Share

Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku
Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku
Author: Young Lady

Ceraikan Aku!

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2024-11-06 16:59:32

“Elyza sudah kembali. Bersiaplah, sebentar lagi Arthur akan meninggalkanmu.”

“Setelah dua tahun menikah, bahkan kamu tidak bisa memberinya anak. Benar-benar tidak berguna.”

Bisikan sang ibu mertua membuat manik mata Irish semakin memerah dan berkaca-kaca. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, menahan desakan air mata yang nyaris keluar. Tanpa memedulikan kata-katanya yang telah melukai  menantunya, Maudy—mertua Irish langsung beranjak pergi dari sana.

Irish masih membeku di posisi yang sama. Menatap lurus ke arah gerbang yang kini sudah kembali ditutup oleh security. Kemudian, tatapan beralih ke meja makan yang sedikit terlihat dari pintu utama. Meja yang masih penuh dengan berbagai menu masakannya yang belum tersentuh sama sekali.

Arthur—suaminya terburu-buru pergi setelah menerima telepon entah dari siapa. Lelaki itu tak menjawab meski Irish sudah mencoba bertanya. Meninggalkan dirinya begitu saja padahal hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang kedua. Jangankan ingat untuk mempersiapkan sesuatu yang spesial. Lelaki itu memilih pergi tanpa memedulikannya.

Irish terkekeh miris. “Apa yang aku harapkan darinya?”

Wanita itu berjalan gontai meninggalkan pintu utama. Kemudian, beranjak menuju ruang makan. Menarik salah satu kursi dan menempatinya. Hanya dirinya seorang yang berada di sana. Ibu mertuanya bahkan  tak pernah sudi makan satu meja dengannya.

Tak ada yang mengharapkan keberadaannya di rumah ini. Namun, Irish terlalu naif dan berharap suatu hari nanti keadaan akan berubah. Arthur akan menatapnya dan memperlakukannya selayaknya istri sesungguhnya. Sayangnya, sepertinya itu hanya akan menjadi mimpinya semata.

“Aku harus pergi,” gumam Irish seraya memaksakan melahap hidangan yang sudah susah payah ia sajikan walaupun selera makannya telah menghilang.

Sudah cukup Irish terbelenggu dalam kebodohannya sendiri. Ia harus mengubur perasaan terpendamnya secepatnya. Tidak ada lagi alasan untuk mempertahankan pernikahannya. Apalagi sejak awal hanya dirinya yang berharap lebih pada pernikahan ini.

“Huek!”

Irish spontan membekap mulutnya. Perutnya tiba-tiba bergejolak sebelum ia sempat melahap makanannya. Padahal seluruh hidangan yang tersaji di meja makan adalah hasil buatan tangannya sendiri. Namun, entah kenapa hanya menghirup aromanya saja sudah membuatnya mual.

Mual yang semakin tak tertahankan membuat Irish bergegas pergi ke toilet terdekat untuk memuntahkan isi perutnya. Namun, yang keluar hanya cairan bening saja. Kepalanya terasa berat, pandangannya pun berkunang-kunang. Ia spontan mencengkram pinggiran wastafel untuk menopang tubuhnya yang lemas.

“Apa yang terjadi padaku? Jangan-jangan—”

Irish tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Tubuhnya gemetar, khawatir sesuatu terjadi padanya di saat yang tidak tepat. Akhirnya, wanita itu lebih memilih kembali di kamar setelah menyimpan masakannya di kulkas tanpa mencicipinya sama sekali.

Irish tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi padanya. Ditambah lagi, Arthur juga tak kembali ke rumah. Ia sudah mencoba menghubungi suaminya. Namun, pesannya tak dibaca apalagi mendapat balasan.

Pagi-pagi sekali Irish sudah memutuskan pergi ke rumah sakit. Sengaja berangkat menggunakan taksi agar tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang rumah. Ia tidak akan tenang sebelum memeriksakan diri dan mengetahui apa yang terjadi padanya.

“Selamat, Nyonya. Usia kandungan Anda sudah enam minggu,” tutur sang dokter setelah selesai memeriksakan Irish.

Sang dokter dan Irish sama-sama memperhatikan layar monitor. Berbanding terbalik dengan senyum cerah dokter kandungan yang memeriksanya, Irish malah memucat. Seharusnya kehamilannya menjadi kabar yang sangat membahagiakan.

Kabar ini selalu Irish tunggu-tunggu sebelumnya. Karena Irish berpikir kehadiran anak dapat memperbaiki hubungannya dengan Arthur. Namun, sekarang tidak lagi. Keputusannya untuk berpisah dengan lelaki itu sudah bulat. Kehamilannya tak akan mengubah keputusannya.

Arthur pun tidak akan menginginkan anak ini. Lagipula sekarang pujaan hati lelaki itu telah kembali. Keberadaannya hanya menjadi penghalang bagi mereka. Tinggal menunggu saja dan Arthur akan meninggalkannya. Membuangnya seperti sampah yang tidak berguna.

“Apa Nyonya baik-baik saja?” tanya sang dokter saat melihat ekspresi aneh Irish.

Irish spontan berdeham pelan dan tersenyum kaku. “Aku baik-baik saja, Dok.”

Setelahnya dokter tersebut meminta Irish turun ranjang pasien dan langsung menjelaskan kondisi wanita itu. Namun, Irish tak mendengar penjelasan dokternya sama sekali. Bahkan, hingga keluar dari ruangan tersebut ia masih tampak seperti orang linglung.

“Kenapa harus sekarang?” gumam Irish sembari menyentuh perutnya yang kini masih datar.

Langkah gontai Irish kontan terhenti ketika tak sengaja mendapati keberadaan suaminya. Sedang tertawa bersama seorang wanita yang duduk di kursi roda. Lelaki itu juga memberi usapan-usapan penuh kasih sayang di puncak kepala sang wanita.

Perlakuan yang tak pernah Irish rasakan selama menikah dengan Arthur. Jangankan perlakuan lembut, tersenyum apalagi tertawa di depannya saja lelaki itu enggan. Namun, Elyza mendapatkan semuanya dengan mudah. Bahkan, setelah sekian lama wanita itu menghilang.

“Ternyata dia ada di sini,” monolog Irish dengan senyum miris.

Semalam, Irish masih mengkhawatirkan Arthur yang tidak kembali ke rumah. Takut terjadi sesuatu pada lelaki itu di jalan. Namun, ternyata orang yang dirinya khawatirkan malah sedang asyik bersama wanita lain. Bahkan, mengabaikan pesan-pesan yang dirinya kirimkan.

Keputusannya untuk berpisah dari lelaki itu semakin kuat. Sudah cukup selama dua tahun ini dirinya berusaha menjadi istri yang baik. Toh, apa pun yang ia lakukan tidak akan membuat Arthur menatap ke arahnya. Sebab, yang lelaki itu lihat hanyalah Elyza.

Tiba-tiba Arthur melirik ke tempat Irish berada. Ekspresi lelaki itu langsung berubah tajam. Irish spontan berbalik dan bergegas pergi dari sana. Tetapi, Arthur malah meninggalkan Elyza dan mengejarnya. Irish memacu langkah lebih cepat, nyaris berlari. Namun, perutnya yang mendadak kram membuat langkahnya terhenti.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Arthur sembari menarik Irish yang nyaris berbelok di ujung lorong.

Irish cepat-cepat menyembunyikan surat hasil tes kehamilannya dari dokter tadi. Tak ingin Arthur melihat kertas tersebut. Lelaki itu pasti akan marah besar jika mengetahui kehamilannya. Dan lebih baik lelaki itu tidak perlu mengetahuinya. Ia akan pergi sejauh mungkin dan membesarkan anak ini sendirian.

“Bukan urusanmu!” jawab Irish sembari menyentak tangan Arthur yang menyentuh tangannya.

Arthur sedikit terkejut karena respon Irish. Wanita itu selalu menjaga sikap di depannya dan tak pernah melawan sama sekali. “Kamu sengaja mengikutiku?”

Seulas senyum miris tersungging di wajah Irish. Ia tak menyangka Arthur malah menuduhnya macam-macam. Seolah-olah dirinya lah yang bersalah di sini. Padahal seharusnya Irish lah yang menuntut jawaban karena semalaman lelaki itu tidak pulang dan kini malah bersama wanita lain.

“Aku tidak mengikutimu. Minggir! Jangan menghalangi jalanku!” seru Irish yang hendak kembali melanjutkan langkahnya, namun dihalangi oleh Arthur.

Arthur kembali mencekal pergelangan tangan Irish. Tak membiarkan wanita itu pergi. “Kalau tidak mengikutiku, lalu apa.yang kamu lakukan—”

“Arthur, ceraikan aku!”

Related chapters

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Penjelasan yang Menoreh Luka

    Ringisan pelan lolos dari bibir Irish karena cengkraman Arthur hingga membuat pergelangan tangannya terasa perih. “Sakit. Lepas!” Irish pikir Arthur akan mengabulkan permintaannya dengan mudah. Namun, yang dirinya dapati malahan ekspresi lelaki itu semakin gelap. Tanpa peduli dengan Irish yang meringis meminta dilepaskan, Arthur malah sengaja menarik Irish hingga menabrak tubuhnya. “Apa? Cerai?” desis Arthur sinis. “Beraninya kamu meminta cerai? Kamu bukan siapa-siapa tanpa diriku!” sembur Arthur penuh penekanan. Sekuat tenaga Irish mendorong Arthur hingga akhirnya cekalan lelaki itu terlepas dari tangannya. Menyisakan rasa perih hingga berdenyut-denyut. Namun, ia mempertahankan ekspresinya tetap datar. Wanita itu mengangkat kepala membalas tatapan Arthur tak kalah sengit. “Aku ingin kita berpisah secepatnya. Dia sudah kembali. Kurasa sudah waktunya pernikahan ini berakhir,” jawab Irish tanpa ragu. Ekspresinya memang tampak sangat meyakinkan. Seolah-olah inilah yang di

    Last Updated : 2024-11-08
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Dia Bukan Anakmu

    Usapan lembut di kepalanya membuat Irish terbangun. Namun, ketika membuka mata, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah tatapan tajam suaminya. Ia spontan mengalihkan pandangan dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Saat itu pula Irish menyadari dirinya sedang berada di rumah sakit. Dan sudah pasti Arthur telah mengetahui kehamilannya. Lelaki itu tampak marah besar. Entah karena Irish menyembunyikan kehamilannya atau karena kabar kehamilan Irish bukanlah kabar yang menyenangkan bagi lelaki itu. Sepertinya opsi kedua lah yang paling tepat. Irish yakin Arthur pasti merasa jika kehamilannya hanya akan menjadi penghalang hubungan lelaki itu dengan Elyza. Ia menyentuh perutnya, khawatir Arthur gelap mata dan melakukan sesuatu yang buruk pada janinnya. “Kamu tidak bisa membawa anakku pergi,” ucap Arthur dingin. Suara dingin itu terasa amat menusuk hingga Irish bergidik ngeri. Ia berdeham pelan dan berkata, “Dia bukan anakmu. Tenang saja, aku tidak akan meminta pertanggung

    Last Updated : 2024-11-11
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Bertemu Penolong

    Penjelasan pria paruh baya di sampingnya membuat Irish berkaca-kaca. Tadinya ia tidak langsung mempercayai cerita pria itu. Namun, setelah melihat semua bukti yang Prayoga bawa, akhirnya Irish percaya jika pria paruh baya itu adalah kakeknya. Ayah kandung ibunya. Irish tidak pernah mengenal keluarga ibunya sebelumnya. Sebab, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya. Dan yang merawatnya selama ini adalah ibu tirinya. Tak pernah ada yang menceritakan tentang keluar mendiang ibu kandungnya. Tidak ada juga yang menemuinya selama ini. “Irish, Kakek tahu kamu pasti terkejut dan belum mempercayai Kakek sepenuhnya. Tapi, Kakek tidak berbohong. Kakek mencarimu selama ini. Maaf, Kakek terlambat menemukanmu,” tutur Prayoga sembari menggenggam tangan Irish yang berada di atas meja. “Harusnya Kakek menemuimu lebih awal. Sebelum mereka membuatmu menderita. Mereka benar-benar pandai menyembunyikan kebusukan mereka di depan umum,” lanjut Prayoga dengan alis menukik tajam, menunjukkan amarah terta

    Last Updated : 2024-11-13
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Sudah Menggugurkannya

    [“Berani-beraninya kamu mengirim surat gugat cerai padaku!”][“Di mana kamu?! Jangan bersembunyi!”]Mendengar bentakan Arthur membuat sebelah sudut bibir Irish terangkat. Setelah beberapa hari sebagai mematikan ponselnya, ia tak menyangka akan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Arthur. Dan akhirnya ia memilih mengangkat telepon dari Arthur ketika lelaki itu menghubunginya lagi. Irish sengaja menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari agar tidak diganggu oleh siapa pun. Waktu tersebut ia gunakan untuk menenangkan pikirannya. Dan begitu ponselnya menyala, gangguan itu kembali datang tanpa bisa dicegah. Sebelumnya, Arthur tak pernah sekalipun menghubunginya lebih dulu. Bahkan, lelaki itu selalu membalas singkat pesan darinya dan lebih banyak yang tidak dibalas. Apalagi jika ditelepon, Arthur selalu menolak telepon dari Irish. Seolah itu sangat mengganggu. “Kenapa aku harus takut? Aku tidak membuat kesalahan. Bukankah harusnya kamu senang? Setelah perceraian kita selesai, k

    Last Updated : 2024-11-15
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membuang Masa Lalu

    Tatapan tajam Arthur kian menusuk. “Kamu pikir bisa membodohiku?” “Kamu tidak percaya? Buktikan saja!” jawab Irish santai. Senyum manis menghiasi wajahnya yang menawan. Akhirnya, persidangan tersebut ditunda dan Arthur langsung menyeret Irish menuju ke mobilnya. Lelaki itu tak membiarkan Irish mengendarai mobil sendiri. Sebab, tak ingin memberi kesempatan wanita itu untuk melarikan diri lagi. “Aku tidak mau meninggalkan mobilku di sini!” tolak Irish yang berusaha melepas cekalan Arthur dan hendak memasuki mobilnya sendiri. Secara kebetulan, mobil Irish dan Arthur terparkir bersebelahan. Tadi, Irish tidak menyadari itu karena terburu-buru. Ia hanya asal memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Kemudian, langsung buru-buru masuk ke ruang persidangan. “Aku tidak akan kabur! Kalau perlu, kamu bisa mengikuti mobilku dari belakang!” Irish tak ingin satu mobil dengan Arthur meski hanya beberapa menit saja. Irish sudah benar-benar menyerah dan malas berurusan dengan Arthur. Jika

    Last Updated : 2024-12-16
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Masih Suaminya!

    “Kamu—” “Apa yang kamu lakukan?! Jangan sakiti Irish atau kamu akan berurusan denganku!” Lelaki yang baru datang itu langsung mendorong Arthur sekuat tenaga. Kemudian, langsung menarik Irish ke sisinya. Sengaja berdiri di antara keduanya agar Arthur tidak memiliki kesempatan untuk menyakiti Irish lagi. Kedua lelaki itu saling melempar tatapan bengis. Terutama Arthur. Bahkan, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan tatapan menggelap. Sedari tadi Arthur sudah menahan amarahnya yang nyaris meledak. Kini pengacau malah datang, merecokinya dan ingin menjadi pahlawan kesiangan. “Kamu siapa?! Jangan ikut campur!” bentak Arthur sembari menunjuk wajah lelaki di hadapannya. Lelaki bernama Billy itu tersenyum sinis. “Itu tidak penting! Aku hanya ingin memberi peringatan padamu, jangan pernah mengganggu Irish lagi! Apalagi sampai berani menyakitinya!” Irish yang menggenggam tangan Billy berusaha memberi isyarat agar lelaki itu tak perlu memperpanjang perdebatan. Ini rumah sakit dan

    Last Updated : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Derita Orang Ketiga

    Setelah pertemuannya terakhirnya dengan Arthur berakhir tidak baik, Irish berharap tak akan pernah bertemu lelaki itu lagi. Ia juga sudah berencana untuk tidak menghadiri sidang perceraian mereka. Namun, sekarang lelaki itu malah berada di hadapannya. Sepersekian detik kemudian, Irish menyadari jika Arthur tidak sendirian. Lelaki itu bersama Elyza. Padahal sekarang masih berada dalam jam kerja dan tempat ini berada cukup jauh dari kawasan kantor Arthur. Sedangkan lelaki itu termasuk orang yang tak mau membuang waktu, apalagi hanya untuk jalan-jalan. Seharusnya Irish cukup bersikap seolah tak mengenal lelaki itu dan melanjutkan langkah. Tetapi, yang dirinya lakukan malah berbalik dan bergegas melangkah masuk ke butiknya lagi. Ia benar-benar tak ingin bertemu ataupun sekadar berpapasan dengan lelaki itu lagi. “Bu, ada apa? Apa ada orang yang mengganggu Ibu?” tanya salah seorang karyawannya yang kini menghampiri Irish. Kepanikan Irish yang terlihat jelas membuatnya khawatir.

    Last Updated : 2024-12-17
  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Merindukanmu

    Irish tidak berniat menghadiri pesta ulang tahun Elyza. Baginya perayaan tersebut tak penting sama sekali. Namun, akhirnya ia malah terjebak di sana. Di pesta ulang tahun Elyza. Bukan karena dirinya berubah pikiran, tetapi kaena Billy mengajaknya kemari. “Aku tidak tahu dia mantannya suamimu. Mau pulang saja?” tawar Billy, tampak tak enak hati pada Irish. Billy tidak mengetahui jika Elyza memiliki hubungan dengan Arthur. Lelaki itu hanya berniat mengajak Irish jalan-jalan sembari mendatangi pesta ulang tahun temannya. Irish yang tidak tahu ke mana tujuan mereka pun langsung menurut saja. Irish menggeleng samar. “Kita sudah sampai di sini. Setidaknya kita perlu menyapa pemilik acara. Sebenarnya aku ingin datang, tapi tidak ada teman. Sekarang aku bersamamu. Ayo masuk. Sepertinya sebentar lagi acaranya akan dimulai.” Irish berusaha meyakinkan Billy jika dirinya akan baik-baik saja. Ia juga tak ingin terlihat menyedihkan karena menghindari acara ini. Lagipula, tamu undangan ya

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Aku Memang Jahat

    Gudang rumah ini bukan berisi barang-barang usang tak terpakai seperti yang Irish pikirkan. Mungkin lebih tepatnya tempat ini memang berisi barang bekas milik mendiang ibunya. Hingga foto-foto ibunya yang tak pernah Irish lihat pun terpajang di sini. “Aku yang menyimpan semuanya di sini. Aku memang jahat. Jangan terlalu terkejut,” celetuk Karina seraya membuka pintu lebih lebar. Irish tak menanggapi dan langsung melangkah masuk ke gudang tersebut. Gudang itu terlalu rapi untuk disebut gudang. Foto-foto ibunya terpajang di dinding. Bahkan, ada juga beberapa foto ibu dan ayahnya. Mereka tampak seperti pasangan yang bahagia. Ketika Irish masih kecil, ia sering dibuat penasaran dengan ruangan ini. Namun, tak pernah diizinkan masuk. Karina selalu mengatakan jika gudang itu kotor dan berantakan. Oleh karena itu, ia tidak pernah tahu isi dalam gudang ini sampai sekarang. Dan ternyata, apa yang Karina katakan dulu hanyalah kebohongan. Gudang ini tidak berantakan ataupun kotor. Ruangan ini

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Tak Bisa Berpura-pura

    Pertanyaan itu membuat Irish terkesiap. Ia bingung harus memberi jawaban seperti apa dan mengatakan yang sebenarnya adalah opsi terakhirnya. Tak tahu harus menjawab apa, akhirnya Irish berpura-pura tidak mendengar dan fokus memilih pernak-pernik bayi di hadapannya. “Kalian mengunjungi makam orang tua Billy?” tebak Arthur sembari mendorong troli yang yang kosong dan mengikuti langkah Irish. Lorong ini cukup sepi. Hanya ada mereka saja di sini. Oleh karena itu, Arthur dapat bertanya dengan leluasa. Tebakan Arthur membuat Irish lebih terkejut lagi. Namun, tebakan itu akhirnya membuatnya memiliki alasan tanpa harus membongkar rahasianya. Irish berdeham pelan. “Iya. Kamu marah?” Meskipun hanya sebentar, Irish dan Billy memang sempat mengunjungi makam kedua orang tua lelaki itu sebelum pulang. Makam tersebut ternyata berada di tempat yang sama dengan lokasi makam Azura. Irish baru mengetahuinya kemarin. Orang tua Billy mengalami kecelakaan tunggal 5 tahun lalu dan meninggal di tempat.

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Selingkuhan yang Baik

    “Kamu bersikukuh ingin cerai karena menyesal menikah denganku?” tanya Arthur tiba-tiba. Memecahkan kesunyian di antara mereka. Irish spontan kembali membuka matanya dan menoleh ke arah Arthur. Ia pernah mengatakan itu saat sedang emosi-emosinya. Padahal sebenarnya dirinya pun tidak tahu apakah penyesalan itu benar-benar ada atau tidak. Atau mungkin hanya sedikit saja. “Kamu sudah tahu, ‘kan? Kenapa masih bertanya?” sahut Irish yang tak berniat mengelak. Irish mengubah posisi telentangnya menjadi miring menghadap Arthur. Ia dapat melihat ekspresi lelaki itu menggelap. Menyiratkan amarah tertahan. Namun, Irish malah tersenyum miring sembari menopang kepalanya. Seolah sengaja menantang lelaki itu. “Karena harusnya kamu menikah dengan Ardian?” Arthur kembali melontarkan pertanyaan dengan nada datar. Irish menggeleng samar. “Dengan Ardian atau bukan, aku memang tidak sepatutnya menikah dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya. Seandainya aku menikah dengan Ardian dan dia ma

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Istriku Hanya Irish

    Irish mengerjapkan matanya. Tak menyangka Arthur dan Maudy malah membicarakannya di tengah malam begini. Pasti sengaja agar dirinya tak ikut menguping. Namun, semesta lebih berpihak padanya hingga akhirnya ia tetap mendengar pembicaraan mereka. Mendengar sepotong pembicaraan mereka membuat Irish yakin kalau Maudy sudah bercerita pada Arthur jika dirinya pergi dengan Billy tadi siang. Namun, entah kenapa Arthur masih bersikap santai. Seolah itu bukan masalah besar. Atau mungkin Arthur memang sudah tidak peduli lagi. “Jangan gila! Kamu ingin wanita itu terus memperalatmu?!” sembur Maudy dengan suara yang semakin meninggi. Seolah tak peduli jika ada yang mendengar ucapannya. “Irish tidak pernah memperalatku. Aku yang ingin seperti ini. Dan aku harap mama tidak mempersulitku,” jawab Arthur masih dengan suara pelan, namun menyiratkan ketegasan. “Justru, mama ingin mempermudah semuanya. Sekarang dia tidak punya pekerjaan. Dia pasti akan meminta segalanya padamu! Dia akan memanfaatkan an

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Menunggu Kemarahan

    “Apa? Elyza mengatakan itu pada mama?” tanya Irish dengan mata membulat sempurna. Irish berusaha menerima saat dirinya dibandingkan dengan Elyza. Ia tetap diam di saat Arthur mementingkan wanita itu. Namun, Irish tak bisa menerima tuduhan keji yang Elyza katakan tentangnya. Dirinya bukan wanita murahan yang menjajakan tubuhnya pada lelaki lain. Irish memang pernah mengatakan jika anak dalam kandungannya ini bukan darah daging Arthur. Namun, itu hanya bualan semata agar lelaki itu melepasnya. Elyza tak berhak menilainya terlalu jauh. Apalagi sampai mengatakan itu pada Maudy. “Kenapa? Kamu tidak terima?” Bukannya merasa bersalah atas perkataannya, Maudy malah kembali melontarkan balasan dengan nada tak kalah sinis. “Kamu pikir dengan kamu pergi diam-diam dengan lelaki lain tidak akan membuat orang berpikir macam-macam? Apalagi sudah berapa kali kamu melarikan diri bersamanya? Kamu pikir bisa mempermainkan putraku?!” sembur Maudy lagi. Irish akui dirinya memang salah karena menyembu

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Ibu, Tolong Doakan Aku

    [Kamu di mana? Sudah siap? Aku menunggu di dekat pos satpam. Aku memakai mobil kakek.]Irish yang masih mengaplikasikan makeup di wajahnya melirik ponselnya yang menyala. Satu pesan masuk dari nomor Billy. Seperti biasa, lelaki itu akan datang lebih cepat dari waktu janjian mereka. Tak pernah membuatnya menunggu, malah dirinya yang membuat lelaki itu menunggu. “Sebentar lagi aku ke sana.” Irish pun langsung mengirim pesan balasan sebelum menyelesaikan kegiatan makeup-nya. Ia mempercepat pergerakannya agar Billy tidak menunggu terlalu lama. Setelah dirasa tak ada yang kurang, Irish bergegas keluar dari kamarnya. Irish meminta Billy mengantarnya pergi. Meskipun awalnya meminta diantar hari ini, Irish sempat meralat permintaannya dan mengatakan akan mengikuti waktu luang lelaki itu. Namun, Billy mengatakan memiliki waktu untuk mengantarnya hari ini juga. “Kamu mau ke mana?” Pertanyaan sinis itu membuat langkah Irish kontan terhenti. Sekarang sudah agak siang, ia mengira tak akan ada

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kamu Lupa Sesuatu

    Jawaban santai Arthur membuat Irish melongo. Ia tak membenci ibu mertuanya, namun setidaknya jika ingin pindah ke sini meskipun hanya sementara waktu, dirinya perlu tahu. Tahu sejak awal. Bukan tahu paling akhir, itu pun karena ketahuan. Irish curiga Arthur melarangnya pulang lebih cepat dari rumah sakit karena tak ingin rencananya terbongkar. Bukan karena lelaki itu masih mengkhawatirkan kondisinya. Menyebalkannya, Karina juga tidak bercerita jika Maudy pindah kemari untuk sementara waktu. “Kamu punya banyak waktu untuk bercerita. Kurasa di rumah ini tidak ada kamar lain yang bisa digunakan Mama,” balas Irish yang berusaha tampak santai. Meskipun Irish merasa tersinggung karena tak ada yang memberitahunya. Namun, ia tak ingin Arthur merasakan hal yang sama. Toh, sebenarnya ini wajar saja karena mereka memang masih berstatus sebagai keluarga. Walaupun tak mirip dengan keluarga. “Untuk sementara waktu aku memindahkan ruang kerjaku ke kamar kita. Jadi, Mama memakai ruangan itu. A

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Memutuskan Tanpa Kompromi

    Penolakan Arthur membuat Irish mengingat apa yang pernah Billy sampaikan tentang kemungkinan Arthur juga tahu sesuatu. Sebenarnya ia tidak menaruh kecurigaan sama sekali pada lelaki itu. Dan sekarang kecurigaan itu mendadak muncul. Butik itu kini menjadi miliknya, Irish memiliki hak untuk melihat sehancur apa pun keadaannya. Bahkan, seharusnya ia sudah melihatnya dalam bentuk foto ataupun video. Namun, tak ada yang menunjukkan bagaimana keadaan butiknya sekarang padanya. Bahkan, pihak kepolisian yang kata Arthur akan memintai Irish keterangan pun tak datang sampai sekarang. Billy pun malah membahas kecurigaan aneh-aneh tentang orang-orang yang kemungkinan terlibat. Padahal untuk saat ini yang ingin Irish tahu adalah kondisi butiknya terlebih dahulu. “Apa maksudmu? Tahu apa? Kondisi butikmu hancur, apa yang mau kamu lihat? Puing-piungnya juga sudah dibereskan,” jawab Arthur yang kembali menoleh ke arah Irish. “Bagaimana pun kondisinya, aku ingin datang ke sana dan melihatnya sec

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Membayar Utang Budi

    “Mau ke mana?” tanya Irish yang masih enggan membuka mata. Namun, pergerakan Arthur membuatnya terbangun. Sekarang hari minggu, seharusnya Arthur tidak pergi ke mana pun. Semalam, lelaki itu berjanji akan menemaninya hari ini. Sepertinya sekarang masih terlalu pagi dan Arthur sudah membuat kegaduhan yang membuatnya tak bisa tidur lagi. “Aku ada urusan sebentar. Aku akan segera kembali,” jawab Arthur seraya turun pelan-pelan dari bangsal Irish. Mendengar jawaban Arthur membuat Irish benar-benar membuka mata. Ia pikir Arthur hanya ingin ke toilet atau pergi mencari sarapan. Namun, ternyata lelaki itu benar-benar ingin pergi. Irish yang sudah membuka matanya langsung melirik jam yang menggantung di dinding. 04.30. Sekarang memang masih sangat pagi. “Se pagi ini? Kurasa di luar juga masih gelap,” jawab Irish heran. “Ya. Lebih baik kamu tidur lagi. Ada yang berjaga di depan, kamu bisa minta bantuan kalau butuh sesuatu. Aku pergi dulu.” Arthur mengambil jaketnya yang tergeletak di sofa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status