Anak Pulau: Pembawa Kekuatan Legenda

Anak Pulau: Pembawa Kekuatan Legenda

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Oleh:   mahmud23  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
20Bab
19Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sinopsis

"Anak Pulau: Pembawa Kekuatan Legenda" adalah sebuah novel epik yang mengisahkan perjalanan seorang pemuda dari sebuah pulau terpencil yang tiba-tiba mendapatkan kekuatan legendaris. La Patiwaji, seorang anak muda yang dilahirkan di desa yang damai, tak pernah menduga bahwa dirinya akan terpilih untuk membawa beban besar yang akan mengubah takdir seluruh dunia. Dengan kekuatan luar biasa yang diwariskan melalui legenda kuno, La Patiwaji harus berhadapan dengan berbagai rintangan—baik dari musuh-musuh yang mengincar kekuatan tersebut, maupun dari sisi dirinya sendiri yang harus belajar untuk mengendalikan dan memanfaatkan kekuatan tersebut demi kebaikan. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan berbagai karakter yang memberikan pelajaran tentang keberanian, pengorbanan, dan cinta yang tidak hanya menguji kekuatannya, tetapi juga keteguhan hatinya. Ketika dunia terancam oleh kekuatan gelap, La Patiwaji harus memilih antara melindungi kedamaian yang telah terjaga atau mengorbankan dirinya untuk membawa perubahan besar. Menelusuri alam semesta yang kaya dengan sejarah dan tradisi, Anak Pulau: Pembawa Kekuatan Legenda menawarkan kisah tentang kepahlawanan, legenda yang hidup, dan pencarian untuk memahami kekuatan sejati dalam diri sendiri.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1 Anak Pulau

Angin laut yang menyapu permukaan pulau Bontosua terasa dingin, meskipun matahari masih menyisakan kilauan merah di ufuk barat. Laut yang tenang bergelombang pelan, menggulung perlahan dengan suara gemericik lembut yang menenangkan. Rumah-rumah panggung Bugis di sepanjang pantai tampak sepi, sebagian besar penghuni desa sudah beristirahat, menyambut malam yang akan datang. Namun, di sebuah rumah sederhana yang terletak lebih jauh dari pesisir, di kaki bukit hijau, sebuah percakapan sedang berlangsung antara seorang pemuda dan ayahnya, yang kini tengah mempersiapkan sesuatu yang besar. Di ruang tamu yang terbuka, dengan angin yang menyusup melalui dinding bambu, La Patiwaji duduk di dekat La Tunrung, ayahnya yang sudah berumur, namun tetap tegap dan penuh semangat. Mereka berdua duduk berhadapan, dengan hanya cahaya lilin yang menerangi ruangan sempit itu, menciptakan bayang-bayang panjang di dinding. "Ayah... apakah benar ini saatnya?" La Patiwaji memulai percakapan, suaranya penuh ...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
20 Bab
Bab 1 Anak Pulau
Angin laut yang menyapu permukaan pulau Bontosua terasa dingin, meskipun matahari masih menyisakan kilauan merah di ufuk barat. Laut yang tenang bergelombang pelan, menggulung perlahan dengan suara gemericik lembut yang menenangkan. Rumah-rumah panggung Bugis di sepanjang pantai tampak sepi, sebagian besar penghuni desa sudah beristirahat, menyambut malam yang akan datang. Namun, di sebuah rumah sederhana yang terletak lebih jauh dari pesisir, di kaki bukit hijau, sebuah percakapan sedang berlangsung antara seorang pemuda dan ayahnya, yang kini tengah mempersiapkan sesuatu yang besar. Di ruang tamu yang terbuka, dengan angin yang menyusup melalui dinding bambu, La Patiwaji duduk di dekat La Tunrung, ayahnya yang sudah berumur, namun tetap tegap dan penuh semangat. Mereka berdua duduk berhadapan, dengan hanya cahaya lilin yang menerangi ruangan sempit itu, menciptakan bayang-bayang panjang di dinding. "Ayah... apakah benar ini saatnya?" La Patiwaji memulai percakapan, suaranya penuh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya
Bab 2 Di Balik Ombak
Malam di Pulau Bontosua memiliki keindahan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Bintang-bintang bersinar terang, seolah berlomba menari di langit gelap. Ombak laut yang tenang menggemakan irama malam yang penuh misteri. Di sebuah titik di tepi pantai, La Patiwaji duduk bersila, menatap laut lepas. Angin malam yang dingin membelai wajahnya, tetapi pikirannya lebih sibuk dari sebelumnya. Sitti Mariam datang mendekat, membawa seikat obor kecil untuk menerangi tempat itu. Wajahnya terlihat prihatin, tetapi dia mencoba menyembunyikannya dengan senyum tipis. "Patiwaji, kau seharusnya beristirahat," katanya sambil meletakkan obor di atas pasir. "Malam ini terlalu dingin untuk duduk lama di sini." "Aku tidak bisa tidur, Mariam," jawab La Patiwaji tanpa menoleh. "Pikiranku penuh dengan hal-hal yang belum bisa kupahami. Apa aku benar-benar bisa menghadapi semua ini?" Mariam duduk di sampingnya, menarik lututnya ke dada sambil memandang lautan yang gelap. "Aku tahu, ini tidak mudah bagimu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya
Bab 3 Legenda Yang Hilang
Pagi itu, angin berhembus lebih dingin dari biasanya, menyentuh wajah Patiwaji dengan lembut saat ia berjalan menyusuri jalan setapak yang menuju hutan. Ia merasa ada sesuatu yang tak beres di dalam dirinya—sesuatu yang belum sepenuhnya ia pahami. Sebuah perasaan yang mendorongnya untuk mencari jawaban lebih dalam, sesuatu yang lebih dari sekadar perjanjian yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Hutan di sekitar pulau ini dikenal sebagai tempat yang penuh misteri. Banyak yang percaya bahwa di sana tersembunyi berbagai kekuatan lama yang mampu mengubah nasib siapa saja yang menemukannya. La Tunrung, ayahnya, pernah memperingatkannya untuk tidak terlalu sering mengunjungi tempat itu. Namun, Patiwaji merasa bahwa jawabannya, jawaban atas apa yang sedang ia cari, ada di dalam hutan itu. Ia harus pergi, meskipun ada banyak yang tidak ia pahami tentang sejarah dan perjanjian keluarganya. Patiwaji berjalan lebih cepat, mengikuti jejak-jejak kaki yang tertinggal di tanah basah. Di ujung jala
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya
Bab 4 Kehidupan Sehari-hari
Setelah perjalanan yang melelahkan, Patiwaji dan rombongannya akhirnya sampai di sebuah desa kecil yang terletak di pinggir hutan. Desa itu tampak sederhana, namun memancarkan aura kedamaian yang jarang mereka temui di sepanjang perjalanan. Rumah-rumah terbuat dari bambu dan daun kelapa, dengan atap yang kokoh dan dinding yang rapi. Pohon kelapa berdiri tegak di sepanjang jalan, memberikan keteduhan dari teriknya matahari yang mulai tinggi. Patiwaji dan Mariam duduk di bawah sebuah pohon kelapa besar, sementara La Balanipa berbicara dengan beberapa orang desa. Suara tawa anak-anak yang bermain di dekat pantai mengalun, memberikan kesan bahwa kehidupan di desa ini berjalan dalam suasana tenang. Namun, di balik kedamaian itu, Patiwaji merasa sesuatu yang lebih besar sedang menanti di balik setiap sudut desa ini. Mariam melirik Patiwaji, yang tampak termenung, matanya menatap laut yang terhampar luas di depan mereka. "Kau tampak cemas, Patiwaji. Apa yang sedang kau pikirkan? Sebelum ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya
Bab 5 Matahari Terbenam di Pulau Kecil
Pagi itu, langit di pulau kecil tampak lebih cerah dari biasanya. Hembusan angin laut yang ringan menambah ketenangan suasana. Di sepanjang pantai yang berpasir putih, ombak bergulung perlahan, seolah menyanyikan sebuah lagu yang menenangkan hati. Desa yang tenang itu seakan mengingatkan Patiwaji tentang betapa singkatnya waktu mereka di sini, dan betapa besar keputusan yang harus mereka buat dalam waktu dekat. Namun, untuk saat ini, mereka hanya bisa menikmati keindahan yang ada di depan mata mereka. Mariam berjalan dengan langkah pelan di sampingnya. Mereka berdua baru saja selesai berbincang panjang dengan Tuan Haya, wanita tua yang bijaksana itu. Setelah mendengarkan kata-katanya, Patiwaji merasa ada sesuatu yang baru dalam dirinya—sesuatu yang mungkin tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata. Ada ketenangan yang mulai meresap ke dalam hatinya, meski kesadaran akan tantangan yang menunggu mereka di luar sana semakin jelas. “Apa yang kita cari di luar sana, Kakanda?” tanya M
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya
Bab 6 Suara Lautan
Malam semakin larut, dan langit yang gelap mulai dihiasi oleh bintang-bintang yang berkelip, seolah menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang yang harus mereka hadapi. Patiwaji dan Mariam berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang lautan luas yang terbentang di depan mereka. Lautan yang menghampar dengan warna hitam pekat, hanya diterangi oleh cahaya bulan yang lembut. Suara ombak yang menghantam batu-batu besar di tepi pantai bergema di udara, seperti suara masa lalu yang ingin mereka dengar lebih jelas.Mariam menatap laut dengan tatapan kosong, seakan menyatu dengan pemandangan yang ada di depannya. "Suara ombak ini, Patiwaji," katanya dengan suara lembut, "mereka seperti menceritakan sebuah kisah yang tak pernah selesai. Kisah tentang kehidupan, tentang perjuangan, tentang harapan dan ketakutan."Patiwaji menoleh, memandang wajah Mariam yang terbungkus dalam bayangan malam. Dia bisa melihat ke dalam matanya, seakan ada sesuatu yang dalam yang sedang bergulat di dalam hatinya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya
Bab 7 Jejak Para Leluhur
Malam itu, angin laut berhembus lebih kencang dari biasanya, menyapu daun-daun kelapa di sekitar mereka. Patiwaji, Mariam, dan Arfan duduk di atas batu besar yang terletak di pinggir pantai, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Laut yang berdebur keras di kejauhan tampak seperti bisikan yang mengingatkan mereka pada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar kehidupan sehari-hari. Suara ombak yang terus menghantam pantai itu terasa seperti sebuah cerita kuno yang terus berulang, tidak pernah selesai, namun selalu mengingatkan pada masa lalu yang penuh makna.“Pernahkah kalian merasa seperti... ada sesuatu yang lebih besar dari kita, sesuatu yang lebih dari sekadar kehidupan ini?” Patiwaji memecah keheningan, suaranya berat, seolah membawa beban yang tidak terlihat. Ia menatap jauh ke laut, mencoba menemukan jawabannya di sana, namun yang ada hanyalah luasnya samudra yang tak terbatas.Mariam menatapnya dengan penuh perhatian. “Kita semua, pada dasarnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya
Bab 8 Pembelajaran Awal
Pagi itu, matahari menyinari pulau dengan sinarnya yang lembut, membawa kehangatan yang menyelimuti tanah yang basah oleh embun pagi. Laut tampak lebih tenang, namun masih ada deburan ombak yang menyapu pantai, seakan mengingatkan mereka akan kekuatan alam yang selalu siap menantang. Patiwaji, Mariam, dan Arfan berkumpul di luar rumah yang sederhana, siap untuk memulai perjalanan mereka ke pulau yang telah lama menjadi misteri dalam cerita leluhur mereka.Patiwaji melihat ke sekeliling, memeriksa persiapan terakhir mereka. Ia merasa ketegangan di udara—sebuah perasaan campur aduk antara antusiasme dan ketakutan. Mereka telah memutuskan untuk berlayar pagi itu, dan meskipun mereka tahu perjalanan ini akan penuh dengan tantangan, mereka juga menyadari bahwa ini adalah langkah pertama mereka menuju sesuatu yang jauh lebih besar.“Aku rasa semuanya sudah siap,” kata Patiwaji, matanya memeriksa perahu yang terikat di dermaga. “Perjalanan ini akan memerlukan semua kekuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya
Bab 9 Keajaiban Alam
Suasana di tengah hutan semakin mencekam. Udara yang berat, seolah menahan napas, memantulkan suara langkah kaki mereka yang tersebar di antara pepohonan tinggi yang memeluk tanah seperti tangan-tangan besar. Patiwaji, Mariam, dan Arfan berjalan dengan penuh kewaspadaan, mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan oleh leluhur mereka. Mereka telah melewati jalan setapak yang penuh dengan tantangan—pegunungan terjal, sungai-sungai kecil yang mengalir deras, dan hutan lebat yang hampir menutupi sinar matahari. Namun, mereka merasakan adanya sebuah daya tarik kuat, seolah alam itu sendiri ingin menunjukkan sesuatu yang lebih besar.“Perhatikan sekitar kita,” kata Patiwaji dengan suara yang lebih rendah dari biasanya. “Sepertinya alam ini tahu kita sedang dalam perjalanan penting. Tidak ada yang kebetulan di tempat ini.”Mariam menatap pepohonan yang menjulang tinggi, lalu beralih ke Arfan. “Aku merasa ada yang berbeda, seolah ada sesuatu yang hidup di dalam setiap helaian
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya
Bab 10 Warisan Tersembunyi
Gua itu terasa semakin dalam dan sepi, udara yang lembap menyelimuti setiap sudutnya. Patiwaji, Mariam, dan Arfan melangkah dengan hati-hati, mata mereka menyesuaikan dengan gelapnya lorong yang semakin menciut. Suara langkah mereka terdengar menggema, tetapi tidak ada yang berani bersuara. Di hadapan mereka, lelaki tua yang tadi mengajak mereka berjalan perlahan, memimpin jalan dengan tenang.Mariam merasa terpesona dengan suasana yang begitu penuh misteri. Gua ini bukan hanya tempat yang tampaknya usang, tetapi juga menyimpan aura yang lebih dalam dari sekedar ruang kosong. Ukiran-ukiran kuno di dinding gua tampak begitu indah, meskipun sebagian besar sudah tergerus waktu, namun masih bisa dibaca—berisi simbol-simbol yang belum pernah mereka lihat sebelumnya."Ini semua adalah warisan leluhur," ujar lelaki tua itu dengan suara dalam, menghentikan langkahnya di depan salah satu ukiran yang tampaknya lebih besar daripada yang lainnya. "Ukiran-ukiran ini menceritaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status