Share

Bab 8. Takut

Jantung Salsa berdegup kencang.

Napasnya seakan memburu dengan tubuhnya gemetar.

Tanpa sadar, Salsa melangkah lebih cepat, agar tidak terlalu lama melihat wajah Raka yang mengerikan itu.

Namun...

Bruk!

Saking ketakutan, Salsa hilang fokus dan justru menabrak Indri yang berjalan dari arah berlawanan!

"Ma-Maaf, Nyonya," ucap Salsa dengan gemetaran.

Mata Indri menatap Salsa dengan begitu tajam, bahkan rasanya siap untuk mencekik leher madunya itu.

Saat itu, Salsa pun berinisiatif untuk menolongnya dengan mengulurkan tangannya.

Tentu saja, Indri tidak sudi menerima uluran tangan Salsa.

Tangan Salsa baginya sangat menjijikkan.

"Jijik banget, " gerutu Indri, kemudian melihat Raka yang kini berdiri tak jauh di belakang tubuh Salsa.

Salsa memang masih ketakutan akan Raka, tapi dia tak tau jika saat ini Raka sudah selesai menuruni anak tangga.

Tapi saat Indri memanggil Raka membuat Salsa pun segera pergi dari sana dengan berlari.

"Raka, tolongin," pinta Indri dengan suara manjanya.

Raka pun segera menolongnya, sedangkan Salsa sudah pergi dengan segera saat itu.

"Dia itu agak aneh, ngeselin lagi!" Indri pun mengadu pada suaminya.

Kesal rasanya saat terjatuh akibat kecerobohan Salsa.

"Sudahlah," ucap Raka. Pria itu langsung pergi karena tak ingin memperpanjang masalah.

"Sayang, tunggu, kamu mau ke mana?" tanya Indri dengan manja.

Hingga akhirnya Indri melihat Raka duduk di ruang keluarga dengan televisi yang menyala.

Indri juga ikut duduk di samping Raka.

Sayangnya, wanita itu tak tahu bahwa pikiran Raka tertuju pada Salsa.

Dirinya merasa bersalah atas apa yang terjadi semalam.

Dia tak menyangka Salsa masih perawan.

Parahnya, Raka justru melakukannya secepat yang ia bisa dan membuat Salsa ketakutan padanya.

Lebih dari sebelumnya....

"Salsa!"

Teriakan Indri membuat Raka sontak menoleh pada sang istri.

Dia bingung kenapa Indri berteriak?

Hingga akhirnya Salsa pun terpaksa muncul karena kembali mendengar namanya dipanggil.

Gadis itu tampak menunduk dengan kedua tangannya yang saling meremas.

Salsa menebak jika Indri akan menghukumnya karena kecerobohannya sebelumnya.

Hanya saja, dia tak menyangka jika harus melihat wajah Raka kembali.

"Kamu ya, bukannya minta maaf malah kabur gitu aja! Kamu pikir kamu siapa?!" geram Indri yang belum bisa memaafkan Salsa setelah apa yang terjadi barusan.

"Ma-Maaf, Nyonya," kata Salsa lagi.

"Maaf, maaf! Buatkan jus jeruk untuk aku dan suamiku!" titah Indri.

Tidak ada yang boleh lepas begitu saja tanpa hukuman jika berbuat salah padanya, begitu pun juga dengan Salsa.

"I-iya Nyonya," jawab Salsa.

"Sekarang, bodoh!"

"I-iya, Nyonya."

Dengan cepat, Salsa pun menuju dapur kemudian membuatkan pesanan sang nyonya sekaligus Kakak madunya itu.

Menegangkan!

Salsa pun perlahan meletakkan pada meja, sebisa mungkin tidak melihat wajah Raka yang terus menatapnya.

"Heh, kamu nggak ngasih racun, kan?" tanya Indri.

Cepat-cepat Salsa pun menggelengkan kepalanya karena tuduhan Indri yang mengejutkan.

Salsa tidak mudah menaruh benci pada orang lain.

Sangat tidak mungkin melakukan hal keji itu.

Indri tampak mengangguk. "Kalau gitu, pergi sana!" usirnya.

Salsa mengangguk dan Indri mulai menikmati jusnya.

Hanya saja, saat dia hendak melihat Raka yang duduk di sampingnya, suaminya itu tidak ada.

"Sayang, kamu ke mana?" Indri pun mencari di sekitarnya.

Karena tak ada jawaban, Indri akhirnya mengendikan bahu.

Dia pun memilih untuk bersantai sambil menikmati jus jeruk buatan Salsa tanpa menyadari Raka ternyata sudah menyusul madunya itu!

***

"Salsa."

Salsa yang hendak meletakkan napan di tangannya pada wastafel dengan pelan pun gagal, justru napan itu terjatuh.

Dia pun mulai melihat jelas wajah Raka. "Tu-Tuan?"

Raka bisa melihat sendiri seperti apa ketakutannya Salsa padanya.

Tapi, sungguh Raka tak bermaksud untuk membuat Salsa ketakutan seperti ini.

"Untuk yang semalam --" Baru saja Raka ingin berbicara, tetapi Salsa yang sudah terlanjur ketakutan pun segera memotong.

"Maaf, Tuan saya sedang datang bulan, baru pagi tadi," kata Salsa dengan suara yang sangat cepat.

Salsa takut jika saja Raka ingin mengulangi lagi 

Hal itu membuat Raka pun terdiam karena bingung mendengar ucapan Salsa.

Sedangkan Salsa yang mulai menyadari apa yang dia ucapkan mulai menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Tunggu, datang bulan?

Artinya Raka akan kembali mengulanginya jika saja dia selesai datang bulan?

Ya ampun, Salsa!

"Saya permisi, Tuan." Dengan cepat, Salsa pun pergi dari hadapan Raka.

Takut, kelepasan berbicara lagi.

Jangan sampai, malam ini Raka malah mendatanginya lagi.

Meskipun ... Salsa juga tak yakin setelah mendengar ucapan Raka yang sebenarnya sangat tidak ingin menyentuhnya.

Di sisi lain,  Raka hanya diam sambil melihat punggung Salsa yang kini tampak semakin menjauh dari matanya.

Dipijat keningnya, pelan.

Frustasi?

Entahlah, Raka tak tahu.

Yang jelas, ada perasaan tak nyaman melihat Salsa ketakutan padanya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status