Share

Bab 6. Hancur

Di sisi lain, Salsa tidak menyadari itu semua.

Gadis itu terbiasa minum sebelum tidur. Jadi, dia tengah ke luar dari kamar untuk mengambil mineral di dapur saat menemukan Raka tiba-tiba di depan pintunya.

Seharusnya seorang istri tersenyum bahagia menyambut kedatangan suaminya, tapi tidak untuk Salsa.

Wajah Salsa justru memucat.

Langkah kaki yang seharusnya maju kini justru bergerak mundur.

Rasa haus berubah menjadi rasa takut melihat wajah dingin Raka.

Dalam hatinya, bertanya-tanya: apakah pria ini yang menikah dengan dirinya?

Kenapa wajahnya begitu dingin?

"Tuan, sedang apa di sini?" tanya Salsa dengan suara bergetar menahan rasa takut.

Pertanyaan bodoh.

Saking paniknya, Salsa tidak menyadari pertanyaannya barusan terdengar begitu konyol.

Sayangnya, Raka tidak menjawab pertanyaan tersebut.

Tanpa kata, pria tampan itu terus melangkah mendekati Salsa.

Hanya satu yang di pikiran Raka saat ini.

Memenuhi keinginan Indri agar bisa segera mengakhiri pernikahan dengan istri keduanya secepatnya.

Brak!

Beberapa detik kemudian pintu pun ditutup rapat.

Membuat Salsa semakin menegang.

Gadis itu semakin melangkah mundur saat Raka semakin berjalan maju.

Hingga tanpa sengaja kakinya menabrak ranjang, seketika terjatuh dengan posisi berbaring.

Bugh!

Cepat-cepat Salsa pun kembali bangkit karena takut.

"Tuan, saya–"

"--Saya tidak pernah menyentuh wanita manapun selain istri saya, saya harap ini yang pertama dan terakhir," kata Raka.

Deg!

Salsa pun mematung mendengar ucapan suaminya itu.

Jika pria ini mengatakan tidak pernah menyentuh wanita selain istrinya, maka Salsa lah yang harusnya lebih merasa terktekan.

Raka adalah orang pertama yang akan menyentuhnya!!!

Sayangnya, ucapan itu tidak bisa terucap dari bibirnya.

Terlebih karena Salsa seketika sadar bahwa Raka mulai menghilangkan jarak di antara mereka berdua.

Napas hangat Raka terasa berhembus di telinga Salsa.

Membuatnya meremas kedua tangannya dengan begitu kuat, menahan rasa tegang yang begitu luar biasa.

Keadaan ini sangat menyulitkan.

Ada sedikit rasa sesal yang melintas di benaknya saat dirinya harus kehilangan kesuciannya dengan cara seperti ini.

Namun, bagaimana pun juga saat ini keadaan menuntutnya berada di posisi seperti ini?

Tanpa kata, tanpa bicara sama sekali.

Bahkan tanpa pemanasan, penyatuan antara Salsa dan Raka akhirnya terjadi.

Rasanya sangat menyakitkan hingga membuatnya meneteskan air mata.

Sekaligus tersenyum getir pada nasib malangnya.

Sekilas, Salsa melihat Raka tampak mengernyitkan kening.

Namun, itu tak lama.

Sentuhan dan gerakan pria itu membuat erangan dan desahan yang tak pernah Salsa kira akan keluar dari mulutnya--memenuhi kamar itu.

Meski demikian, sepasang suami istri baru itu tidak menikmati suasana malam pengantin dengan penuh gairah.

Justru, menimbulkan rasa trauma di diri Salsa.

Gadis itu berharap dia melewati malam seperti ini untuk pertama dan terakhir kalinya....

Bugh!

Raka telah selesai melakukan tugasnya sebagai penanam benih pada rahimnya.

Pria itu tampak beristirahat sejenak sebelum akhirnya merapikan pakaiannya.

Lagi-lagi, tanpa kata, pria itu meninggalkan Salsa dan menutup rapat pintu kamarnya.

Demi adiknya.

Demi terbebas dari masalahnya.

Kata-kata itu terus digaungkan di kepala Salsa yang kini menangis.

Hingga tak terasa, Salsa pun terlelap dalam keadaan menangis karena rasa lelahnya.

Gadis itu baru terbangun kala terusik dengan ponselnya yang terus berdering.

"Halo?"

"Kak, kok nggak pulang?" tanya Dara dari seberang sana.

Salsa tersentak.

Suara adiknya menyadarkan Salsa atas apa yang dia lakukan tadi malam.

Jika Dara mengetahui bahwa Salsa bekerja menjual diri, pasti akan sangat marah.

"Kak Salsa?" panggil Dara karena tidak ada jawaban dari seberang sana.

"Nanti, Kakak pulang, tunggu ya."

Tut!

Salsa langsung mengakhiri panggilan.

Ada rasa sesal yang tidak bisa dia katakan setelah kehilangan kesuciannya.

Tapi, dia sudah sampai di titik ini.

Salsa tidak mungkin lagi untuk mundur.

Hanya saja, dia sepertinya harus pulang ke rumah segera.

Setidaknya, Dara tak akan curiga padanya… kan?

Dengan cepat, dia meminta izin Indri dan Bik Iyem untuk gegas ke rumah.

Sayangnya, Salsa tidak mengira bahwa baru tiba di pintu, dia sudah disuguhkan dengan pertanyaan yang menurutnya sangat sulit untuk dijawab.

"Kak Salsa dari mana? Kok semalaman nggak pulang?"

Dan mata adiknya itu menatapnya begitu penasaran....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status