"Itu ... tidak perlu khawatirkan. Yang jelas, sekarang, kita tinggal di sini."
Salsa tampak tersenyum. Dia tak sanggup berbohong. Sayangnya, itu membuat Dara semakin bingung. Dia hendak menanyakan sesuatu. Namun, Salsa sudah pergi dengan menumpangi taksi–menuju mansion mewah yang alamatnya telah diberikan oleh Indri. Sesampainya di sana, Salsa disambut rumah besar dengan desain modern yang sangat mewah. Salsa yang terbiasa dengan kesederhanaan kini sedikit terkejut karena mendatangi rumah besar dan tampak sangat mewah di hadapannya. Salsa pun memencet bel. Namun belum sempat dipersilahkan masuk, ternyata Indri sudah muncul. "Ikut aku!" katanya sinis. Salsa pun mengangguk dan mengikuti langkah kaki Indri. Ternyata Indri menunjukkan sebuah kamar pembantu yang letaknya berdekatan dengan dapur. "Sesuai dengan apa yang telah aku katakan sebelumnya, kau harus bersikap layaknya pembantu di rumah ini!" tegas Indri. Diiringi dengan tatapan matanya yang tajam mengarah padanya. "Iya, Nyonya." Salsa pun mengangguk mengerti. Indri lantas tersenyum puas mendengarnya. "Posisimu sebagai istri hanya sebagai orang yang melahirkan anak untuk aku dan suamiku, tidak lebih." "Jadi, jangan pernah bermimpi menjadi nyonya besar di rumah ini. Paham?" terang Indri dengan angkuhnya, “jangan pernah lupa diri!” Dia kembali mengingatkan posisi Salsa yang sebenarnya dan begitupun selamanya. Baru saja dia ingin menceramahi Salsa, Indri tak sengaja melihat seorang pembantu yang melintas di depan kamar. Gegas, dia pun memanggilnya, "Bik Iyem, tunggu!" Wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan di mansion itu, sontak menghentikan langkah kakinya dan menghampiri Indri. "Ya, Nyonya?" "Dia ini adalah pembantu baru di rumah ini!" terang Indri sembari menunjuk Salsa, “tolong diajarin.” "Baik, Nyonya," jawab Bik Iyem, hormat. Setelah bercakap-cakap, Indri pun berlalu pergi. Dia berharap Salsa akan repot dengan tugasnya dari Bik Iyem. Tugas seorang pembantu, meskipun adalah istri kedua dari suaminya. Ya, madu yang dipersiapkan oleh Indri sendiri. Tapi itu bukan untuk selamanya, hanya untuk sementara sampai waktu yang telah ditetapkan oleh Indri sendiri. Indri tersenyum bangga karena merasa menjadi pengendali dari semuanya. “Well… Nyonya Januartha itu ya cuma aku!” batinnya, puas kala sudah memperjelas bahwa Salsa benar-benar hanya pembantu. Sayangnya, dia tak tahu bahwa Salsa bukan gadis jelek biasa, seperti yang dipikirkannya saja. Dia hanyalah mutiara yang masih di dalam cangkang. Kilaunya belum terlihat saja. Seperti saat ini, Salsa sudah tampak akrab dengan kepala pembantu! Bik Iyem bahkan memintanya untuk menemaninya memasak untuk makan malam… Ini jelas jarang terjadi. Beberapa pembantu yang melihat itu bahkan menggosip, termasuk gadis muda yang sangat dekat dengan Nyonya Indri. Kebetulan setelah membersihkan halaman, dia juga mendapat pesan dari sang Nyonya untuk memerintah Salsa. "Hei, pembantu baru! Kamu diminta Nyonya Indri untuk membuat satu cangkir kopi. Antar langsung ke kamarnya!" Deg! “Kamu itu ya, Mayang kalau ngomong yang sopan," tergur Bik Iyem tiba-tiba. Mayang hanya tersenyum tanpa meminta maaf. Kemudian, dia segera pergi karena tugasnya adalah membersihkan halaman. "Saya buatkan dulu ya, Bik," kata Salsa pada akhirnya. Bik Iyem sontak tersenyum ramah. "Iya, buatkan. Nyonya tidak suka ada kata terlambat, cepat buat sekarang," katanya. Salsa pun mengangguk. Segera, dia membuatkan kopi kemudian segera mengantarkan ke kamar Indri sesuai dengan arahan dari Bik Iyem. Hingga kini dirinya telah sampai di lantai 3 Salsa yakin inilah kamar tuan rumah. Tok tok tok! Salsa pun mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya pintu pun dibuka. "Letakkan di atas meja itu," ucap Indri. Dia pun berjalan dan duduk di samping Raka dan bergelayut manja di lengannya. Namun, Raka masih fokus pada tab di tangannya. Meski demikian, Salsa merasakan kehangatan antara keduanya. Pemadangan ini membuat Salsa sontak terdiam. "Letakkan di atas meja! Kenapa kau malah diam saja?!" Deg! Ucapan dan raut wajah kesal Indri sontak menyadarkannya dari lamunan."I-iya, Nyonya." Dengan tangan yang bergetar hebat, Salsa pun mulai berjongkok dan meletakkan cangkir di meja.Gadis itu fokus pada pekerjaanya.Sayangnya, Indri tampak belum puas.Entah mengapa, dia tak suka tatapan Salsa pada suaminya tadi.Jadi, menyembunyikan senyum, wanita itu mendadak mendapatkan ide.Dilemparkan ular mainan yang biasa dia simpan ke arah Salsa saat Raka fokus dengan pekerjaanya! Prang!"Aaaa...!" panik Salsa melemparkan gelas di tangannya yang ternyata terkena Raka.Tanpa kata, pria itu pun meletakkan tab di tangannya sambil berdiri menepuk-nepuk kemejanya.Indri sendiri langsung menyembunyikan kembali ular itu. "Ma-Maaf, Tuan." Salsa pun ketakutan setelah mengetahui bahwa Raka terkena siraman kopi panas karena dirinya.Namun, pria itu hanya diam dan memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi tanpa melirik ataupun berbicara sama sekali pada Salsa.Justru, Indri yang memekik kesal. "Bisa kerja nggak? Makanya kalau kerja hati-hati!" ucapnya penuh drama.Brak!Se
Di sisi lain, Salsa tidak menyadari itu semua.Gadis itu terbiasa minum sebelum tidur. Jadi, dia tengah ke luar dari kamar untuk mengambil mineral di dapur saat menemukan Raka tiba-tiba di depan pintunya.Seharusnya seorang istri tersenyum bahagia menyambut kedatangan suaminya, tapi tidak untuk Salsa.Wajah Salsa justru memucat. Langkah kaki yang seharusnya maju kini justru bergerak mundur. Rasa haus berubah menjadi rasa takut melihat wajah dingin Raka. Dalam hatinya, bertanya-tanya: apakah pria ini yang menikah dengan dirinya? Kenapa wajahnya begitu dingin? "Tuan, sedang apa di sini?" tanya Salsa dengan suara bergetar menahan rasa takut.Pertanyaan bodoh.Saking paniknya, Salsa tidak menyadari pertanyaannya barusan terdengar begitu konyol. Sayangnya, Raka tidak menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa kata, pria tampan itu terus melangkah mendekati Salsa.Hanya satu yang di pikiran Raka saat ini.Memenuhi keinginan Indri agar bisa segera mengakhiri pernikahan dengan istri keduanya
Salsa pun memilih untuk memeluk adiknya, itulah cara untuk membuat dirinya kuat menahan beban yang tersimpan dalam hatinya. "Kakak kerja.""Tapi, Kakak nggak kerja jual diri kan?" tanya Dara sungguh-sungguh.. Deg! Namun, pertanyaan Dara berikutnya seakan mengguncangkan dunia Salsa. Untuk sejenak, dunia Salsa seakan berhenti berputar. "Kak?" Dara pun mengguncang tubuh Salsa, karena mendadak mematung setelah pertanyaannya. "Kamu ini bicara apa?!" Salsa pun menetralkan dirinya, bahkan raut wajahnya tampak marah akan pertanyaan adiknya. "Maaf," Dara pun merasa menyesal atas pertanyaannya, "soalnya temen Dara ada yang kerja jual diri, malam-malam nggak pulang, pulangnya pagi, seperti, Kakak. Jadi, Dara curiga."Ucapan Dara membuat Salsa merasa seperti tengah berada di tengah himpitan dinding. Salsa menahan sesak di dada, 'Kakak bukan hanya sekedar menjual diri, tapi juga menjual rahim,' batin Salsa perih. "Tapi nggak mungkin ya kan, Kak?" kini Dara pun tersenyum dan me
Jantung Salsa berdegup kencang. Napasnya seakan memburu dengan tubuhnya gemetar.Tanpa sadar, Salsa melangkah lebih cepat, agar tidak terlalu lama melihat wajah Raka yang mengerikan itu. Namun...Bruk!Saking ketakutan, Salsa hilang fokus dan justru menabrak Indri yang berjalan dari arah berlawanan! "Ma-Maaf, Nyonya," ucap Salsa dengan gemetaran. Mata Indri menatap Salsa dengan begitu tajam, bahkan rasanya siap untuk mencekik leher madunya itu. Saat itu, Salsa pun berinisiatif untuk menolongnya dengan mengulurkan tangannya. Tentu saja, Indri tidak sudi menerima uluran tangan Salsa. Tangan Salsa baginya sangat menjijikkan. "Jijik banget, " gerutu Indri, kemudian melihat Raka yang kini berdiri tak jauh di belakang tubuh Salsa. Salsa memang masih ketakutan akan Raka, tapi dia tak tau jika saat ini Raka sudah selesai menuruni anak tangga. Tapi saat Indri memanggil Raka membuat Salsa pun segera pergi dari sana dengan berlari. "Raka, tolongin," pinta Indri dengan suara
Raka tidak dapat terlelap, pikirannya masih tertuju pada Salsa. Istri keduanya itu ternyata bukan seperti yang dia duga. Raka awalnya menganggap Salsa pastilah berasal dari dunia malam, sehingga wanita itu rela menjual dirinya demi uang.Pewaris klan Januartha itu merasa jijik.Dia mencoba mengundur waktu menyentuh Salsa. Bahkan, Raka ingin mengakhiri malam itu dengan menanam benihnya secepatnya.Sampai dia sadar Salsa bahkan masih perawan saat malam pertama dia menyentuhnya.Isak tangis yang ditahannya malam itu, terdengar begitu menyedihkan.Seolah, Salsa benar-benar tidak dapat memilih untuk menolak menjadi istri keduanya.....Puncaknya, saat berpapasan dan Salsa tampak ketakutan.Mungkin juga trauma?Jika demikian, Raka jadi bertanya-tanya, apa yang membuat Salsa sampai rela menjadi seorang wanita yang mau melahirkan anak untuknya dan Indri?"Eunghhh..."Mendengar gumaman Indri, Raka sontak menoleh.Ternyata, istrinya itu hanya meracau sebentar, sebelum kembali tertidur begitu
Di ruangan CEO, Raka tampak fokus membaca biodata lengkap Salsa, istri keduanya yang disembunyikan. Sesuai dengan perintahnya, asistennya pun mendapatkan data lengkap tentang Salsa. Awalnya Raka tidak perduli dari mana Salsa berasal dan apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, pikiran yang awalnya sempat menebak jika Salsa adalah wanita yang rela menjual dirinya demi uang kini mulai terpatahkan. Sebab, semua itu ternyata tidak benar. Kenyataannya Salsa memiliki seorang adik yang harus dia besarkan, serta tuntutan Indri yang begitu menyudutkan Salsa. Raka menebak jika Salsa tidak bisa keluar dari tuntutan Indri, dan juga mempertimbangkan apa yang akan dia dapatkan jika menyetujui kerja sama mereka. Justru disini yang paling diuntungkan adalah dirinya dan Indri, karena Salsa harus melahirkan anak laki-laki untuknya kemudian pergi. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa merelakan anaknya untuk wanita lain nantinya, tentunya ini bukan suatu keputusan yang mudah. Raka juga mulai
"Maksudnya, Sudah menerima sebagian bayarannya?" Raka pun memperjelas maksud Salsa. Dijawab anggukan kepala oleh Salsa, karena memang masih ada bayaran sampai akhirnya kontrak kerja sama mereka selesai. Lama Raka melihat wajah Salsa yang tampak begitu gelisah. Mungkin karena terlalu takut padanya. Raka sadar atas ucapannya sebelumnya, hingga dia pun merasa kasihan pada Salsa. "Apa kau tidak ingin menyelesaikan skripsi mu?" tanya Raka tiba-tiba. Salsa pun terkejut mendengar pertanyaan Raka, merasa tidak pernah bercerita tentang hal pribadi terutama kuliahnya. Bahkan, pada Indri sekalipun.Semua berjalan begitu cepat hingga akhirnya telah menjadi istri kedua dari pria di hadapannya ini. Lantas Raka tau dari mana? Sungguh menimbulkan pertanyaan besar dibenaknya. Namun, tanpa berani mengutarakan pertanyaannya. Padahal Raka bisa saja mengetahui apapun yang dia inginkan dengan kekuasaan yang dimiliki. Sayangnya Salsa tak tahu siapa sebenarnya pria yang kini dinikahinya
Saat Salsa sedang sibuk dengan pekerjaannya yaitu mencuci piring tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Salsa pun sejenak menghentikan aktivitasnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak asal di atas meja. Dia menerima pesan tapi dari nomor yang tidak dikenal. Salsa pun segera membukanya dan membaca isi pesannya. [Tolong antarkan kopi] Salsa pun mencoba untuk melihat wajah yang ada di profil aplikasi hijau tersebut. Ternyata itu adalah wajah Raka yang begitu tampan. Membuat Salsa pun semakin melihat dengan jelas agar tak salah dalam melihat orang. Saat itu untuk sejenak Salsa terdiam mematung memandangi wajah tampa Raka, pria itu tampak mengenakan kemeja berwarna putih dengan alis tebal, hidung mancung dan rahang tegas. "Salsa," panggil Bik Iyem. Seketika membuat Salsa pun terkejut bukan main. "Ya ampun, kamu sampai kaget begitu, maaf," ujar Bik Iyem merasa bersalah. Sedangkan Salsa menelan ludah dengan susah payah karena barusan dikejutkan dengan pesan dari Raka