan Arthur. Lelaki itu hanya berniat mengajak Irish jalan-jalan sembari mendatangi pesta ulang tahun temannya. Irish yang tidak tahu ke mana tujuan mereka pun langsung menurut saja. Irish menggeleng samar. “Kita sudah sampai di sini. Setidaknya kita perlu menyapa pemilik acara. Sebenarnya aku ingin datang, tapi tidak ada teman. Sekarang aku bersamamu. Ayo masuk. Sepertinya sebentar lagi acaranya akan dimulai.” Irish berusaha meyakinkan Billy jika dirinya akan baik-baik saja. Ia juga tak ingin terlihat menyedihkan karena menghindari acara ini. Lagipula, tamu undangan ya

    Last Updated : 2024-12-18
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Untuk Terakhir Kalinya

    Ucapan Arthur membuat Irish membeku. Meskipun amat pelan, Irish dapat mendengar perkataan lelaki itu dengan jelas. Jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Tak menyangka kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Arthur. “Apa maksudmu?” tanya Irish tajam. Aroma alkohol yang pekat membuat Irish akhirnya menyadari jika Arthur sedang mabuk. Ia kembali mendorong lelaki itu, namun tangannya malah dicekal. Dengan langkah agak sempoyongan Arthur menarik Irish menjauh dari sana. Seharusnya, Irish langsung meninggalkan Arthur di depan toilet tadi. Namun, sekarang dirinya malah berakhir berada di mobil lelaki itu. Bahkan, sengaja duduk di bangku kemudi karena sang pemiliknya mabuk berat dan tidak mungkin menyetir sendiri. Walau Irish belum memiliki niatan mengendarai mobil ini ke mana pun. Mereka masih berada di basement hotel tempat pesta Elyza terselenggara. Arthur yang menariknya kemari setelah tiba-tiba menciumnya tanpa permisi. Irish menoleh ke samping. Menatap Arthur yan

    Last Updated : 2024-12-18
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Ceraikan Aku!

    “Elyza sudah kembali. Bersiaplah, sebentar lagi Arthur akan meninggalkanmu.”“Setelah dua tahun menikah, bahkan kamu tidak bisa memberinya anak. Benar-benar tidak berguna.”Bisikan sang ibu mertua membuat manik mata Irish semakin memerah dan berkaca-kaca. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, menahan desakan air mata yang nyaris keluar. Tanpa memedulikan kata-katanya yang telah melukai menantunya, Maudy—mertua Irish langsung beranjak pergi dari sana. Irish masih membeku di posisi yang sama. Menatap lurus ke arah gerbang yang kini sudah kembali ditutup oleh security. Kemudian, tatapan beralih ke meja makan yang sedikit terlihat dari pintu utama. Meja yang masih penuh dengan berbagai menu masakannya yang belum tersentuh sama sekali. Arthur—suaminya terburu-buru pergi setelah menerima telepon entah dari siapa. Lelaki itu tak menjawab meski Irish sudah mencoba bertanya. Meninggalkan dirinya begitu saja padahal hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang kedua. Jangankan ing

    Last Updated : 2024-11-06
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Penjelasan yang Menoreh Luka

    Ringisan pelan lolos dari bibir Irish karena cengkraman Arthur hingga membuat pergelangan tangannya terasa perih. “Sakit. Lepas!”Irish pikir Arthur akan mengabulkan permintaannya dengan mudah. Namun, yang dirinya dapati malahan ekspresi lelaki itu semakin gelap. Tanpa peduli dengan Irish yang meringis meminta dilepaskan, Arthur malah sengaja menarik Irish hingga menabrak tubuhnya. “Apa? Cerai?” desis Arthur sinis. “Beraninya kamu meminta cerai? Kamu bukan siapa-siapa tanpa diriku!” sembur Arthur penuh penekanan. Sekuat tenaga Irish mendorong Arthur hingga akhirnya cekalan lelaki itu terlepas dari tangannya. Menyisakan rasa perih hingga berdenyut-denyut. Namun, ia mempertahankan ekspresinya tetap datar. Wanita itu mengangkat kepala membalas tatapan Arthur tak kalah sengit. “Aku ingin kita berpisah secepatnya. Dia sudah kembali. Kurasa sudah waktunya pernikahan ini berakhir,” jawab Irish tanpa ragu. Ekspresinya memang tampak sangat meyakinkan. Seolah-olah inilah yang dirinya ingin

    Last Updated : 2024-11-08

Latest chapter

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Untuk Terakhir Kalinya

    Ucapan Arthur membuat Irish membeku. Meskipun amat pelan, Irish dapat mendengar perkataan lelaki itu dengan jelas. Jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Tak menyangka kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Arthur. “Apa maksudmu?” tanya Irish tajam. Aroma alkohol yang pekat membuat Irish akhirnya menyadari jika Arthur sedang mabuk. Ia kembali mendorong lelaki itu, namun tangannya malah dicekal. Dengan langkah agak sempoyongan Arthur menarik Irish menjauh dari sana. Seharusnya, Irish langsung meninggalkan Arthur di depan toilet tadi. Namun, sekarang dirinya malah berakhir berada di mobil lelaki itu. Bahkan, sengaja duduk di bangku kemudi karena sang pemiliknya mabuk berat dan tidak mungkin menyetir sendiri. Walau Irish belum memiliki niatan mengendarai mobil ini ke mana pun. Mereka masih berada di basement hotel tempat pesta Elyza terselenggara. Arthur yang menariknya kemari setelah tiba-tiba menciumnya tanpa permisi. Irish menoleh ke samping. Menatap Arthur yan

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Merindukanmu

    Irish tidak berniat menghadiri pesta ulang tahun Elyza. Baginya perayaan tersebut tak penting sama sekali. Namun, akhirnya ia malah terjebak di sana. Di pesta ulang tahun Elyza. Bukan karena dirinya berubah pikiran, tetapi kaena Billy mengajaknya kemari. “Aku tidak tahu dia mantannya suamimu. Mau pulang saja?” tawar Billy, tampak tak enak hati pada Irish. Billy tidak mengetahui jika Elyza memiliki hubungan dengan Arthur. Lelaki itu hanya berniat mengajak Irish jalan-jalan sembari mendatangi pesta ulang tahun temannya. Irish yang tidak tahu ke mana tujuan mereka pun langsung menurut saja. Irish menggeleng samar. “Kita sudah sampai di sini. Setidaknya kita perlu menyapa pemilik acara. Sebenarnya aku ingin datang, tapi tidak ada teman. Sekarang aku bersamamu. Ayo masuk. Sepertinya sebentar lagi acaranya akan dimulai.” Irish berusaha meyakinkan Billy jika dirinya akan baik-baik saja. Ia juga tak ingin terlihat menyedihkan karena menghindari acara ini. Lagipula, tamu undangan ya

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Derita Orang Ketiga

    Setelah pertemuannya terakhirnya dengan Arthur berakhir tidak baik, Irish berharap tak akan pernah bertemu lelaki itu lagi. Ia juga sudah berencana untuk tidak menghadiri sidang perceraian mereka. Namun, sekarang lelaki itu malah berada di hadapannya. Sepersekian detik kemudian, Irish menyadari jika Arthur tidak sendirian. Lelaki itu bersama Elyza. Padahal sekarang masih berada dalam jam kerja dan tempat ini berada cukup jauh dari kawasan kantor Arthur. Sedangkan lelaki itu termasuk orang yang tak mau membuang waktu, apalagi hanya untuk jalan-jalan. Seharusnya Irish cukup bersikap seolah tak mengenal lelaki itu dan melanjutkan langkah. Tetapi, yang dirinya lakukan malah berbalik dan bergegas melangkah masuk ke butiknya lagi. Ia benar-benar tak ingin bertemu ataupun sekadar berpapasan dengan lelaki itu lagi. “Bu, ada apa? Apa ada orang yang mengganggu Ibu?” tanya salah seorang karyawannya yang kini menghampiri Irish. Kepanikan Irish yang terlihat jelas membuatnya khawatir.

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Masih Suaminya!

    “Kamu—” “Apa yang kamu lakukan?! Jangan sakiti Irish atau kamu akan berurusan denganku!” Lelaki yang baru datang itu langsung mendorong Arthur sekuat tenaga. Kemudian, langsung menarik Irish ke sisinya. Sengaja berdiri di antara keduanya agar Arthur tidak memiliki kesempatan untuk menyakiti Irish lagi. Kedua lelaki itu saling melempar tatapan bengis. Terutama Arthur. Bahkan, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan tatapan menggelap. Sedari tadi Arthur sudah menahan amarahnya yang nyaris meledak. Kini pengacau malah datang, merecokinya dan ingin menjadi pahlawan kesiangan. “Kamu siapa?! Jangan ikut campur!” bentak Arthur sembari menunjuk wajah lelaki di hadapannya. Lelaki bernama Billy itu tersenyum sinis. “Itu tidak penting! Aku hanya ingin memberi peringatan padamu, jangan pernah mengganggu Irish lagi! Apalagi sampai berani menyakitinya!” Irish yang menggenggam tangan Billy berusaha memberi isyarat agar lelaki itu tak perlu memperpanjang perdebatan. Ini rumah sakit dan

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membuang Masa Lalu

    Tatapan tajam Arthur kian menusuk. “Kamu pikir bisa membodohiku?” “Kamu tidak percaya? Buktikan saja!” jawab Irish santai. Senyum manis menghiasi wajahnya yang menawan. Akhirnya, persidangan tersebut ditunda dan Arthur langsung menyeret Irish menuju ke mobilnya. Lelaki itu tak membiarkan Irish mengendarai mobil sendiri. Sebab, tak ingin memberi kesempatan wanita itu untuk melarikan diri lagi. “Aku tidak mau meninggalkan mobilku di sini!” tolak Irish yang berusaha melepas cekalan Arthur dan hendak memasuki mobilnya sendiri. Secara kebetulan, mobil Irish dan Arthur terparkir bersebelahan. Tadi, Irish tidak menyadari itu karena terburu-buru. Ia hanya asal memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Kemudian, langsung buru-buru masuk ke ruang persidangan. “Aku tidak akan kabur! Kalau perlu, kamu bisa mengikuti mobilku dari belakang!” Irish tak ingin satu mobil dengan Arthur meski hanya beberapa menit saja. Irish sudah benar-benar menyerah dan malas berurusan dengan Arthur. Jika

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Sudah Menggugurkannya

    [“Berani-beraninya kamu mengirim surat gugat cerai padaku!”][“Di mana kamu?! Jangan bersembunyi!”]Mendengar bentakan Arthur membuat sebelah sudut bibir Irish terangkat. Setelah beberapa hari sebagai mematikan ponselnya, ia tak menyangka akan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Arthur. Dan akhirnya ia memilih mengangkat telepon dari Arthur ketika lelaki itu menghubunginya lagi. Irish sengaja menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari agar tidak diganggu oleh siapa pun. Waktu tersebut ia gunakan untuk menenangkan pikirannya. Dan begitu ponselnya menyala, gangguan itu kembali datang tanpa bisa dicegah. Sebelumnya, Arthur tak pernah sekalipun menghubunginya lebih dulu. Bahkan, lelaki itu selalu membalas singkat pesan darinya dan lebih banyak yang tidak dibalas. Apalagi jika ditelepon, Arthur selalu menolak telepon dari Irish. Seolah itu sangat mengganggu. “Kenapa aku harus takut? Aku tidak membuat kesalahan. Bukankah harusnya kamu senang? Setelah perceraian kita selesai, k

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Bertemu Penolong

    Penjelasan pria paruh baya di sampingnya membuat Irish berkaca-kaca. Tadinya ia tidak langsung mempercayai cerita pria itu. Namun, setelah melihat semua bukti yang Prayoga bawa, akhirnya Irish percaya jika pria paruh baya itu adalah kakeknya. Ayah kandung ibunya. Irish tidak pernah mengenal keluarga ibunya sebelumnya. Sebab, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya. Dan yang merawatnya selama ini adalah ibu tirinya. Tak pernah ada yang menceritakan tentang keluar mendiang ibu kandungnya. Tidak ada juga yang menemuinya selama ini. “Irish, Kakek tahu kamu pasti terkejut dan belum mempercayai Kakek sepenuhnya. Tapi, Kakek tidak berbohong. Kakek mencarimu selama ini. Maaf, Kakek terlambat menemukanmu,” tutur Prayoga sembari menggenggam tangan Irish yang berada di atas meja. “Harusnya Kakek menemuimu lebih awal. Sebelum mereka membuatmu menderita. Mereka benar-benar pandai menyembunyikan kebusukan mereka di depan umum,” lanjut Prayoga dengan alis menukik tajam, menunjukkan amarah terta

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Dia Bukan Anakmu

    Usapan lembut di kepalanya membuat Irish terbangun. Namun, ketika membuka mata, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah tatapan tajam suaminya. Ia spontan mengalihkan pandangan dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Saat itu pula Irish menyadari dirinya sedang berada di rumah sakit. Dan sudah pasti Arthur telah mengetahui kehamilannya. Lelaki itu tampak marah besar. Entah karena Irish menyembunyikan kehamilannya atau karena kabar kehamilan Irish bukanlah kabar yang menyenangkan bagi lelaki itu. Sepertinya opsi kedua lah yang paling tepat. Irish yakin Arthur pasti merasa jika kehamilannya hanya akan menjadi penghalang hubungan lelaki itu dengan Elyza. Ia menyentuh perutnya, khawatir Arthur gelap mata dan melakukan sesuatu yang buruk pada janinnya. “Kamu tidak bisa membawa anakku pergi,” ucap Arthur dingin. Suara dingin itu terasa amat menusuk hingga Irish bergidik ngeri. Ia berdeham pelan dan berkata, “Dia bukan anakmu. Tenang saja, aku tidak akan meminta pertanggungjawaban

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Penjelasan yang Menoreh Luka

    Ringisan pelan lolos dari bibir Irish karena cengkraman Arthur hingga membuat pergelangan tangannya terasa perih. “Sakit. Lepas!”Irish pikir Arthur akan mengabulkan permintaannya dengan mudah. Namun, yang dirinya dapati malahan ekspresi lelaki itu semakin gelap. Tanpa peduli dengan Irish yang meringis meminta dilepaskan, Arthur malah sengaja menarik Irish hingga menabrak tubuhnya. “Apa? Cerai?” desis Arthur sinis. “Beraninya kamu meminta cerai? Kamu bukan siapa-siapa tanpa diriku!” sembur Arthur penuh penekanan. Sekuat tenaga Irish mendorong Arthur hingga akhirnya cekalan lelaki itu terlepas dari tangannya. Menyisakan rasa perih hingga berdenyut-denyut. Namun, ia mempertahankan ekspresinya tetap datar. Wanita itu mengangkat kepala membalas tatapan Arthur tak kalah sengit. “Aku ingin kita berpisah secepatnya. Dia sudah kembali. Kurasa sudah waktunya pernikahan ini berakhir,” jawab Irish tanpa ragu. Ekspresinya memang tampak sangat meyakinkan. Seolah-olah inilah yang dirinya ingin

DMCA.com Protection Status