Share

Dia Bukan Anakmu

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2024-11-11 11:34:23

Usapan lembut di kepalanya membuat Irish terbangun. Namun, ketika membuka mata, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah tatapan tajam suaminya. Ia spontan mengalihkan pandangan dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

Saat itu pula Irish menyadari dirinya sedang berada di rumah sakit. Dan sudah pasti Arthur telah mengetahui kehamilannya. Lelaki itu tampak marah besar. Entah karena Irish menyembunyikan kehamilannya atau karena kabar kehamilan Irish bukanlah kabar yang menyenangkan bagi lelaki itu.

Sepertinya opsi kedua lah yang paling tepat. Irish yakin Arthur pasti merasa jika kehamilannya hanya akan menjadi penghalang hubungan lelaki itu dengan Elyza. Ia menyentuh perutnya, khawatir Arthur gelap mata dan melakukan sesuatu yang buruk pada janinnya.

“Kamu tidak bisa membawa anakku pergi,” ucap Arthur dingin.

Suara dingin itu terasa amat menusuk hingga Irish bergidik ngeri. Ia berdeham pelan dan berkata, “Dia bukan anakmu. Tenang saja, aku tidak akan meminta pertanggungjawaban.”

Irish tak tahu apakah alasannya masuk akal atau tidak. Ia hanya ingin melindungi anaknya. Namun, ekspresi Arthur yang kian menggelap membuatnya semakin risau. Seharusnya, lelaki itu tidak perlu mengetahui kehamilannya hingga mereka benar-benar berpisah.

“Maksudmu, itu anakmu dengan pria lain?” sahut Arthur sinis. “Kamu pikir aku bodoh?! Kamu ingin berpisah dariku untuk menyembunyikan anak ini?! Kamu pasti ingin membuat drama dan mengatakan ke publik kalau aku menelantarkan kalian!”

Irish menatap Arthur dengan sorot tak percaya. Benar-benar tidak menyangka Arthur akan menuduhnya seperti itu. Tak pernah sekalipun dirinya berencana begitu. Ia memang ingin menyembunyikan anak ini, namun bukan untuk membuat drama di depan publik.

“Jangan asal menuduh! Aku tidak mungkin melakukan itu!” balas Irish dengan sorot tajam di wajahnya yang masih pucat.

Arthur berdiri dan menekan tombol untuk memanggil dokter di dekat bangsal Irish. “Jangan mengelak! Kamu dan keluargamu pasti merencanakan sesuatu. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”

Tuduhan itu membuat Irish merasa terhina. Meskipun keluarganya memang terkesan menjualnya setelah Arthur membantu perusahaan mereka yang nyaris bangkrut. Namun, tak pernah sekalipun Irish berpikir untuk memanfaatkan lelaki itu.

Perdebatan keduanya terhenti karena kedatangan dokter dan asistennya. Sang dokter langsung memeriksa keadaan Irish dan mengatakan Irish hanya perlu istirahat cukup dan jangan banyak pikiran. Kemudian, dua orang perawat datang dan mengantarkan makanan juga obat untuk Irish.

“Habiskan makananmu, jangan banyak alasan!” titah Arthur setelah memasang meja portabel di ranjang Irish. Lalu, meletakkan semangkuk bubur beserta segelas air yang diantar oleh perawat tadi.

Irish langsung menyuap bubur tersebut tanpa merespon Arthur. Namun, tiba-tiba perutnya bergejolak. Ia spontan menyingkirkan makanan di depannya dan turun dari ranjang pasien. Tubuhnya yang masih lemas membuatnya nyaris jatuh terjerembab.

Untung saja, Arthur bergerak cepat dan menarik Irish sebelum terjatuh. Tanpa basa-basi, lelaki itu langsung menggendong Irish dan membawa sang istri ke toilet. Arthur juga membantu membersihkan muntahan Irish. Kemudian, kembali menggendong wanita itu keluar toilet setelah kondisinya membaik.

Irish terkejut bukan main, selama ini Arthur tak pernah sudi membantunya. Bahkan, ketika dirinya sakit pun lelaki itu tidak pernah mempedulikannya. Wanita itu kembali dibuat terkejut ketika Arthur menyuapinya. Meskipun ekspresi lelaki itu masih terlihat tak bersahabat.

“Aku tidak mau disalahkan kalau terjadi sesuatu padamu. Jadi, jangan membuat kesabaranku habis,” peringat Arthur ketus.

“Kalau merasa kerepotan, pergi saja. Aku tidak memintamu menemaniku di sini,” jawab Irish datar.

Meskipun sebenarnya enggan, Irish tetap melahap bubur yang Arthur sodorkan di depan mulutnya. Ajaibnya, ia tidak merasa mual lagi dan dapat menghabiskan separuh bubur tersebut tanpa kendala. Namun, sebelum bubur Irish habis, ponsel Arthur berbunyi.

Setelah melihat nama orang yang menelponnya, Arthur langsung meletakkan mangkuk bubur Irish di meja portabel dan bangkit dari tempat duduknya. “Habiskan. Setelah itu minum obatmu.”

Arthur beranjak pergi dari sana tanpa menoleh lagi. Irish sempat melihat nama Elyza pada layar ponsel suaminya. Seseorang yang masih selalu menjadi prioritas lelaki itu. Nyaris saja Irish berharap lebih. Namun, harapannya langsung dipatahkan di detik berikutnya.

Irish melanjutkan makannya dengan mata berkaca-kaca. Sekeras apa pun ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja, nyatanya dirinya tidak bisa. Walaupun Arthur telah mengetahui kehamilannya, Irish tetap ingin mereka berpisah secepatnya.

Irish beristirahat sebentar untuk mengumpulkan tenaganya. Hingga dirinya kembali terjaga, Arthur belum kembali. Sepertinya lelaki itu masih bersama Elyza. Arthur masih tetap sama seperti biasanya. Bahkan, tega meninggalkannya sendirian di rumah sakit.

“Kamu mau ke mana? Kabur?” sindir Arthur yang baru saja datang dengan sekantong makanan di tangannya.

“Aku mau pulang,” jawab Irish dingin.

Infus yang terpasang di tangannya pun sudah dilepas oleh perawat yang memeriksanya beberapa saat lalu. Sebenarnya ia belum boleh pulang. Namun, untuk apa juga berdiam di sini terlalu lama. Irish sudah merasa sehat dan ingin pulang sekarang juga.

“Kamu belum boleh pulang!” tegas Arthur yang ingin mengajak Irish kembali ke ruangan, namun wanita itu langsung menghempas tangannya.

“Aku lebih tahu tentang tubuhku dan aku mau pulang sekarang!” Irish langsung beranjak dari sana dengan langkah tertatih.

Sikap keras kepala Irish membuat Arthur tampak tak senang. Namun, lelaki itu terpaksa mengikuti istrinya. Buru-buru menarik Irish ketika wanita itu hendak menyetop taksi yang kebetulan baru keluar dari parkiran rumah sakit. Kemudian, membawa Irish ke mobilnya sebelum wanita itu kembali bertingkah.

“Jangan banyak tingkah,” bisik Arthur sinis.

Irish ketiduran di mobil saat perjalanan pulang. Ia tidak tahu kapan dirinya dan Arthur sampai di rumah. Wanita itu terjaga karena seseorang menyiram wajahnya. Irish terbangun di ranjangnya dengan kepala berdenyut nyeri. Dan sang tersangka utama yang menyiram wajahnya adalah ibu mertuanya sendiri.

Tubuh Irish yang belum benar-benar pulih langsung menggigil. Segelas air yang Maudy siram ke wajahnya sepertinya sengaja dicampur dengan air dingin. Padahal tanpa perlu dibangunkan dengan cara seperti ini pun dirinya pasti terbangun.

“Bukannya kamu bilang ingin pergi dari sini? Kenapa masih enak-enakan? Kapan kamu akan pergi?” cerca Maudy sembari berkacak pinggang.

Irish tersenyum miris. “Aku memang ingin pergi sekarang. Aku sudah menyiapkan semuanya, mama tidak perlu khawatir.”

“Bagus. Cepatlah pergi. Sebelum saya pulang, kamu harus sudah pergi dari sini!” Setelah mengatakan itu, Maudy langsung melenggang pergi dari sana.

Setelah Maudy pergi, Irish langsung beranjak dari ranjang dengan tubuh yang masih menggigil juga kepala pening. Namun, ia tetap memaksakan bangkit dan membereskan sisa barangnya. Ia hanya melapisi pakaiannya yang agak basah dengan sweater tipis sebelum beranjak pergi.

Beberapa pelayan yang berpapasan dengan Irish menatap wanita itu dengan sorot iba. Namun, tidak ada yang berani membuka suara. Sedangkan Irish beranjak dengan ekspresi dingin. Tak ada keraguan sedikitpun di wajahnya. Toh, dirinya sudah diusir, tak ada gunanya berlama-lama di sini.

Irish ingin memesan taksi online, tetapi ponselnya mati. Sepertinya karena kehabisan daya karena sejak kemarin ia tidak memegang ponselnya sama sekali. Alhasil, ia terpaksa melanjutkan langkah menelusuri komplek perumahan Arthur.

Tinn! Tinnn!

Irish yang sedang termenung terkejut bukan main mendengar klakson mobil tepat di sampingnya. Ia spontan menoleh dengan panik. Khawatir Arthur lah yang datang dan memaksanya kembali ke rumah. Namun, ternyata mobil yang berhenti di sampingnya adalah mobil asing.

Seorang pria paruh baya turun dari mobil merah itu. Senyumnya langsung mengembang ketika bertemu pandang dengan Irish. “Akhirnya kita bertemu, Irish-ku sayang.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Bertemu Penolong

    Penjelasan pria paruh baya di sampingnya membuat Irish berkaca-kaca. Tadinya ia tidak langsung mempercayai cerita pria itu. Namun, setelah melihat semua bukti yang Prayoga bawa, akhirnya Irish percaya jika pria paruh baya itu adalah kakeknya. Ayah kandung ibunya. Irish tidak pernah mengenal keluarga ibunya sebelumnya. Sebab, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya. Dan yang merawatnya selama ini adalah ibu tirinya. Tak pernah ada yang menceritakan tentang keluar mendiang ibu kandungnya. Tidak ada juga yang menemuinya selama ini. “Irish, Kakek tahu kamu pasti terkejut dan belum mempercayai Kakek sepenuhnya. Tapi, Kakek tidak berbohong. Kakek mencarimu selama ini. Maaf, Kakek terlambat menemukanmu,” tutur Prayoga sembari menggenggam tangan Irish yang berada di atas meja. “Harusnya Kakek menemuimu lebih awal. Sebelum mereka membuatmu menderita. Mereka benar-benar pandai menyembunyikan kebusukan mereka di depan umum,” lanjut Prayoga dengan alis menukik tajam, menunjukkan amarah terta

    Last Updated : 2024-11-13
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Sudah Menggugurkannya

    [“Berani-beraninya kamu mengirim surat gugat cerai padaku!”][“Di mana kamu?! Jangan bersembunyi!”]Mendengar bentakan Arthur membuat sebelah sudut bibir Irish terangkat. Setelah beberapa hari sebagai mematikan ponselnya, ia tak menyangka akan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Arthur. Dan akhirnya ia memilih mengangkat telepon dari Arthur ketika lelaki itu menghubunginya lagi. Irish sengaja menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari agar tidak diganggu oleh siapa pun. Waktu tersebut ia gunakan untuk menenangkan pikirannya. Dan begitu ponselnya menyala, gangguan itu kembali datang tanpa bisa dicegah. Sebelumnya, Arthur tak pernah sekalipun menghubunginya lebih dulu. Bahkan, lelaki itu selalu membalas singkat pesan darinya dan lebih banyak yang tidak dibalas. Apalagi jika ditelepon, Arthur selalu menolak telepon dari Irish. Seolah itu sangat mengganggu. “Kenapa aku harus takut? Aku tidak membuat kesalahan. Bukankah harusnya kamu senang? Setelah perceraian kita selesai, k

    Last Updated : 2024-11-15
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membuang Masa Lalu

    Tatapan tajam Arthur kian menusuk. “Kamu pikir bisa membodohiku?” “Kamu tidak percaya? Buktikan saja!” jawab Irish santai. Senyum manis menghiasi wajahnya yang menawan. Akhirnya, persidangan tersebut ditunda dan Arthur langsung menyeret Irish menuju ke mobilnya. Lelaki itu tak membiarkan Irish mengendarai mobil sendiri. Sebab, tak ingin memberi kesempatan wanita itu untuk melarikan diri lagi. “Aku tidak mau meninggalkan mobilku di sini!” tolak Irish yang berusaha melepas cekalan Arthur dan hendak memasuki mobilnya sendiri. Secara kebetulan, mobil Irish dan Arthur terparkir bersebelahan. Tadi, Irish tidak menyadari itu karena terburu-buru. Ia hanya asal memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Kemudian, langsung buru-buru masuk ke ruang persidangan. “Aku tidak akan kabur! Kalau perlu, kamu bisa mengikuti mobilku dari belakang!” Irish tak ingin satu mobil dengan Arthur meski hanya beberapa menit saja. Irish sudah benar-benar menyerah dan malas berurusan dengan Arthur. Jika

    Last Updated : 2024-12-16
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Masih Suaminya!

    “Kamu—” “Apa yang kamu lakukan?! Jangan sakiti Irish atau kamu akan berurusan denganku!” Lelaki yang baru datang itu langsung mendorong Arthur sekuat tenaga. Kemudian, langsung menarik Irish ke sisinya. Sengaja berdiri di antara keduanya agar Arthur tidak memiliki kesempatan untuk menyakiti Irish lagi. Kedua lelaki itu saling melempar tatapan bengis. Terutama Arthur. Bahkan, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan tatapan menggelap. Sedari tadi Arthur sudah menahan amarahnya yang nyaris meledak. Kini pengacau malah datang, merecokinya dan ingin menjadi pahlawan kesiangan. “Kamu siapa?! Jangan ikut campur!” bentak Arthur sembari menunjuk wajah lelaki di hadapannya. Lelaki bernama Billy itu tersenyum sinis. “Itu tidak penting! Aku hanya ingin memberi peringatan padamu, jangan pernah mengganggu Irish lagi! Apalagi sampai berani menyakitinya!” Irish yang menggenggam tangan Billy berusaha memberi isyarat agar lelaki itu tak perlu memperpanjang perdebatan. Ini rumah sakit dan

    Last Updated : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Derita Orang Ketiga

    Setelah pertemuannya terakhirnya dengan Arthur berakhir tidak baik, Irish berharap tak akan pernah bertemu lelaki itu lagi. Ia juga sudah berencana untuk tidak menghadiri sidang perceraian mereka. Namun, sekarang lelaki itu malah berada di hadapannya. Sepersekian detik kemudian, Irish menyadari jika Arthur tidak sendirian. Lelaki itu bersama Elyza. Padahal sekarang masih berada dalam jam kerja dan tempat ini berada cukup jauh dari kawasan kantor Arthur. Sedangkan lelaki itu termasuk orang yang tak mau membuang waktu, apalagi hanya untuk jalan-jalan. Seharusnya Irish cukup bersikap seolah tak mengenal lelaki itu dan melanjutkan langkah. Tetapi, yang dirinya lakukan malah berbalik dan bergegas melangkah masuk ke butiknya lagi. Ia benar-benar tak ingin bertemu ataupun sekadar berpapasan dengan lelaki itu lagi. “Bu, ada apa? Apa ada orang yang mengganggu Ibu?” tanya salah seorang karyawannya yang kini menghampiri Irish. Kepanikan Irish yang terlihat jelas membuatnya khawatir.

    Last Updated : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Merindukanmu

    Irish tidak berniat menghadiri pesta ulang tahun Elyza. Baginya perayaan tersebut tak penting sama sekali. Namun, akhirnya ia malah terjebak di sana. Di pesta ulang tahun Elyza. Bukan karena dirinya berubah pikiran, tetapi kaena Billy mengajaknya kemari. “Aku tidak tahu dia mantannya suamimu. Mau pulang saja?” tawar Billy, tampak tak enak hati pada Irish. Billy tidak mengetahui jika Elyza memiliki hubungan dengan Arthur. Lelaki itu hanya berniat mengajak Irish jalan-jalan sembari mendatangi pesta ulang tahun temannya. Irish yang tidak tahu ke mana tujuan mereka pun langsung menurut saja. Irish menggeleng samar. “Kita sudah sampai di sini. Setidaknya kita perlu menyapa pemilik acara. Sebenarnya aku ingin datang, tapi tidak ada teman. Sekarang aku bersamamu. Ayo masuk. Sepertinya sebentar lagi acaranya akan dimulai.” Irish berusaha meyakinkan Billy jika dirinya akan baik-baik saja. Ia juga tak ingin terlihat menyedihkan karena menghindari acara ini. Lagipula, tamu undangan ya

    Last Updated : 2024-12-18
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Untuk Terakhir Kalinya

    Ucapan Arthur membuat Irish membeku. Meskipun amat pelan, Irish dapat mendengar perkataan lelaki itu dengan jelas. Jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Tak menyangka kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Arthur. “Apa maksudmu?” tanya Irish tajam. Aroma alkohol yang pekat membuat Irish akhirnya menyadari jika Arthur sedang mabuk. Ia kembali mendorong lelaki itu, namun tangannya malah dicekal. Dengan langkah agak sempoyongan Arthur menarik Irish menjauh dari sana. Seharusnya, Irish langsung meninggalkan Arthur di depan toilet tadi. Namun, sekarang dirinya malah berakhir berada di mobil lelaki itu. Bahkan, sengaja duduk di bangku kemudi karena sang pemiliknya mabuk berat dan tidak mungkin menyetir sendiri. Walau Irish belum memiliki niatan mengendarai mobil ini ke mana pun. Mereka masih berada di basement hotel tempat pesta Elyza terselenggara. Arthur yang menariknya kemari setelah tiba-tiba menciumnya tanpa permisi. Irish menoleh ke samping. Menatap Arthur yan

    Last Updated : 2024-12-18
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Memamerkan Kemesraan

    Arthur tak kalah terkejut dari Irish. Lelaki itu langsung berdiri dan menghampiri Irish yang membeku di ambang pintu. “Kenapa kamu ada di sini? Kamu pemilik butik ini?!” Irish sempat berpikir jika Arthur sengaja datang karena mengetahui dirinya adalah pemilik butik ini. Namun, melihat reaksi lelaki itu saat melihatnya. Ia tahu Arthur juga terkejut. Dari sekian banyak orang yang bisa menjadi customernya, malah Arthur yang mendatangi butiknya. “Butik kami belum buka. Kamu bisa datang lain kali,” usir Irish secara halus. Pantas saja customer yang menunggunya ini sangat tidak sabaran. Bahkan, sudah datang sebelum butiknya buka. Ternyata yang datang adalah mantan suaminya. Sangat khas dengan tabiat lelaki itu yang tak sabaran dan seenaknya sendiri. Irish selalu bersikap ramah pada customernya. Namun, Arthur adalah pengecualian. Ia terlalu malas berurusan dengan lelaki itu. Terlebih, belum tentu juga Arthur benar-benar berminat dengan desain buatannya. Lelaki itu terbiasa menggunakan

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Hanya Ingin Irish

    Tangan Maudy nyaris mendarat di wajah Irish, namun Irish lebih dulu menangkis tangan wanita paruh baya itu. Ia dapat membaca pergerakan Maudy dan tentu saja ia tak akan membiarkan itu terjadi. Meskipun saat ini dirinya memang bersalah atas kecelakaan Arthur. “Kamu mulai berani, hah?!” bentak Maudy sembari menarik tangannya yang masih dipegang oleh Irish. “Mama tidak mau menyapaku dulu? Sudah lama kita tidak bertemu.” Irish menyunggingkan senyum tipis. Ia tetap bersikap santai, berbanding terbalik dengan Maudy yang tampak sangat murka. “Mama mau minum apa? Sudah sarapan atau belum? Mau sarapan bersamaku?” tawar Irish yang sebenarnya tak memiliki apa pun untuk disuguhkan pada Maudy. Irish melakukan ini hanya untuk basa-basi saja sekaligus mencairkan suasana. Walaupun tampaknya Maudy sudah tidak mau diajak berbasa-basi lagi. Apalagi dengan banyaknya orang yang wanita paruh baya itu bawa. Ini seperti penggerebekan. Irish sudah bisa menebak jika Maudy akan bersikap seperti ini saat me

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Gengsi untuk Mengakui

    “Aku minta maaf. Dugaanku membuat rumah tangga kalian berantakan,” sesal Billy karena selama ini bersikukuh jika Arthur ingin mencelakai Irish. Billy pun tak menduga jika Elyza se licik ini sampai bisa merencanakan semuanya dengan mulus dan menjadikan Arthur sebagai kambing hitam. Billy sampai terkecoh dan mengira Arthur adalah dalang dari semuanya karena seluruh bukti mengarah pada lelaki itu. “Tidak apa-apa. Hubungan kami memang sudah berantakan sejak lama,” jawab Irish dengan senyum kaku. “Aku mau lihat buktinya. Apa saja yang dia katakan?” Irish memilih mengalihkan pembicaraan. Tak ingin memperpanjang pembahasan tentang rumah tangganya. Billy membuka tas dan menyalakan laptopnya. Ia langsung membuka file berisi bukti-bukti tentang keterlibatan Elyza dalam insiden di butik Irish. Bukan itu saja. Namun, juga beberapa insiden yang menimpa Irish. Semuanya karena perbuatan Elyza. Bahkan, orang yang menabrak Irish dan berujung menabrak Arthur hingga membuat lelaki itu lumpuh. Pemil

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kembali Satu Ranjang

    “Apa maksudmu?” tanya Arthur dengan kening mengerut. “Aku akan ikut denganmu.” Tanpa menunggu respon Arthur, Irish langsung masuk ke bangku bagian belakang mobil lelaki itu. Irish sudah memikirkan ini matang-matang. Ia memang ingin merawat Arthur. Meskipun Arthur tinggal bersama Maudy, ia tetap akan tinggal di tempat lelaki itu berada. Ini sebagai bentuk tanggungjawab dan ungkapan terima kasihnya pada Arthur. Barusan, Irish menelepon kakeknya dan meminta izin untuk tinggal bersama Arthur selama proses pemulihan lelaki itu. Entah sampai kapan, ia belum tahu pasti. Yang jelas, untuk saat ini ia benar-benar ingin merawat Arthur dulu hingga keadaan lelaki itu membaik. Cukup sulit mendapat izin dari Paryoga. Oleh karena itu, Irish agak lama berada di toilet saat bertelepon. Namun, pada akhirnya izin yang dirinya inginkan tetap ia dapatkan. Saat keluar dari sana, ia malah hampir tertinggal. Sedangkan dirinya tak tahu di mana tempat tinggal Arthur sekarang. “Kenapa kalian sangat tidak s

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Yang Penting Aku Masih Hidup

    “Itu yang membuatmu di sini sekarang?” tanya Arthur sembari terkekeh pelan. Irish yang hendak menyimpan baskom di toilet spontan kembali berbalik dan melangkah ke bangsal Arthur. Ia menggeleng samar. Dirinya berada di sini bukan karena keadaan Arthur, bukan karena rasa bersalahnya. Namun, karena dirinya memang ingin berada di sini. “Bukan karena itu. Aku memang ingin merawatmu,” jawab Irish yang sudah jatuh berlutut di samping bangsal Arthur. Ia menyentuh tangan lelaki itu yang terpasang infus. Arthur mendengus pelan. “Berarti aku memang lumpuh? Kenapa diam saja? Kamu takut?”Irish mengangkat kepalanya. Membalas tatapan Arthur dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia dapat melihat dengan jelas kekecewaan di mata lelaki itu. Kondisi kaki lelaki itu pasti menjadi pukulan besar bagi Arthur dan akan menghambat banyak hal ke depannya. Sungguh, jika bisa bertukar posisi, Irish tak ingin Arthur menyelamatkannya hari itu. Biarlah dirinya yang celaka sebab tabrakan tersebut terjadi karena k

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Seperti Putra Tidur

    Saat menoleh ke belakang, Irish terbelalak melihat Arthur yang sudah membuka mata dan kini menggenggam tangannya. Ia mengerjapkan matanya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Namun, genggaman pada tangannya saat ini membuatnya tersadar jika ini nyata. “Apa sekarang wajahku menyeramkan?” tanya Arthur dengan suara serak dan satu alis terangkat. Irish spontan kembali melangkah ke arah Arthur dan memeluk lelaki itu. Air matanya menetes tanpa bisa dicegah. Lama-kelamaan isak tangisnya mulai terdengar. Ini benar-benar nyata, bukan bagian dari khayalannya. Bukan sekadar kelegaan yang dirinya rasakan. Perasaan menyiksa itu kini sepenuhnya hilang. “Akhirnya kamu sadar,” gumam Irish di sela isak tangisnya. Selama seminggu ini, Irish tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Apalagi melihat kondisi Arthur yang tak menunjukkan perubahan signifikan. Rasanya, ia ingin bertukar posisi dengan lelaki itu. Sebab, memang seharusnya dirinya yang celaka. Arthur mengangkat tangan kirinya

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Jangan Menghukum Dirimu Sendiri

    “Apa ini bagian dari rencanamu juga?” gumam Billy sembari menatap Arthur yang masih memejamkan mata. Billy berhasil memaksa Irish untuk pulang dan istirahat di rumah. Sebagai gantinya, ia yang menjaga Arthur di sini. Arthur sudah dipindahkan ke ruang perawatan VVIP. Namun, hingga saat ini lelaki itu belum sadarkan diri. Dan Irish sudah berulang kali menanyakan kondisi Arthur melalui whatsapp. Billy yang baru kembali dari kantin rumah sakit langsung menarik kursi di samping bangsal Arthur. Ia mengamati wajah dan tubuh Arthur. Bukan hanya patah kaki, tangan kanan Arthur juga patah. Wajah lelaki itu penuh luka dengan kening yang diperban. “Kamu sangat bodoh kalau ini bagian dari rencanamu juga. Kamu bisa mati dan belum tentu Irish bersedia kembali padamu,” monolog Billy pada Arthur yang masih tak sadarkan diri. Arthur terlalu sering membuat skenario untuk menarik perhatian Irish. Oleh karena itu, Billy sedikit curiga jika ini adalah bagian dari rencana Arthur juga. Sebab, lelaki itu

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Tidak Bisa Kehilangannya

    BRAK! CIITTT ....Irish tak tahu apa yang terjadi hingga seseorang mendorongnya sangat kuat. Wanita itu jatuh terjerembab dan belanjaannya berhamburan ke mana-mana. Di saat yang sama, terdengar suara tabrakan sangat kencang di belakangnya. “Arthur!” pekik Irish melihat Arthur yang kini sudah bersimbah darah di tengah jalan. Tanpa memedulikan luka pada kaki dan tangannya, Irish langsung berlari menghampiri Arthur. Tangannya gemetar bersamaan dengan air matanya yang bercucuran. Lelaki itu masih setengah sadar, namun tampak sudah sangat tak berdaya. “Apa yang kamu lakukan? Bodoh! Kenapa kamu menyelamatkan aku?” tanya Irish dengan suara bergetar di sela isak tangisnya. Arthur terkekeh pelan dengan mata setengah terpejam. “Aku lebih bodoh kalau membiarkan kamu celaka di depan mataku. Mungkin dengan cara ini kamu bisa memaafkaanku. Aku tidak akan bisa mengganggumu lagi setelah ini. Jangan khawatir.”“Kamu bicara apa?! Jangan pejamkan matamu!” Irish bergegas bangkit dan hendak mencari ba

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Selamat Tinggal, Tuan Putri

    Irish mengejapkan matanya. Ia ingat hari anniversary pernikahannya, namun tak memiliki niatan untuk merayakannya lagi. Irish malah mengantarkan surat gugat cerainya pada Arthur di hari anniversary pernikahan mereka. Tentunya, ia tak berharap Arthur akan mengingat hari itu juga. “Aku ingat. Tapi, baru sempat datang kemari. Aku ingin langsung memberikannya padamu, bukan melalui kurir,” jelas Arthur yang tak ingin Irish salah paham. “Oke, terima kasih.” Irish tetap menerima buket bunga dan paper bag tersebut. Anggap saja untuk menebus rasa bersalahnya karena membuat Arthur semalaman berada di sini. “Harusnya kamu tidak perlu repot-repot membelikan apa pun. Proses perceraian kita sedang berjalan. Tidak ada yang perlu dirayakan,” imbuh Irish datar. Irish meletakkan buket dan paper bag pemberian Arthur di bangku taman yang tersedia. Kemudian, duduk di sana tanpa menawari Arthur untuk duduk juga. Lelaki itu sudah kembali berlutut di depan stroller si kembar sembari mengajak keduanya meng

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Merasa Bersalah

    Mendengar pemberitahuan pelayan tersebut membuat ekspresi Irish berubah seketika. Ia nyaris tak percaya. Namun, ketika mengintip dari jendela di kamarnya yang terhubung dengan halaman depan rumah, Irish tak bisa menyangkal. Arthur benar-benar ada di sini. Arthur tahu dirinya dan anak-anak mereka berada di sini sejak melarikan diri dari rumah ayahnya. Selama itu juga, Arthur tak pernah sekali pun datang kemari. Dan sekarang, setelah lelaki itu mengacaukan sidang perceraian mereka, dia malah muncul di depan rumah kakeknya. “Apa dia ingin cari mati?” gerutu Irish sembari menatap Arthur yang bersandar di belakang pintu gerbang tinggi yang kini masih tertutup rapat. Dari kamarnya yang berada di lantai dua, Irish dapat melihat lelaki itu dengan jelas. Pintu gerbang yang tak dibuka padahal ada tamu menunjukkan jika Arthur tak boleh masuk. Seharusnya lelaki itu mengerti dan langsung pergi, bukan malah menunggu. Hari ini, kakeknya dan Billy memang sedang berada di luar kota. Seharusnya Iri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status