Beranda / Romansa / SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER / Bab 1: Sopir Baru yang Membosankan

Share

SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER
SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER
Penulis: Zayba Almira

Bab 1: Sopir Baru yang Membosankan

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 14:13:02

Hari itu, suara burung di taman keluarga Hartono terdengar seperti biasa, tetapi di dalam rumah megah itu, suasana jauh dari tenang. Keira duduk di sofa ruang tamu dengan kaki disilangkan, memelototi ayahnya yang duduk berhadapan dengannya. Di tangannya, sebuah cangkir kopi hampir tumpah karena tangannya yang bergerak-gerak gelisah.

“Kenapa sih, Ayah selalu memaksakan kehendak?” sergah Keira dengan nada tinggi. “Aku bukan anak kecil lagi!”

Tuan William Hartono, pengusaha dengan reputasi keras dan disiplin, tetap tenang menghadapi protes putrinya. Dengan rambut mulai memutih dan wajah tegasnya, ia menyampaikan pendapatnya dengan nada dingin.

“Keira, sudah berapa kali aku bilang, ini soal keamanan. Kau mungkin merasa bisa menjaga dirimu sendiri, tapi nyatanya kau ceroboh. Sudah dua kali kau hampir terlibat kecelakaan dalam satu bulan terakhir,” katanya

“Kalau soal itu, aku bisa lebih hati-hati! Tidak perlu menyewa orang asing untuk mengikuti aku ke mana-mana.”

Tuan William menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ia menghela napas, lalu berkata, “Keira, kau tidak punya pilihan. Sopir itu mulai bekerja hari ini, dan aku tidak mau mendengar lagi keluhan tentang ini.”

Keira memutar bola matanya. Ia tahu ayahnya tak pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan sesuatu.

Ketika bel pintu berbunyi, Keira langsung menoleh dengan rasa jengkel. “Jangan bilang itu sopirnya,” gumamnya.

Ayahnya tidak menjawab, tetapi berdiri dan melangkah ke pintu. Keira tetap di tempatnya, enggan menunjukkan antusiasme. Pintu terbuka, dan suara rendah ayahnya memperkenalkan tamu itu.

“Keira, ini Adrian. Mulai hari ini dia akan menjadi sopirmu.”

Keira mendongak dengan malas, tetapi matanya berhenti sesaat pada sosok pria yang masuk. Pria itu tinggi, mungkin sekitar 185 cm, dengan wajah yang bersih dan rapi. Dia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam yang pas di tubuhnya. Rambut hitamnya disisir ke belakang dengan gaya sederhana.

“Senang bertemu dengan Anda, Nona Keira,” kata Adrian sambil menundukkan sedikit kepalanya. Suaranya lembut, tetapi ada nada percaya diri yang sulit diabaikan.

Keira menatapnya dari atas ke bawah, lalu menyilangkan tangan di dada. “Mari kita lihat apakah kau bisa bertahan lebih dari seminggu,” katanya dingin, sebelum berdiri dan pergi ke kamarnya tanpa melirik kembali.

Adrian tiba di rumah Keira tepat pukul 08.00 pagi keesokan harinya, sesuai jadwal. Mobil sudah dibersihkan dan diparkir di depan pintu utama. Ia mengenakan seragam yang sama sederhana seperti hari sebelumnya, tetapi kali ini Keira memperhatikan bahwa pria itu tidak membawa ponsel seperti kebanyakan orang.

“Tidak punya ponsel, ya? Apa kau terlalu sibuk dengan hidup sederhana?” tanya Keira dengan nada mengejek saat mereka memasuki mobil.

Adrian hanya tersenyum tipis. “Tentu saja saya punya, Nona. Tapi saat bekerja, prioritas saya adalah memastikan kenyamanan Anda.”

Keira mendecak kecil. “Kita lihat saja sampai kapan kau bisa bertingkah sempurna seperti itu.”

Hari itu, Keira sengaja memberikan jadwal yang rumit untuk menguji Adrian. Ia meminta Adrian mengantarnya ke butik terkenal di pusat kota, lalu ke salon mewah yang letaknya di ujung lain kota, dan terakhir ke kafe favoritnya. Semua lokasi itu berada di kawasan yang terkenal macet, dan ia sengaja memberi waktu yang sangat sempit.

“Cepat! Aku tidak punya banyak waktu,” katanya dengan nada menggurui.

Adrian tetap tenang, bahkan ketika jalanan mulai padat. Dengan keahlian mengemudi yang luar biasa, ia berhasil melewati kemacetan tanpa sedikit pun keluhan. Ketika Keira memerhatikan kaca spion, ia melihat wajah Adrian tetap tenang, tidak terganggu oleh sikapnya yang sengaja merepotkan.

“Dia sopir atau robot, sih?” gumam Keira pelan.

Di tengah perjalanan menuju kafe, sebuah insiden terjadi. Sebuah truk besar muncul dari arah kiri dengan kecepatan tinggi, tampaknya kehilangan kendali. Keira yang sedang sibuk bermain ponsel tidak menyadari apa yang terjadi sampai suara klakson keras terdengar.

“Keira, pegang sesuatu!” suara Adrian terdengar tegas, berbeda dari nada lembutnya biasanya.

Sebelum Keira sempat merespons, Adrian sudah menginjak rem dengan keras dan memutar setir, membuat mobil mereka berhenti hanya beberapa inci dari truk yang melintas.

Keira terkejut. Tangannya gemetar saat memegang kursi. “Apa yang baru saja terjadi?” tanyanya dengan suara bergetar.

Adrian menoleh ke arahnya dengan tatapan lembut. “Kita hampir ditabrak truk, Nona. Apakah Anda baik-baik saja?”

Keira mengangguk perlahan. Namun, sesuatu dalam dirinya mulai berubah. Refleks cepat Adrian dan ketenangannya di situasi genting membuatnya terkesan, meskipun ia enggan mengakuinya.

Saat mereka tiba di kafe, Keira masih terngiang-ngiang insiden tadi. Adrian tetap tenang seperti biasa, tetapi Keira merasa ada sesuatu yang aneh.

“Kenapa kau begitu tenang tadi?” tanya Keira tiba-tiba sebelum keluar dari mobil.

Adrian menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. “Itu bagian dari tugas saya, Nona. Saya harus memastikan Anda selalu aman.”

Keira memperhatikan wajahnya, mencari tanda-tanda ketegangan, tetapi tidak menemukan apa pun. “Kau sopir yang aneh,” gumamnya sebelum masuk ke kafe.

Dari jendela kafe, Keira sempat melihat Adrian berdiri di luar mobil, berbicara dengan seseorang melalui earphone. Meski percakapan itu tidak terdengar, gerak tubuh Adrian menunjukkan bahwa dia sedang membicarakan sesuatu yang serius.

“Kenapa sopir harus bicara seperti itu?” pikir Keira.

Malam itu, Keira duduk di kamarnya, memikirkan hari yang panjang. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa Adrian

“Ayah mungkin benar. Dia memang sopir yang bagus,” gumamnya. Tapi kemudian, ingatan tentang percakapan misterius Adrian membuat rasa penasaran muncul.

Keira membuka ponselnya dan mulai mencari informasi tentang pria bernama Adrian. Sayangnya, tidak ada hasil yang relevan. Tidak ada media sosial, tidak ada latar belakang yang mencurigakan.

“Aneh,” katanya pelan.

Sementara itu, di kamar Adrian, pria itu sedang duduk di depan laptopnya. Ia memeriksa laporan keuangan sebuah perusahaan besar, matanya menatap grafik dengan fokus.

“Semua berjalan sesuai rencana,” gumamnya dengan suara rendah. Ia menutup laptopnya, lalu melirik foto keluarganya di atas meja kecil.

“Keira Hartono… kau akan menjadi bagian penting dari rencana ini, meskipun kau belum tahu apa-apa.”

Bab terkait

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 2: Misteri di Balik Senyuman Adrian

    Pagi itu, Keira terbangun lebih awal dari biasanya. Entah kenapa, pikirannya dipenuhi oleh Adrian. Refleks pria itu saat menyelamatkannya dari truk hari sebelumnya membuat nya penasaran. Namun, rasa penasaran itu bercampur dengan amarah kecil yang masih ia simpan. Dia tidak suka merasa seperti gadis lemah yang butuh perlindungan. Dan Adrian, dengan sikap tenang dan hampir sempurnanya, membuat Keira merasa seperti itu. “Apa dia benar-benar hanya seorang sopir?” Keira bergumam pelan sambil menatap dirinya di cermin. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai, dan ia memilih pakaian kasual—sesuatu yang jarang ia lakukan. Saat ia melangkah keluar rumah, mobil sudah menunggunya. Adrian berdiri di samping mobil, membungkukkan sedikit badan sebagai tanda hormat. Senyum kecil menghiasi wajahnya yang tampak tanpa beban. “Selamat pagi, Nona Keira,” sapanya lembut. Keira meliriknya sekilas, lalu masuk ke mobil tanpa berkata apa-apa. Namun, ketika Adrian menutup pintu dengan hati-hati, Keira

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 3: Rahasia yang Mulai Terkuak

    Hari itu, Keira merasa ada yang aneh. Sejak pagi, ia tidak bisa berhenti memikirkan Adrian. Bukan karena rasa kagum, tapi lebih kepada rasa penasaran yang mengusik. “Apa sih yang sebenarnya dia sembunyikan?” Keira bergumam sambil menyesap teh di ruang makannya. Pikirannya kembali pada momen ketika Adrian dengan mudah menenangkan situasi di butik. Itu bukan sesuatu yang biasa dilakukan seorang sopir. Dia tidak hanya tenang, tetapi juga memiliki kehadiran yang memengaruhi orang lain. Keira menghela napas berat. Ia tidak suka perasaan ini—perasaan kehilangan kendali atas pikirannya sendiri. Ia terbiasa menjadi pusat perhatian, orang yang mengendalikan situasi, tetapi Adrian? Kehadirannya justru membuat Keira merasa sebaliknya. “Nona Keira, mobil sudah siap,” suara Adrian yang tenang membuyarkan lamunannya. Keira menoleh ke arah pintu. Adrian berdiri di sana dengan sikap sempurna seperti biasa, seragamnya rapi tanpa cela. Senyum kecil itu masih ada di wajahnya, dan itu membuat da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 4: Bayangan dari Masa Lalu

    Keira tidak bisa tidur setelah percakapannya dengan Adrian. Kata-katanya terus terngiang di benaknya, terutama bagian di mana Adrian mengatakan bahwa semua yang ia lakukan adalah untuk melindunginya. Melindungi dari apa? Keira memandang ke arah jendela kamarnya, melihat bayangan kota yang sepi. Udara malam terasa dingin, namun pikirannya terus berkecamuk. Ia memutuskan untuk mencari jawaban, meskipun itu berarti melanggar batas. Ia membuka laptopnya dan mencoba mencari informasi tentang Adrian lagi. Kali ini, ia mencoba mencari dengan lebih mendalam. Namun, sekali lagi, hasilnya nihil. Keira menghela napas panjang. "Bagaimana mungkin seseorang yang terlihat begitu berpendidikan dan penuh pengalaman tidak meninggalkan jejak digital sama sekali?" gumamnya. Namun, saat ia membuka folder lamanya, matanya tertuju pada sebuah foto keluarganya. Di foto itu, ia masih kecil, berdiri di antara kedua orang tuanya. Ibunya memeluknya erat, sementara ayahnya tampak seperti biasa—dingin dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 5: Langkah Pertama dalam Bayang-Bayang Bahaya

    Keira menatap Adrian dengan pandangan serius ketika pria itu memasuki ruang tamu di rumahnya. Di atas meja, peta besar kota terbuka dengan beberapa tanda merah. Adrian terkejut melihat keberanian baru dalam diri Keira. “Kau yakin tentang ini, Nona Keira?” tanya Adrian dengan nada tenang, tetapi penuh peringatan. Keira mengangguk, meskipun hatinya masih gemetar. “Jika mereka mengincarku, aku tidak akan duduk diam. Kita harus mencari tahu siapa mereka, apa rencana mereka, dan menghentikannya sebelum mereka menghancurkan keluargaku.” Adrian menatap gadis itu dalam-dalam. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya sejak percakapan terakhir mereka. Keira bukan lagi gadis manja yang hanya peduli pada kemewahan. Kini ia terlihat seperti seorang pejuang yang menemukan keberanian baru dalam dirinya. “Baiklah,” kata Adrian akhirnya. “Tapi jika kita akan melangkah ke dunia ini, Anda harus siap. Dunia mereka tidak kenal belas kasihan.” “Kalau begitu, kau harus mengajarkanku,” jawab Keira teg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 6: Bayangan yang Semakin Dekat

    Keira duduk di kamar kerjanya, menatap dokumen yang mereka ambil dari gudang semalam. Tulisan-tulisan di atas kertas itu penuh dengan simbol aneh, nama-nama yang ia tidak kenali, dan beberapa angka yang tampaknya merupakan koordinat. "Adrian, apa ini sebenarnya?" tanyanya, suaranya bergetar sedikit saat Adrian memasuki ruangan. Pria itu berjalan mendekat, mengenakan ekspresi serius yang membuat suasana semakin tegang. "Ini peta aktivitas mereka. Tempat-tempat ini adalah lokasi yang sering mereka gunakan untuk rapat atau menyembunyikan operasi mereka." Keira meremas tangannya, mencoba menenangkan diri. Namun, pikirannya terus-menerus membayangkan bahaya yang mengintai. "Jika mereka tahu kita mengambil ini, apa yang akan mereka lakukan?" Adrian menatapnya, matanya menunjukkan rasa empati sekaligus peringatan. "Mereka akan mencoba menghentikan kita. Mereka tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi tujuan mereka." Ucapan itu membuat darah Keira membeku. Namun, ia menguatkan dir

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 7: Konspirasi dalam Cermin

    Pagi setelah serangan di gudang, Keira terbangun dengan kepala yang berat. Malam itu terus membayangi pikirannya, terutama ketika ia melihat Adrian terluka saat melindunginya. Namun, perhatian Keira langsung teralihkan ketika seorang pelayan mengetuk pintu kamarnya dengan surat di tangan. "Surat ini baru saja dikirimkan, Nona Keira," kata pelayan itu dengan wajah bingung. Keira mengambil surat itu. Kertasnya tampak biasa, tetapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Ketika ia membukanya, sebuah tulisan tangan rapi tertulis di atasnya: "Kami tahu apa yang kau lakukan. Berhentilah, atau kau akan kehilangan lebih banyak dari yang pernah kau bayangkan." Tangannya gemetar saat membaca surat itu. Ia segera berlari ke ruang tamu, di mana Adrian sedang duduk sambil memeriksa lukanya. "Adrian!" serunya, melemparkan surat itu ke atas meja. Adrian membaca surat itu dengan tenang, tetapi Keira bisa melihat ketegangan di rahangnya. "Mereka mulai mengawasi kita," katanya akh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 8: Jaring Pengkhianatan

    Malam itu, Keira duduk sendirian di kamarnya. Surat ancaman, luka-luka Adrian, dan pengkhianatan di perusahaan ayahnya bercampur menjadi satu di pikirannya. Ia merasa dikhianati oleh dunia yang selama ini dianggap aman. Dulu, rumahnya adalah tempat berlindung. Kini, setiap sudut rumah tampak seperti jebakan. Setiap wajah, bahkan yang paling ramah sekalipun, terasa penuh dengan kebohongan. Ketika Adrian mengetuk pintu dan masuk, ia melihat Keira duduk di lantai, memeluk lututnya. Wajah gadis itu terlihat lelah dan putus asa. "Keira," panggil Adrian dengan lembut. Namun, Keira tidak menoleh. "Semua ini terlalu banyak, Adrian." Suaranya pelan, nyaris berbisik, tetapi penuh dengan rasa sakit. Adrian mendekat dan duduk di sampingnya. "Saya tahu ini sulit. Tapi kita harus tetap kuat." Keira mendongak, matanya penuh air mata. "Kuat? Bagaimana aku bisa kuat, Adrian? Keluargaku sedang dihancurkan. Orang-orang yang aku percayai mungkin pengkhianat. Dan aku… aku hanya seorang gadis ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 9: Bayangan masa Lalu

    Keira terbangun di tengah malam dengan tubuh basah oleh keringat dingin. Dalam mimpinya, ia terus mendengar suara tembakan dan melihat wajah pria yang hampir ia tembak di jalan tadi. Meski ia tahu itu tindakan untuk bertahan hidup, rasa bersalah terus menghantui dirinya. Ia memeluk lutut di tempat tidur, menatap jendela kamar yang gelap. “Apa aku benar-benar berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal?” gumamnya pelan. Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. “Keira, ini saya, Adrian,” suara Adrian terdengar dari luar. Keira mengusap air matanya dan mencoba menyembunyikan kegelisahan di wajahnya. "Masuk." Adrian membuka pintu dan menatap Keira dengan ekspresi khawatir. "Saya mendengar sesuatu. Anda baik-baik saja?" Keira berusaha tersenyum, tetapi gagal. "Aku hanya tidak bisa tidur. Semua yang terjadi hari ini... terlalu banyak untukku." Adrian duduk di kursi dekat tempat tidur, menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Apa yang Anda rasakan itu normal. A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 91

    Gua kecil yang mereka tempati terasa sunyi. Hanya suara napas mereka yang masih terengah setelah pelarian panjang tadi. Di luar, angin malam berembus, membawa suara dedaunan yang berbisik samar. Alexander duduk bersandar pada dinding batu, sorot matanya kosong, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kata-katanya barusan masih menggema di kepala mereka semua. "Ada lebih banyak sepertiku." Adrian menyandarkan punggungnya ke dinding gua, kedua tangannya terlipat di depan dada. “Jelaskan lebih lanjut, Alexander. Maksudmu... ada eksperimen lain selain dirimu?” Alexander menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Ya. Aku bukan satu-satunya yang diciptakan. Ada yang lain. Dan mereka masih tertidur.” Keira menelan ludah. “Tertidur?” Alexander menarik napas dalam sebelum menjelaskan. “Sebelum aku kabur dari laboratorium, aku sempat melihat sesuatu di database mereka. Ada total lima eksperimen yang berhasil. Aku adalah yang keempat. Tapi tiga lainnya masih dalam kondisi stasi

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 90

    Adrian dan timnya berlari melewati jalan setapak yang tersembunyi di tengah hutan. Nafas mereka memburu, tetapi mereka tidak bisa berhenti. Ledakan di pabrik tua tadi masih menggema di kejauhan, sementara Viktor dan pasukannya pasti sudah mulai memburu mereka. “Terus maju! Jangan berhenti!” seru Adrian. Keira membantu Alexander yang hampir tersandung akar pohon. “Kita harus cepat! Mereka pasti sudah mengepung jalan keluar utama!” Natasha memeriksa peta digital di perangkatnya. “Ada jalur ke arah barat yang bisa kita gunakan, tapi…” “Tapi apa?” tanya Gabriel dari belakang. Natasha menghela napas. “Jalur itu melewati reruntuhan laboratorium lama. Tidak ada yang tahu kondisinya sekarang.” Adrian langsung mengambil keputusan. “Kita ke sana. Setidaknya Viktor tidak akan menduga kita memilih jalur yang paling berbahaya.” Mereka bergegas menuju reruntuhan laboratorium yang tersembunyi di balik pepohonan rimbun. Saat mereka tiba di lokasi, suasana berubah drastis. Bangunan b

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 89

    Gua kecil yang mereka tempati terasa sunyi. Hanya suara napas mereka yang masih terengah setelah pelarian panjang tadi. Di luar, angin malam berembus, membawa suara dedaunan yang berbisik samar. Alexander duduk bersandar pada dinding batu, sorot matanya kosong, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kata-katanya barusan masih menggema di kepala mereka semua. "Ada lebih banyak sepertiku." Adrian menyandarkan punggungnya ke dinding gua, kedua tangannya terlipat di depan dada. “Jelaskan lebih lanjut, Alexander. Maksudmu... ada eksperimen lain selain dirimu?” Alexander menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Ya. Aku bukan satu-satunya yang diciptakan. Ada yang lain. Dan mereka masih tertidur.” Keira menelan ludah. “Tertidur?” Alexander menarik napas dalam sebelum menjelaskan. “Sebelum aku kabur dari laboratorium, aku sempat melihat sesuatu di database mereka. Ada total lima eksperimen yang berhasil. Aku adalah yang keempat. Tapi tiga lainnya masih dalam kondisi stasis

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 88

    Suara alarm bergema di seluruh ruangan, memantul di dinding logam dan menciptakan suasana tegang. Lampu merah darurat berkedip-kedip, memberikan efek bayangan yang berubah-ubah. Di tengah ruangan, Alexander berdiri diam, dikelilingi oleh cahaya biru yang berputar perlahan di sekitarnya. Adrian melangkah mendekat dengan hati-hati. “Alexander... kau bisa mendengarku?” Mata Alexander yang bersinar biru tajam menatap Adrian, sorotannya bercampur kebingungan dan keheranan. Namun, sebelum ia sempat menjawab, pintu ruangan terbuka dengan cepat. Beberapa petugas keamanan memasuki ruangan, membawa alat pertahanan canggih. “Jangan bergerak!” suara perintah terdengar tegas. Gabriel segera menarik Keira ke balik meja untuk perlindungan. Natasha, yang sejak awal bersiaga, mengeluarkan perangkat kecil dari sakunya, siap menghadapi situasi yang lebih buruk. Namun, sebelum situasi memanas, Alexander tiba-tiba mengangkat tangannya. Energi biru di sekelilingnya bergetar, lalu dal

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 87

    Mobil melaju melewati jalan bersalju, menuju pegunungan yang tersembunyi. Adrian duduk di kursi belakang bersama Keira, sementara Natasha mengemudikan dengan penuh konsentrasi. Gabriel, yang duduk di sampingnya, terus memperhatikan peta digital. “Laboratorium K-17 hanya beberapa kilometer lagi,” kata Gabriel, suaranya tegang. Adrian memandang ke luar jendela. Kabut tebal menyelimuti pegunungan, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Hawa dingin masuk melalui celah kecil di jendela, menusuk kulit. Keira menarik mantel lebih erat. “Bagaimana kita bisa masuk ke dalam tanpa ketahuan?” Natasha tersenyum tipis sambil tetap fokus mengemudi. “Aku punya cara.” Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah titik di mana jalan aspal berubah menjadi jalur berbatu yang tertutup salju. Natasha menghentikan mobil, lalu mengeluarkan teropong dari tasnya. Di kejauhan, di antara pepohonan yang tertutup salju, tampak bangunan besar dengan tembok beton tebal. Lampu sorot sesek

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 86

    Adrian menatap Gabriel dengan tatapan penuh kebingungan dan kemarahan. Kata-kata pria itu terus terngiang di kepalanya. "Kau bukan hanya anak Nathaniel Alvaro. Kau adalah bagian dari eksperimen yang dia biayai." Dada Adrian naik turun, napasnya memburu. Keira yang duduk di sampingnya, bisa merasakan ketegangan yang memancar dari tubuhnya. “Apa maksudmu dengan ‘eksperimen’?” suara Adrian terdengar rendah, nyaris seperti desisan. Gabriel menghela napas panjang sebelum menjawab. “Nathaniel tidak hanya membangun kerajaan bisnis. Dia juga terlibat dalam proyek rahasia. Sebuah penelitian yang melibatkan manipulasi genetik, peningkatan kognitif, dan peningkatan fisik.” Adrian mengerutkan dahi. “Itu terdengar seperti fiksi ilmiah.” “Tapi ini nyata.” Gabriel mendorong sebuah flash drive ke atas meja. “Di dalamnya ada data dari proyek itu. Aku mencurinya bertahun-tahun lalu sebelum semua bukti dihapus.” Keira menatap flash drive itu dengan ragu. “Jadi kau ingin mengatakan bahwa

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 85

    Malam terus beranjak larut, tetapi hati Adrian dan Keira masih belum menemukan ketenangan. Gedung tua yang berdiri kokoh di belakang mereka seolah menjadi saksi bisu atas pergulatan batin yang mereka alami. Dokumen yang tadi ditemukan Adrian bukan hanya sekadar kertas bertuliskan nama dan angka, tetapi sebuah kenyataan yang mengubah segalanya. "Aku harus menemui ibuku," suara Adrian terdengar dalam keheningan. Keira menoleh, mencoba membaca ekspresi lelaki itu. "Sekarang?" Adrian mengangguk. "Aku butuh jawaban. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa menjelaskan semuanya." Mereka pun masuk ke dalam mobil, melaju melewati jalanan kota yang lengang. Di sepanjang perjalanan, Keira bisa merasakan ketegangan di udara. Tangan Adrian mencengkeram kemudi lebih erat dari biasanya, rahangnya mengeras menahan emosi yang berkecamuk. "Kau yakin siap untuk ini?" tanya Keira pelan. Adrian menoleh sekilas. "Aku harus siap." Sesampainya di rumah keluarga Adrian, suasana terasa lebi

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 84

    Langit sore mulai meredup saat Adrian berdiri di depan sebuah bangunan tua yang tertutup debu. Cahaya jingga matahari yang hampir tenggelam menyorot kaca jendela yang retak, memantulkan bayangan samar-samar wajahnya. Hatinya berdebar. Ini adalah tempat yang selama ini hanya ada dalam potongan-potongan ingatannya. Keira berdiri di sampingnya, menggenggam tangan Adrian erat. Tatapannya tajam, penuh tanya. “Kau yakin ini tempatnya?” Adrian mengangguk perlahan. “Aku ingat setiap detailnya. Pintu kayu dengan ukiran ini… jendela yang sedikit miring… Bahkan bau tanah yang lembap ini. Tempat ini pernah menjadi saksi sesuatu yang penting.” Keira menghela napas panjang. “Kalau begitu, mari kita masuk.” Mereka mendorong pintu kayu yang berderit keras. Ruangan di dalamnya gelap dan berdebu. Cahaya matahari yang tersisa masuk melalui celah di atap, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang bergerak pelan di dinding. Adrian melangkah ke tengah ruangan, matanya menyapu setiap s

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 83

    Kilatan cahaya dari lampu jalan berpendar di genangan air hujan yang masih tersisa di trotoar. Malam ini, udara dingin menggigit, tapi bagi Adrian, Keira, dan Zane, ini adalah waktu yang tepat untuk bergerak. Mereka berdiri di seberang gedung target—pusat keuangan organisasi bayangan yang selama ini mereka buru. Bangunan itu tinggi dengan kaca hitam mengilap, dikelilingi pengamanan ketat. Zane mengetik sesuatu di tablet kecilnya, lalu menoleh ke Adrian. "Sistem keamanan utama ada di lantai 15. Kita harus masuk dari sisi utara, ada jalur ventilasi yang bisa kita manfaatkan." Adrian mengangguk. "Keira, kau tetap di luar untuk memantau. Jika ada pergerakan mencurigakan, beri kami sinyal." Keira tidak langsung menjawab. Ia menatap gedung itu, lalu menoleh ke Adrian dengan ekspresi serius. "Kau yakin ini tidak terlalu berisiko? Jika kita ketahuan, kita bisa kehilangan semua yang sudah kita kumpulkan." Adrian tersenyum tipis. "Justru karena itu kita harus melakukannya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status