Share

Bab 2. Penawaran

“Keluarga Januarta sangat berpengaruh di Ibu kota!”

"Benar. Keluarga Januartha juga sangat menyayangi Nyonya Indri sebagai menantu perempuan satu-satunya di generasi ke-3. Entah apa yang akan terjadi jika mereka tahu dia terluka."

Bak tertimpa tangga setelah terjatuh.

Itulah yang dirasakan Salsa kala mendengar itu dari salah satu kru.

Mengapa kemalangan terus-menerus menimpa dirinya?

Kali ini, Salsa bahkan harus berurusan dengan keluarga yang memiliki uang dan kuasa.

Pun kabur, Salsa tak bisa.

Mana mungkin dia meninggalkan adiknya?

Kriet!

Pintu ruang rawat inap VVIP itu terbuka.

Salsa pun masuk ke dalam sana dan disambut tatapan tajam wanita yang tadi pagi berteriak. "Kok, bisa-bisanya kamu tidur di sana?” omelnya seketika, “Gara-gara kamu, saya jadi kesandung, cidera, dan gagal pemotretan hari ini! Membuat saya terlihat tidak profesional."

"Maaf, Nyonya--"

"Maaf saja tidak cukup," potong Indri seketika, "kamu harus mengganti rugi biaya rumah sakit dan kontrak kerja saya yang gagal!"

Seketika, wanita itu memberikan tagihan rumah sakitnya.

Tangan Salsa sontak bergetar kala melihat nominal yang tertera di sana.

300 juta rupiah?

Seumur hidup, Salsa bahkan tak pernah memiliki uang sebanyak itu!

Batin Salsa benar-benar menjerit keras karena merasa tidak sanggup menghadapi tantangan hidup ini.

"Maaf, Nyonya, tapi saya tidak punya uang sebanyak itu…." ucap Salsa gemetar, "Saya mohon berikan waktu, saya akan berusaha—"

Sayangnya, ucapan gadis itu justru terpotong oleh Indri. "Ck! Saya tidak peduli! Kamu harus ganti kerugian saya!"

"Kamu sudah membuat saya cedera dan–" Indri terdiam sejenak sambil melihat wanita yang ada di hadapannya itu.

Dengan sepatu butut dan rambut yang dikuncir kuda, Salsa tidak cantik ataupun menarik di mata Indri.

Seolah ini adalah jawaban dari kendalanya selama ini.

"Tunggu! Kamu bilang kamu tidak punya uang, kan?" tanyanya mendadak pada Salsa yang menggelengkan kepalanya dengan ragu.

Namun, gadis itu bingung kala senyum di bibir Indri mendadak mengembang.

"Kalau gitu, kamu bisa membayar dengan rahimmu!" ujar Indri, "Lahirkan anak untuk saya dan suami saya. Maka, utangmu lunas. Kamu bahkan akan memberikan uang kompensasi nanti!"

Hah?!

Salsa jelas langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat–menolak penawaran konyol itu.

"Nyonya, apakah tidak ada cara lain untuk melunasinya? Seperti menjadi pembantu Anda saja tanpa dibayar dalam jangka waktu yang kita sepakati," tawar Salsa seketika.

“Ck! Saya sudah punya banyak pembantu yang profesional di rumah. Tidak butuh tambahan.”

“Tapi, Nyonya–”

“Sudahlah! Kalau kamu gak mau gapapa. Tapi, saya pastikan kamu akan masuk penjara!"

Salsa terdiam.

Dia jelas ketakutan dengan ancaman tersebut.

Tapi, tidak mungkin juga melahirkan anak dari suami wanita yang ada di hadapannya itu, kan?

Sayangnya, keterdiaman gadis itu, ternyata membuat Indri tidak sabar.

Wanita itu mendadak mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang di hadapan Salsa.

"Halo, kantor polisi? Saya akan melaporkan seseorang yang telah mencelakai saya."

“...”

"Sekarang saya ada di rumah sakit. Silakan tangkap pelakunya."

Salsa tak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi tatapan sinis Indri membuatnya semakin ketakutan.

Polisi?

Siapa yang dapat menolongnya?

Tidak ada selain dirinya sendiri.

Bayangan wajah Dara pun kini muncul di benak Salsa.

Jika dia dipenjara, bagaimana nasib adiknya?

Siapa yang akan membiayai sekolah Dara?

"Iya. Saya mau dia dipenjara dalam waktu yang lama."

Ucapan Indri membuat Salsa semakin tertekan.

Apakah benar-benar tidak ada jalan lain?

"Nyonya, saya …” Menahan gejolak di dada, Salsa menarik napas panjang, “Setuju."

“Benarkah?” Indri seketika tampak tersenyum mendengar jawaban Salsa.

Meski masih bingung dengan perubahan ekspresi Indri, Salsa hanya bisa mengangguk.

"Keputusan yang bagus!"

Dengan cepat, Indri pun menghubungi polisi tadi– membatalkan laporannya.

Salsa sontak menghela napas.

Sekarang, haruskah ia merasa bersyukur karena tidak dipolisikan oleh wanita asing di hadapannya ini?

Jujur, Salsa seperti sebuah jalan masuk menuju neraka yang jauh lebih menyeramkan.

Masalahnya tidak selesai, hanya berganti menjadi masalah yang lainnya.

Tapi, apa daya?

Kenyataannya, uang sangat berkuasa.

Wanita miskin seperti Salsa harus patuh pada keadaan yang mencekiknya.

‘Ini demi masa depan Dara,’ batin Salsa menguatkan diri.

"Oh iya, kau benar-benar tak punya tempat tinggal?" tanya Nyonya Indri tiba-tiba.

Meski bingung dengan pertanyaan itu, Salsa pun mengangguk. "Iya, Nyonya."

"Ck! Sesuailah dengan wajahmu yang tampak dari kalangan bawah," ejek Indri.

"Well … karena aku baik hati dan menepati janji, kau nanti bukan hanya mendapatkan uang. Tapi, juga saya akan memberikan tempat tinggal," imbuhnya lagi, “luar biasa, kan?”

“Te–terima kasih, Nyonya.” Ragu, Salsa berterima kasih.

Ditahannya gejolak di dada saat ini.

Namun, ucapan Indri lagi-lagi membuatnya terkejut.

"Satu lagi, suamiku sedikit kolot dan tidak akan mau melakukan hubungan intim tanpa ada ikatan pernikahan. Jadi, kau akan menikah dengan suamiku sampai melahirkan seorang anak laki-laki!" ucap Indri membuat gadis itu tersadar dari lamunan.

"Maaf, Nyonya. Tapi, apa suami Anda tahu perihal pernikahan ini? Lalu, bagaimana jika saya melahirkan anak perempuan?"

Wajah Indri seketika berubah menjadi dingin seolah ingin menghabisi Salsa saat ini juga.

"Soal suamiku, biar kuurus. Yang harus kau lakukan hanyalah memikirkan cara melahirkan anak laki-laki!"

"Kau paham?" bentak Indri.

"Iya, Nyonya." Salsa mengangguk karena takut pada kemarahan Indri.

"Bagus! Ingat, Salsa. Kau harus tahu aturan mainnya," sinis Indri, "Kau tinggal di rumah kami dan semua orang hanya tahu kau adalah pembantu, terutama keluarga besar keluarga Januartha!"

"Tapi, Nyonya–”

“Apalagi sih?!” bentak Indri memotong ucapan Salsa.

Gadis itu meremas jemarinya, takut.

Tapi, dia harus mengatakannya!

“Maaf. Saya tidak bisa tinggal sepenuhnya di rumah Anda. Saya punya seorang adik," jelasnya dengan suara pelan.

Tiba-tiba saja Indri tertawa. "Tidak masalah! Adikmu bisa tinggal di tempat terpisah. Yang jelas, orang-orang hanya boleh tahu kau hanya pembantuku! Paham?"

Meski berat, lagi-lagi, Salsa mengangguk. "Baiklah, Nyonya."

"Oke! Kau boleh pergi sekarang. Tapi, jangan coba-coba untuk melarikan diri!"

"Sekali kau melakukannya, aku akan mencarimu dan memastikan kau tak akan baik-baik saja. Paham?!" ancam Indri.

Salsa pun mengangguk kemudian pergi sesuai dengan perintah Indri.

Setelahnya, semua terasa begitu cepat.

Mulai proses kontrak, penandatanganan, hingga pernikahan.

Hari ini, Salsa sudah menemukan dirinya sudah menikah dengan suami Indri yang wajahnya baru pertama kali ia lihat.

Raka Januartha.

Pria tampan itu bahkan tengah menatapnya dingin.

Seolah ... Salsa ikut bersalah atas terjadinya pernikahan ini?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status