Ketika Melahirkan di Tempat Mertua

Ketika Melahirkan di Tempat Mertua

last updateLast Updated : 2023-11-19
By:  Enik Wahyuni  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
108Chapters
16.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Andira Dilbara, seorang istri yang memutuskan untuk mengikuti perintah sang suami. Ia tinggal bersama keluarga suaminya ketika dekat waktu melahirkan. Namun siapa sangka, derita demi derita harus Andira rasakan karena keegoisan Ibu mertua dan saudara iparnya, Rosa. Berawal dari Andira yang melahirkan secara sesar membuat murka sang mertua. Begitupun Rangga–sang suami, alih-alih melindungi sang istri dari cengkraman Ibunya, justru semakin menambah beban Andira yang berat. Beruntung, Andira mempunyai tetangga baik, yang selalu membantunya ketika susah. Hari-hari Andira lewati dengan penuh masalah dab ancaman dari Ibu mertua serta suaminya sendiri. Masalah semakin rumit, ketika Andira memegang rahasia besar suami dari iparnya yang bernama Rudi. Hingga suatu ketika perut Andira mengalami luka dan luka lagi karena terlalu banyak tekanan. Merasa hidupnya tak lagi aman dan terancam, Andira mencoba untuk kabur dari rumah di saat semua orang pergi. Rudi –suami dari Rosa– yang ternyata sudah mengintai menghalangi Andira dan ingin melecehkannya. Teriakan Andira berhasil mengundang perhatian seseorang sebelum kondisinya kritis. Tak cukup sampai di situ, lenyapnya Andira justru menimbulkan fitnah dari keluarga sang suami. Bagaimana kondisi Andira selanjutnya? Apakah Baby Blues menyerangnya, atau mungkin menyisakan trauma? Pun kehidupan keluarga sang suami yang mulai berubah semenjak Andira menghilang.

View More

Latest chapter

Free Preview

BAB 1. Hal yang Menegangkan.

Ketika Melahirkan di Tempat MertuaBAB : 1Hal yang menegangkan.***"Apa sih, An, ganggu aja. Emang gak lihat apa, aku lagi kerja?" ketus Mas Rangga saat aku menelponnya. Setelah tiga kali menelpon, baru ini diangkat oleh Mas Rangga. "Mas, sepertinya aku mau lahiran, deh. Perutku sakit banget. Mas, bisa pulang sekarang kan?" Keluhku sambil menahan sakit. "Ya, kan dirumah ada Ibu. Minta tolong sama Ibu. Aku lagi kerja, jangan ganggu dulu lah," ujar Mas Rangga di seberang sana."Mas, di rumah gak ada siapa-siapa, tolong aku, Mas. Ibu pergi sama Mbak Rosa tadi, sampai sekarang belum pulang," ucapku yang semakin menahan sakit di perut. "Ya, salah siapa tadi kamu gak ngomong sama Ibu. Kalau ngomong kan pasti Ibu bakal ngejaga kamu. Udahlah, tunggu saja Ibu pulang! Aku masih sibuk disini!"Tit. Telpon dimatikan. Mas Rangga mematikan teleponku begitu saja. Mas Rangga benar-benar kelewatan. Disaat aku mau melahirkan seperti ini, dia tak peduli sama sekali denganku. Begitu juga Ibu mer

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Enik Wahyuni
Semangat, Andira
2022-07-09 18:17:55
0
108 Chapters

BAB 1. Hal yang Menegangkan.

Ketika Melahirkan di Tempat MertuaBAB : 1Hal yang menegangkan.***"Apa sih, An, ganggu aja. Emang gak lihat apa, aku lagi kerja?" ketus Mas Rangga saat aku menelponnya. Setelah tiga kali menelpon, baru ini diangkat oleh Mas Rangga. "Mas, sepertinya aku mau lahiran, deh. Perutku sakit banget. Mas, bisa pulang sekarang kan?" Keluhku sambil menahan sakit. "Ya, kan dirumah ada Ibu. Minta tolong sama Ibu. Aku lagi kerja, jangan ganggu dulu lah," ujar Mas Rangga di seberang sana."Mas, di rumah gak ada siapa-siapa, tolong aku, Mas. Ibu pergi sama Mbak Rosa tadi, sampai sekarang belum pulang," ucapku yang semakin menahan sakit di perut. "Ya, salah siapa tadi kamu gak ngomong sama Ibu. Kalau ngomong kan pasti Ibu bakal ngejaga kamu. Udahlah, tunggu saja Ibu pulang! Aku masih sibuk disini!"Tit. Telpon dimatikan. Mas Rangga mematikan teleponku begitu saja. Mas Rangga benar-benar kelewatan. Disaat aku mau melahirkan seperti ini, dia tak peduli sama sekali denganku. Begitu juga Ibu mer
Read more

BAB 2. POV Rangga.

Ketika Melahirkan Di Tempat MertuaBAB : 2Semua Salah AndiraPOV RANGGA"Dasar Andira, kerjaannya cuma ganggu aja," gerutuku dalam hati. Sungguh, rasanya sangat kesal melihat Andira yang tak bisa Lmandiri sendiri. Sengaja aku menyuruh Andira melahirkan di rumah Ibu biar aku gak repot. Tapi tetap saja, sedikit-sedikit menelpon. Semakin membuatku kesal saja.Awalnya setelah menikah, kita mengontrak di sebuah rumah yang tak jauh dari rumah Ibu. Jaraknya sekitar dua jam perjalanan jika ditempuh dengan menggunakan motor. Andira mengajak ngontrak karena ingin mandiri, katanya. Namun, ketika perut Andira mulai membesar, Ibu memintaku untuk pindah saja ke rumah. "Sayang uangnya, Ga, daripada untuk membayar kontrakan rumah, mending uangnya dikasihkan ke Ibu. Udah gitu Andira juga bisa terurus kalau sama Ibu disini," teringat ucapan Ibu waktu itu.Ibu dengan begitu tulus menawarkan bantuan pada kami, aku dan Andira. Namun susah sekali bernegosiasi dengan Andira. Setelah mengucap beberapa ja
Read more

BAB 3. Katanya Menjenguk, Tapi?

Ketika Melahirkan di Rumah MertuaBAB : 3Katanya Menjenguk, Tapi?***"Mbak Andira, sudah ada Ibu. Saya permisi pulang dulu ya," ujar Mbak Winda. "Makasih banyak ya, Mbak. Entahlah, kalau gak ada Mbak Win gak tahu nasibku gimana. Cuma Mbak Win yang baik padaku saat ini," ucapku yang sengaja menyindir Ibu mertua. Entahlah, Ibu merasa atau tidak, mendengar ucapanku Ibu mertua mendelik matanya."Sekali lagi, maaf lo Mbak Win. Memang Andira ini sukanya ngerepotin orang terus. Padahal sudah tak bilangin belajar mandiri, eh, malah manggil Mbak Win di rumah!" ujar Ibu enteng. Sungguh, aku bingung dengan pemikiran Ibu mertua saat ini, kalau aku dianggap beban kenapa memintaku untuk melahirkan di rumahnya? Kenapa tak membiarkanku dikontrakan saja, toh aku juga lebih senang tinggal di kontrakan ketimbang sama Ibu yang banyak huru hara."Ah, gak repot, Bu, justru saya senang bisa membantu Mbak Andira. Kalau gitu, saya permisi dulu ya, Bu," ujar Mbak Winda.Namun sebelum Mbak Winda bera
Read more

BAB 4. Biaya Rumah Sakit.

Ketika Melahirkan di Tempat MertuaBAB : 4Siapa yang menanggung biaya Rumah sakit?POV RANGGA***"Jangan macem-macem kamu sama aku, Andira. Aku minta kamu bertanggung jawab atas pilihanmu kesini. Kenapa kamu mengungkit uang yang sekarang sudah tak ada wujudnya!" ucapku yang sangat geram sekali."Ada atau tidak, itu bukan urusanku, Mas. Karena aku hanya mengingatkan janji yang pernah kamu ucapkan. Oh ya, daripada Mas Rangga capek berdebat denganku, lebih baik pikirkan biaya untuk membayar persalinanku di rumah sakit ini," Memang benar-benar sialan Andira ini. Aku yang panik setengah mati memikirkan biayanya, tapi dia malah terlihat santai seperti ini. Dia yang berulah tapi aku yang menanggung akibatnya. Aku disini hanya menahan geram luar biasa. Tak bisa berbuat apa-apa karena masih berada di rumah sakit. Awas kamu Andira, habis kau nanti setelah berada di rumah!"Istrimu ini memang keterlaluan, Ga. Nggak menghargai suami sama sekali. Biar sajalah dia di rumah sakit, tak usah kita u
Read more

BAB 5. Kesepakatan.

Ketika Melahirkan Di Tempat Mertua.BAB : 5Kesepakatan.***Aku menangis sesenggukan seorang diri disini. Menangis untuk menghilangkan sesak di dalam sini. Aku tak habis pikir dengan sikap mereka. Menjenguk bayiku saja tidak, tetapi sudah meributkan biaya yang memang menjadi tanggungannya. Dan Mas Rangga, apa dia tak ingin sedikit saja menengok anaknya? Cukuplah ini air mata terakhir. Tangisanku terlalu berharga untuk mereka. Aku tak mau terlihat lemah di depan mereka.Empat hari sudah aku berada di rumah sakit. Mas Rangga dan Ibu hanya menjengukku sebentar saja. Itu pun selalu merusuh dan bicara menyakitkan. Kata Dokter, hari ini aku sudah boleh pulang. Tentu saja Mas Rangga tahu, karena memang Dokter sendiri yang berbicara dengan Mas Rangga kemarin.Aku sudah menelpon Ibu di kampung. Karena Bapak sedang sakit, jadi aku melarang Ibu untuk kesini dulu. Lagian, saat ini bukan waktu yang pas untuk Ibu berkunjung. Aku tak ingin Ibu melihat perlakuan mereka yang menjengkelkan. "Maaf, B
Read more

BAB : 6. Kesepakatan Dimulai

BAB : 6Kesepakatan Dimulai.POV RANGGANafasku menderu saat Andira memberikan kertas berisi surat perjanjian untukku. Jelaslah itu sah dimata hukum, jika terbubuh tanda tangan diatas materai. Ternyata aku masih kalah licik dengan Andira. Aku tak menyangka kalau orang yang dulu lugu dan penurut, kini berubah menjadi licin seperti belut. Ternyata Andira memang tak main-main dengan ucapannya. Setelah ada pemberitahuan dari Suster tentang kepulangannya hari ini, dia berkemas sendiri, dan tak sedikitpun melirik ke arahku. Tok tok! Permisi, Maaf Pak, ditunggu di ruang administrasi sekarang. Masih ada yang belum diselesaikan," ucap seorang suster yang baru datang tersebut."Apalagi?""Saya hanya menyampaikan pesan, Pak. Untuk lebih jelasnya, silahkan bertanya langsung pada yang berjaga. Permisi!" ucap Suster tersebut, lantas keluar dari ruangan ini. Aku melirik tajam ke arah Andira. Namun sepertinya Andira nampak cuek saja. Ia masih merapikan barang-barangnya. Lebih baik aku ke ruang a
Read more

BAB 7. Babak Baru Dimulai

BAB : 7. Babak Baru Dimulai.***"Mulutmu itu dijaga kalau ngomong, An. Ngelahirin aja minta sesar, kok segala ngomongin Rosa. Udah, mendingan kamu pulang dulu sana!" sungut Ibu mertua meluap-meluap. Emang bener kan, kalau tujuannya kesini cuma pamer mobil doang. Lah, mau jemput siapa? Mas Rangga juga bawa motor."Sudahlah, An, mending kamu pulang dulu saja. Jangan bikin ribut disini, malu tau dilihat orang!" ketus Mas Rangga menatap tajam ke arahku.Tanganku mengepal kuat mendengar ucapan Mas Rangga. Seharusnya Mas Rangga bisa menjadi jembatan antara aku dan keluarganya. Namun malah ikutan memojokkanku. Apa dia tak memikirkanku sama sekali? Ah, lupa, jelas dia tak bisa berpikir dengan baik, otaknya saja sudah digadaikan. Okelah, aku ikuti permainan kalian semua."Baiklah Mas, aku pulang duluan. Tapi aku tak mau naik ojek, aku maunya naik taxi aja. Kalian semua naik mobil masa aku ojek." "Eh, eh, apa-apaan minta naik taxi segala. Emang kamu gak tau, taxi itu mahal. Lihatlah, Rangga
Read more

BAB 8. Sakit Hati.

BAB : 8Sakit hati yang belum terbalaskan.POV RANGGAAku masih mematung di tempat ketika Andira berlalu dari hadapanku. Andira sekarang memang tak bisa dianggap remeh. Uang dari penjualan emas kemarin hampir habis dipakai untuk Andira sendiri. Padahal nilainya lumayan besar, 15 juta hampir habis dalam hitungan hari. Bahkan belum genap tiga hari."Rangga, Ibu mau jalan-jalan dengan Rosa menggunakan mobil baru. Ibu minta uang dong," Pinta Ibu menadahkan tangannya.Ah, kenapa semua orang jadi menyebalkan seperti ini, sih. Tadi Andira, sekarang Ibu. Tak bisakah aku tenang sedikit saja."Uangku habis, Bu, buat biaya Andira.""Yaudah kalau gitu, balikin emas-emas Ibu!" Mataku melotot mendengar ucapan Ibu. Begitu juga Mbak Rosa yang nampak mendelikkan mata. Tak bisakah Ibu mengerem mulutnya? Kurogoh kantong lantas mengeluarkan selembar warna merah pada Ibu, namun mukanya masih masam."Kok selembar? Tadi Andira dua lembar lo.""Aku capek, Bu, mau pulang!" ketusku sambil berlalu meninggalka
Read more

BAB 9. Teman-teman Ibu

BAB : 9Ketika Teman-teman Ibu Berkunjung.***"Rangga, lagi ngapain kamu? Yang benar saja Andira, kamu menyuruh Rangga mencuci baju. Kalau manja jangan kebangetan," sinis Ibu meradang.Jelas meradang, karena selama ini Mas Rangga tak pernah menyentuh pekerjaan di rumah, apalagi mencuci baju. Aku terkikik geli melihat Mas Rangga yang cuek mendengar Ibu merepet. Padahal Ibu gak tahu apa yang Mas Rangga lakukan padaku tadi. Yang Ibu lihat ketika Ibu baru pulang adalah Mas Rangga nampak membantuku mencuci baju.Perdebatan dengan Mas Rangga tadi memang menyisakan sedikit ngilu di daerah perut. Semoga tak terjadi apa-apa di sekitar sini. Berhadapan dengan Mas Rangga memang tak perlu menggunakan otot, karena pasti aku sendiri yang repot. Aku harus cari cara supaya tetap aman dan waras disini. Terlebih harus cepat sembuh, agar bisa pergi jauh selamanya dari neraka ini. Ya, selamanya, karena setelah ini aku akan menggugat cerai Mas Rangga."Daripada berisik, mending Ibu bantuin jemur!" Aku
Read more

BAB 10. Ucapan Menyakitkan.

BAB : 10Ucapan yang Menyakitkan.***Mataku mengerjap ketika mendengar suara adzan mengalun merdu. Kania juga masih tertidur dengan pulas karena semalem sempat bangun beberapa kali. Mas Rangga? Terserahlah mau tidur dimana. Semenjak ada Kania dia memang tak mau tidur sekamar denganku. Berisik dengan tangis Kania katanya. Miris bukan? Tapi aku tak mau ambil pusing, toh nanti juga Kania tak akan melihat ayahnya lagi ketika aku pergi dari sini. Sejenak kurentangkan tangan dan leher yang terasa pegal. Setelah membersihkan diri aku lantas bersiap diri untuk bergegas ke tukang sayur sebelah. Dengan meninggalkan anakku yang masih tertidur pulas, aku berjalan pelan menuju tukang sayur. Semua penghuni rumah ini masih tertidur pulas, aku tak mungkin berdiam diri di dalam rumah. Sedangkan saat ini, ada Kania yang membutuhkanku. "Eh, Mbak Andira, baru melahirkan kok sudah sampai sini?" ujar Mamang tukang sayur."Iya, Mang, pelan-pelan juga bisa kok. Mumpung Dedeknya masih tidur juga, jadi pen
Read more
DMCA.com Protection Status