Salsa tidak pernah menyangka takdir hidup akan memaksanya menjadi istri kedua seorang Raka Januartha yang sangat mencintai istri pertamanya. Tidak hanya itu, status Salsa disembunyikan, dijadikan pembantu, sembari dituntut melahirkan anak laki-laki dalam waktu 2 tahun. Jika tidak, semua yang dimilikinya akan dihancurkan oleh istri pertama sang suami... Lantas, bagaimana kisah Salsa? Apakah dia mampu melahirkan putra yang diinginkan istri pertama Raka?
View More"Rumah ini akan dijual!" ucap sang tante dingin, "jadi, kamu dan adikmu harus segera pergi dari sini."
Salsa sontak membulatkan mata tak percaya. Dia dan adiknya masih berduka setelah kematian sang nenek yang merawat keduanya sejak kecil. Tapi, sang tante yang 5 tahun ini tak pernah menjenguk ataupun hadir di pemakamannya, tiba-tiba datang dan mengusir keduanya dari rumah? "Ini sudah malam, Tante. Kami nggak tahu harus pergi ke man. Apakah–” "Aku gak peduli! Toh, rumah ini ‘kan hakku," potong sang tante, "sekarang, cepat bereskan barang-barang kalian dan angkat kaki dari sini!" "Tante, tolong jangan usir kami," mohon Salsa seketika. Dia berlutut dan memeluk kaki sang tante dengan erat--berharap belas kasihnya. Salsa dan sang adik tidak punya tujuan. Sejak bercerai, kedua orang tua mereka tidak mempedulikan Salsa dan Dara. Mereka sudah bahagia dengan keluarga baru masing-masing. Hanya sang nenek yang merawat mereka. "Tante, Dara mohon jangan usir kami," ikut adik Salsa, memohon. "Menyingkir dariku!" pekik sang tante sembari mendorong keduanya. "Orang tua kalian saja tidak peduli pada beban seperti kalian, terus kalian pikir aku akan peduli?!" Bugh! Karena badannya yang kecil, adik Salsa bahkan terjerembab ke lantai. "Akh..." rintihnya kesakitan. "Dek!" Salsa panik dan langsung menghampiri sang adik. Hatinya semakin sakit kala Dara tersenyum padanya. "Tidak apa-apa, Kak Salsa. Dara kuat," ucap bocah 12 tahun itu. Padahal, Salsa melihat dengan jelas pinggiran bibir adiknya itu terluka! Salsa ingin mencoba membujuk tantenya kembali. Setidaknya, beri waktu untuk mereka bersiap. Namun, entah sejak kapan, semua pakaian kakak beradik itu telah dimasukkan ke ransel oleh sang paman. Bugh! “Aku malas basa-basi busuk. Jadi, bawa tas kalian ini dan pergi sekarang juga!” seru pria itu–mengusir Salsa dan Dara. Setelahnya, pintu rumah ditutup dengan keras. Tubuh Salsa lantas gemetar. Ini sudah lewat jam 11 malam. Mau ke mana mereka? Tapi, ia tak punya pilihan selain pergi. Bersama sang adik, Salsa pun terus berjalan tanpa arah dan tujuan. "Kak, kita sebenarnya mau ke mana? Kaki Dara udah pegel banget," keluh Dara pada akhirnya, sambil menjatuhkan diri di sisi jalanan. Tampak jelas, anak kecil itu sangat kelelahan. Salsa lantas tersenyum kecut. Mereka memang sudah berjalan cukup jauh. Namun, semua tempat penginapan sudah tutup. Pun ada yang buka, uang Salsa tak cukup untuk menyewanya. “Tunggu ya, Dek. Kita—” Ucapan Salsa menggantung kala tak sengaja melihat beberapa orang tidur beralaskan kardus di depan kompleks ruko. Meski tampak tak nyaman, mereka tertidur lelap. "Dek, kita tidur di sana dulu. Apakah tidak apa-apa?" tanya Salsa. Adiknya itu tampak terkejut. Namun, tak lama Dara akhirnya pun mengangguk. Jadi, berbantalkan tas dan sambil berpelukan, Dara memaksakan diri untuk tidur bersama orang-orang yang terlebih dahulu di sana. Meninggalkan Salsa yang masih termenung memikirkan rencana di hari esok. Salsa mungkin akan menjual ponsel miliknya lalu mencari kontrakan sepetak? Lalu, mencari pekerjaan untuk melanjutkan hidup dan biaya sekolah Dara setelahnya. Entahlah, Salsa tak tahu. Tak lama, gadis itu pun menyusul sang adik untuk tertidur. Hanya saja, siapa mengira kemalangan terus berlanjut bagi kedua kakak adik tersebut…? Baru beberapa jam tertidur, Salsa terbangun dalam kebingungan. Bugh! Dia merasa tubuhnya tertimpa beban yang berat dan mendengar suara teriakan wanita yang begitu keras. “Ada apa–? "Akh! Kakiku sakit sekali! Kenapa bisa ada orang yang tidur di sini?!" Deg! Salsa sontak memperhatikan sekeliling. Dia masih ada di kompleks ruko. Tapi, tidak ada lagi orang-orang beralaskan kardus di sana, selain Dara dan Salsa…. Dan yang mengerikannya adalah beberapa orang yang tampak seperti … kru pemotretan tampak mengelilingi mereka. "Ya ampun, Nyonya Indri!" panik salah satu dari mereka–menyadarkan Salsa dari lamunan. "Cepat hubungi ambulans!" “Benar! Jangan sampai kita dituntut Tuan Januarta.” Dengan cepat, mereka berkerumun di dekat perempuan yang terjatuh tadi dan membawanya ke rumah sakit! Salsa terdiam. Meski masih tidak tahu siapa wanita yang terjatuh tadi, alarm berbahaya seolah berbunyi di kepalanya. Dia pun memeluk Dara–hendak mengajaknya kabur dari sana. Sayangnya, seseorang dengan tampang seram, tiba-tiba mencegat keduanya. Bahkan, langsung menarik Dara dari pelukan Salsa. "Kak!" pekik Dara, ketakutan. Melihat itu, tubuh Salsa gemetar. Terlebih kala mendengar ucapan salah satu dari mereka. "Anda harus ikut ke rumah sakit bersama kami dan bertanggung jawab pada Nyonya Indri Januarta,” ucapnya, “jadi, adik Anda harus ditinggalkan bersama tim kami terlebih dahulu sebelum masalah ini selesai." Deg!Salsa merasa sedih karena Indri telah memutuskan untuk pergi. Tapi apa yang bisa dia lakukan untuk mencegahnya, meskipun telah berusaha untuk meyakinkan Indri tapi hasilnya tetap sia-sia. *** Kini Salsa telah menjadi istri satu-satunya, pernikahannya pun tak lagi menjadi rahasia, semua orang juga telah mengetahui bahwa Salsa lah istri Raka yang sah. Hingga beberapa bulan kemudian Salsa pun melahirkan seorang anak perempuan, keluarga besar Januartha sangat berbahagia menyambutnya. Salsa juga tidak lagi merasa takut, jelas terlihat semua anggota keluarga suaminya menerima anaknya penuh kehangatan. Salsa melahirkan anaknya secara normal, tapi Raka merasa kasihan terhadap istrinya tersebut karena menyaksikan sendiri bagaimana sebelumnya Salsa menahan sakit sendirian. Andai saja rasa sakit itu bisa dibagi dia mau mengurangi rasa sakitnya. "Terima kasih," ucap Raka sambil menggenggam tangan Salsa dengan sangat erat. Salsa pun tersenyum sebagai jawaban, dia merasa sempurna
"Kak Indri," ucap Salsa sambil berjalan masuk ke kamar Indri. Krang! Piring di tangannya seketika terjatuh dari tangganya, tak menyangka melihat Indri telah berdiri tegak. Dirinya seperti sedang dikejutkan dengan apa yang kini dia lihat. "Salsa," panggil Indri. Saat itu Salsa pun mulai tersadar dari keterkejutannya. Dia tak menyangka jika kini Indri bisa berdiri sendiri. "Salsa, ada apa?" tanya Sinta yang menyusul masuk setelah mendengar suara pecahan. Sinta takut jika saja Salsa yang terpeleset, bagaimana dengan keadaan janinnya? Bahkan Sinta juga sangat mengkhawatirkan keadaan Salsa. Semua pikiran buruknya benar-benar membuatnya panik bukan main. Tapi dia pun dibuat terkejut melihat Indri sudah bisa berdiri. Rasanya tak percaya dengan apa yang telah dia lihat saat ini. Ini seperti tidak mungkin, tapi itulah yang terjadi. "Indri?" Sinta menatap tidak percaya tapi inilah kenyataannya. Matanya membulat sempurna tanpa bisa berkedip sama sekali, sekarang dia men
Salsa pun tersenyum bahagia karena hari ini dirinya telah menjadi seorang sarjana, tidak ada yang menyangka bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan pendidikan. Bahkan dirinya sendiri sekalipun merasa ini adalah sebuah hal yang mengejutkan, siapa sangka ternyata disaat dirinya merasa terjatuh-sejatuh-jatuhnya ternyata ada setitik cahaya yang membawanya sampai di hari ini. Hari dirinya menjadi salah satu dari mereka yang menyelesaikan pendidikan seperti yang diinginkan oleh sang Nenek. Ya, air mata Salsa juga menetes haru seiring mengenang kembali wajah mending sang Nenek yang telah menghadap sang illahi. Semua ini juga tak lepas dari peran penting dalam proses pencapaian pendidikannya. Mendukungnya dalam segala hal, sayang kini Neneknya tak bisa mengucapkan selamat padanya. Padahal Salsa juga ingin mengucapkan selamat juga pada sang Nenek karena perjuangan Neneknya tidak sia-sia. Kini hasilnya dirinya telah seperti ini, bahagia rasanya tak dapat terucap oleh kata-kata.
Salsa langsung mengambil ponselnya dia tidak lagi menggunakan ponsel lamanya, karena kata Raka sudah butut. Lagi pula ponsel seharga 1 m nya juga harus digunakan, sebab dia sudah membayarnya mahal tadi malam. Tentu saja mahal karena dirinya harus bergoyang seperti orang gila, ah sudahlah. Salsa pun tidak lagi bisa berkata-kata. Dan ketika panggilan telepon tersambung dia langsung saja berbicara. "Abang, Salsa mau kasih tahu hal yang penting," ucap Salsa dengan cepat. "Kamu sakit? Mau melahirkan?" tanya Raka panik. Dia takut terjadi sesuatu pada istrinya tersebut. "Kok melahirkan? Hamil juga masih 6 bulan," gerutunya. "Jadi berapa bulan baru bisa melahirkan?" tanya Raka dengan bodohnya. Inilah Raka jika sudah berbicara dengan Salsa otaknya tak akan bisa bekerja dengan baik lagi. "Sembilan bulan, Abang!" kesal Salsa. "Oh iya, lupa," ucap Raka sambil menggaruk kepalanya. Dia sendiri bingung kenapa bisa bodoh seperti ini, tapi sudahlah saat ini dia ingin berbicar
Salsa pun tersenyum sambil melangkahkan kakinya, dia tak dapat menahan kebahagiaan yang tengah dia rasakan. Bahkan tidak menyangka jika hari ini keluarga suaminya begitu menyayangi dirinya. Hingga akhirnya langkah kakinya pun terhenti saat melihat Indri tengah berjemur di halaman. Segera Salsa pun melangkah mendekati Indri.Dia ingin melihat bagaimana keadaan Indri, semoga saja ada kemajuan. "Nyonya Indri, apa kabar?" tanya Salsa. Sebab, kemarin tidak bertemu dengan Indri sama sekali. Rasanya ada banyak hal yang harus dia tanyakan, terutama apakah sudah ada kemajuan.Meskipun sadar Indri tidak bisa menjawab pertanyaannya, tidak apa yang terpenting adalah kesehatan Indri baik. "Sa, aku ke toilet bentar ya," kata Mayang yang bertugas membantu Indri untuk melakukan segala sesuatunya. Termasuk berjemur juga. "Iya, nggak papa aku juga pengen berjemur dulu. Kamu istirahat dulu aja sekalian, nanti kalau ada sesuatu aku panggil kamu ya," jawab Salsa. "Siap, makasih Nyonya
Pagi ini rasanya sangat melelahkan karena malam panjang yang terlalu panas. Namun, meskipun sedemikian Salsa juga harus bangun pagi-pagi karena perutnya terasa lapar. Tentunya setelah dia mandi pagi. "Lho, kamu sudah sarapan pagi?" tanya Sinta ketika melihat Salsa sudah selesai sarapan. Padahal dirinya baru saja bangun dan sarapan pun tengah disiapkan oleh para Art. Sepertinya Salsa membuat sarapannya sendiri dan untuk dirinya sendiri saja agar lebih cepat prosesnya. "Iya, Ma. Maaf ya, Salsa sarapan duluan. Soalnya laper banget," ucap Salsa dengan perasaan tidak enak karena biasanya sarapan pagi bersama. "Tidak masalah, bahkan itu sangat bagus karena cucu Mama butuh nutrisi juga," balas Sinta. Kemudian dia pun segera duduk di samping Salsa Tentu saja karena ingin memegang perut buncit Salsa. "Cucu, Oma," katanya dengan senyuman penuh kebahagiaan. "Ma," panggil Salsa dengan ragu, dia ingin tahu apakah benar Sinta sudah tahu jenis kelamin calon anaknya seperti yan
Dengan terpaksa Salsa pun harus menuruti keinginan Raka. Bukan, mungkin lebih tepatnya dia harus memenuhi janji yang telah dia ucapkan sendiri dengan penuh kesadaran. Jika mungkin waktu bisa diputar kembali maka dia akan menarik ucapannya. Sayangnya itu tidak mungkin. Karena kenyataan kini Raka terus menagih janjinya. Malu rasanya tidak terkira dan tidak dapat terucapkan oleh kata-kata. Lihatlah kini dirinya harus memakai lingerie, warnanya begitu kontras dengan warna kulitnya. Dan membuat Raka semakin bersemangat untuk melihatnya. "Mana goyangannya?" pinta Raka sekaligus menggoda Salsa. Semakin Salsa merasa malu maka semakin membuatnya merasa gemas. "Aku tidak bisa gerak," ucap Salsa memberi alasan. "Benarkah?" tanya Raka lagi. "Hu'um," Salsa pun mengangguk cepat. Berharap Raka memintanya untuk segera menghentikan semua kekonyolan ini. "Coba dulu," ucap Raka. Ah! Batinnya pun mendesah pasrah karena ternyata Raka tidak memintanya untuk menghentikan semu
"Salsa." "Ya, Oma," jawab Salsa. Salsa pun merasa bahagia karena kedatangan Oma Mala cukup membantunya. Artinya dia bisa lolos dari Raka. "Ini Oma bawakan rujak, barusan Oma dan yang lainnya ngerujak," Oma Mala pun tersenyum sambil berjalan ke arah Salsa. "Wah terima kasih, Oma. Melihatnya saja udah ngiler," kata Salsa. Bertempat dengan Raka yang keluar dari kamar mandi, tentunya setelah menyelesaikan mandinya. "Kalau gitu Oma keluar dulu," pamit Oma Mala. "Lho, kok buru-buru?" tanya Salsa dengan panik. Padahal sebelumnya sudah begitu bersemangat karena merasa mendapatkan bantuan. Sayangnya tidak. "Memangnya kenapa?" Oma Mala terlihat bingung dengan pertanyaan Salsa. Salsa pun tersenyum kecut sambil menatap wajah Raka dengan horor. Padahal pria tampan itu hanya diam saja menyaksikan dirinya dan Oma Mala tengah berbicara. Tapi kenapa dia merasa bulu kuduknya berdiri? "Oma, jadikan ngajakin Salsa masak?" tanya Salsa tiba-tiba. Membuat sang Oma pun bingung
Perlahan Salsa pun mulai tersadar dari ingatannya, dia pun mengedarkan pandangannya untuk mencari ponsel yang telah dia jatuhkan. Hingga akhirnya menemukan ponsel tersebut. Kakinya pun kembali melangkah dan tangannya pun bergerak untuk meraih ponsel tersebut. Namun, karena perutnya yang sudah begitu membuncit membuatnya kesulitan untuk berjongkok. Raka yang dari tadi hanya berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan seperti apa reaksi Salsa pun kini mulai melangkah lebih maju. Dengan cepat membantu Salsa untuk mengambil ponsel tersebut. Tapi Salsa yang dibuat sok bukan main, bukan karena takut pada Raka. Namun, ada ingatan yang membuatnya menjadi sulit untuk bernafas sekalipun. Bahkan untuk menerima ponsel yang diberikan Raka padanya pun sulit rasanya untuk menerimanya. "Ambil," kata Raka sambil menggerakkan ponsel di tangannya. Glek! Salsa dibuat meneguk saliva dengan begitu pahitnya, padahal Raka tidak marah, apa lagi suka memukulnya. Namun, tetap sa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments