Home / Romansa / SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER / Bab 8: Jaring Pengkhianatan

Share

Bab 8: Jaring Pengkhianatan

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2024-12-01 15:10:55

Malam itu, Keira duduk sendirian di kamarnya. Surat ancaman, luka-luka Adrian, dan pengkhianatan di perusahaan ayahnya bercampur menjadi satu di pikirannya. Ia merasa dikhianati oleh dunia yang selama ini dianggap aman.

Dulu, rumahnya adalah tempat berlindung. Kini, setiap sudut rumah tampak seperti jebakan. Setiap wajah, bahkan yang paling ramah sekalipun, terasa penuh dengan kebohongan.

Ketika Adrian mengetuk pintu dan masuk, ia melihat Keira duduk di lantai, memeluk lututnya. Wajah gadis itu terlihat lelah dan putus asa.

"Keira," panggil Adrian dengan lembut.

Namun, Keira tidak menoleh. "Semua ini terlalu banyak, Adrian." Suaranya pelan, nyaris berbisik, tetapi penuh dengan rasa sakit.

Adrian mendekat dan duduk di sampingnya. "Saya tahu ini sulit. Tapi kita harus tetap kuat."

Keira mendongak, matanya penuh air mata. "Kuat? Bagaimana aku bisa kuat, Adrian? Keluargaku sedang dihancurkan. Orang-orang yang aku percayai mungkin pengkhianat. Dan aku… aku hanya seorang gadis yang tidak tahu apa-apa!"

Adrian terdiam sejenak, lalu meletakkan tangannya di bahunya. "Anda jauh lebih kuat daripada yang Anda pikirkan. Lihat apa yang sudah Anda lalui sejauh ini. Anda tidak menyerah."

Keira menatapnya dengan tatapan penuh keraguan. "Aku hanya tidak tahu apakah aku bisa terus bertahan. Semua ini terasa seperti mimpi buruk yang tidak ada akhirnya."

Adrian menarik napas panjang. "Mimpi buruk ini adalah kenyataan. Tapi Anda tidak sendirian. Saya di sini. Dan saya tidak akan pernah meninggalkan Anda."

Keesokan paginya, Keira dan Adrian bertemu Lina di tempat rahasia mereka. Lina sudah menyiapkan data lengkap tentang anggota dewan Hartono Group yang diduga sebagai pengkhianat.

"Namanya Raymond Setiawan," kata Lina sambil menunjukkan foto pria paruh baya dengan wajah tenang di layar laptop. "Dia salah satu direktur keuangan. Selama ini dia terlihat loyal, tetapi ada transaksi mencurigakan yang mengarah pada Lama Hitam."

Keira meremas tangannya, mencoba menahan amarah yang mulai mendidih. "Jadi dia orang yang membantu mereka menghancurkan perusahaan ayahku?"

Lina mengangguk. "Kemungkinan besar. Tapi kita tidak punya bukti kuat. Jika kita bertindak sekarang, dia bisa memutarbalikkan keadaan."

Adrian menatap layar dengan serius. "Kita harus menangkap basah dia. Cari tahu apa yang dia lakukan di luar kantor."

Keira memandang Adrian, matanya penuh dendam yang membara. "Kalau begitu, aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin tahu kenapa dia mengkhianati keluargaku."

Adrian menggeleng. "Itu terlalu berbahaya, Keira. Orang seperti dia tidak akan segan-segan membahayakan Anda jika tahu Anda mendekat."

Namun, Keira berdiri teguh. "Aku tidak peduli. Aku ingin jawaban. Dia telah menghancurkan hidup keluargaku. Aku harus tahu alasannya."

Adrian menatapnya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa tekad Keira itu berbahaya, tetapi ia juga tidak bisa menahan rasa hormat terhadap keberaniannya.

Beberapa hari kemudian, Keira dan Adrian menyusun rencana untuk bertemu dengan Raymond. Dengan dalih membahas proyek baru perusahaan, Keira mengundang Raymond untuk makan siang di restoran mewah.

Ketika Raymond tiba, ia terlihat ramah seperti biasa. "Nona Keira, ini sebuah kehormatan bisa makan siang dengan Anda."

Keira tersenyum tipis, mencoba menutupi amarahnya. "Tentu saja, Pak Raymond. Saya ingin membahas beberapa hal penting tentang masa depan perusahaan."

Mereka duduk dan mulai berbincang ringan. Namun, setelah beberapa saat, Keira tidak bisa lagi menahan dirinya. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya tajam menusuk.

"Pak Raymond, bolehkah saya bertanya satu hal yang sangat jujur?"

Raymond terlihat bingung, tetapi ia mengangguk. "Tentu saja, Nona."

Keira menatapnya langsung ke mata. "Kenapa Anda mengkhianati keluarga saya?"

Wajah Raymond berubah pucat seketika. "Saya tidak mengerti maksud Anda, Nona."

Keira meraih ponselnya dan menunjukkan beberapa bukti yang telah Lina kumpulkan. "Transaksi ini, dokumen ini… semuanya mengarah pada Anda. Anda bekerja untuk Lama Hitam, bukan?"

Raymond mencoba tetap tenang, tetapi ia mulai terlihat gelisah. "Anda salah paham, Nona Keira. Semua ini hanya kebetulan."

Keira merasa darahnya mendidih. "Kebetulan? Semua ini hampir menghancurkan keluarga saya! Kenapa Anda melakukan ini? Apa yang mereka janjikan pada Anda?"

Namun, sebelum Raymond bisa menjawab, Adrian yang mengawasi dari meja dekat pintu tiba-tiba bergerak. "Keira, kita harus pergi. Sekarang."

Keira bingung, tetapi ketika ia melihat ekspresi tegang Adrian, ia tahu ada sesuatu yang salah.

Ketika mereka keluar dari restoran, sebuah mobil hitam meluncur mendekat dengan kecepatan tinggi. Adrian menarik Keira ke samping, melindunginya dari mobil yang nyaris menabrak mereka.

"Duduk di dalam mobil!" teriak Adrian, menunjuk mobil mereka yang terparkir.

Keira menurut, meskipun tubuhnya gemetar ketakutan. Adrian masuk ke kursi pengemudi, langsung menyalakan mesin dan melaju dengan kecepatan tinggi.

"Adrian, apa yang terjadi?" tanya Keira panik.

Adrian melirik kaca spion. "Kita sedang diikuti. Mereka tidak ingin kita keluar dari sini hidup-hidup."

Keira menoleh ke belakang dan melihat dua mobil hitam mengejar mereka. Ia merasakan ketakutan yang luar biasa, tetapi juga kemarahan yang terus membakar.

"Apa yang harus kita lakukan?"

Adrian mengencangkan genggaman pada setir. "Percayakan ini pada saya."

Kejar-kejaran berlangsung sengit. Adrian mengemudi dengan keahlian luar biasa, menghindari rintangan dan mencoba keluar dari jalan utama. Namun, mobil-mobil hitam itu tidak menyerah.

Ketika salah satu mobil mendekat, Keira melihat seorang pria di kursi penumpang membuka jendela dan mengarahkan pistol.

"Adrian!" serunya.

Adrian segera membanting setir, menghindari tembakan yang nyaris mengenai ban mereka. "Keira, ambil tas di bawah kursi Anda. Ada sesuatu di dalamnya."

Keira membuka tas itu dan menemukan sebuah pistol kecil. Tangan gemetarnya memegang senjata itu, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Gunakan jika diperlukan," kata Adrian tanpa menoleh.

Keira mencoba menguatkan dirinya. Ia menatap pistol itu, merasa bahwa ia harus melampaui ketakutannya jika ingin bertahan.

Setelah perjuangan panjang, Adrian akhirnya berhasil menjebak salah satu mobil pengejar di gang sempit, membuatnya menabrak tembok. Namun, mobil kedua masih mengejar mereka.

Ketika mobil itu semakin mendekat, Keira akhirnya memutuskan untuk bertindak. Ia membuka jendela, mengarahkan pistol, dan menembak ke arah ban mobil pengejar.

Tembakannya tidak sempurna, tetapi cukup untuk membuat mobil itu kehilangan kendali dan menabrak trotoar.

Keira terdiam, napasnya terengah-engah. Ia menatap pistol di tangannya, merasa tidak percaya pada apa yang baru saja ia lakukan.

Adrian menepikan mobil mereka di tempat aman dan memutar tubuhnya ke arah Keira. "Kamu baik-baik saja?"

Keira tidak menjawab. Ia menatap Adrian dengan mata penuh air mata. "Aku hampir membunuh seseorang."

Adrian menggenggam tangannya dengan lembut. "Kamu melakukannya untuk bertahan hidup. Jangan pernah lupakan itu."

Keira menangis terisak, tetapi di balik air matanya, ia merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Ia tidak lagi menjadi gadis yang hanya berdiri di balik bayang-bayang.

Malam itu, Keira memandang cermin di kamarnya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri, tetapi rasanya seperti melihat orang yang berbeda. Ketakutan, kemarahan, dan keberanian bercampur menjadi satu, membentuk sisi baru dalam dirinya yang ia belum sepenuhnya pahami.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 9: Bayangan masa Lalu

    Keira terbangun di tengah malam dengan tubuh basah oleh keringat dingin. Dalam mimpinya, ia terus mendengar suara tembakan dan melihat wajah pria yang hampir ia tembak di jalan tadi. Meski ia tahu itu tindakan untuk bertahan hidup, rasa bersalah terus menghantui dirinya. Ia memeluk lutut di tempat tidur, menatap jendela kamar yang gelap. “Apa aku benar-benar berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal?” gumamnya pelan. Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. “Keira, ini saya, Adrian,” suara Adrian terdengar dari luar. Keira mengusap air matanya dan mencoba menyembunyikan kegelisahan di wajahnya. "Masuk." Adrian membuka pintu dan menatap Keira dengan ekspresi khawatir. "Saya mendengar sesuatu. Anda baik-baik saja?" Keira berusaha tersenyum, tetapi gagal. "Aku hanya tidak bisa tidur. Semua yang terjadi hari ini... terlalu banyak untukku." Adrian duduk di kursi dekat tempat tidur, menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Apa yang Anda rasakan itu normal. A

    Last Updated : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Ban 10: Keberanian dalan Kegelapan

    Keesokan harinya, suasana di rumah keluarga Hartono terasa semakin serius. Keira, Adrian, dan Lina berkumpul di ruang kerja untuk menyusun rencana besar: menyusup ke kantor pribadi Raymond Setiawan. Di atas meja besar, cetak biru gedung milik Raymond terbentang. Lina, dengan wajah serius, menjelaskan rencana mereka. “Raymond memiliki sistem keamanan sangat ketat,” katanya sambil menunjuk detail di peta. “Ada pengawasan ketat, akses biometrik, dan penjagaan penuh. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan tanpa persiapan matang.” Keira menatap peta itu dengan rahang terkatup. “Apa pun yang diperlukan, kita harus melakukannya. Dia harus dihentikan.” Adrian, yang berdiri di sudut ruangan, menatap Keira dengan pandangan tajam. “Kamu tidak tahu seberapa berbahaya ini. Kalau kamu tidak siap mental, lebih baik jangan ikut.” Keira menatap Adrian, suaranya tegas meski sedikit bergetar. “Ini keluargaku. Aku tidak akan mundur.” Ketegangan di ruangan itu membuat Lina merasa tidak nyaman. I

    Last Updated : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 11: Pilihan yang Menentukan

    Di ruang tamu yang gelap dan sunyi, Keira duduk di sofa dengan pandangan kosong. Di tangannya, sebuah dokumen penting yang berhasil mereka curi dari kantor Raymond. Namun, matanya tidak tertuju pada tulisan itu. Ia tenggelam dalam pikirannya, memutar ulang kejadian malam sebelumnya. “Aku benar-benar hampir kehilangan semuanya,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar. Adrian, yang berdiri di dekat jendela, menatapnya dengan cemas. “Keira, kamu tidak bisa terus menyalahkan dirimu. Kamu sudah melakukan yang terbaik.” Keira mendongak, matanya yang basah bertemu dengan tatapan Adrian. “Benarkah? Aku hampir membuat semuanya berantakan. Kalau aku tidak terdiam tadi...” Suara Keira pecah di tengah kalimat. Ia memejamkan matanya, mencoba menahan tangis yang mulai menguasainya. Adrian mendekat, duduk di sampingnya. Ia berbicara dengan nada lembut, tapi tegas. “Kamu menghadapi situasi yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya. Itu wajar. Kita semua punya kelemahan, Keira. Yang

    Last Updated : 2024-12-02
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 12: Menghadapi Labirin Kebenaran

    Keira memandang layar komputer di depan mereka, tampak gelisah. Di balik tumpukan dokumen yang tersebar di meja, ada satu pesan yang mengganggu pikirannya. Raymond telah menggandakan upayanya untuk memindahkan aset-asetnya, dan mereka hampir tidak punya waktu lagi. Jika mereka gagal menyusup ke sistem yang aman, mereka akan kehilangan bukti penting yang bisa menggulingkan Raymond. Adrian berdiri di dekat jendela, matanya tajam memandang malam yang gelap. Suasana di ruang kerja mereka tegang. Keira tidak bisa menahan kegelisahannya, tapi Adrian tetap tenang, hampir seolah dia sudah mengetahui langkah berikutnya. "Keira," kata Adrian dengan suara yang penuh keyakinan, "Jika kita menyerang sekarang, kita akan kehabisan kesempatan. Kamu harus percaya padaku. Kita punya satu kesempatan lagi, dan kita harus memanfaatkan sepenuhnya." Keira menatapnya, tak bisa menutupi perasaan campur aduk di dalam hatinya. "Aku... aku sudah hampir tidak tahan, Adrian. Semua ini... membuatku takut." A

    Last Updated : 2024-12-02
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 13: Harga Sebuah Pilihan

    Keira duduk di sudut ruang kerja kecil mereka. Suasana terasa mencekam setelah pertemuan dengan Raymond tadi malam. Tatapannya kosong, seperti sedang menatap ruang hampa. Dalam hatinya, pertanyaan-pertanyaan tak terjawab mulai menyeruak. Apakah aku bisa bertahan di tengah kekacauan ini? Mengapa semua terasa begitu rumit? Adrian berdiri di dekat jendela, tampak memeriksa rencana cadangan yang ia buat semalam. Wajahnya tenang seperti biasa, namun Keira tahu ada banyak hal yang bergemuruh di dalam pikirannya. Bagaimanapun, Adrian bukanlah tipe orang yang membiarkan dirinya terlihat rapuh, apalagi di depan orang lain. “Adrian,” Keira memanggilnya dengan suara pelan namun gemetar. Adrian menoleh, pandangannya tajam namun lembut. “Ya?” “Aku... aku tidak tahu apakah aku cukup kuat untuk melanjutkan ini,” kata Keira jujur. Air mata mulai menggenang di matanya. “Semua ini terasa seperti mimpi buruk. Kita dikelilingi bahaya, dan aku takut kalau aku akan menjadi beban untukmu.” Adrian m

    Last Updated : 2024-12-03
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 14: Benturan Takdir

    Pagi itu, udara dingin menyelimuti kota. Adrian dan Keira bergerak dengan langkah penuh kehati-hatian menuju lokasi target mereka: sebuah gudang tua yang menyimpan dokumen penting milik Raymond. Tangan Keira bergetar halus saat ia memegang jaketnya, berusaha menahan rasa gugup yang menyelimuti pikirannya. “Adrian,” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. “Kamu yakin kita bisa melakukannya?” Adrian meliriknya sekilas, matanya dingin namun sarat keyakinan. “Tidak ada pilihan lain,” katanya tegas. “Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang.” Keira ingin memercayai kata-katanya, tetapi rasa takut terus menggeliat di dadanya. Ia tidak sekuat Adrian, dan ia tahu itu. Namun, ia menahan keraguannya, memilih untuk mengikuti jejak Adrian. Gudang itu gelap dan sepi, hanya dihiasi suara samar dari tetesan air di kejauhan. Adrian memimpin, gerakannya cepat namun senyap. Alat pemindai di tangannya memancarkan cahaya redup, mencari jejak dokumen yang mereka incar. “Di sana,” kata Adrian a

    Last Updated : 2024-12-03
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 15: Perang dalam Bayangan

    Malam itu, Keira duduk di apartemen kecil yang kini menjadi tempat persembunyian mereka. Ia memeluk lututnya, pandangannya terpaku pada jendela yang memantulkan bayangan dirinya. Hujan turun deras di luar, seperti mencerminkan kekacauan yang baru saja terjadi. Adrian berdiri di dapur kecil, tangannya sibuk membersihkan luka kecil di lengannya. Meski tidak serius, luka itu cukup untuk mengingatkannya betapa tipis batas antara hidup dan mati dalam misi mereka tadi. Keira mengalihkan pandangannya ke arah Adrian. “Kamu baik-baik saja?” tanyanya, suaranya lirih. Adrian berhenti sejenak, lalu menatapnya dengan mata yang tajam namun lembut. “Aku baik,” jawabnya singkat. Namun, Keira tahu itu bohong. Ia bisa melihat kelelahan di wajah Adrian, sesuatu yang jarang ia tunjukkan. “Adrian,” katanya, suaranya sedikit lebih keras. “Kamu tidak harus pura-pura kuat di depanku. Aku tahu semua ini melelahkan untukmu.” Adrian tersenyum tipis, senyum yang tidak benar-benar menyentuh matanya. “Aku

    Last Updated : 2024-12-04
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 16: Perang Tanpa Batas

    Dua hari berlalu dengan ketegangan yang tak berkurang. Keira memandangi Adrian yang berdiri di dekat jendela apartemen mereka, memeriksa informasi yang baru saja dikirimkan Mia. Cahaya layar holografik memantul di wajahnya, memberikan kesan dingin yang semakin menegaskan betapa dalam pikirannya tenggelam dalam masalah ini. Keira mengambil napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk bicara. “Adrian,” katanya, suaranya sedikit bergetar, “apa kita benar-benar bisa menang melawan Leon?” Adrian menoleh perlahan, matanya penuh dengan keyakinan, tetapi juga ada kilatan kelelahan di sana. “Keira, kita tidak punya pilihan selain menang. Jika dokumen itu jatuh ke tangan orang seperti Leon, kerusakan yang dia sebabkan akan jauh lebih besar daripada Raymond.” Keira mengangguk, meskipun rasa takut masih menguasainya. Ia tahu Adrian sudah terlalu jauh masuk ke dalam dunia ini untuk mundur, dan sekarang, ia juga terikat di dalamnya. Mia berhasil melacak keberadaan Leon di sebuah gedu

    Last Updated : 2024-12-04

Latest chapter

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 174

    Malam yang awalnya sunyi berubah menjadi penuh ketegangan.Keira berdiri diam di tempatnya, jantungnya berdebar kencang. Di depannya, beberapa pria bersenjata menghalangi jalan mereka menuju kapal. Wajah mereka dingin, penuh ketegasan.Adrian bergerak cepat, melangkah ke depan dengan tubuh tegak. Matanya tajam menatap pria yang berdiri paling depan, seseorang dengan perawakan tinggi dan sorot mata penuh perhitungan.“Lama tidak bertemu, Adrian,” pria itu berkata, suaranya tenang namun mengandung ancaman.Keira melihat rahang Adrian mengeras. “Lucas,” gumamnya.Dylan yang berada di sebelah Adrian segera bersiaga. Ia melirik Keira dan Samantha, memberi isyarat agar tetap di tempat.Lucas tersenyum kecil. “Aku sudah menunggu kalian. Kudengar kalian ingin pergi jauh. Sayangnya, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.”Adrian tetap tenang. “Apa yang kau inginkan?”Lucas tertawa pelan. “Kau tahu apa yang kuinginkan. Samantha, bayi itu, dan tentu saja…” Matanya beralih ke Keira. “Wanita yan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 173

    Angin malam berdesir melalui celah-celah rumah kayu yang mereka tempati sementara. Di luar, kegelapan membentang, hanya dipecah oleh sinar bulan yang menerobos di antara dedaunan.Adrian berdiri di dekat jendela, memperhatikan jalan setapak yang mereka lewati tadi. Matanya tajam, penuh kewaspadaan. Dylan duduk di lantai, punggungnya bersandar pada dinding kayu, tangannya sibuk membersihkan pistol yang ia bawa.Keira duduk di sofa tua di sudut ruangan, tubuhnya terasa lelah, tetapi pikirannya masih dipenuhi pertanyaan. Sementara itu, Samantha berdiri tak jauh darinya, memeluk dirinya sendiri seakan mencoba menenangkan kegelisahannya.Suasana di dalam rumah itu begitu sunyi, seolah semua orang tenggelam dalam pikirannya masing-masing.Rencana Pelarian yang Belum SelesaiDylan akhirnya memecah kesunyian. “Kita tidak bisa tinggal di sini terlalu lama. Aku yakin mereka masih memburu kita.”Adrian mengangguk. “Aku setuju. Kita harus segera bergerak ke pelabuhan sebelum fajar.”Samantha m

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 172

    Mobil mereka melaju melewati jalanan berbatu yang semakin jauh dari kota. Malam semakin larut, menyelimuti perjalanan mereka dengan kegelapan yang pekat. Keira bersandar di kursi, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang masih belum stabil setelah kejadian di jembatan.Samantha duduk diam di sebelahnya, kedua tangannya masih menggenggam erat sabuk pengaman seolah takut melepaskannya. Sementara itu, Adrian dan Dylan tetap waspada, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan mereka benar-benar telah lolos dari pengejaran."Tidak ada tanda-tanda mobil lain," kata Dylan akhirnya. "Setidaknya untuk sekarang, kita aman."Adrian mengangguk, tapi ekspresinya tetap dingin dan penuh kehati-hatian. "Jangan lengah dulu. Mereka pasti akan mencari kita lagi."Keira menelan ludah. "Ke mana tujuan kita sekarang?"Samantha yang sejak tadi diam akhirnya berbicara. "Kita harus keluar dari negara ini secepat mungkin."Dylan mengangkat alis. "Dan bagaimana caranya? Semua jalur utama pasti sudah mer

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 171

    Malam semakin pekat saat Keira, Adrian, Samantha, dan Dylan menyusuri jalanan gelap menuju titik pertemuan. Hanya suara angin dan derap langkah mereka yang terdengar.Keira merapatkan jaket yang diberikan Dylan, berusaha menghalau dingin sekaligus menutupi identitasnya. Mereka harus bergerak cepat sebelum orang-orang Victor menyadari keberadaan mereka.Adrian berjalan di sampingnya, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Samantha masih mengikuti. Gadis itu tampak pucat, tetapi tetap berusaha tegar."Kita hampir sampai," bisik Dylan, mempercepat langkahnya.Di depan, samar-samar terlihat sebuah mobil hitam terparkir di bawah jembatan kecil. Lampunya dimatikan, dan hanya suara mesin yang terdengar pelan."Siapa yang menunggu di sana?" tanya Adrian waspada."Orang kepercayaanku," jawab Dylan. "Dia bisa membawa kita keluar dari kota tanpa terdeteksi."Mereka terus melangkah hingga akhirnya mencapai mobil itu. Seorang pria berkacamata hitam turun dari kursi kemudi, meskipun mala

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 169

    Udara pagi masih dingin saat Keira, Adrian, dan Samantha melangkah keluar dari rumah persembunyian mereka. Langit berwarna abu-abu, seolah mencerminkan suasana hati mereka yang dipenuhi kewaspadaan. Adrian berjalan paling depan, matanya tajam menyapu lingkungan sekitar. Keira dan Samantha mengikutinya dengan hati-hati, tas kecil berisi barang-barang penting menggantung di punggung mereka. “Kita ke mana sekarang?” bisik Keira. Adrian melirik arlojinya sebelum menjawab. “Ada tempat yang aman di pinggiran kota. Aku punya kontak di sana yang bisa membantu kita keluar dari negara ini dengan aman.” Samantha mendesah pelan. “Keluar dari negara ini? Apa itu satu-satunya pilihan kita?” Adrian menatapnya serius. “Victor tidak akan berhenti sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Kita harus berada di luar jangkauannya.” Keira menelan ludah. Membayangkan meninggalkan semua yang ia kenal terasa berat, tetapi ia tahu ini bukan tentang dirinya saja. Ini tentang berta

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 170

    Malam mulai menyelimuti langit saat Keira, Adrian, dan Samantha akhirnya mencapai pinggiran hutan. Napas mereka masih terengah-engah setelah pelarian panjang yang hampir membuat mereka tertangkap.Keira menatap Adrian dengan khawatir. “Apa yang harus kita lakukan sekarang? Mereka masih mencari kita.”Adrian mengedarkan pandangannya ke sekitar. Hutan mulai beralih ke tanah lapang dengan beberapa gudang tua yang tampak terlantar. Ia menunjuk ke salah satu bangunan yang terlihat lebih kokoh. “Kita bersembunyi di sana dulu. Kita butuh tempat untuk menyusun rencana sebelum melanjutkan perjalanan.”Samantha tampak ragu. “Bagaimana kalau tempat itu tidak aman?”Adrian menatapnya tajam. “Saat ini, kita tidak punya pilihan lain.”Mereka bertiga bergerak dengan hati-hati, menyelinap ke dalam gudang tua yang pintunya setengah terbuka. Begitu masuk, mereka mendapati ruangan luas dengan beberapa tumpukan kayu dan alat-alat pertanian berkarat. Bau tanah lembap bercampur debu memenuhi udara.Ke

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 168

    Malam semakin larut, dan udara dingin mulai merayapi rumah kecil itu. Keira duduk di dekat perapian, tangannya memeluk lutut, mencoba mencari kehangatan. Samantha beristirahat di sofa, sementara Adrian sibuk memeriksa peta digital di ponselnya.Suasana hening, tetapi bukan ketenangan yang nyaman—melainkan ketegangan yang menggantung di udara.Keira mengangkat wajahnya. “Adrian, menurutmu Victor akan menemukan kita secepat itu?”Adrian menghela napas panjang. “Victor bukan orang yang mudah menyerah. Tapi sejauh ini, kita masih memiliki sedikit keunggulan.”Samantha menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa, matanya menatap langit-langit. “Masalahnya, kita tidak bisa bersembunyi selamanya. Kita harus berpikir bagaimana mengakhiri ini.”Keira menatap Samantha. Ia tahu perempuan itu benar. Mereka tidak bisa terus-menerus melarikan diri.“Lalu, apa rencanamu?” tanya Keira akhirnya.Adrian menatap Samantha sejenak sebelum menjawab. “Aku punya beberapa kontak yang bisa membantu kita. Tapi k

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 167

    Mobil melaju kencang di jalan berbatu, meninggalkan villa Victor yang kini sudah jauh di belakang mereka. Di dalam mobil, suasana terasa tegang.Keira duduk di kursi penumpang, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan Samantha yang masih menekan lukanya."Kau yakin baik-baik saja?" tanya Keira dengan nada khawatir.Samantha mengangguk pelan, meskipun wajahnya sedikit pucat. "Ini hanya luka ringan. Aku pernah mengalami yang lebih buruk," jawabnya, berusaha tetap tenang.Adrian tetap fokus pada jalan di depan. Tangannya erat menggenggam setir, memastikan mereka tidak tersesat atau masuk ke dalam perangkap."Kita harus segera menemukan tempat aman untuk bersembunyi," kata Adrian. "Victor pasti sudah menyebar anak buahnya untuk mencari kita."Keira menelan ludah. "Kau ada ide ke mana kita harus pergi?"Adrian terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku punya tempat di luar kota. Rumah kecil yang jarang dipakai. Itu cukup jauh dari sini dan aman."Keira mengangguk, mempercayai pen

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 166

    Alarm terus berbunyi, memecah keheningan malam di villa Victor. Lampu merah berkedip-kedip di sepanjang koridor, menandakan bahwa mereka telah terdeteksi.Keira merasakan jantungnya berdetak begitu cepat saat ia, Adrian, dan Samantha berlari melewati lorong sempit, berusaha mencari jalan keluar."Ke arah sini!" bisik Samantha, menunjuk sebuah pintu kecil di ujung lorong.Adrian menarik Keira, memastikan ia tetap dekat dengannya. "Jangan lepas tanganku," katanya tegas.Keira mengangguk, meskipun ketakutan mulai menyelimutinya.Begitu mereka mencapai pintu itu, Samantha dengan cepat mengeluarkan alat kecil dari sakunya dan mengutak-atik panel kunci elektronik di sebelahnya."Ayo cepat, Sam," bisik Keira, merasa waktu mereka semakin menipis.Langkah kaki para penjaga semakin mendekat. Mereka bisa mendengar suara perintah tegas melalui radio yang dibawa para penjaga.Klik.Pintu terbuka tepat pada waktunya.Mereka bertiga segera masuk dan menutup pintunya kembali dengan cepat. Ruangan y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status