Share

Bab 4. Terkejut

"Itu ... tidak perlu khawatirkan. Yang jelas, sekarang, kita tinggal di sini."

Salsa tampak tersenyum. Dia tak sanggup berbohong.

Sayangnya, itu membuat Dara semakin bingung.

Dia hendak menanyakan sesuatu.

Namun, Salsa sudah pergi dengan menumpangi taksi–menuju mansion mewah yang alamatnya telah diberikan oleh Indri.

Sesampainya di sana, Salsa disambut rumah besar dengan desain modern yang sangat mewah.

Salsa yang terbiasa dengan kesederhanaan kini sedikit terkejut karena mendatangi rumah besar dan tampak sangat mewah di hadapannya.

Salsa pun memencet bel.

Namun belum sempat dipersilahkan masuk, ternyata Indri sudah muncul.

"Ikut aku!" katanya sinis.

Salsa pun mengangguk dan mengikuti langkah kaki Indri.

Ternyata Indri menunjukkan sebuah kamar pembantu yang letaknya berdekatan dengan dapur.

"Sesuai dengan apa yang telah aku katakan sebelumnya, kau harus bersikap layaknya pembantu di rumah ini!" tegas Indri.

Diiringi dengan tatapan matanya yang tajam mengarah padanya.

"Iya, Nyonya."

Salsa pun mengangguk mengerti.

Indri lantas tersenyum puas mendengarnya. "Posisimu sebagai istri hanya sebagai orang yang melahirkan anak untuk aku dan suamiku, tidak lebih."

"Jadi, jangan pernah bermimpi menjadi nyonya besar di rumah ini. Paham?" terang Indri dengan angkuhnya, “jangan pernah lupa diri!”

Dia kembali mengingatkan posisi Salsa yang sebenarnya dan begitupun selamanya.

Baru saja dia ingin menceramahi Salsa, Indri tak sengaja melihat seorang pembantu yang melintas di depan kamar.

Gegas, dia pun memanggilnya, "Bik Iyem, tunggu!"

Wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan di mansion itu, sontak menghentikan langkah kakinya dan menghampiri Indri.

"Ya, Nyonya?"

"Dia ini adalah pembantu baru di rumah ini!" terang Indri sembari menunjuk Salsa, “tolong diajarin.”

"Baik, Nyonya," jawab Bik Iyem, hormat.

Setelah bercakap-cakap, Indri pun berlalu pergi. Dia berharap Salsa akan repot dengan tugasnya dari Bik Iyem.

Tugas seorang pembantu, meskipun adalah istri kedua dari suaminya.

Ya, madu yang dipersiapkan oleh Indri sendiri.

Tapi itu bukan untuk selamanya, hanya untuk sementara sampai waktu yang telah ditetapkan oleh Indri sendiri.

Indri tersenyum bangga karena merasa menjadi pengendali dari semuanya.

“Well… Nyonya Januartha itu ya cuma aku!” batinnya, puas kala sudah memperjelas bahwa Salsa benar-benar hanya pembantu.

Sayangnya, dia tak tahu bahwa Salsa bukan gadis jelek biasa, seperti yang dipikirkannya saja.

Dia hanyalah mutiara yang masih di dalam cangkang.

Kilaunya belum terlihat saja.

Seperti saat ini, Salsa sudah tampak akrab dengan kepala pembantu!

Bik Iyem bahkan memintanya untuk menemaninya memasak untuk makan malam…

Ini jelas jarang terjadi.

Beberapa pembantu yang melihat itu bahkan menggosip, termasuk gadis muda yang sangat dekat dengan Nyonya Indri.

Kebetulan setelah membersihkan halaman, dia juga mendapat pesan dari sang Nyonya untuk memerintah Salsa.

"Hei, pembantu baru! Kamu diminta Nyonya Indri untuk membuat satu cangkir kopi. Antar langsung ke kamarnya!"

Deg!

“Kamu itu ya, Mayang kalau ngomong yang sopan," tergur Bik Iyem tiba-tiba.

Mayang hanya tersenyum tanpa meminta maaf.

Kemudian, dia segera pergi karena tugasnya adalah membersihkan halaman.

"Saya buatkan dulu ya, Bik," kata Salsa pada akhirnya.

Bik Iyem sontak tersenyum ramah. "Iya, buatkan. Nyonya tidak suka ada kata terlambat, cepat buat sekarang," katanya.

Salsa pun mengangguk.

Segera, dia membuatkan kopi kemudian segera mengantarkan ke kamar Indri sesuai dengan arahan dari Bik Iyem.

Hingga kini dirinya telah sampai di lantai 3 Salsa yakin inilah kamar tuan rumah.

Tok tok tok!

Salsa pun mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya pintu pun dibuka.

"Letakkan di atas meja itu," ucap Indri. Dia pun berjalan dan duduk di samping Raka dan bergelayut manja di lengannya.

Namun, Raka masih fokus pada tab di tangannya.

Meski demikian, Salsa merasakan kehangatan antara keduanya.

Pemadangan ini membuat Salsa sontak terdiam.

"Letakkan di atas meja! Kenapa kau malah diam saja?!"

Deg!

Ucapan dan raut wajah kesal Indri sontak menyadarkannya dari lamunan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status