Beranda / Romansa / SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER / Bab 8: Jaring Pengkhianatan

Share

Bab 8: Jaring Pengkhianatan

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 15:10:55

Malam itu, Keira duduk sendirian di kamarnya. Surat ancaman, luka-luka Adrian, dan pengkhianatan di perusahaan ayahnya bercampur menjadi satu di pikirannya. Ia merasa dikhianati oleh dunia yang selama ini dianggap aman.

Dulu, rumahnya adalah tempat berlindung. Kini, setiap sudut rumah tampak seperti jebakan. Setiap wajah, bahkan yang paling ramah sekalipun, terasa penuh dengan kebohongan.

Ketika Adrian mengetuk pintu dan masuk, ia melihat Keira duduk di lantai, memeluk lututnya. Wajah gadis itu terlihat lelah dan putus asa.

"Keira," panggil Adrian dengan lembut.

Namun, Keira tidak menoleh. "Semua ini terlalu banyak, Adrian." Suaranya pelan, nyaris berbisik, tetapi penuh dengan rasa sakit.

Adrian mendekat dan duduk di sampingnya. "Saya tahu ini sulit. Tapi kita harus tetap kuat."

Keira mendongak, matanya penuh air mata. "Kuat? Bagaimana aku bisa kuat, Adrian? Keluargaku sedang dihancurkan. Orang-orang yang aku percayai mungkin pengkhianat. Dan aku… aku hanya seorang gadis yang tidak tahu apa-apa!"

Adrian terdiam sejenak, lalu meletakkan tangannya di bahunya. "Anda jauh lebih kuat daripada yang Anda pikirkan. Lihat apa yang sudah Anda lalui sejauh ini. Anda tidak menyerah."

Keira menatapnya dengan tatapan penuh keraguan. "Aku hanya tidak tahu apakah aku bisa terus bertahan. Semua ini terasa seperti mimpi buruk yang tidak ada akhirnya."

Adrian menarik napas panjang. "Mimpi buruk ini adalah kenyataan. Tapi Anda tidak sendirian. Saya di sini. Dan saya tidak akan pernah meninggalkan Anda."

---

Keesokan paginya, Keira dan Adrian bertemu Lina di tempat rahasia mereka. Lina sudah menyiapkan data lengkap tentang anggota dewan Hartono Group yang diduga sebagai pengkhianat.

"Namanya Raymond Setiawan," kata Lina sambil menunjukkan foto pria paruh baya dengan wajah tenang di layar laptop. "Dia salah satu direktur keuangan. Selama ini dia terlihat loyal, tetapi ada transaksi mencurigakan yang mengarah pada Lama Hitam."

Keira meremas tangannya, mencoba menahan amarah yang mulai mendidih. "Jadi dia orang yang membantu mereka menghancurkan perusahaan ayahku?"

Lina mengangguk. "Kemungkinan besar. Tapi kita tidak punya bukti kuat. Jika kita bertindak sekarang, dia bisa memutarbalikkan keadaan."

Adrian menatap layar dengan serius. "Kita harus menangkap basah dia. Cari tahu apa yang dia lakukan di luar kantor."

Keira memandang Adrian, matanya penuh dendam yang membara. "Kalau begitu, aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin tahu kenapa dia mengkhianati keluargaku."

Adrian menggeleng. "Itu terlalu berbahaya, Keira. Orang seperti dia tidak akan segan-segan membahayakan Anda jika tahu Anda mendekat."

Namun, Keira berdiri teguh. "Aku tidak peduli. Aku ingin jawaban. Dia telah menghancurkan hidup keluargaku. Aku harus tahu alasannya."

Adrian menatapnya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa tekad Keira itu berbahaya, tetapi ia juga tidak bisa menahan rasa hormat terhadap keberaniannya.

---

Beberapa hari kemudian, Keira dan Adrian menyusun rencana untuk bertemu dengan Raymond. Dengan dalih membahas proyek baru perusahaan, Keira mengundang Raymond untuk makan siang di restoran mewah.

Ketika Raymond tiba, ia terlihat ramah seperti biasa. "Nona Keira, ini sebuah kehormatan bisa makan siang dengan Anda."

Keira tersenyum tipis, mencoba menutupi amarahnya. "Tentu saja, Pak Raymond. Saya ingin membahas beberapa hal penting tentang masa depan perusahaan."

Mereka duduk dan mulai berbincang ringan. Namun, setelah beberapa saat, Keira tidak bisa lagi menahan dirinya. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya tajam menusuk.

"Pak Raymond, bolehkah saya bertanya satu hal yang sangat jujur?"

Raymond terlihat bingung, tetapi ia mengangguk. "Tentu saja, Nona."

Keira menatapnya langsung ke mata. "Kenapa Anda mengkhianati keluarga saya?"

Wajah Raymond berubah pucat seketika. "Saya tidak mengerti maksud Anda, Nona."

Keira meraih ponselnya dan menunjukkan beberapa bukti yang telah Lina kumpulkan. "Transaksi ini, dokumen ini… semuanya mengarah pada Anda. Anda bekerja untuk Lama Hitam, bukan?"

Raymond mencoba tetap tenang, tetapi ia mulai terlihat gelisah. "Anda salah paham, Nona Keira. Semua ini hanya kebetulan."

Keira merasa darahnya mendidih. "Kebetulan? Semua ini hampir menghancurkan keluarga saya! Kenapa Anda melakukan ini? Apa yang mereka janjikan pada Anda?"

Namun, sebelum Raymond bisa menjawab, Adrian yang mengawasi dari meja dekat pintu tiba-tiba bergerak. "Keira, kita harus pergi. Sekarang."

Keira bingung, tetapi ketika ia melihat ekspresi tegang Adrian, ia tahu ada sesuatu yang salah.

---

Ketika mereka keluar dari restoran, sebuah mobil hitam meluncur mendekat dengan kecepatan tinggi. Adrian menarik Keira ke samping, melindunginya dari mobil yang nyaris menabrak mereka.

"Duduk di dalam mobil!" teriak Adrian, menunjuk mobil mereka yang terparkir.

Keira menurut, meskipun tubuhnya gemetar ketakutan. Adrian masuk ke kursi pengemudi, langsung menyalakan mesin dan melaju dengan kecepatan tinggi.

"Adrian, apa yang terjadi?" tanya Keira panik.

Adrian melirik kaca spion. "Kita sedang diikuti. Mereka tidak ingin kita keluar dari sini hidup-hidup."

Keira menoleh ke belakang dan melihat dua mobil hitam mengejar mereka. Ia merasakan ketakutan yang luar biasa, tetapi juga kemarahan yang terus membakar.

"Apa yang harus kita lakukan?"

Adrian mengencangkan genggaman pada setir. "Percayakan ini pada saya."

Kejar-kejaran berlangsung sengit. Adrian mengemudi dengan keahlian luar biasa, menghindari rintangan dan mencoba keluar dari jalan utama. Namun, mobil-mobil hitam itu tidak menyerah.

Ketika salah satu mobil mendekat, Keira melihat seorang pria di kursi penumpang membuka jendela dan mengarahkan pistol.

"Adrian!" serunya.

Adrian segera membanting setir, menghindari tembakan yang nyaris mengenai ban mereka. "Keira, ambil tas di bawah kursi Anda. Ada sesuatu di dalamnya."

Keira membuka tas itu dan menemukan sebuah pistol kecil. Tangan gemetarnya memegang senjata itu, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Gunakan jika diperlukan," kata Adrian tanpa menoleh.

Keira mencoba menguatkan dirinya. Ia menatap pistol itu, merasa bahwa ia harus melampaui ketakutannya jika ingin bertahan.

---

Setelah perjuangan panjang, Adrian akhirnya berhasil menjebak salah satu mobil pengejar di gang sempit, membuatnya menabrak tembok. Namun, mobil kedua masih mengejar mereka.

Ketika mobil itu semakin mendekat, Keira akhirnya memutuskan untuk bertindak. Ia membuka jendela, mengarahkan pistol, dan menembak ke arah ban mobil pengejar.

Tembakannya tidak sempurna, tetapi cukup untuk membuat mobil itu kehilangan kendali dan menabrak trotoar.

Keira terdiam, napasnya terengah-engah. Ia menatap pistol di tangannya, merasa tidak percaya pada apa yang baru saja ia lakukan.

Adrian menepikan mobil mereka di tempat aman dan memutar tubuhnya ke arah Keira. "Kamu baik-baik saja?"

Keira tidak menjawab. Ia menatap Adrian dengan mata penuh air mata. "Aku hampir membunuh seseorang."

Adrian menggenggam tangannya dengan lembut. "Kamu melakukannya untuk bertahan hidup. Jangan pernah lupakan itu."

Keira menangis terisak, tetapi di balik air matanya, ia merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Ia tidak lagi menjadi gadis yang hanya berdiri di balik bayang-bayang.

---

Malam itu, Keira memandang cermin di kamarnya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri, tetapi rasanya seperti melihat orang yang berbeda. Ketakutan, kemarahan, dan keberanian bercampur menjadi satu, membentuk sisi baru dalam dirinya yang ia belum sepenuhnya pahami.

Bab terkait

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 9: Bayangan masa Lalu

    Keira terbangun di tengah malam dengan tubuh basah oleh keringat dingin. Dalam mimpinya, ia terus mendengar suara tembakan dan melihat wajah pria yang hampir ia tembak di jalan tadi. Meski ia tahu itu tindakan untuk bertahan hidup, rasa bersalah terus menghantui dirinya. Ia memeluk lutut di tempat tidur, menatap jendela kamar yang gelap. “Apa aku benar-benar berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal?” gumamnya pelan. Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. “Keira, ini saya, Adrian,” suara Adrian terdengar dari luar. Keira mengusap air matanya dan mencoba menyembunyikan kegelisahan di wajahnya. "Masuk." Adrian membuka pintu dan menatap Keira dengan ekspresi khawatir. "Saya mendengar sesuatu. Anda baik-baik saja?" Keira berusaha tersenyum, tetapi gagal. "Aku hanya tidak bisa tidur. Semua yang terjadi hari ini... terlalu banyak untukku." Adrian duduk di kursi dekat tempat tidur, menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Apa yang Anda rasakan itu normal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Ban 10: Keberanian dalan Kegelapan

    Keesokan harinya, suasana di rumah keluarga Hartono terasa semakin serius. Keira, Adrian, dan Lina berkumpul di ruang kerja untuk menyusun rencana besar: menyusup ke kantor pribadi Raymond Setiawan. Di atas meja besar, cetak biru gedung milik Raymond terbentang. Lina, dengan wajah serius, menjelaskan rencana mereka. “Raymond memiliki sistem keamanan sangat ketat,” katanya sambil menunjuk detail di peta. “Ada pengawasan ketat, akses biometrik, dan penjagaan penuh. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan tanpa persiapan matang.” Keira menatap peta itu dengan rahang terkatup. “Apa pun yang diperlukan, kita harus melakukannya. Dia harus dihentikan.” Adrian, yang berdiri di sudut ruangan, menatap Keira dengan pandangan tajam. “Kamu tidak tahu seberapa berbahaya ini. Kalau kamu tidak siap mental, lebih baik jangan ikut.” Keira menatap Adrian, suaranya tegas meski sedikit bergetar. “Ini keluargaku. Aku tidak akan mundur.” Ketegangan di ruangan itu membuat Lina merasa tidak nyaman. Ia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 11: Pilihan yang Menentukan

    Di ruang tamu yang gelap dan sunyi, Keira duduk di sofa dengan pandangan kosong. Di tangannya, sebuah dokumen penting yang berhasil mereka curi dari kantor Raymond. Namun, matanya tidak tertuju pada tulisan itu. Ia tenggelam dalam pikirannya, memutar ulang kejadian malam sebelumnya.“Aku benar-benar hampir kehilangan semuanya,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.Adrian, yang berdiri di dekat jendela, menatapnya dengan cemas. “Keira, kamu tidak bisa terus menyalahkan dirimu. Kamu sudah melakukan yang terbaik.”Keira mendongak, matanya yang basah bertemu dengan tatapan Adrian. “Benarkah? Aku hampir membuat semuanya berantakan. Kalau aku tidak terdiam tadi...”Suara Keira pecah di tengah kalimat. Ia memejamkan matanya, mencoba menahan tangis yang mulai menguasainya.Adrian mendekat, duduk di sampingnya. Ia berbicara dengan nada lembut, tapi tegas. “Kamu menghadapi situasi yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya. Itu wajar. Kita semua punya kelemahan, Keira. Yang penting a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 12: Menghadapi Labirin Kebenaran

    Keira memandang layar komputer di depan mereka, tampak gelisah. Di balik tumpukan dokumen yang tersebar di meja, ada satu pesan yang mengganggu pikirannya. Raymond telah menggandakan upayanya untuk memindahkan aset-asetnya, dan mereka hampir tidak punya waktu lagi. Jika mereka gagal menyusup ke sistem yang aman, mereka akan kehilangan bukti penting yang bisa menggulingkan Raymond. Adrian berdiri di dekat jendela, matanya tajam memandang malam yang gelap. Suasana di ruang kerja mereka tegang. Keira tidak bisa menahan kegelisahannya, tapi Adrian tetap tenang, hampir seolah dia sudah mengetahui langkah berikutnya. "Keira," kata Adrian dengan suara yang penuh keyakinan, "Jika kita menyerang sekarang, kita akan kehabisan kesempatan. Kamu harus percaya padaku. Kita punya satu kesempatan lagi, dan kita harus memanfaatkan sepenuhnya." Keira menatapnya, tak bisa menutupi perasaan campur aduk di dalam hatinya. "Aku... aku sudah hampir tidak tahan, Adrian. Semua ini... membuatku takut." Adr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 13: Harga Sebuah Pilihan

    Keira duduk di sudut ruang kerja kecil mereka. Suasana terasa mencekam setelah pertemuan dengan Raymond tadi malam. Tatapannya kosong, seperti sedang menatap ruang hampa. Dalam hatinya, pertanyaan-pertanyaan tak terjawab mulai menyeruak. Apakah aku bisa bertahan di tengah kekacauan ini? Mengapa semua terasa begitu rumit?Adrian berdiri di dekat jendela, tampak memeriksa rencana cadangan yang ia buat semalam. Wajahnya tenang seperti biasa, namun Keira tahu ada banyak hal yang bergemuruh di dalam pikirannya. Bagaimanapun, Adrian bukanlah tipe orang yang membiarkan dirinya terlihat rapuh, apalagi di depan orang lain.“Adrian,” Keira memanggilnya dengan suara pelan namun gemetar.Adrian menoleh, pandangannya tajam namun lembut. “Ya?”“Aku... aku tidak tahu apakah aku cukup kuat untuk melanjutkan ini,” kata Keira jujur. Air mata mulai menggenang di matanya. “Semua ini terasa seperti mimpi buruk. Kita dikelilingi bahaya, dan aku takut kalau aku akan menjadi beban untukmu.”Adrian mendekatin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 14: Benturan Takdir

    Pagi itu, udara dingin menyelimuti kota. Adrian dan Keira bergerak dengan langkah penuh kehati-hatian menuju lokasi target mereka: sebuah gudang tua yang menyimpan dokumen penting milik Raymond. Tangan Keira bergetar halus saat ia memegang jaketnya, berusaha menahan rasa gugup yang menyelimuti pikirannya.“Adrian,” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. “Kamu yakin kita bisa melakukannya?”Adrian meliriknya sekilas, matanya dingin namun sarat keyakinan. “Tidak ada pilihan lain,” katanya tegas. “Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang.”Keira ingin memercayai kata-katanya, tetapi rasa takut terus menggeliat di dadanya. Ia tidak sekuat Adrian, dan ia tahu itu. Namun, ia menahan keraguannya, memilih untuk mengikuti jejak Adrian.Gudang itu gelap dan sepi, hanya dihiasi suara samar dari tetesan air di kejauhan. Adrian memimpin, gerakannya cepat namun senyap. Alat pemindai di tangannya memancarkan cahaya redup, mencari jejak dokumen yang mereka incar.“Di sana,” kata Adrian akhirnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 15: Perang dalam Bayangan

    Malam itu, Keira duduk di apartemen kecil yang kini menjadi tempat persembunyian mereka. Ia memeluk lututnya, pandangannya terpaku pada jendela yang memantulkan bayangan dirinya. Hujan turun deras di luar, seperti mencerminkan kekacauan yang baru saja terjadi.Adrian berdiri di dapur kecil, tangannya sibuk membersihkan luka kecil di lengannya. Meski tidak serius, luka itu cukup untuk mengingatkannya betapa tipis batas antara hidup dan mati dalam misi mereka tadi.Keira mengalihkan pandangannya ke arah Adrian. “Kamu baik-baik saja?” tanyanya, suaranya lirih.Adrian berhenti sejenak, lalu menatapnya dengan mata yang tajam namun lembut. “Aku baik,” jawabnya singkat.Namun, Keira tahu itu bohong. Ia bisa melihat kelelahan di wajah Adrian, sesuatu yang jarang ia tunjukkan. “Adrian,” katanya, suaranya sedikit lebih keras. “Kamu tidak harus pura-pura kuat di depanku. Aku tahu semua ini melelahkan untukmu.”Adrian tersenyum tipis, senyum yang tidak benar-benar menyentuh matanya. “Aku tidak pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 16: Perang Tanpa Batas

    Dua hari berlalu dengan ketegangan yang tak berkurang. Keira memandangi Adrian yang berdiri di dekat jendela apartemen mereka, memeriksa informasi yang baru saja dikirimkan Mia. Cahaya layar holografik memantul di wajahnya, memberikan kesan dingin yang semakin menegaskan betapa dalam pikirannya tenggelam dalam masalah ini.Keira mengambil napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk bicara. “Adrian,” katanya, suaranya sedikit bergetar, “apa kita benar-benar bisa menang melawan Leon?”Adrian menoleh perlahan, matanya penuh dengan keyakinan, tetapi juga ada kilatan kelelahan di sana. “Keira, kita tidak punya pilihan selain menang. Jika dokumen itu jatuh ke tangan orang seperti Leon, kerusakan yang dia sebabkan akan jauh lebih besar daripada Raymond.”Keira mengangguk, meskipun rasa takut masih menguasainya. Ia tahu Adrian sudah terlalu jauh masuk ke dalam dunia ini untuk mundur, dan sekarang, ia juga terikat di dalamnya.---Mia berhasil melacak keberadaan Leon di sebuah gedung

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 36

    Keira memegang erat kendali kendaraan, matanya fokus pada jalan di depannya. Malam itu, jalanan kota terasa lebih sunyi dari biasanya, seolah dunia di luar sana sedang menunggu sesuatu yang akan terjadi. Udara malam yang dingin menyelinap ke dalam mobil, menambah ketegangan yang sudah mencekam hatinya."Keira," suara Adrian terdengar dari kursi penumpang sebelah, memecah keheningan yang sudah terjalin lama. "Apakah kau yakin dengan keputusanmu?"Keira menatapnya sekilas, mencoba membaca ekspresi wajahnya, namun Adrian menjaga wajahnya tetap datar. Keira tahu bahwa pria ini bukan tipe yang mudah terpengaruh oleh keadaan, namun hari itu, ia bisa melihat kegelisahan yang samar. Keira pun merasakan hal yang sama. Keputusan yang ia buat untuk bergerak maju—untuk melawan mereka—adalah langkah yang sangat berisiko. Tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang-orang yang terlibat di dalamnya. Terutama Adrian dan Elena."Sudah tidak ada jalan kembali," Keira menjawab dengan suara yang te

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 35 Terungkapnya Jalan Pilihan

    Keira duduk di depan jendela besar yang menghadap ke kota, memandangi pemandangan yang tidak lagi memberinya kenyamanan seperti dulu. Seiring dengan malam yang semakin larut, pikirannya terus berputar-putar tentang segala yang baru saja terungkap. Sebuah organisasi rahasia yang menculiknya, eksperimen yang mengubah hidupnya, dan sekarang, pilihan sulit yang harus diambil.Hatinya berdebar keras, seolah-olah setiap detakan jantungnya menggema dalam keheningan ruang itu. Seorang pria dan wanita, dua orang yang baru saja ia temui—Adrian dan Elena—terus hadir dalam pikirannya, seperti bayang-bayang yang tidak bisa ia hilangkan. Keira tidak pernah membayangkan dirinya terjebak dalam permainan besar yang melibatkan kekuasaan, konspirasi, dan masa lalu yang penuh kebohongan.Dia merasa seolah-olah hidupnya adalah bagian dari teka-teki yang belum lengkap, dan semakin ia mencoba menyusunnya, semakin banyak potongan yang hilang. Ada banyak hal yang tidak ia ketahui, hal-hal yang bahkan melibatk

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 34

    Suara pintu yang menutup perlahan bergema di ruangan. Keira berdiri di tengah aula besar, dengan udara yang terasa lebih dingin daripada di luar. Aroma kayu tua bercampur debu memenuhi hidungnya, sementara matanya menelusuri setiap sudut tempat itu.Dinding-dindingnya dihiasi lukisan-lukisan yang terkesan kuno, menampilkan pemandangan yang mengingatkannya pada pertempuran dan kehancuran. Cahaya dari lilin-lilin yang berderet di sepanjang lorong menerangi wajah pria yang berdiri di depannya.“Kau sudah sampai sejauh ini, Keira,” kata pria itu sambil berjalan mendekat. “Aku kagum pada keberanianmu.”Keira menegakkan tubuhnya, matanya penuh dengan tekad meski ada sedikit keraguan yang mengintai di sudut hatinya. “Aku tidak punya waktu untuk basa-basi. Siapa kau sebenarnya? Dan apa yang kau tahu tentangku?”Pria itu hanya tersenyum kecil. “Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Adrian.”Adrian mengulurkan tangannya, tapi Keira tidak bergerak. Ia tetap m

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 33

    Keira duduk di sudut ruangan, memandang tablet yang kini diam tanpa suara. Di dalam pikirannya, suara pria yang muncul di layar tadi terus terngiang. Wajahnya yang dingin, senyumnya yang seolah mengetahui segalanya—membuat pikirannya kacau.“Keira, kau baik-baik saja?” suara Victor membuyarkan lamunannya.Ia mengangkat wajah dan mendapati Victor berdiri di depannya, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Untuk sesaat, Keira ingin membuka semua yang ia rasakan, tapi ia tahu ini bukan saat yang tepat.“Aku baik-baik saja,” jawabnya singkat.Victor mengerutkan dahi, tidak yakin dengan jawabannya. “Kau terlihat terganggu sejak pria itu muncul di layar. Jika ada sesuatu yang ingin kau bicarakan…”“Aku bilang aku baik-baik saja,” potong Keira, nadanya sedikit tajam.Victor mundur, tidak ingin memaksakan dirinya. “Baiklah. Tapi ingat, aku ada di sini kalau kau butuh seseorang untuk bicara.”Keira hanya mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke tablet. Victor, meskipun berat hati, akhirny

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 32

    Suara derit pintu baja yang berat memecah keheningan, diikuti oleh langkah-langkah tegas yang menggema di dalam lorong sempit. Keira berdiri di tengah ruangan, matanya tertuju pada Nathaniel yang mendorong pintu hingga terbuka lebar. Di balik pintu itu ada ruangan besar yang dipenuhi layar monitor, server yang berdengung, dan meja kerja yang penuh dengan dokumen berserakan.“Ini adalah inti dari operasi kita,” kata Nathaniel sambil melangkah masuk. “Dari sini, kita bisa melacak pergerakan mereka dan mencari tahu rencana berikutnya.”Keira mengamati ruangan itu dengan hati-hati, setiap sudut tampak mencerminkan keahlian teknis yang luar biasa. Victor berdiri di belakangnya, diam, tapi kewaspadaan tampak jelas dari cara matanya bergerak cepat memeriksa setiap detail.“Jadi, apa langkah selanjutnya?” Keira bertanya, suaranya datar, tapi matanya menyimpan bara yang tidak bisa dipadamkan.Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia berjalan menuju meja besar di tengah ruangan, menarik sebuah pet

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 31

    Keira duduk di salah satu kursi logam yang dingin di ruangan itu, tubuhnya terasa kaku. Suasana di dalam laboratorium tua tersebut mengintimidasi—dindingnya penuh kabel yang melilit, layar-layar monitor berkedip samar, dan bunyi dengung elektronik mengisi keheningan. Victor berdiri tak jauh dari pintu, seperti penjaga yang tidak pernah lengah, sementara Nathaniel sibuk mengetik sesuatu pada keyboard besar yang terhubung ke salah satu komputer di sudut ruangan.Setiap ketukan tuts keyboard terdengar seperti penanda waktu, menanti sesuatu yang besar untuk terungkap. Keira meremas jari-jarinya, mencoba menenangkan diri, tetapi gemuruh di dadanya tidak bisa diabaikan.“Nathaniel,” suara Victor memecah keheningan, nadanya datar namun penuh tuntutan. “Kita tidak punya waktu untuk permainan. Katakan apa yang harus kami tahu.”Nathaniel menghentikan gerakannya, lalu berbalik perlahan. Di layar besar di belakangnya, muncul diagram dan dokumen-dokumen yang terlihat seperti data rahasia. Ia mena

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 30 Bayangan Masa Lalu yang Tak Pernah Pergi

    Keira berdiri mematung di ambang pintu pondok, tubuhnya setengah gemetar. Udara malam yang menusuk seolah berhenti bergerak, tertahan oleh ketegangan yang menguar dari tiga sosok yang saling berhadapan di luar. Victor tidak bergerak sedikit pun, matanya menatap tajam ke arah pria asing yang berdiri di depan mereka. Cahaya senter yang redup hanya menyoroti sebagian wajah pria itu, memperlihatkan garis rahang yang tegas dan senyuman samar yang membuat Keira semakin tidak nyaman. “Victor,” suara pria itu terdengar tenang, nyaris seperti gumaman. “Kau tahu ini akan terjadi cepat atau lambat.” Victor tidak menjawab. Tangan kanannya masih menggenggam erat senjata, siap digunakan kapan saja. Namun, ada sesuatu di wajahnya—sebuah emosi yang sulit diartikan. Bukan hanya kemarahan atau ketegangan, tetapi juga kesedihan yang terpendam. Keira tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. “Siapa dia, Victor?” tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik. Victor mengalihkan pandangannya sedikit, cuk

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 29 Dalam Kegelapan ada Jawaban

    Udara malam semakin menusuk ketika Keira menyandarkan punggungnya ke batang pohon tua. Napasnya masih terengah-engah setelah pelarian tadi, tetapi suara gemerisik dedaunan di sekitarnya membuatnya tetap waspada. Hutan itu gelap, seolah menjadi sekutu bagi mereka yang mengejarnya. Victor berdiri tidak jauh darinya, punggungnya tegak, tubuhnya siaga penuh. Matanya terus menyapu sekeliling, seperti seorang pemburu yang siap menyerang kapan saja. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam raut wajahnya malam ini—sebuah ketegangan yang lebih dalam dari sekadar pelarian. “Victor,” Keira akhirnya memecah keheningan, suaranya pelan namun bergetar. “Kau yakin kita aman di sini?” Victor menoleh sebentar, matanya bertemu dengan milik Keira. Sorot matanya tajam, tetapi ada kehangatan yang tersembunyi di dalamnya. “Tidak ada tempat yang benar-benar aman, Keira. Tapi untuk saat ini, kita tidak punya pilihan lain.” Keira menggigit bibirnya, merasa kata-kata itu membawa beban lebih besar daripada yan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 28 Bayang di Tengah Keheningan

    Bab 28: Bayang-Bayang di Tengah KeheninganKeheningan yang merayap di antara pepohonan terasa seperti perangkap yang tak kasatmata. Keira menyandarkan punggungnya di batang pohon besar, tubuhnya sedikit gemetar karena lelah dan gugup. Napasnya terengah, terdengar jelas di tengah suara desiran angin yang menyelinap di antara dedaunan. Ia merasakan dinginnya keringat mengalir di pelipisnya.Victor berdiri di sampingnya, wajahnya penuh konsentrasi. Tangannya menggenggam erat pistol yang sudah lama terisi peluru, siap untuk menghadapi ancaman. Namun, meskipun kelihatan begitu percaya diri, Keira tahu ada sesuatu yang lain di balik sikap tegas itu. Raut wajahnya, meskipun tidak banyak berbicara, menyiratkan beban yang berat—bukan hanya tentang bahaya di depan mereka, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih dalam.“Keira,” Victor berbisik pelan, memecah keheningan. “Kita harus terus bergerak. Mereka bisa menemukan jejak kita kapan saja.”Keira mengangguk, meski hatinya masih diliputi kecemasan.

DMCA.com Protection Status