Kita Beli Kesombongan Mertuamu, Nduk!

Kita Beli Kesombongan Mertuamu, Nduk!

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-02
Oleh:  Hana Makaira  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 Peringkat. 13 Ulasan-ulasan
101Bab
134.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mereka pikir aku ini anak petani miskin. Tapi, mereka tidak tahu, harta yang disembunyikan ayahku mungkin bisa dipakai untuk membeli harga diri mereka.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Kita Beli Kesombongan Mertuamu

KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! ❣ "Mas, tahun ini kita mudik ke rumah ibuku, ya." "Nggak! Kita mudik tempat ibuku!" tolak Bang Arman. "Lho, kita tiap tahun selalu mudik tempat ibumu. Masa sekali pun kita nggak pernah mudik ke rumah ibuku." "Turuti saja perintah suami. Jangan bantah!" Bang Arman membanting sendok ke atas piringnya. "Lho, Bang, kamu mau ke mana? Makan malamnya kok nggak dihabiskan, sih?" "Mending aku pergi. Bikin selera makan hilang saja kamu!" Aku hanya bisa menatap diam punggung Bang Arman yang menghilang di balik pintu, yang juga ditutup dengan dibanting. Sambil menghela napas, kuelus dada yang terasa perih. Seakan ada duri tajam yang menghujam di sana. Selama lima tahun menikah, tak sekali pun Bang Arman bersedia diajak mudik ke kampung Bapak dan Ibu. Sekali dua kali, aku masih bisa paham. Tapi, ini sudah menginjak tahun keenam, Bang Arman tetap saja menolak. ***H_M*** Seperti biasa, seminggu sebelum lebaran, Bang Arman sudah libur bekerja. Kemud

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Hana Makaira
cakep banget. sukaaa
2024-09-01 00:23:14
0
default avatar
zerronahlia ivollah
bagus banget ceritanya
2024-05-31 08:47:42
0
user avatar
Andry Ansyah
bagus sekali kak, saya sangat suka, hanya sayang saya tidak punya cukup uang untuk melanjutkan
2024-04-04 05:03:34
2
default avatar
mobile legend
niceeee lahhhhhh
2024-04-01 21:15:42
0
user avatar
Koko Pratomo
nice story........
2024-03-28 07:25:45
0
user avatar
Ameera Zahra Alfathunissa
bagussss ceritanya..
2024-02-16 14:55:51
0
user avatar
Dewi Masula
ceritanya sangat bagus dan menarik
2024-02-07 21:55:07
1
user avatar
sandal pink
cerita yang sangat bagus & menarik. selalu nya jalan cerita tentang ibu mertua yang zalim. tapi cerita mbak fokus pada ibu mertua yang sangat baik. saya jadi terinspirasi untuk jadi ibu mertua yang baik juga pada menantu saya suatu hari nanti. -salam dari Malaysia ...️-
2024-01-26 10:01:31
2
user avatar
Nila
baca cerita ku juga dong
2023-06-21 13:25:59
1
user avatar
Hana Makaira
yuk dibaca guyss
2022-12-20 10:13:16
0
user avatar
Kemal Insany
lumayan bagus
2022-12-18 03:55:31
3
user avatar
Aisyah J. Yanty
makasih bundaa
2022-12-13 19:07:30
0
user avatar
Asra Rifal
top deh Mak..i love you
2022-10-31 10:30:39
2
101 Bab

Kita Beli Kesombongan Mertuamu

KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! ❣ "Mas, tahun ini kita mudik ke rumah ibuku, ya." "Nggak! Kita mudik tempat ibuku!" tolak Bang Arman. "Lho, kita tiap tahun selalu mudik tempat ibumu. Masa sekali pun kita nggak pernah mudik ke rumah ibuku." "Turuti saja perintah suami. Jangan bantah!" Bang Arman membanting sendok ke atas piringnya. "Lho, Bang, kamu mau ke mana? Makan malamnya kok nggak dihabiskan, sih?" "Mending aku pergi. Bikin selera makan hilang saja kamu!" Aku hanya bisa menatap diam punggung Bang Arman yang menghilang di balik pintu, yang juga ditutup dengan dibanting. Sambil menghela napas, kuelus dada yang terasa perih. Seakan ada duri tajam yang menghujam di sana. Selama lima tahun menikah, tak sekali pun Bang Arman bersedia diajak mudik ke kampung Bapak dan Ibu. Sekali dua kali, aku masih bisa paham. Tapi, ini sudah menginjak tahun keenam, Bang Arman tetap saja menolak. ***H_M*** Seperti biasa, seminggu sebelum lebaran, Bang Arman sudah libur bekerja. Kemud
Baca selengkapnya

Bab 2

Part : 2❣"Dek!""Sudah lah, Arman," senggak Ibu. "Jangan tahan dia! Ibu jamin, dia akan kembali sama kamu. Memangnya bapaknya sanggup membiayai hidup dia dan anaknya. Orang miskin saja belagu!"Kuusap dada sambil meneruskan langkah dengan menuntun Indah. Gadis kecil itu menatap dalam. Kupalingkan pandangan pura-pura tak melihatnya. Air mata ini sudah akan jatuh luruh sebentar lagi. Hanya saja masih berusaha ditahan. Mereka tidak boleh mengira diri ini lemah."Bunda ...."Aku mengerjap. Duh, air mata sia-lan ini justru jatuh di saat tidak tepat."Ya, Sayang." Aku mendongak menatap langit yang sedikit mendung."Bunda menangis?" tanyanya polos. Di usia empat tahun, Indah sudah bicara dengan lancar, kecuali ketika huruf "R" di tengah kalimat, baru ia kesulitan."Ah, nggak. Siapa bilang?" Cepat kuusap air mata yang jatuh."Bunda jangan bohong sama aku. Bunda nangis kan?"Kuhela napas panjang. Gadis kecil itu sedikit kesulitan hendak naik ke bangku halte."Sini bunda bantu, Sayang." Kugen
Baca selengkapnya

Bab : 3

Part : 3 Happy reading. ❣ ❣ POV AUTHOR "Dek!" "Sudah lah, Arman," senggak Bu Rahma. "Jangan tahan dia! Ibu jamin, dia akan kembali sama kamu. Memangnya bapaknya sanggup membiayai hidup dia dan anaknya. Orang miskin saja belagu!" Arman kembali terduduk di kursinya. Sebenarnya ia ingin sekali mengejar Nia. Tapi, larangan ibunya membuat ia harus mengurungkan niat. "Kamu itu laki-laki, Man. Jangan sampai kamu menjatuhkan harga dirimu demi wanita kampung itu," tegas Bu Rahma. "Tapi, Nia itu istriku, Bu. Aku masih mencintainya." Arman bersikeras. "Halah, per-setan dengan cinta. Kamu bisa mendapatkan seribu wanita yang lebih cantik dan lebih sepantaran dengan kita." "Iya, benar yang dikatakan Ibu, Man. Kamu ini jangan terlalu mengemis cinta sama wanita ndeso seperti itu. Nanti akan kakak kenalkan kamu sama wanita modis dan yang jelas kelasnya sama dengan kita," timpal Ima--kakak tertua Arman. Arman hanya tertunduk. Ia memang tidak bisa membantah apa yang dikatakan ibu dan kakaknya
Baca selengkapnya

Bab : 4

KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! Part : 4❣ ❣"Bagaimana, Nia? Cepat putuskan sekarang juga! Aku nggak punya waktu banyak!" tekan Bang Arman.Aku terdiam. Tak kupungkiri rasa cinta tentu masih ada. Pernikahan lima tahun rasanya bukan waktu yang sebentar. Tapi, jika mengingat apa yang sudah mereka lakukan, hinaan demi hinaan yang terus dilontarkan tak hanya padaku tapi juga pada Bapak dan Ibu, rasanya tak mungkin dapat termaafkan. Apalagi ketika Bapak dan Ibu ingin menemui, selalu saja dihalang-halangi. Padahal jarak Jakarta-Bandung tidak lah terlalu jauh. Sampai-sampai mereka kapok dan tidak mau mendatangiku lagi, sampai Indah sebesar sekarang."Nia! Kamu dengar nggak sih?" bentak Bang Arman menyadarkanku."Ya, aku dengar." "Cepat jawab! Lama amat sih tinggal jawab doang."Kutarik napas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatan untuk menjawab yang sejujurnya."Aku nggak akan kembali sama kamu. Apalagi ke rumah ibumu," jawabku tegas. "Mak-maksud kamu?""Apa ucapanku kurang jelas? Aku
Baca selengkapnya

Bab : 5

KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! Pesawat mendarat dengan sukses di bandara baru Yogyakarta International Airport. Kota Jogja ini adalah kota asal di mana aku dilahirkan. Setelah berusia tujuh tahun, aku diboyong pindah ke Bandung, karena Bapak membeli sawah dan perkebunan teh di sana. Kemudian Bapak membeli perkebunan sawit di Jambi. Setelah maju dan memiliki banyak pekerja, Bapak hanya sesekali saja ke sana, sekedar untuk memeriksa kemajuannya.Tapi, Bapak dan Ibu sosok yang sangat sederhana. Tak ada yang mengira kalau Bapak adalah juragan sawit, padi dan teh. Karena penampilan yang tetap "ngampung", ikut turun ke sawah bahkan ikut juga memetik teh."Ayo, Nduk. Taksi kita sudah datang," ajak Bapak."Baik, Pak," sahutku. Kubantu Bapak dan Ibu untuk menaikkan tas dan koper ke bagasi mobil. Kemudian, mobil meluncur membelah jalan kota pelajar tersebut.Sesampai di sebuah rumah yang ber-desain etnik jawa kental, kami disambut oleh seorang pria yang menggunakan blangkon di kepalany
Baca selengkapnya

Bab : 6

KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! Part : 6Aku sudah berteriak minta tolong, Bang Arman tetap saja tak peduli. Ia berusaha menarik tanganku masuk ke rumah.Tiba-tiba, byuuurrr ... Seember air tumpah membasahi tubuh Bang Arman."Aaarrrgggh ... Siapa yang menyiramku?" pekik Bang Arman geram."Saya! Kenapa, kamu mau marah sama saya?" sahut Bapak. Seketika Bang Arman terdiam. "Tapi, kenapa aku disiram, Pak?" "Masih untung kamu saya siram air biasa, bukan air comberan. Kenapa kamu memaksa anak saya, huh? Memangnya kamu siapa?""Saya suaminya. Saya yang lebih berhak atas Nia.""Lelaki seperti kamu itu nggak pantas disebut suami. Lepaskan anak saya! Atau saya teriakin kamu maling!" ancam Bapak.Perlahan cengkeraman di tanganku mengendur. Kuusap-usap bekas cengkeraman Bang Arman tadi. Masih terasa panas dan perih."Ngapain kamu di sini? Dan dari mana kamu tahu kalau kami di Jogja?" tanya Bapak ketus."Kemarin aku ke Lembang. Tapi kalian nggak ada. Aku nanya ke tetangga. Katanya kalian
Baca selengkapnya

Bab : 7

KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! Part : 7*Flashback* POV ARMAN"Kamu yakin gadis itu kaya raya, Man?""Yakin, Bu. Soalnya, beberapa pekerja mengatakan begitu.""Bagus 'lah. Jangan mau sama perempuan miskin. Cuma bakalan nyusahin kita nanti, Man. Ya sudah, kapan kita ke sana.""Besok, Bu. Soalnya, aku malas pacaran lama-lama. Aku rasa dua bulan cukup 'lah. Usiaku sudah 40 tahun, Bu. Keburu makin tua aku nanti.""Oke, besok kita ke sana."❣Matahari bersinar cerah. Ibu, Kak Ima dan Ella sudah siap untuk bertemu dengan Nia, gadis yang tengah kupacari saat ini. Semoga saja Ibu mau menyetujui hubungan kami. Syarat kaya saja sudah cukup untuk mendapatkan restu dari Ibu.Dengan menggunakan mobilku, kami mendatangi sebuah rumah sederhana yang terletak tak jauh dari area persawahan.Mobil tidak bisa masuk, karena itu kami harus berjalan kaki sedikit."Yang mana sih rumahnya, Man?" tanya Ella--adikku."Itu," tunjukku pada rumah mungil yang dikelilingi taman bunga kecil."Kamu nggak sala
Baca selengkapnya

Bab : 8

KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK!" Part : 8POV KANIABang Arman dan keluarganya berpamitan pulang. Raut wajah ibunya seperti tidak menyukaiku. Dan sepintas aku mendengar Bu Rahma mengatakan kami miskin. "Nduk."Aku yang tengah membereskan gelas-gelas bekas keluarga Bang Arman tadi menyahut, "Ya, Pak.""Keluarga Arman itu sombong sekali, Nduk. Bapak nggak suka."Tanpa menjawab, aku hanya berjalan ke belakang menyimpan gelas-gelas kotor ke tempat pencucian piring."Lalu, itu yang membuat Bapak berbohong soal sawah dan kebun teh pada mereka tadi?" Terdengar suara Ibu."Ya, aku mau melihat. Apa 'kah mereka tetap menerima Nia, setelah tahu Nia itu ternyata orang miskin.""Terus, kalau akhirnya Arman mundur, bagaimana, Pak?""Itu lebih baik. Dari pada anak kita menderita nantinya."❣ HM ❣Seperti biasa, aku selalu menghabiskan waktu di kebun teh. Cuaca hari ini cerah dan lumayan terik. Topi caping pun selalu menjadi teman setiaku untuk melindungi wajah dari panas matahari. Sedangkan
Baca selengkapnya

Bab 9

Part : 9 Agenda sidang kami hari ini masih sidang mediasi. Ada mediator yang menengahi kami untuk mencoba mendamaikan dan kembali mempersatukan. Namun keputusan sudah bulat untuk berpisah dari Bang Arman. Aku tidak bisa terus bertahan dalam rumah tangga, yang masih seratus persen dicampuri ibunya. Lima tahun aku dipaksa untuk berbakti pada ibunya, tanpa boleh berbakti pada orang tua sendiri. Selama hampir lima tahun pula, aku tak diizinkan bertemu orang tua, padahal jarak kota yang tak terlalu jauh. Jika ingat itu, hati ini melenguh perih. Lima tahun rasanya seperti lima abad tersiksa. Sampai tubuh ini bergidik ngeri membayangkan hal itu lagi. Aku terus bersikeras untuk bercerai, kendati mediator berusaha untuk meminta kembali berpikir akan keputusanku. Ia meminta agar mengingat ada Indah yang akan menjadi korban nantinya dari perceraian kami. Tapi, aku sudah tidak peduli. Sebagai seorang Ibu, aku harus memikirkan kebahagiaan diri sendiri. Karena itu juga akan mempengaruhi ke Indah
Baca selengkapnya

Bab 10

KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! Part : 10 "Tapi, kenapa mereka bisa memiliki utang sebanyak itu, Mas?" tanyaku pada Mas Abimanyu. Ia melemparkan senyum sambil menyendokkan nasi ke mulutnya. "Itu 'lah yang masih aku pertanyakan. Selama ini Pak Wahyu yang memegang toko. Pak Wahyu itu bapak mertuamu 'kan?" "Ya, benar. Dia bapak mertuaku. Dan kebun teh juga dia yang meng-handle." "Padahal, toko batik mereka itu cukup terkenal laris. Tapi, entah kenapa, mereka bisa sampai terlilit utang seperti sekarang ini." "Kebun teh mereka juga setahuku sangat maju sih, Mas. Tapi--" Kuaduk lemon tea dengan sedotan sambil berpikir keras. Selama ini permasalahan keluarga Bang Arman sama sekali tak kuketahui. Karena mereka selalu bersikap seakan tidak terjadi apa-apa. Ternyata, mereka menyimpan sebuah berita besar. "Hei!" Aku tersentak kaget. "Ah, ya, Mas." "Mikirin opo?" "Nggak, Mas. Aku cuma berpikiran, kalau memang toko dan kebun teh itu maju, kenapa sampai bisa mereka terlilit utang b
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status