Share

Bab 5. Bayangkan

"I-iya, Nyonya." Dengan tangan yang bergetar hebat, Salsa pun mulai berjongkok dan meletakkan cangkir di meja.

Gadis itu fokus pada pekerjaanya.

Sayangnya, Indri tampak belum puas.

Entah mengapa, dia tak suka tatapan Salsa pada suaminya tadi.

Jadi, menyembunyikan senyum, wanita itu mendadak mendapatkan ide.

Dilemparkan ular mainan yang biasa dia simpan ke arah Salsa saat Raka fokus dengan pekerjaanya!

Prang!

"Aaaa...!" panik Salsa melemparkan gelas di tangannya yang ternyata terkena Raka.

Tanpa kata, pria itu pun meletakkan tab di tangannya sambil berdiri menepuk-nepuk kemejanya.

Indri sendiri langsung menyembunyikan kembali ular itu.

"Ma-Maaf, Tuan." Salsa pun ketakutan setelah mengetahui bahwa Raka terkena siraman kopi panas karena dirinya.

Namun, pria itu hanya diam dan memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi tanpa melirik ataupun berbicara sama sekali pada Salsa.

Justru, Indri yang memekik kesal. "Bisa kerja nggak? Makanya kalau kerja hati-hati!" ucapnya penuh drama.

Brak!

Setelah dipastikan kamar mandi tertutup rapat barulah kini Indri berdiri di depan Salsa.

"Ingatlah hari ini. Posisimu di mata Raka sudah jelas, kan? Jadi, jangan sampai kau merasa setara denganku, paham?!" ucap Indri dengan senyuman miring.

"PAHAM?!" Indri pun menaikkan nada bicaranya karena Salsa hanya mengangguk.

"Pa-paham, Nyonya," jawab Salsa dengan rasa takut.

"Bagus, bersihkan itu! Dan, setelah itu persiapkan malam ini diri mu!"

Salsa pun mengangguk cepat sebagai jawaban.

Jujur, dia tak mengerti dengan perubahan mendadak istri pertama suaminya ini.

Apakah karena tadi dia sempat bengong memerhatikan keduanya?

Tapi, tak mungkin Salsa menanyakannya....

Oleh karena itu, Salsa memilih mengangguk cepat sambil memegang gelas kotor dan nampan.

"Cepat bersihkan ini!" bentak Indri.

"I-Iya, Nyonya," gegas Salsa pun pergi ke dapur untuk mengambil peralatan yang dibutuhkan untuk membersihkan noda kopi yang tertumpah.

Tak menyadari bahwa Indri tersenyum puas.

"Mainan baru yang menyenangkan," gumamnya.

Dia membayangkan hal-hal apa yang dapat dia lakukan untuk istri kedua suaminya itu.

Hanya saja, Indri mengatur ekspresinya kala Raka telah kembali dengan pakaian bersihnya.

Pria itu duduk kembali di sofa dengan televisi yang menyala.

Tanpa basa-basi, Indri memeluk Raka yang sibuk dengan tab nya karena bekerja dari rumah.

Salsa yang baru kembali dari dapur, hanya bisa membersihkan lantai tanpa berani melihat wajah dua orang itu.

Dalam diam, dia mempercepat pekerjaanya, lalu pergi ke kamar–meninggalkan suami dan istri pertamanya itu di sana.

'Sabar, Salsa. Hanya sampai kamu melahirkan anak laki-laki untuk mereka,' ucapnya menenangkan diri.

Entah mengapa, hatinya berdenyut nyeri?

Mengapa dia harus diperlakukan seperti ini?

***

"Sayang, malam ini kamu akan melakukannya, kan?"

Tak terasa, malam pun semakin larut.

Namun, Raka masih sibuk dengan pekerjaannya.

Kemarin sih dia senang-senang saja kalau Raka gagal menyentuh Salsa.

Tandanya, pria itu masih di genggamannya dan tak mudah pergi.

Tapi, tidak dengan sekarang!

Indri ingin Raka segera pergi menuju kamar pembantu untuk menemui Salsa dan menyentuhnya.

Sudah banyak uang yang dikeluarkan untuk istri kedua suaminya yang jelek itu, masa dia tak mendapat apa yang diinginkan?

Anak laki-laki dari rahim Salsa yang akan membuat posisinya aman sebagai Nyonya Januartha dan membuat orang-orang hormat padanya sekalipun rahasia-rahasia miliknya terbongkar!

"Em," deham Raka tiba-tiba.

Pria itu mendadak meletakkan tab di tangannya pada meja nakas.

Hanya saja, Raka tampak berkeinginan menindih tubuh Indri.

"Tunggu! Bukan dengan aku," tolak Indri sambil bergerak turun dari ranjang menghindar.

Senyum di bibir Raka seketika menghilang karena kini dia tahu maksud Indri apa.

"Ck!" decaknya kesal.

Pria itu bahkan mengambil ponselnya dan memeriksa email kantornya untuk bekerja kembali.

Tampak sekali, Raka tidak bersemangat.

Grab!

Melihat itu, Indri pun gegas merebut ponsel Raka dan meletakkan pada meja.

"Sayang, ayolah demi aku!" mohon wanita itu penuh harap.

"Indri, aku tidak bisa," tolak Raka.

"Ayolah, Raka kamu mencintai aku kan? Bayangkan saja jika kamu menyentuh aku, aku mohon."

Bugh!

Raka pun ditarik paksa untuk segera bangkit dari duduknya.

Kemudian didorong oleh Indri sampai di depan pintu kamar.

"Mari kita berharap semoga Salsa langsung hamil, jadi tidak akan lagi kamu melakukannya, Sayang," terang Indri pada Raka yang masih bergeming.

Hanya saja, istri pertama Raka itu tak kehilangan akal.

Kali ini, dia memasang wajah sedih.

"Raka, aku tau kamu hanya mencintaiku," ucapnya, meneteskan air mata buaya. "Tapi, tolong lakukan demi aku. Berjanjilah ini demi mempertahankan hubungan kita."

Cinta?

Benarkah Raka mencintai Indri?

Atau Indri yang merasa terlalu percaya diri?

Apa mungkin ada hal lain yang sebenarnya membuat Raka menikahi Indri?

Entahlah, yang jelas Indri adalah pengendali semuanya.

Ya, dan semakin cepat Salsa hamil anak Raka, artinya semakin mudah Indri untuk bisa mendapatkan tujuannya.

Syukur-syukur cukup satu kali sentuh, wanita itu langsung hamil, kan?

Sementara itu, Raka tampak menghela napas.

Jelas sekali, dia benar-benar tidak berminat untuk menyentuh Salsa.

Tapi, keinginan Indri yang begitu kuat membuatnya pun dengan terpaksa harus menemui Salsa.

“Baiklah,” ucapnya singkat, lalu beranjak dari tempatnya.

Sayangnya, Raka tak menyadari bahwa raut sedih Indri yang membuatnya iba kini sudah hilang.

Berganti dengan wajah puas ... karena semua di bawah kendalinya!

Bahkan, seorang Raka Januartha yang dielukan dan ditakuti para pengusaha dan politikus ibu kota!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status