"I-iya, Nyonya." Dengan tangan yang bergetar hebat, Salsa pun mulai berjongkok dan meletakkan cangkir di meja.
Gadis itu fokus pada pekerjaanya. Sayangnya, Indri tampak belum puas. Entah mengapa, dia tak suka tatapan Salsa pada suaminya tadi. Jadi, menyembunyikan senyum, wanita itu mendadak mendapatkan ide. Dilemparkan ular mainan yang biasa dia simpan ke arah Salsa saat Raka fokus dengan pekerjaanya! Prang! "Aaaa...!" panik Salsa melemparkan gelas di tangannya yang ternyata terkena Raka. Tanpa kata, pria itu pun meletakkan tab di tangannya sambil berdiri menepuk-nepuk kemejanya. Indri sendiri langsung menyembunyikan kembali ular itu. "Ma-Maaf, Tuan." Salsa pun ketakutan setelah mengetahui bahwa Raka terkena siraman kopi panas karena dirinya. Namun, pria itu hanya diam dan memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi tanpa melirik ataupun berbicara sama sekali pada Salsa. Justru, Indri yang memekik kesal. "Bisa kerja nggak? Makanya kalau kerja hati-hati!" ucapnya penuh drama. Brak! Setelah dipastikan kamar mandi tertutup rapat barulah kini Indri berdiri di depan Salsa. "Ingatlah hari ini. Posisimu di mata Raka sudah jelas, kan? Jadi, jangan sampai kau merasa setara denganku, paham?!" ucap Indri dengan senyuman miring. "PAHAM?!" Indri pun menaikkan nada bicaranya karena Salsa hanya mengangguk. "Pa-paham, Nyonya," jawab Salsa dengan rasa takut. "Bagus, bersihkan itu! Dan, setelah itu persiapkan malam ini diri mu!" Salsa pun mengangguk cepat sebagai jawaban. Jujur, dia tak mengerti dengan perubahan mendadak istri pertama suaminya ini. Apakah karena tadi dia sempat bengong memerhatikan keduanya? Tapi, tak mungkin Salsa menanyakannya.... Oleh karena itu, Salsa memilih mengangguk cepat sambil memegang gelas kotor dan nampan. "Cepat bersihkan ini!" bentak Indri. "I-Iya, Nyonya," gegas Salsa pun pergi ke dapur untuk mengambil peralatan yang dibutuhkan untuk membersihkan noda kopi yang tertumpah. Tak menyadari bahwa Indri tersenyum puas. "Mainan baru yang menyenangkan," gumamnya. Dia membayangkan hal-hal apa yang dapat dia lakukan untuk istri kedua suaminya itu. Hanya saja, Indri mengatur ekspresinya kala Raka telah kembali dengan pakaian bersihnya. Pria itu duduk kembali di sofa dengan televisi yang menyala. Tanpa basa-basi, Indri memeluk Raka yang sibuk dengan tab nya karena bekerja dari rumah. Salsa yang baru kembali dari dapur, hanya bisa membersihkan lantai tanpa berani melihat wajah dua orang itu. Dalam diam, dia mempercepat pekerjaanya, lalu pergi ke kamar–meninggalkan suami dan istri pertamanya itu di sana. 'Sabar, Salsa. Hanya sampai kamu melahirkan anak laki-laki untuk mereka,' ucapnya menenangkan diri. Entah mengapa, hatinya berdenyut nyeri? Mengapa dia harus diperlakukan seperti ini? *** "Sayang, malam ini kamu akan melakukannya, kan?" Tak terasa, malam pun semakin larut. Namun, Raka masih sibuk dengan pekerjaannya. Kemarin sih dia senang-senang saja kalau Raka gagal menyentuh Salsa. Tandanya, pria itu masih di genggamannya dan tak mudah pergi. Tapi, tidak dengan sekarang! Indri ingin Raka segera pergi menuju kamar pembantu untuk menemui Salsa dan menyentuhnya. Sudah banyak uang yang dikeluarkan untuk istri kedua suaminya yang jelek itu, masa dia tak mendapat apa yang diinginkan? Anak laki-laki dari rahim Salsa yang akan membuat posisinya aman sebagai Nyonya Januartha dan membuat orang-orang hormat padanya sekalipun rahasia-rahasia miliknya terbongkar! "Em," deham Raka tiba-tiba. Pria itu mendadak meletakkan tab di tangannya pada meja nakas. Hanya saja, Raka tampak berkeinginan menindih tubuh Indri. "Tunggu! Bukan dengan aku," tolak Indri sambil bergerak turun dari ranjang menghindar. Senyum di bibir Raka seketika menghilang karena kini dia tahu maksud Indri apa. "Ck!" decaknya kesal. Pria itu bahkan mengambil ponselnya dan memeriksa email kantornya untuk bekerja kembali. Tampak sekali, Raka tidak bersemangat. Grab! Melihat itu, Indri pun gegas merebut ponsel Raka dan meletakkan pada meja. "Sayang, ayolah demi aku!" mohon wanita itu penuh harap. "Indri, aku tidak bisa," tolak Raka. "Ayolah, Raka kamu mencintai aku kan? Bayangkan saja jika kamu menyentuh aku, aku mohon." Bugh! Raka pun ditarik paksa untuk segera bangkit dari duduknya. Kemudian didorong oleh Indri sampai di depan pintu kamar. "Mari kita berharap semoga Salsa langsung hamil, jadi tidak akan lagi kamu melakukannya, Sayang," terang Indri pada Raka yang masih bergeming. Hanya saja, istri pertama Raka itu tak kehilangan akal. Kali ini, dia memasang wajah sedih. "Raka, aku tau kamu hanya mencintaiku," ucapnya, meneteskan air mata buaya. "Tapi, tolong lakukan demi aku. Berjanjilah ini demi mempertahankan hubungan kita." Cinta? Benarkah Raka mencintai Indri? Atau Indri yang merasa terlalu percaya diri? Apa mungkin ada hal lain yang sebenarnya membuat Raka menikahi Indri? Entahlah, yang jelas Indri adalah pengendali semuanya. Ya, dan semakin cepat Salsa hamil anak Raka, artinya semakin mudah Indri untuk bisa mendapatkan tujuannya. Syukur-syukur cukup satu kali sentuh, wanita itu langsung hamil, kan? Sementara itu, Raka tampak menghela napas. Jelas sekali, dia benar-benar tidak berminat untuk menyentuh Salsa. Tapi, keinginan Indri yang begitu kuat membuatnya pun dengan terpaksa harus menemui Salsa. “Baiklah,” ucapnya singkat, lalu beranjak dari tempatnya. Sayangnya, Raka tak menyadari bahwa raut sedih Indri yang membuatnya iba kini sudah hilang. Berganti dengan wajah puas ... karena semua di bawah kendalinya! Bahkan, seorang Raka Januartha yang dielukan dan ditakuti para pengusaha dan politikus ibu kota!Di sisi lain, Salsa tidak menyadari itu semua.Gadis itu terbiasa minum sebelum tidur. Jadi, dia tengah ke luar dari kamar untuk mengambil mineral di dapur saat menemukan Raka tiba-tiba di depan pintunya.Seharusnya seorang istri tersenyum bahagia menyambut kedatangan suaminya, tapi tidak untuk Salsa.Wajah Salsa justru memucat. Langkah kaki yang seharusnya maju kini justru bergerak mundur. Rasa haus berubah menjadi rasa takut melihat wajah dingin Raka. Dalam hatinya, bertanya-tanya: apakah pria ini yang menikah dengan dirinya? Kenapa wajahnya begitu dingin? "Tuan, sedang apa di sini?" tanya Salsa dengan suara bergetar menahan rasa takut.Pertanyaan bodoh.Saking paniknya, Salsa tidak menyadari pertanyaannya barusan terdengar begitu konyol. Sayangnya, Raka tidak menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa kata, pria tampan itu terus melangkah mendekati Salsa.Hanya satu yang di pikiran Raka saat ini.Memenuhi keinginan Indri agar bisa segera mengakhiri pernikahan dengan istri keduanya
Salsa pun memilih untuk memeluk adiknya, itulah cara untuk membuat dirinya kuat menahan beban yang tersimpan dalam hatinya. "Kakak kerja.""Tapi, Kakak nggak kerja jual diri kan?" tanya Dara sungguh-sungguh.. Deg! Namun, pertanyaan Dara berikutnya seakan mengguncangkan dunia Salsa. Untuk sejenak, dunia Salsa seakan berhenti berputar. "Kak?" Dara pun mengguncang tubuh Salsa, karena mendadak mematung setelah pertanyaannya. "Kamu ini bicara apa?!" Salsa pun menetralkan dirinya, bahkan raut wajahnya tampak marah akan pertanyaan adiknya. "Maaf," Dara pun merasa menyesal atas pertanyaannya, "soalnya temen Dara ada yang kerja jual diri, malam-malam nggak pulang, pulangnya pagi, seperti, Kakak. Jadi, Dara curiga."Ucapan Dara membuat Salsa merasa seperti tengah berada di tengah himpitan dinding. Salsa menahan sesak di dada, 'Kakak bukan hanya sekedar menjual diri, tapi juga menjual rahim,' batin Salsa perih. "Tapi nggak mungkin ya kan, Kak?" kini Dara pun tersenyum dan me
Jantung Salsa berdegup kencang. Napasnya seakan memburu dengan tubuhnya gemetar.Tanpa sadar, Salsa melangkah lebih cepat, agar tidak terlalu lama melihat wajah Raka yang mengerikan itu. Namun...Bruk!Saking ketakutan, Salsa hilang fokus dan justru menabrak Indri yang berjalan dari arah berlawanan! "Ma-Maaf, Nyonya," ucap Salsa dengan gemetaran. Mata Indri menatap Salsa dengan begitu tajam, bahkan rasanya siap untuk mencekik leher madunya itu. Saat itu, Salsa pun berinisiatif untuk menolongnya dengan mengulurkan tangannya. Tentu saja, Indri tidak sudi menerima uluran tangan Salsa. Tangan Salsa baginya sangat menjijikkan. "Jijik banget, " gerutu Indri, kemudian melihat Raka yang kini berdiri tak jauh di belakang tubuh Salsa. Salsa memang masih ketakutan akan Raka, tapi dia tak tau jika saat ini Raka sudah selesai menuruni anak tangga. Tapi saat Indri memanggil Raka membuat Salsa pun segera pergi dari sana dengan berlari. "Raka, tolongin," pinta Indri dengan suara
Raka tidak dapat terlelap, pikirannya masih tertuju pada Salsa. Istri keduanya itu ternyata bukan seperti yang dia duga. Raka awalnya menganggap Salsa pastilah berasal dari dunia malam, sehingga wanita itu rela menjual dirinya demi uang.Pewaris klan Januartha itu merasa jijik.Dia mencoba mengundur waktu menyentuh Salsa. Bahkan, Raka ingin mengakhiri malam itu dengan menanam benihnya secepatnya.Sampai dia sadar Salsa bahkan masih perawan saat malam pertama dia menyentuhnya.Isak tangis yang ditahannya malam itu, terdengar begitu menyedihkan.Seolah, Salsa benar-benar tidak dapat memilih untuk menolak menjadi istri keduanya.....Puncaknya, saat berpapasan dan Salsa tampak ketakutan.Mungkin juga trauma?Jika demikian, Raka jadi bertanya-tanya, apa yang membuat Salsa sampai rela menjadi seorang wanita yang mau melahirkan anak untuknya dan Indri?"Eunghhh..."Mendengar gumaman Indri, Raka sontak menoleh.Ternyata, istrinya itu hanya meracau sebentar, sebelum kembali tertidur begitu
Di ruangan CEO, Raka tampak fokus membaca biodata lengkap Salsa, istri keduanya yang disembunyikan. Sesuai dengan perintahnya, asistennya pun mendapatkan data lengkap tentang Salsa. Awalnya Raka tidak perduli dari mana Salsa berasal dan apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, pikiran yang awalnya sempat menebak jika Salsa adalah wanita yang rela menjual dirinya demi uang kini mulai terpatahkan. Sebab, semua itu ternyata tidak benar. Kenyataannya Salsa memiliki seorang adik yang harus dia besarkan, serta tuntutan Indri yang begitu menyudutkan Salsa. Raka menebak jika Salsa tidak bisa keluar dari tuntutan Indri, dan juga mempertimbangkan apa yang akan dia dapatkan jika menyetujui kerja sama mereka. Justru disini yang paling diuntungkan adalah dirinya dan Indri, karena Salsa harus melahirkan anak laki-laki untuknya kemudian pergi. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa merelakan anaknya untuk wanita lain nantinya, tentunya ini bukan suatu keputusan yang mudah. Raka juga mulai
"Maksudnya, Sudah menerima sebagian bayarannya?" Raka pun memperjelas maksud Salsa. Dijawab anggukan kepala oleh Salsa, karena memang masih ada bayaran sampai akhirnya kontrak kerja sama mereka selesai. Lama Raka melihat wajah Salsa yang tampak begitu gelisah. Mungkin karena terlalu takut padanya. Raka sadar atas ucapannya sebelumnya, hingga dia pun merasa kasihan pada Salsa. "Apa kau tidak ingin menyelesaikan skripsi mu?" tanya Raka tiba-tiba. Salsa pun terkejut mendengar pertanyaan Raka, merasa tidak pernah bercerita tentang hal pribadi terutama kuliahnya. Bahkan, pada Indri sekalipun.Semua berjalan begitu cepat hingga akhirnya telah menjadi istri kedua dari pria di hadapannya ini. Lantas Raka tau dari mana? Sungguh menimbulkan pertanyaan besar dibenaknya. Namun, tanpa berani mengutarakan pertanyaannya. Padahal Raka bisa saja mengetahui apapun yang dia inginkan dengan kekuasaan yang dimiliki. Sayangnya Salsa tak tahu siapa sebenarnya pria yang kini dinikahinya
Saat Salsa sedang sibuk dengan pekerjaannya yaitu mencuci piring tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Salsa pun sejenak menghentikan aktivitasnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak asal di atas meja. Dia menerima pesan tapi dari nomor yang tidak dikenal. Salsa pun segera membukanya dan membaca isi pesannya. [Tolong antarkan kopi] Salsa pun mencoba untuk melihat wajah yang ada di profil aplikasi hijau tersebut. Ternyata itu adalah wajah Raka yang begitu tampan. Membuat Salsa pun semakin melihat dengan jelas agar tak salah dalam melihat orang. Saat itu untuk sejenak Salsa terdiam mematung memandangi wajah tampa Raka, pria itu tampak mengenakan kemeja berwarna putih dengan alis tebal, hidung mancung dan rahang tegas. "Salsa," panggil Bik Iyem. Seketika membuat Salsa pun terkejut bukan main. "Ya ampun, kamu sampai kaget begitu, maaf," ujar Bik Iyem merasa bersalah. Sedangkan Salsa menelan ludah dengan susah payah karena barusan dikejutkan dengan pesan dari Raka
Mata Salsa terbelalak melihat pintu yang tertutup rapat. Dengan refleks dia pun melihat Raka. Tampan benar tampan, tapi juga sangat menyeramkan di mata Salsa. Membuat peluhnya pun mulai bercucuran menahan rasa takut yang terlintas di benaknya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Salsa bertanya-tanya dalam benaknya. "Apakah saya terlalu menakutkan?" tanya Raka tiba-tiba. Raka bertanya demikian karena ketakutan Salsa begitu berlebihan saat melihat wajahnya. Bukankah sudah bertemu siang tadi di rumah Salsa dan seharusnya tidak perlu lagi takut begini bukan? Membuat Raka penasaran dengan wajahnya seperti apa di mata Salsa. "Jawab!" kata Raka lagi dengan suara beratnya. Salsa meneguk saliva mendengar pertanyaan Raka. Dia bingung harus menjawab apa. Mengatakan iya atau tidak? Apa konsekuensinya nanti setelah menjawab? Apakah pria ini kasar? Suka main tangan? Salsa takut dengan segala pikirannya yang benar-benar sangat menyiksanya. "Hey, kenapa hanya diam