Di sisi lain, Salsa tidak menyadari itu semua.
Gadis itu terbiasa minum sebelum tidur. Jadi, dia tengah ke luar dari kamar untuk mengambil mineral di dapur saat menemukan Raka tiba-tiba di depan pintunya. Seharusnya seorang istri tersenyum bahagia menyambut kedatangan suaminya, tapi tidak untuk Salsa. Wajah Salsa justru memucat. Langkah kaki yang seharusnya maju kini justru bergerak mundur. Rasa haus berubah menjadi rasa takut melihat wajah dingin Raka. Dalam hatinya, bertanya-tanya: apakah pria ini yang menikah dengan dirinya? Kenapa wajahnya begitu dingin? "Tuan, sedang apa di sini?" tanya Salsa dengan suara bergetar menahan rasa takut. Pertanyaan bodoh. Saking paniknya, Salsa tidak menyadari pertanyaannya barusan terdengar begitu konyol. Sayangnya, Raka tidak menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa kata, pria tampan itu terus melangkah mendekati Salsa. Hanya satu yang di pikiran Raka saat ini. Memenuhi keinginan Indri agar bisa segera mengakhiri pernikahan dengan istri keduanya secepatnya. Brak! Beberapa detik kemudian pintu pun ditutup rapat. Membuat Salsa semakin menegang. Gadis itu semakin melangkah mundur saat Raka semakin berjalan maju. Hingga tanpa sengaja kakinya menabrak ranjang, seketika terjatuh dengan posisi berbaring. Bugh! Cepat-cepat Salsa pun kembali bangkit karena takut. "Tuan, saya–" "--Saya tidak pernah menyentuh wanita manapun selain istri saya, saya harap ini yang pertama dan terakhir," kata Raka. Deg! Salsa pun mematung mendengar ucapan suaminya itu. Jika pria ini mengatakan tidak pernah menyentuh wanita selain istrinya, maka Salsa lah yang harusnya lebih merasa terktekan. Raka adalah orang pertama yang akan menyentuhnya!!! Sayangnya, ucapan itu tidak bisa terucap dari bibirnya. Terlebih karena Salsa seketika sadar bahwa Raka mulai menghilangkan jarak di antara mereka berdua. Napas hangat Raka terasa berhembus di telinga Salsa. Membuatnya meremas kedua tangannya dengan begitu kuat, menahan rasa tegang yang begitu luar biasa. Keadaan ini sangat menyulitkan. Ada sedikit rasa sesal yang melintas di benaknya saat dirinya harus kehilangan kesuciannya dengan cara seperti ini. Namun, bagaimana pun juga saat ini keadaan menuntutnya berada di posisi seperti ini? Tanpa kata, tanpa bicara sama sekali. Bahkan tanpa pemanasan, penyatuan antara Salsa dan Raka akhirnya terjadi. Rasanya sangat menyakitkan hingga membuatnya meneteskan air mata. Sekaligus tersenyum getir pada nasib malangnya. Sekilas, Salsa melihat Raka tampak mengernyitkan kening. Namun, itu tak lama. Sentuhan dan gerakan pria itu membuat erangan dan desahan yang tak pernah Salsa kira akan keluar dari mulutnya--memenuhi kamar itu. Meski demikian, sepasang suami istri baru itu tidak menikmati suasana malam pengantin dengan penuh gairah. Justru, menimbulkan rasa trauma di diri Salsa. Gadis itu berharap dia melewati malam seperti ini untuk pertama dan terakhir kalinya.... Bugh! Raka telah selesai melakukan tugasnya sebagai penanam benih pada rahimnya. Pria itu tampak beristirahat sejenak sebelum akhirnya merapikan pakaiannya. Lagi-lagi, tanpa kata, pria itu meninggalkan Salsa dan menutup rapat pintu kamarnya. Demi adiknya. Demi terbebas dari masalahnya. Kata-kata itu terus digaungkan di kepala Salsa yang kini menangis. Hingga tak terasa, Salsa pun terlelap dalam keadaan menangis karena rasa lelahnya. Gadis itu baru terbangun kala terusik dengan ponselnya yang terus berdering. "Halo?" "Kak, kok nggak pulang?" tanya Dara dari seberang sana. Salsa tersentak. Suara adiknya menyadarkan Salsa atas apa yang dia lakukan tadi malam. Jika Dara mengetahui bahwa Salsa bekerja menjual diri, pasti akan sangat marah. "Kak Salsa?" panggil Dara karena tidak ada jawaban dari seberang sana. "Nanti, Kakak pulang, tunggu ya." Tut! Salsa langsung mengakhiri panggilan. Ada rasa sesal yang tidak bisa dia katakan setelah kehilangan kesuciannya. Tapi, dia sudah sampai di titik ini. Salsa tidak mungkin lagi untuk mundur. Hanya saja, dia sepertinya harus pulang ke rumah segera. Setidaknya, Dara tak akan curiga padanya… kan? Dengan cepat, dia meminta izin Indri dan Bik Iyem untuk gegas ke rumah. Sayangnya, Salsa tidak mengira bahwa baru tiba di pintu, dia sudah disuguhkan dengan pertanyaan yang menurutnya sangat sulit untuk dijawab. "Kak Salsa dari mana? Kok semalaman nggak pulang?" Dan mata adiknya itu menatapnya begitu penasaran....Salsa pun memilih untuk memeluk adiknya, itulah cara untuk membuat dirinya kuat menahan beban yang tersimpan dalam hatinya. "Kakak kerja.""Tapi, Kakak nggak kerja jual diri kan?" tanya Dara sungguh-sungguh.. Deg! Namun, pertanyaan Dara berikutnya seakan mengguncangkan dunia Salsa. Untuk sejenak, dunia Salsa seakan berhenti berputar. "Kak?" Dara pun mengguncang tubuh Salsa, karena mendadak mematung setelah pertanyaannya. "Kamu ini bicara apa?!" Salsa pun menetralkan dirinya, bahkan raut wajahnya tampak marah akan pertanyaan adiknya. "Maaf," Dara pun merasa menyesal atas pertanyaannya, "soalnya temen Dara ada yang kerja jual diri, malam-malam nggak pulang, pulangnya pagi, seperti, Kakak. Jadi, Dara curiga."Ucapan Dara membuat Salsa merasa seperti tengah berada di tengah himpitan dinding. Salsa menahan sesak di dada, 'Kakak bukan hanya sekedar menjual diri, tapi juga menjual rahim,' batin Salsa perih. "Tapi nggak mungkin ya kan, Kak?" kini Dara pun tersenyum dan me
Jantung Salsa berdegup kencang. Napasnya seakan memburu dengan tubuhnya gemetar.Tanpa sadar, Salsa melangkah lebih cepat, agar tidak terlalu lama melihat wajah Raka yang mengerikan itu. Namun...Bruk!Saking ketakutan, Salsa hilang fokus dan justru menabrak Indri yang berjalan dari arah berlawanan! "Ma-Maaf, Nyonya," ucap Salsa dengan gemetaran. Mata Indri menatap Salsa dengan begitu tajam, bahkan rasanya siap untuk mencekik leher madunya itu. Saat itu, Salsa pun berinisiatif untuk menolongnya dengan mengulurkan tangannya. Tentu saja, Indri tidak sudi menerima uluran tangan Salsa. Tangan Salsa baginya sangat menjijikkan. "Jijik banget, " gerutu Indri, kemudian melihat Raka yang kini berdiri tak jauh di belakang tubuh Salsa. Salsa memang masih ketakutan akan Raka, tapi dia tak tau jika saat ini Raka sudah selesai menuruni anak tangga. Tapi saat Indri memanggil Raka membuat Salsa pun segera pergi dari sana dengan berlari. "Raka, tolongin," pinta Indri dengan suara
Raka tidak dapat terlelap, pikirannya masih tertuju pada Salsa. Istri keduanya itu ternyata bukan seperti yang dia duga. Raka awalnya menganggap Salsa pastilah berasal dari dunia malam, sehingga wanita itu rela menjual dirinya demi uang.Pewaris klan Januartha itu merasa jijik.Dia mencoba mengundur waktu menyentuh Salsa. Bahkan, Raka ingin mengakhiri malam itu dengan menanam benihnya secepatnya.Sampai dia sadar Salsa bahkan masih perawan saat malam pertama dia menyentuhnya.Isak tangis yang ditahannya malam itu, terdengar begitu menyedihkan.Seolah, Salsa benar-benar tidak dapat memilih untuk menolak menjadi istri keduanya.....Puncaknya, saat berpapasan dan Salsa tampak ketakutan.Mungkin juga trauma?Jika demikian, Raka jadi bertanya-tanya, apa yang membuat Salsa sampai rela menjadi seorang wanita yang mau melahirkan anak untuknya dan Indri?"Eunghhh..."Mendengar gumaman Indri, Raka sontak menoleh.Ternyata, istrinya itu hanya meracau sebentar, sebelum kembali tertidur begitu
Di ruangan CEO, Raka tampak fokus membaca biodata lengkap Salsa, istri keduanya yang disembunyikan. Sesuai dengan perintahnya, asistennya pun mendapatkan data lengkap tentang Salsa. Awalnya Raka tidak perduli dari mana Salsa berasal dan apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, pikiran yang awalnya sempat menebak jika Salsa adalah wanita yang rela menjual dirinya demi uang kini mulai terpatahkan. Sebab, semua itu ternyata tidak benar. Kenyataannya Salsa memiliki seorang adik yang harus dia besarkan, serta tuntutan Indri yang begitu menyudutkan Salsa. Raka menebak jika Salsa tidak bisa keluar dari tuntutan Indri, dan juga mempertimbangkan apa yang akan dia dapatkan jika menyetujui kerja sama mereka. Justru disini yang paling diuntungkan adalah dirinya dan Indri, karena Salsa harus melahirkan anak laki-laki untuknya kemudian pergi. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa merelakan anaknya untuk wanita lain nantinya, tentunya ini bukan suatu keputusan yang mudah. Raka juga mulai
"Maksudnya, Sudah menerima sebagian bayarannya?" Raka pun memperjelas maksud Salsa. Dijawab anggukan kepala oleh Salsa, karena memang masih ada bayaran sampai akhirnya kontrak kerja sama mereka selesai. Lama Raka melihat wajah Salsa yang tampak begitu gelisah. Mungkin karena terlalu takut padanya. Raka sadar atas ucapannya sebelumnya, hingga dia pun merasa kasihan pada Salsa. "Apa kau tidak ingin menyelesaikan skripsi mu?" tanya Raka tiba-tiba. Salsa pun terkejut mendengar pertanyaan Raka, merasa tidak pernah bercerita tentang hal pribadi terutama kuliahnya. Bahkan, pada Indri sekalipun.Semua berjalan begitu cepat hingga akhirnya telah menjadi istri kedua dari pria di hadapannya ini. Lantas Raka tau dari mana? Sungguh menimbulkan pertanyaan besar dibenaknya. Namun, tanpa berani mengutarakan pertanyaannya. Padahal Raka bisa saja mengetahui apapun yang dia inginkan dengan kekuasaan yang dimiliki. Sayangnya Salsa tak tahu siapa sebenarnya pria yang kini dinikahinya
Saat Salsa sedang sibuk dengan pekerjaannya yaitu mencuci piring tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Salsa pun sejenak menghentikan aktivitasnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak asal di atas meja. Dia menerima pesan tapi dari nomor yang tidak dikenal. Salsa pun segera membukanya dan membaca isi pesannya. [Tolong antarkan kopi] Salsa pun mencoba untuk melihat wajah yang ada di profil aplikasi hijau tersebut. Ternyata itu adalah wajah Raka yang begitu tampan. Membuat Salsa pun semakin melihat dengan jelas agar tak salah dalam melihat orang. Saat itu untuk sejenak Salsa terdiam mematung memandangi wajah tampa Raka, pria itu tampak mengenakan kemeja berwarna putih dengan alis tebal, hidung mancung dan rahang tegas. "Salsa," panggil Bik Iyem. Seketika membuat Salsa pun terkejut bukan main. "Ya ampun, kamu sampai kaget begitu, maaf," ujar Bik Iyem merasa bersalah. Sedangkan Salsa menelan ludah dengan susah payah karena barusan dikejutkan dengan pesan dari Raka
Mata Salsa terbelalak melihat pintu yang tertutup rapat. Dengan refleks dia pun melihat Raka. Tampan benar tampan, tapi juga sangat menyeramkan di mata Salsa. Membuat peluhnya pun mulai bercucuran menahan rasa takut yang terlintas di benaknya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Salsa bertanya-tanya dalam benaknya. "Apakah saya terlalu menakutkan?" tanya Raka tiba-tiba. Raka bertanya demikian karena ketakutan Salsa begitu berlebihan saat melihat wajahnya. Bukankah sudah bertemu siang tadi di rumah Salsa dan seharusnya tidak perlu lagi takut begini bukan? Membuat Raka penasaran dengan wajahnya seperti apa di mata Salsa. "Jawab!" kata Raka lagi dengan suara beratnya. Salsa meneguk saliva mendengar pertanyaan Raka. Dia bingung harus menjawab apa. Mengatakan iya atau tidak? Apa konsekuensinya nanti setelah menjawab? Apakah pria ini kasar? Suka main tangan? Salsa takut dengan segala pikirannya yang benar-benar sangat menyiksanya. "Hey, kenapa hanya diam
Satu pesan diterima. [Kamu dimana?] Salsa sudah tahu bahwa yang mengirimkan pesan padanya adalah Raka. Tapi dia bingung antara membalas pesan atau tidak. [Salsa!] Pesan kembali masuk dan Salsa menebak Raka benar-benar menunggu balasan pesan darinya. Baiklah, Salsa pun akhirnya memutuskan untuk membalasnya. [Di rumah, Tuan] Salsa. Sesaat kemudian Salsa pun kembali menerima pesan balasan. [Saya bilang tunggu di persimpangan jalan!] Raka. [Saya minta maaf, Tuan] Salsa. [Jangan membuat saya menunggu lebih lama!] Raka. Gegas Salsa meraih tasnya kemudian segera berlari dengan sekuat tenaga untuk sampai di persimpangan jalan seperti yang dikatakan oleh Raka. Sesampainya di sana dia pun melihat ke sekitarnya untuk mencari keberadaan Raka. Hingga akhirnya Raka pun muncul, tanpa ba-bi-bu langsung menariknya masuk ke dalam mobil. Hingga akhirnya kini keduanya duduk saling bersebelahan. Napas Salsa tampak memburu dengan dada naik turun karena ngos-ngosan. "Minum," Raka pun membe