Share

Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan
Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan
Penulis: Ipak Munthe

Bab 1. Tante Kandung

"Rumah ini akan dijual!" ucap sang tante dingin, "jadi, kamu dan adikmu harus segera pergi dari sini."

Salsa sontak membulatkan mata tak percaya.

Dia dan adiknya masih berduka setelah kematian sang nenek yang merawat keduanya sejak kecil.

Tapi, sang tante yang 5 tahun ini tak pernah menjenguk ataupun hadir di pemakamannya, tiba-tiba datang dan mengusir keduanya dari rumah?

"Ini sudah malam, Tante. Kami nggak tahu harus pergi ke man. Apakah–”

"Aku gak peduli! Toh, rumah ini ‘kan hakku," potong sang tante, "sekarang, cepat bereskan barang-barang kalian dan angkat kaki dari sini!"

"Tante, tolong jangan usir kami," mohon Salsa seketika.

Dia berlutut dan memeluk kaki sang tante dengan erat--berharap belas kasihnya.

Salsa dan sang adik tidak punya tujuan.

Sejak bercerai, kedua orang tua mereka tidak mempedulikan Salsa dan Dara.

Mereka sudah bahagia dengan keluarga baru masing-masing.

Hanya sang nenek yang merawat mereka.

"Tante, Dara mohon jangan usir kami," ikut adik Salsa, memohon.

"Menyingkir dariku!" pekik sang tante sembari mendorong keduanya. "Orang tua kalian saja tidak peduli pada beban seperti kalian, terus kalian pikir aku akan peduli?!"

Bugh!

Karena badannya yang kecil, adik Salsa bahkan terjerembab ke lantai.

"Akh..." rintihnya kesakitan.

"Dek!"

Salsa panik dan langsung menghampiri sang adik.

Hatinya semakin sakit kala Dara tersenyum padanya. "Tidak apa-apa, Kak Salsa. Dara kuat," ucap bocah 12 tahun itu.

Padahal, Salsa melihat dengan jelas pinggiran bibir adiknya itu terluka!

Salsa ingin mencoba membujuk tantenya kembali.

Setidaknya, beri waktu untuk mereka bersiap.

Namun, entah sejak kapan, semua pakaian kakak beradik itu telah dimasukkan ke ransel oleh sang paman.

Bugh!

“Aku malas basa-basi busuk. Jadi, bawa tas kalian ini dan pergi sekarang juga!” seru pria itu–mengusir Salsa dan Dara.

Setelahnya, pintu rumah ditutup dengan keras.

Tubuh Salsa lantas gemetar.

Ini sudah lewat jam 11 malam.

Mau ke mana mereka?

Tapi, ia tak punya pilihan selain pergi.

Bersama sang adik, Salsa pun terus berjalan tanpa arah dan tujuan.

"Kak, kita sebenarnya mau ke mana? Kaki Dara udah pegel banget," keluh Dara pada akhirnya, sambil menjatuhkan diri di sisi jalanan.

Tampak jelas, anak kecil itu sangat kelelahan.

Salsa lantas tersenyum kecut. Mereka memang sudah berjalan cukup jauh.

Namun, semua tempat penginapan sudah tutup.

Pun ada yang buka, uang Salsa tak cukup untuk menyewanya.

“Tunggu ya, Dek. Kita—”

Ucapan Salsa menggantung kala tak sengaja melihat beberapa orang tidur beralaskan kardus di depan kompleks ruko.

Meski tampak tak nyaman, mereka tertidur lelap.

"Dek, kita tidur di sana dulu. Apakah tidak apa-apa?" tanya Salsa.

Adiknya itu tampak terkejut.

Namun, tak lama Dara akhirnya pun mengangguk.

Jadi, berbantalkan tas dan sambil berpelukan, Dara memaksakan diri untuk tidur bersama orang-orang yang terlebih dahulu di sana.

Meninggalkan Salsa yang masih termenung memikirkan rencana di hari esok.

Salsa mungkin akan menjual ponsel miliknya lalu mencari kontrakan sepetak?

Lalu, mencari pekerjaan untuk melanjutkan hidup dan biaya sekolah Dara setelahnya.

Entahlah, Salsa tak tahu.

Tak lama, gadis itu pun menyusul sang adik untuk tertidur.

Hanya saja, siapa mengira kemalangan terus berlanjut bagi kedua kakak adik tersebut…?

Baru beberapa jam tertidur, Salsa terbangun dalam kebingungan.

Bugh!

Dia merasa tubuhnya tertimpa beban yang berat dan mendengar suara teriakan wanita yang begitu keras.

“Ada apa–?

"Akh! Kakiku sakit sekali! Kenapa bisa ada orang yang tidur di sini?!"

Deg!

Salsa sontak memperhatikan sekeliling.

Dia masih ada di kompleks ruko.

Tapi, tidak ada lagi orang-orang beralaskan kardus di sana, selain Dara dan Salsa….

Dan yang mengerikannya adalah beberapa orang yang tampak seperti … kru pemotretan tampak mengelilingi mereka.

"Ya ampun, Nyonya Indri!" panik salah satu dari mereka–menyadarkan Salsa dari lamunan.

"Cepat hubungi ambulans!"

“Benar! Jangan sampai kita dituntut Tuan Januarta.”

Dengan cepat, mereka berkerumun di dekat perempuan yang terjatuh tadi dan membawanya ke rumah sakit!

Salsa terdiam.

Meski masih tidak tahu siapa wanita yang terjatuh tadi, alarm berbahaya seolah berbunyi di kepalanya.

Dia pun memeluk Dara–hendak mengajaknya kabur dari sana.

Sayangnya, seseorang dengan tampang seram, tiba-tiba mencegat keduanya.

Bahkan, langsung menarik Dara dari pelukan Salsa.

"Kak!" pekik Dara, ketakutan.

Melihat itu, tubuh Salsa gemetar. Terlebih kala mendengar ucapan salah satu dari mereka.

"Anda harus ikut ke rumah sakit bersama kami dan bertanggung jawab pada Nyonya Indri Januarta,” ucapnya, “jadi, adik Anda harus ditinggalkan bersama tim kami terlebih dahulu sebelum masalah ini selesai."

Deg!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status