Keira adalah seorang wanita muda dari keluarga kaya yang hidupnya penuh kemewahan. Suatu hari, ayahnya memutuskan untuk mempekerjakan seorang sopir pribadi bernama Adrian, pria yang sederhana dan terlihat biasa saja. Namun, Adrian memiliki rahasia besar: dia sebenarnya seorang miliarder yang menyamar untuk mencari tahu seperti apa kehidupan sederhana dan memahami nilai manusia sejati. Hubungan mereka yang awalnya kaku mulai berubah ketika Adrian dengan bijaksana dan penuh perhatian membantu Keira melewati berbagai masalah hidup, termasuk konflik keluarganya, sahabat palsu, hingga rasa kesepian yang tak pernah dia sadari. Seiring waktu, Keira mulai jatuh hati pada Adrian tanpa tahu identitas aslinya. Namun, bagaimana reaksi Keira saat rahasia Adrian terungkap?
Lihat lebih banyakMalam semakin pekat saat Keira, Adrian, Samantha, dan Dylan menyusuri jalanan gelap menuju titik pertemuan. Hanya suara angin dan derap langkah mereka yang terdengar.Keira merapatkan jaket yang diberikan Dylan, berusaha menghalau dingin sekaligus menutupi identitasnya. Mereka harus bergerak cepat sebelum orang-orang Victor menyadari keberadaan mereka.Adrian berjalan di sampingnya, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Samantha masih mengikuti. Gadis itu tampak pucat, tetapi tetap berusaha tegar."Kita hampir sampai," bisik Dylan, mempercepat langkahnya.Di depan, samar-samar terlihat sebuah mobil hitam terparkir di bawah jembatan kecil. Lampunya dimatikan, dan hanya suara mesin yang terdengar pelan."Siapa yang menunggu di sana?" tanya Adrian waspada."Orang kepercayaanku," jawab Dylan. "Dia bisa membawa kita keluar dari kota tanpa terdeteksi."Mereka terus melangkah hingga akhirnya mencapai mobil itu. Seorang pria berkacamata hitam turun dari kursi kemudi, meskipun mala
Udara pagi masih dingin saat Keira, Adrian, dan Samantha melangkah keluar dari rumah persembunyian mereka. Langit berwarna abu-abu, seolah mencerminkan suasana hati mereka yang dipenuhi kewaspadaan. Adrian berjalan paling depan, matanya tajam menyapu lingkungan sekitar. Keira dan Samantha mengikutinya dengan hati-hati, tas kecil berisi barang-barang penting menggantung di punggung mereka. “Kita ke mana sekarang?” bisik Keira. Adrian melirik arlojinya sebelum menjawab. “Ada tempat yang aman di pinggiran kota. Aku punya kontak di sana yang bisa membantu kita keluar dari negara ini dengan aman.” Samantha mendesah pelan. “Keluar dari negara ini? Apa itu satu-satunya pilihan kita?” Adrian menatapnya serius. “Victor tidak akan berhenti sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Kita harus berada di luar jangkauannya.” Keira menelan ludah. Membayangkan meninggalkan semua yang ia kenal terasa berat, tetapi ia tahu ini bukan tentang dirinya saja. Ini tentang berta
Malam mulai menyelimuti langit saat Keira, Adrian, dan Samantha akhirnya mencapai pinggiran hutan. Napas mereka masih terengah-engah setelah pelarian panjang yang hampir membuat mereka tertangkap.Keira menatap Adrian dengan khawatir. “Apa yang harus kita lakukan sekarang? Mereka masih mencari kita.”Adrian mengedarkan pandangannya ke sekitar. Hutan mulai beralih ke tanah lapang dengan beberapa gudang tua yang tampak terlantar. Ia menunjuk ke salah satu bangunan yang terlihat lebih kokoh. “Kita bersembunyi di sana dulu. Kita butuh tempat untuk menyusun rencana sebelum melanjutkan perjalanan.”Samantha tampak ragu. “Bagaimana kalau tempat itu tidak aman?”Adrian menatapnya tajam. “Saat ini, kita tidak punya pilihan lain.”Mereka bertiga bergerak dengan hati-hati, menyelinap ke dalam gudang tua yang pintunya setengah terbuka. Begitu masuk, mereka mendapati ruangan luas dengan beberapa tumpukan kayu dan alat-alat pertanian berkarat. Bau tanah lembap bercampur debu memenuhi udara.Ke
Malam semakin larut, dan udara dingin mulai merayapi rumah kecil itu. Keira duduk di dekat perapian, tangannya memeluk lutut, mencoba mencari kehangatan. Samantha beristirahat di sofa, sementara Adrian sibuk memeriksa peta digital di ponselnya.Suasana hening, tetapi bukan ketenangan yang nyaman—melainkan ketegangan yang menggantung di udara.Keira mengangkat wajahnya. “Adrian, menurutmu Victor akan menemukan kita secepat itu?”Adrian menghela napas panjang. “Victor bukan orang yang mudah menyerah. Tapi sejauh ini, kita masih memiliki sedikit keunggulan.”Samantha menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa, matanya menatap langit-langit. “Masalahnya, kita tidak bisa bersembunyi selamanya. Kita harus berpikir bagaimana mengakhiri ini.”Keira menatap Samantha. Ia tahu perempuan itu benar. Mereka tidak bisa terus-menerus melarikan diri.“Lalu, apa rencanamu?” tanya Keira akhirnya.Adrian menatap Samantha sejenak sebelum menjawab. “Aku punya beberapa kontak yang bisa membantu kita. Tapi k
Mobil melaju kencang di jalan berbatu, meninggalkan villa Victor yang kini sudah jauh di belakang mereka. Di dalam mobil, suasana terasa tegang.Keira duduk di kursi penumpang, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan Samantha yang masih menekan lukanya."Kau yakin baik-baik saja?" tanya Keira dengan nada khawatir.Samantha mengangguk pelan, meskipun wajahnya sedikit pucat. "Ini hanya luka ringan. Aku pernah mengalami yang lebih buruk," jawabnya, berusaha tetap tenang.Adrian tetap fokus pada jalan di depan. Tangannya erat menggenggam setir, memastikan mereka tidak tersesat atau masuk ke dalam perangkap."Kita harus segera menemukan tempat aman untuk bersembunyi," kata Adrian. "Victor pasti sudah menyebar anak buahnya untuk mencari kita."Keira menelan ludah. "Kau ada ide ke mana kita harus pergi?"Adrian terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku punya tempat di luar kota. Rumah kecil yang jarang dipakai. Itu cukup jauh dari sini dan aman."Keira mengangguk, mempercayai pen
Alarm terus berbunyi, memecah keheningan malam di villa Victor. Lampu merah berkedip-kedip di sepanjang koridor, menandakan bahwa mereka telah terdeteksi.Keira merasakan jantungnya berdetak begitu cepat saat ia, Adrian, dan Samantha berlari melewati lorong sempit, berusaha mencari jalan keluar."Ke arah sini!" bisik Samantha, menunjuk sebuah pintu kecil di ujung lorong.Adrian menarik Keira, memastikan ia tetap dekat dengannya. "Jangan lepas tanganku," katanya tegas.Keira mengangguk, meskipun ketakutan mulai menyelimutinya.Begitu mereka mencapai pintu itu, Samantha dengan cepat mengeluarkan alat kecil dari sakunya dan mengutak-atik panel kunci elektronik di sebelahnya."Ayo cepat, Sam," bisik Keira, merasa waktu mereka semakin menipis.Langkah kaki para penjaga semakin mendekat. Mereka bisa mendengar suara perintah tegas melalui radio yang dibawa para penjaga.Klik.Pintu terbuka tepat pada waktunya.Mereka bertiga segera masuk dan menutup pintunya kembali dengan cepat. Ruangan y
Gudang tua yang awalnya terasa begitu sunyi kini dipenuhi aura ketegangan. Samantha menatap Adrian dan Keira dengan penuh keyakinan, sementara keduanya masih mencoba memahami situasi yang baru saja terungkap.Keira melirik Adrian, mencari jawaban dalam tatapan pria itu. Apakah mereka benar-benar bisa mempercayai Samantha? Ataukah ini hanya bagian dari rencana lain yang lebih berbahaya?Adrian akhirnya menarik napas panjang dan bersuara, “Kau bilang punya akses ke sistem Victor. Sejauh mana?”Samantha tersenyum samar, tetapi ada bayangan kelelahan di matanya. “Aku sudah lama bekerja di bawahnya, Adrian. Aku tahu hampir semua kelemahannya.""Aku bisa masuk ke beberapa jaringan komunikasinya, melihat sebagian transaksi rahasianya, dan… yang lebih penting, aku tahu di mana dia menyimpan sesuatu yang paling berharga.”Keira mengernyit. “Apa itu?”Samantha menatapnya tajam. “File hitam.”Adrian langsung memahami maksudnya. “Data tentang semua orang yang pernah bekerja dengannya… termasu
Malam terasa semakin mencekam setelah pesan misterius itu masuk ke ponsel Keira.Adrian berdiri di tepi jendela apartemen, menatap ke luar dengan rahang mengeras. Matanya menyapu setiap sudut jalanan di bawah, mencari tanda-tanda seseorang yang mencurigakan.Sementara itu, Keira masih duduk di sofa dengan ponselnya tergenggam erat. Jemarinya sedikit gemetar, bukan hanya karena ketakutan, tetapi juga karena marah.“Kita tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut,” katanya akhirnya.Adrian menoleh, lalu berjalan mendekatinya. Ia duduk di sebelah Keira dan meraih tangannya, mencoba menenangkan.“Aku tahu,” balasnya. “Tapi kita harus berhati-hati. Orang ini jelas tidak main-main.”Keira menarik napas dalam-dalam. Ia tidak ingin merasa lemah, tidak ingin terus-menerus menjadi korban.“Aku ingin melawan,” katanya dengan suara mantap. “Aku ingin kita menemukan siapa mereka dan menghentikan semua ini.”Adrian menatapnya dalam-dalam, lalu mengangguk. “Kalau begitu, kita mulai dari sini.”Ia me
Setelah jebakan mereka berhasil, Keira, Adrian, dan Ethan tahu bahwa ini baru awal dari permainan berbahaya yang sedang mereka jalani.Mereka tidak tahu siapa musuh mereka sebenarnya, tapi satu hal yang pasti—orang itu cukup cerdas untuk tetap berada dalam bayang-bayang.Adrian menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap layar laptop Ethan. “Kita harus mencari cara untuk memancing mereka keluar lebih jauh.”Ethan mengetukkan jarinya ke meja, berpikir. “Kita bisa mencoba menelusuri aktivitas digital mereka. Jika mereka cukup bodoh untuk terus berkomunikasi dengan kita, akan ada celah yang bisa kita manfaatkan.”Keira menghela napas,Setelah jebakan mereka berhasil, Keira, Adrian, dan Ethan tahu bahwa ini baru awal dari permainan berbahaya yang sedang mereka jalani.Mereka tidak tahu siapa musuh mereka sebenarnya, tapi satu hal yang pasti—orang itu cukup cerdas untuk tetap berada dalam bayang-bayang.Adrian m
Hari itu, suara burung di taman keluarga Hartono terdengar seperti biasa, tetapi di dalam rumah megah itu, suasana jauh dari tenang. Keira duduk di sofa ruang tamu dengan kaki disilangkan, memelototi ayahnya yang duduk berhadapan dengannya. Di tangannya, sebuah cangkir kopi hampir tumpah karena tangannya yang bergerak-gerak gelisah. “Kenapa sih, Ayah selalu memaksakan kehendak?” sergah Keira dengan nada tinggi. “Aku bukan anak kecil lagi!” Tuan William Hartono, pengusaha dengan reputasi keras dan disiplin, tetap tenang menghadapi protes putrinya. Dengan rambut mulai memutih dan wajah tegasnya, ia menyampaikan pendapatnya dengan nada dingin. “Keira, sudah berapa kali aku bilang, ini soal keamanan. Kau mungkin merasa bisa menjaga dirimu sendiri, tapi nyatanya kau ceroboh. Sudah dua kali kau hampir terlibat kecelakaan dalam satu bulan terakhir,” katanya “Kalau soal itu, aku bisa lebih hati-hati! Tidak perlu menyewa orang asing untuk mengikuti aku ke mana-mana.” Tuan William meny...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen