Share

Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku
Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku
Penulis: Young Lady

Ceraikan Aku!

Penulis: Young Lady
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 16:59:32

“Elyza sudah kembali. Bersiaplah, sebentar lagi Arthur akan meninggalkanmu.”

“Setelah dua tahun menikah, bahkan kamu tidak bisa memberinya anak. Benar-benar tidak berguna.”

Bisikan sang ibu mertua membuat manik mata Irish semakin memerah dan berkaca-kaca. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, menahan desakan air mata yang nyaris keluar. Tanpa memedulikan kata-katanya yang telah melukai  menantunya, Maudy—mertua Irish langsung beranjak pergi dari sana.

Irish masih membeku di posisi yang sama. Menatap lurus ke arah gerbang yang kini sudah kembali ditutup oleh security. Kemudian, tatapan beralih ke meja makan yang sedikit terlihat dari pintu utama. Meja yang masih penuh dengan berbagai menu masakannya yang belum tersentuh sama sekali.

Arthur—suaminya terburu-buru pergi setelah menerima telepon entah dari siapa. Lelaki itu tak menjawab meski Irish sudah mencoba bertanya. Meninggalkan dirinya begitu saja padahal hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang kedua. Jangankan ingat untuk mempersiapkan sesuatu yang spesial. Lelaki itu memilih pergi tanpa memedulikannya.

Irish terkekeh miris. “Apa yang aku harapkan darinya?”

Wanita itu berjalan gontai meninggalkan pintu utama. Kemudian, beranjak menuju ruang makan. Menarik salah satu kursi dan menempatinya. Hanya dirinya seorang yang berada di sana. Ibu mertuanya bahkan  tak pernah sudi makan satu meja dengannya.

Tak ada yang mengharapkan keberadaannya di rumah ini. Namun, Irish terlalu naif dan berharap suatu hari nanti keadaan akan berubah. Arthur akan menatapnya dan memperlakukannya selayaknya istri sesungguhnya. Sayangnya, sepertinya itu hanya akan menjadi mimpinya semata.

“Aku harus pergi,” gumam Irish seraya memaksakan melahap hidangan yang sudah susah payah ia sajikan walaupun selera makannya telah menghilang.

Sudah cukup Irish terbelenggu dalam kebodohannya sendiri. Ia harus mengubur perasaan terpendamnya secepatnya. Tidak ada lagi alasan untuk mempertahankan pernikahannya. Apalagi sejak awal hanya dirinya yang berharap lebih pada pernikahan ini.

“Huek!”

Irish spontan membekap mulutnya. Perutnya tiba-tiba bergejolak sebelum ia sempat melahap makanannya. Padahal seluruh hidangan yang tersaji di meja makan adalah hasil buatan tangannya sendiri. Namun, entah kenapa hanya menghirup aromanya saja sudah membuatnya mual.

Mual yang semakin tak tertahankan membuat Irish bergegas pergi ke toilet terdekat untuk memuntahkan isi perutnya. Namun, yang keluar hanya cairan bening saja. Kepalanya terasa berat, pandangannya pun berkunang-kunang. Ia spontan mencengkram pinggiran wastafel untuk menopang tubuhnya yang lemas.

“Apa yang terjadi padaku? Jangan-jangan—”

Irish tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Tubuhnya gemetar, khawatir sesuatu terjadi padanya di saat yang tidak tepat. Akhirnya, wanita itu lebih memilih kembali di kamar setelah menyimpan masakannya di kulkas tanpa mencicipinya sama sekali.

Irish tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi padanya. Ditambah lagi, Arthur juga tak kembali ke rumah. Ia sudah mencoba menghubungi suaminya. Namun, pesannya tak dibaca apalagi mendapat balasan.

Pagi-pagi sekali Irish sudah memutuskan pergi ke rumah sakit. Sengaja berangkat menggunakan taksi agar tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang rumah. Ia tidak akan tenang sebelum memeriksakan diri dan mengetahui apa yang terjadi padanya.

“Selamat, Nyonya. Usia kandungan Anda sudah enam minggu,” tutur sang dokter setelah selesai memeriksakan Irish.

Sang dokter dan Irish sama-sama memperhatikan layar monitor. Berbanding terbalik dengan senyum cerah dokter kandungan yang memeriksanya, Irish malah memucat. Seharusnya kehamilannya menjadi kabar yang sangat membahagiakan.

Kabar ini selalu Irish tunggu-tunggu sebelumnya. Karena Irish berpikir kehadiran anak dapat memperbaiki hubungannya dengan Arthur. Namun, sekarang tidak lagi. Keputusannya untuk berpisah dengan lelaki itu sudah bulat. Kehamilannya tak akan mengubah keputusannya.

Arthur pun tidak akan menginginkan anak ini. Lagipula sekarang pujaan hati lelaki itu telah kembali. Keberadaannya hanya menjadi penghalang bagi mereka. Tinggal menunggu saja dan Arthur akan meninggalkannya. Membuangnya seperti sampah yang tidak berguna.

“Apa Nyonya baik-baik saja?” tanya sang dokter saat melihat ekspresi aneh Irish.

Irish spontan berdeham pelan dan tersenyum kaku. “Aku baik-baik saja, Dok.”

Setelahnya dokter tersebut meminta Irish turun ranjang pasien dan langsung menjelaskan kondisi wanita itu. Namun, Irish tak mendengar penjelasan dokternya sama sekali. Bahkan, hingga keluar dari ruangan tersebut ia masih tampak seperti orang linglung.

“Kenapa harus sekarang?” gumam Irish sembari menyentuh perutnya yang kini masih datar.

Langkah gontai Irish kontan terhenti ketika tak sengaja mendapati keberadaan suaminya. Sedang tertawa bersama seorang wanita yang duduk di kursi roda. Lelaki itu juga memberi usapan-usapan penuh kasih sayang di puncak kepala sang wanita.

Perlakuan yang tak pernah Irish rasakan selama menikah dengan Arthur. Jangankan perlakuan lembut, tersenyum apalagi tertawa di depannya saja lelaki itu enggan. Namun, Elyza mendapatkan semuanya dengan mudah. Bahkan, setelah sekian lama wanita itu menghilang.

“Ternyata dia ada di sini,” monolog Irish dengan senyum miris.

Semalam, Irish masih mengkhawatirkan Arthur yang tidak kembali ke rumah. Takut terjadi sesuatu pada lelaki itu di jalan. Namun, ternyata orang yang dirinya khawatirkan malah sedang asyik bersama wanita lain. Bahkan, mengabaikan pesan-pesan yang dirinya kirimkan.

Keputusannya untuk berpisah dari lelaki itu semakin kuat. Sudah cukup selama dua tahun ini dirinya berusaha menjadi istri yang baik. Toh, apa pun yang ia lakukan tidak akan membuat Arthur menatap ke arahnya. Sebab, yang lelaki itu lihat hanyalah Elyza.

Tiba-tiba Arthur melirik ke tempat Irish berada. Ekspresi lelaki itu langsung berubah tajam. Irish spontan berbalik dan bergegas pergi dari sana. Tetapi, Arthur malah meninggalkan Elyza dan mengejarnya. Irish memacu langkah lebih cepat, nyaris berlari. Namun, perutnya yang mendadak kram membuat langkahnya terhenti.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Arthur sembari menarik Irish yang nyaris berbelok di ujung lorong.

Irish cepat-cepat menyembunyikan surat hasil tes kehamilannya dari dokter tadi. Tak ingin Arthur melihat kertas tersebut. Lelaki itu pasti akan marah besar jika mengetahui kehamilannya. Dan lebih baik lelaki itu tidak perlu mengetahuinya. Ia akan pergi sejauh mungkin dan membesarkan anak ini sendirian.

“Bukan urusanmu!” jawab Irish sembari menyentak tangan Arthur yang menyentuh tangannya.

Arthur sedikit terkejut karena respon Irish. Wanita itu selalu menjaga sikap di depannya dan tak pernah melawan sama sekali. “Kamu sengaja mengikutiku?”

Seulas senyum miris tersungging di wajah Irish. Ia tak menyangka Arthur malah menuduhnya macam-macam. Seolah-olah dirinya lah yang bersalah di sini. Padahal seharusnya Irish lah yang menuntut jawaban karena semalaman lelaki itu tidak pulang dan kini malah bersama wanita lain.

“Aku tidak mengikutimu. Minggir! Jangan menghalangi jalanku!” seru Irish yang hendak kembali melanjutkan langkahnya, namun dihalangi oleh Arthur.

Arthur kembali mencekal pergelangan tangan Irish. Tak membiarkan wanita itu pergi. “Kalau tidak mengikutiku, lalu apa.yang kamu lakukan—”

“Arthur, ceraikan aku!”

Bab terkait

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Penjelasan yang Menoreh Luka

    Ringisan pelan lolos dari bibir Irish karena cengkraman Arthur hingga membuat pergelangan tangannya terasa perih. “Sakit. Lepas!” Irish pikir Arthur akan mengabulkan permintaannya dengan mudah. Namun, yang dirinya dapati malahan ekspresi lelaki itu semakin gelap. Tanpa peduli dengan Irish yang meringis meminta dilepaskan, Arthur malah sengaja menarik Irish hingga menabrak tubuhnya. “Apa? Cerai?” desis Arthur sinis. “Beraninya kamu meminta cerai? Kamu bukan siapa-siapa tanpa diriku!” sembur Arthur penuh penekanan. Sekuat tenaga Irish mendorong Arthur hingga akhirnya cekalan lelaki itu terlepas dari tangannya. Menyisakan rasa perih hingga berdenyut-denyut. Namun, ia mempertahankan ekspresinya tetap datar. Wanita itu mengangkat kepala membalas tatapan Arthur tak kalah sengit. “Aku ingin kita berpisah secepatnya. Dia sudah kembali. Kurasa sudah waktunya pernikahan ini berakhir,” jawab Irish tanpa ragu. Ekspresinya memang tampak sangat meyakinkan. Seolah-olah inilah yang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Dia Bukan Anakmu

    Usapan lembut di kepalanya membuat Irish terbangun. Namun, ketika membuka mata, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah tatapan tajam suaminya. Ia spontan mengalihkan pandangan dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Saat itu pula Irish menyadari dirinya sedang berada di rumah sakit. Dan sudah pasti Arthur telah mengetahui kehamilannya. Lelaki itu tampak marah besar. Entah karena Irish menyembunyikan kehamilannya atau karena kabar kehamilan Irish bukanlah kabar yang menyenangkan bagi lelaki itu. Sepertinya opsi kedua lah yang paling tepat. Irish yakin Arthur pasti merasa jika kehamilannya hanya akan menjadi penghalang hubungan lelaki itu dengan Elyza. Ia menyentuh perutnya, khawatir Arthur gelap mata dan melakukan sesuatu yang buruk pada janinnya. “Kamu tidak bisa membawa anakku pergi,” ucap Arthur dingin. Suara dingin itu terasa amat menusuk hingga Irish bergidik ngeri. Ia berdeham pelan dan berkata, “Dia bukan anakmu. Tenang saja, aku tidak akan meminta pertanggungjawaban

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Bertemu Penolong

    Penjelasan pria paruh baya di sampingnya membuat Irish berkaca-kaca. Tadinya ia tidak langsung mempercayai cerita pria itu. Namun, setelah melihat semua bukti yang Prayoga bawa, akhirnya Irish percaya jika pria paruh baya itu adalah kakeknya. Ayah kandung ibunya. Irish tidak pernah mengenal keluarga ibunya sebelumnya. Sebab, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya. Dan yang merawatnya selama ini adalah ibu tirinya. Tak pernah ada yang menceritakan tentang keluar mendiang ibu kandungnya. Tidak ada juga yang menemuinya selama ini. “Irish, Kakek tahu kamu pasti terkejut dan belum mempercayai Kakek sepenuhnya. Tapi, Kakek tidak berbohong. Kakek mencarimu selama ini. Maaf, Kakek terlambat menemukanmu,” tutur Prayoga sembari menggenggam tangan Irish yang berada di atas meja. “Harusnya Kakek menemuimu lebih awal. Sebelum mereka membuatmu menderita. Mereka benar-benar pandai menyembunyikan kebusukan mereka di depan umum,” lanjut Prayoga dengan alis menukik tajam, menunjukkan amarah terta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Sudah Menggugurkannya

    [“Berani-beraninya kamu mengirim surat gugat cerai padaku!”][“Di mana kamu?! Jangan bersembunyi!”]Mendengar bentakan Arthur membuat sebelah sudut bibir Irish terangkat. Setelah beberapa hari sebagai mematikan ponselnya, ia tak menyangka akan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Arthur. Dan akhirnya ia memilih mengangkat telepon dari Arthur ketika lelaki itu menghubunginya lagi. Irish sengaja menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari agar tidak diganggu oleh siapa pun. Waktu tersebut ia gunakan untuk menenangkan pikirannya. Dan begitu ponselnya menyala, gangguan itu kembali datang tanpa bisa dicegah. Sebelumnya, Arthur tak pernah sekalipun menghubunginya lebih dulu. Bahkan, lelaki itu selalu membalas singkat pesan darinya dan lebih banyak yang tidak dibalas. Apalagi jika ditelepon, Arthur selalu menolak telepon dari Irish. Seolah itu sangat mengganggu. “Kenapa aku harus takut? Aku tidak membuat kesalahan. Bukankah harusnya kamu senang? Setelah perceraian kita selesai, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membuang Masa Lalu

    Tatapan tajam Arthur kian menusuk. “Kamu pikir bisa membodohiku?” “Kamu tidak percaya? Buktikan saja!” jawab Irish santai. Senyum manis menghiasi wajahnya yang menawan. Akhirnya, persidangan tersebut ditunda dan Arthur langsung menyeret Irish menuju ke mobilnya. Lelaki itu tak membiarkan Irish mengendarai mobil sendiri. Sebab, tak ingin memberi kesempatan wanita itu untuk melarikan diri lagi. “Aku tidak mau meninggalkan mobilku di sini!” tolak Irish yang berusaha melepas cekalan Arthur dan hendak memasuki mobilnya sendiri. Secara kebetulan, mobil Irish dan Arthur terparkir bersebelahan. Tadi, Irish tidak menyadari itu karena terburu-buru. Ia hanya asal memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Kemudian, langsung buru-buru masuk ke ruang persidangan. “Aku tidak akan kabur! Kalau perlu, kamu bisa mengikuti mobilku dari belakang!” Irish tak ingin satu mobil dengan Arthur meski hanya beberapa menit saja. Irish sudah benar-benar menyerah dan malas berurusan dengan Arthur. Jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Masih Suaminya!

    “Kamu—” “Apa yang kamu lakukan?! Jangan sakiti Irish atau kamu akan berurusan denganku!” Lelaki yang baru datang itu langsung mendorong Arthur sekuat tenaga. Kemudian, langsung menarik Irish ke sisinya. Sengaja berdiri di antara keduanya agar Arthur tidak memiliki kesempatan untuk menyakiti Irish lagi. Kedua lelaki itu saling melempar tatapan bengis. Terutama Arthur. Bahkan, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan tatapan menggelap. Sedari tadi Arthur sudah menahan amarahnya yang nyaris meledak. Kini pengacau malah datang, merecokinya dan ingin menjadi pahlawan kesiangan. “Kamu siapa?! Jangan ikut campur!” bentak Arthur sembari menunjuk wajah lelaki di hadapannya. Lelaki bernama Billy itu tersenyum sinis. “Itu tidak penting! Aku hanya ingin memberi peringatan padamu, jangan pernah mengganggu Irish lagi! Apalagi sampai berani menyakitinya!” Irish yang menggenggam tangan Billy berusaha memberi isyarat agar lelaki itu tak perlu memperpanjang perdebatan. Ini rumah sakit dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Derita Orang Ketiga

    Setelah pertemuannya terakhirnya dengan Arthur berakhir tidak baik, Irish berharap tak akan pernah bertemu lelaki itu lagi. Ia juga sudah berencana untuk tidak menghadiri sidang perceraian mereka. Namun, sekarang lelaki itu malah berada di hadapannya. Sepersekian detik kemudian, Irish menyadari jika Arthur tidak sendirian. Lelaki itu bersama Elyza. Padahal sekarang masih berada dalam jam kerja dan tempat ini berada cukup jauh dari kawasan kantor Arthur. Sedangkan lelaki itu termasuk orang yang tak mau membuang waktu, apalagi hanya untuk jalan-jalan. Seharusnya Irish cukup bersikap seolah tak mengenal lelaki itu dan melanjutkan langkah. Tetapi, yang dirinya lakukan malah berbalik dan bergegas melangkah masuk ke butiknya lagi. Ia benar-benar tak ingin bertemu ataupun sekadar berpapasan dengan lelaki itu lagi. “Bu, ada apa? Apa ada orang yang mengganggu Ibu?” tanya salah seorang karyawannya yang kini menghampiri Irish. Kepanikan Irish yang terlihat jelas membuatnya khawatir.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Merindukanmu

    Irish tidak berniat menghadiri pesta ulang tahun Elyza. Baginya perayaan tersebut tak penting sama sekali. Namun, akhirnya ia malah terjebak di sana. Di pesta ulang tahun Elyza. Bukan karena dirinya berubah pikiran, tetapi kaena Billy mengajaknya kemari. “Aku tidak tahu dia mantannya suamimu. Mau pulang saja?” tawar Billy, tampak tak enak hati pada Irish. Billy tidak mengetahui jika Elyza memiliki hubungan dengan Arthur. Lelaki itu hanya berniat mengajak Irish jalan-jalan sembari mendatangi pesta ulang tahun temannya. Irish yang tidak tahu ke mana tujuan mereka pun langsung menurut saja. Irish menggeleng samar. “Kita sudah sampai di sini. Setidaknya kita perlu menyapa pemilik acara. Sebenarnya aku ingin datang, tapi tidak ada teman. Sekarang aku bersamamu. Ayo masuk. Sepertinya sebentar lagi acaranya akan dimulai.” Irish berusaha meyakinkan Billy jika dirinya akan baik-baik saja. Ia juga tak ingin terlihat menyedihkan karena menghindari acara ini. Lagipula, tamu undangan ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18

Bab terbaru

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Jangan Menggodaku

    “Maaf, aku tidak bisa,” tolak Irish di saat dirinya dan Arthur sudah sangat berantakan. Sedari tadi Irish berusaha mengumpulkan sisa-sisa kewarasannya. Sebesar apa pun keinginannya, ia tak ingin terlena lagi. Untungnya, kalimat itu sempat terucap sebelum mereka benar-benar melakukannya. Meskipun sudah sangat terlambat. Irish menyadari seharusnya sejak awal dirinya menolak. Bukan malah diam saja dan membiarkan Arthur menyentuhnya. Sayangnya, ia perlu mengumpulkan sisa kewarasannya sebelum benar-benar menghilang. Dan akhirnya membiarkan Arthur melakukan apa pun. Arthur memang tidak memaksakan, sejak awal pernikahan mereka pun begitu. Tentunya dulu Irish senang karena merasa dianggap oleh lelaki itu. Namun, entah kenapa sekarang ada saja yang mengganjal di benaknya dan membuatnya tak nyaman melakukan itu.Meskipun Arthur masih berstatus sebagai suaminya dan melakukan ini bukanlah yang pertama bagi mereka. “Oke,” jawab Arthur setelah terdiam cukup lama. Kekecewaan itu tampak sangat j

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Hadiah yang Terlambat

    “Bengkel mengatakan mobilmu sudah usang. Kemungkinan mogok di tengah jalan sangat besar. Jadi, aku akan membelikan yang baru untukmu,” ucap Arthur seraya membuka seatbelt yang terpasang di tubuhnya. “Ayo turun. Kita sudah ditunggu.”Arthur mencondongkan tubuhnya dan membukakan seatbelt Irish. Mencuri satu kecupan di bibir wanita itu sekilas sebelum turun lebih dulu dari mobil. Memanfaatkan kesempatan saat Irish masih terperangah akibat perbuatannya. Lalu, langsung turun dari mobil sebelum Irish tersadar. Irish baru tersadar setelah Arthur keluar dari mobil. Ia berdecak samar sembari menatap showroom mobil di hadapannya. Tempat ini seharusnya sudah tutup sejak jam lima sore tadi. Sedangkan sekarang sudah jam tujuh malam. Jelas saja, Arthur sengaja meminta mereka menunggu. Mobil pemberian kakeknya tentu saja masih bagus. Belum sampai setengah tahun Irish menggunakan mobil tersebut. Sedikit masalah tentu tidak terlalu berpengaruh pada kinerja mobil tersebut. Bahkan, tadi pagi Arthur ya

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Khusus Untukku

    Ketika mengurai pelukan mereka, Irish dapat melihat perubahan signifikan dari ekspresi Elyza. Namun, Irish sudah tidak terkejut lagi melihat ekspresi tersebut. Ia membalas ekspresi itu dengan senyum lebar. Dirinya lebih suka Elyza mengeluarkan sifat asli seperti ini. Sayangnya, Elyza hanya menunjukkan tabiat asli saat bersamanya. Benar-benar bermuka dua. Sedangkan di hadapan orang lain, wanita itu selalu bersikap manis. Mungkin karena pekerjaannya di dunia hiburan. Jadi, wanita itu terlatih menjaga image. “Tenang saja. Aku tidak mudah mengubah keputusan. Aku hanya perlu waktu untuk menuntaskannya,” jawab Irish dengan suara lembut, namun penuh penekanan. Irish tahu apa yang Elyza maksud. Berulang kali Elyza mengingatkannya setiap kali mereka bertemu. Padahal Irish tak mungkin lupa. Sebab, hingga saat ini rencananya masih belum berubah. Dan ia berharap apa pun yang terjadi, dirinya tetap tidak goyah. Elyza kembali menyunggingkan senyum. “Senang bertemu denganmu. Semoga lekas sembuh.

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Ditolak Mentah-Mentah

    “Mantanmu datang. Katanya ingin menjenguk Irish.”“Suruh dia pulang. Irish sudah sembuh,” jawab Arthur tanpa minat. “Dia ingin mengejukku, biarkan saja,” sahut Irish sembari menguap lebar. Tidur Irish sudah terusik sejak terdengar suara ketukan pintu. Mendengar Elyza datang, Irish pun akhirnya benar-benar terjaga. Ia heran mengapa Elyza selalu mengetahui jika terjadi sesuatu padanya. Padahal, wanita itu tak berada di lokasi yang sama. Jangan-jangan Arthur sendiri yang bercerita pada wanita itu. Sehingga Elyza dapat mengetahui apa pun yang terjadi padanya. Kemudian, karena tahu ketahuan, akhirnya Arthur mengusir Elyza. Agar wanita itu tak menceritakan apa pun pada Irish. Irish hendak bangkit dari ranjang, namun ia menyadari ada yang aneh dari penampilannya. Ia tidak tahu sejak kapan didinya terlelap, tetapi sepertinya sejak dalam perjalanan pulang. Saat itu tentu pakaiannya masih rapi. Akhirnya, Irish kembali mengeratkan selimutnya.“Mama akan menyuruhnya ke sini,” balas Karina ser

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Harus Tahu

    “Kenapa kamu tidak mengakuinya?” tanya Irish untuk kesekian kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam. Waktu sudah menunjukkan jam dua pagi. Irish yang tidak bisa tidur nyenyak kembali merecoki Arthur dengan pertanyaan yang sama. Meskipun tahu lelaki itu tak akan membalas dengan benar. Apalagi sekarang Arthur sedang terlelap. Sejak tadi siang, sudah berulang kali Irish melontarkan pertanyaan yang sama. Namun, Arthur hanya mengatakan kalau itu tidak penting dan mengalihkan pembicaraan. Padahal ia hamya ingin memastikan apakah benar di antara lelaki itu dan Elyza tak pernah ada hubungan istimewa. “Kamu memang tega mempermainkan perasaan orang,” gumam Irish yang kembali bermonolog tanpa menatap Arthur yang berbaring di sampingnya. Irish tak mengerti mengapa Arthur mengatakan tak pernah memiliki hubungan apa pun dengan Elyza. Padahal jelas-jelas sejak bertahun-tahun lalu mereka sering bermesraan. Bahkan, Elyza sendiri yang mengatakan kalau wanita itu adalah mantan kekasih Arthur. Arthur

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Tak Pernah Memiliki Hubungan

    Maudy yang terkejut atas perbuatannya semakin dibuat terkejut oleh kedatangan putranya. Ia tak bermaksud mendorong Irish. “Arthur? Apa yang kamu lakukan di sini?!”Arthur membantu Irish berdiri dan merangkul pinggang wanita itu. “Harusnya aku yang bertanya, Ma. Kenapa Mama menyerang Irish? Sudah aku katakan berulang kali, jangan mengganggunya.”Irish berpegangan erat pada lengan Arthur. Ia syok bukan main. Tak menyangka Maudy sampai hati mendorongnya. Padahal wanita itu tahu dirinya sedang mengandung. Entah apa yang akan terjadi jika Arthur tidak datang dan menolongnya. Irish tahu Maudy tak menyukainya, bahkan membencinya. Namun, ia tak menyangka wanita itu sampai tega melakukan ini padanya. Keputusannya untuk berpisah dengan Arthur memang sudah benar. Tak ada gunanya bertahan jika tidak ada yang menginginkannya. Irish pernah ingin menganggap Maudy seperti ibu kandungnya. Namun, wanita paruh baya itu tidak lebih baik dari ibu tirinya. Yang Maudy inginkan hanyalah Elyza. Bahkan,

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Selalu Terlambat

    [“Oh, tidak apa-apa. Rapatnya sudah selesai. Kakakku mendapat suara terbanyak. Posisinya masih aman karena Billy ikut membantu.”] Mendengar Irish menyebut nama Billy menbuat langkah Arthur terhenti. Meskipun tahu sudah terlambat, tadinya ia ingin mengunjungi kantor kakak iparnya. Dan ternyata untuk kesekian kalinya Billy kembali mencuri start yang seharusnya menjadi miliknya. Tak ingin pembicaraannya dengan Irish didengar orang lain, akhirnya Arthur tetap melanjutkan langkah menuju mobilnya. “Kenapa kamu tidak meneleponku? Aku juga punya saham di sana. Aku bisa mendukung kakakmu.” Arthur tak suka Irish menyebut nama Billy dalam keadaan apa pun. Terlebih jika dalam keadaan genting. Irish bisa menghubunginya dan ia pasti datang. Bukan malah meminta bantuan pada orang lain. Seolah-olah hanya Billy yang dapat membantu. Di sisi lain. Irish pun sudah kembali memasuki mobilnya. Ia menyimpan makanan yang dirinya beli di bangku belakang. Tak berselera mencicipi makanan tersebut. Padahal

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Mempertahankan yang Harus Dipertahankan

    Keterkejutan tampak jelas di wajah Tristan. “Kenapa kamu merahasiakan inu darinya?” “Untuk apa aku mengatakan itu padanya? Apa dia peduli?” sahut Irish dengan senyum kecut. “Lagi pula, kami akan berpisah. Kurasa lebih baik dia tak perlu mengetahui hal-hal yang tidak penting.” Nyaris tak ada yang mengetahui jika Irish bukanlah anak kandung Karina. Sebab, sejak kecil wanita itulah yang merawatnya. Meskipun ia menyadari dirinya diperlakukan agak berbeda. Namun, itu hanya ketika mereka berada di rumah saja. Irish pun baru mengetahui jika dirinya bukanlah anak kandung Karina setelah ayahnya meninggalkan dunia. Saat itu dirinya dan ibu tirinya bertengkar hebat hingga akhirnya Karina tak sengaja mengatakan jika mereka tak memiliki hubungan darah. Kejadian itu juga yang membuat hubungan mereka renggang sampai sekarang. Walaupun tidak benar-benar bermusuhan. Apalagi, Karina juga cukup sering menyindirnya anak ‘pelakor' saat sedang marah. Irish tidak berbalik marah, sebab ia tahu ibunya

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Rahasia Irish

    Ringisan Irish membuat Arthur yang sedang memejamkan mata menoleh. Menatap Irish yang menyentuh kakinya sendiri. Entah sejak kapan, kaki kanan Irish terluka dan mengeluarkan darah. Darah yang keluar cukup banyak karena terkena air dan sabun. Arthur lantas melompat turun dari bathup. Tak peduli dengan penampilannya, lelaki itu langsung menggendong Irish keluar dari toilet. “Kenapa tidak bilang kakimu terluka?” “Bisakah kamu berpakaian dulu?” balas Irish yang malah salah fokus dengan penampilan Arthur. Tadi sebagian tubuh lelaki itu tertutup air dan sabun. Sedangkan sekarang, Irish tak bisa mendeskripsikannya. Arthur seolah tanpa sengaja ingin mempertontonkan tubuhnya. Dan tanpa bisa dicegah, jantungnya kembali berdebar dengan wajah yang semakin merah padam. Arthur yang tersadar pun bergegas melangkah ke lemari dan mengambil pakaiannya asal. Irish merasa lebih tenang setelah lelaki itu berpakaian dengan benar. Ia pun khawatir ada yang datang dan berpikir macam-macam tentang mere

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status