Home / Romansa / SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER / Bab 5: Langkah Pertama dalam Bayang-Bayang Bahaya

Share

Bab 5: Langkah Pertama dalam Bayang-Bayang Bahaya

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2024-12-01 14:14:54

Keira menatap Adrian dengan pandangan serius ketika pria itu memasuki ruang tamu di rumahnya. Di atas meja, peta besar kota terbuka dengan beberapa tanda merah. Adrian terkejut melihat keberanian baru dalam diri Keira.

“Kau yakin tentang ini, Nona Keira?” tanya Adrian dengan nada tenang, tetapi penuh peringatan.

Keira mengangguk, meskipun hatinya masih gemetar. “Jika mereka mengincarku, aku tidak akan duduk diam. Kita harus mencari tahu siapa mereka, apa rencana mereka, dan menghentikannya sebelum mereka menghancurkan keluargaku.”

Adrian menatap gadis itu dalam-dalam. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya sejak percakapan terakhir mereka. Keira bukan lagi gadis manja yang hanya peduli pada kemewahan. Kini ia terlihat seperti seorang pejuang yang menemukan keberanian baru dalam dirinya.

“Baiklah,” kata Adrian akhirnya. “Tapi jika kita akan melangkah ke dunia ini, Anda harus siap. Dunia mereka tidak kenal belas kasihan.”

“Kalau begitu, kau harus mengajarkanku,” jawab Keira tegas.

---

Adrian memutuskan untuk mengajarkan Keira cara melindungi dirinya sendiri. Mereka memulai latihan di sebuah lapangan tertutup yang Adrian sewa untuk menjaga kerahasiaan.

“Hal pertama yang harus Anda pelajari adalah cara bertahan hidup dalam situasi berbahaya,” kata Adrian sambil meletakkan beberapa alat sederhana di meja—pepper spray, pisau kecil, dan beberapa benda lainnya.

Keira menatap barang-barang itu dengan campuran rasa takut dan penasaran. “Apa kau serius? Aku harus menggunakan ini?”

Adrian mengangguk. “Jika Anda berada dalam bahaya dan saya tidak ada untuk melindungi Anda, Anda harus tahu cara melindungi diri sendiri.”

Keira menelan ludah, tetapi ia mengangguk. Ia tahu bahwa ini adalah langkah pertama untuk menjadi lebih kuat.

Latihan dimulai dengan sederhana: cara melarikan diri dari serangan, cara menggunakan pepper spray dengan efektif, dan cara membaca situasi di sekitarnya. Namun, ketika Adrian menunjukkan gerakan bertahan diri, Keira merasa frustasi.

“Aku tidak bisa melakukan ini!” serunya setelah gagal mencoba memukul dengan benar.

Adrian berjalan mendekat, lalu menatapnya dengan lembut. “Anda bisa, Nona Keira. Anda hanya perlu percaya pada diri sendiri.”

Kata-kata itu menyentuh Keira. Ia melihat ketulusan di mata Adrian, sesuatu yang jarang ia lihat pada orang lain. Dengan napas dalam, ia mencoba lagi, dan kali ini, ia berhasil.

Adrian tersenyum tipis. “Bagus. Itu langkah pertama.”

---

Setelah pelatihan, Adrian membawa Keira ke sebuah tempat yang ia sebut sebagai "sumber informasi." Itu adalah sebuah toko buku tua yang terlihat usang di pinggir kota.

Keira mengerutkan kening. “Apa ini?”

Adrian hanya tersenyum. “Tempat di mana kita akan mulai mendapatkan jawaban.”

Di dalam toko, seorang pria tua dengan kacamata bulat menyambut mereka. Wajahnya penuh dengan keriput, tetapi matanya tajam seperti elang.

“Adrian,” sapa pria itu dengan nada ramah. “Kau akhirnya datang lagi. Dan siapa ini?”

Adrian memperkenalkan Keira. “Ini Nona Keira Hartono. Kita membutuhkan bantuan Anda.”

Pria itu mengangguk pelan. “Aku sudah mendengar desas-desus tentang keluargamu, Nona. Apa yang bisa kubantu?”

Keira melirik Adrian, yang memberi isyarat agar ia berbicara. Dengan sedikit ragu, Keira menjelaskan apa yang ia ketahui sejauh ini: kematian ibunya, ancaman terhadap keluarganya, dan musuh lama yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.

Pria tua itu mendengarkan dengan seksama sebelum berkata, “Keluarga Hartono selalu menjadi target, Nona. Tetapi orang-orang yang Anda hadapi sekarang bukan musuh biasa. Mereka adalah bagian dari jaringan yang lebih besar—kelompok yang beroperasi di bawah bayang-bayang.”

Keira merasa darahnya berdesir. “Apa maksudmu?”

Pria itu mengeluarkan sebuah buku tua dari rak di belakang meja. Ia membukanya, menunjukkan sebuah simbol aneh—sebuah lingkaran dengan garis melintang di tengahnya.

“Mereka disebut Lama Hitam. Organisasi rahasia ini sudah ada selama beberapa dekade. Mereka menghancurkan keluarga kaya untuk mengambil alih aset mereka. Ayahmu berhasil menghindari mereka selama ini, tetapi dengan ibumu… mereka berhasil memanfaatkan kelemahan keluargamu.”

Keira merasa tubuhnya melemas. Adrian berdiri di sampingnya, memberikan dukungan diam-diam dengan kehadirannya.

“Apa yang bisa kita lakukan untuk menghentikan mereka?” tanya Adrian.

Pria itu mengangguk. “Ada satu cara. Tapi itu berbahaya.”

---

Pria itu memberikan sebuah alamat kepada Adrian. Itu adalah sebuah gudang tempat salah satu anggota Lama Hitam sering berkumpul.

“Kalian harus berhati-hati,” katanya. “Mereka tidak akan segan-segan membunuh siapa pun yang mencoba menghalangi mereka.”

Adrian dan Keira berangkat malam itu juga. Ketika mereka tiba di gudang, suasana gelap dan sepi. Keira merasa jantungnya berdebar kencang, tetapi ia berusaha tetap tenang.

“Ini pertama kalinya kau melakukan sesuatu seperti ini?” tanya Adrian pelan.

Keira mengangguk. “Aku takut. Tapi aku tidak akan lari.”

Adrian tersenyum kecil. “Bagus. Jangan pernah menunjukkan ketakutanmu pada mereka.”

Mereka masuk ke gudang dengan hati-hati. Di dalam, mereka menemukan beberapa dokumen penting yang tampaknya berisi rencana Lama Hitam. Namun, sebelum mereka sempat pergi, suara langkah kaki terdengar.

“Siapa di sana?” suara pria kasar menggema di ruangan itu.

Adrian menarik Keira ke balik tumpukan kotak. “Jangan bergerak,” bisiknya.

Keira merasa tubuhnya gemetar, tetapi ia mengikuti perintah Adrian. Mereka menahan napas saat dua pria bertubuh besar masuk ke dalam ruangan, mencari sumber suara.

Adrian dengan cepat meraih pisau kecil dari sakunya. Dalam sekejap, ia melumpuhkan salah satu pria itu tanpa suara. Keira terkejut melihat keahliannya, tetapi ia tidak punya waktu untuk bereaksi.

Pria kedua melihat mereka dan berteriak, tetapi sebelum ia sempat menyerang, Adrian sudah bergerak dengan kecepatan luar biasa, menjatuhkan pria itu ke lantai.

“Kita harus pergi,” kata Adrian sambil menarik Keira keluar dari gudang.

---

Di dalam mobil, Keira merasa tubuhnya masih gemetar. Ia menatap Adrian, yang tampak tenang meskipun baru saja menghadapi situasi berbahaya.

“Kau… kau seperti bukan manusia,” katanya pelan.

Adrian tersenyum kecil. “Saya hanya melakukan apa yang perlu dilakukan, Nona.”

Keira menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa ia bisa mempercayai Adrian sepenuhnya.

“Apa pun yang terjadi, aku ingin melawan mereka,” kata Keira akhirnya. “Aku tidak peduli seberapa berbahayanya. Aku tidak akan membiarkan mereka menang.”

Adrian menatapnya dengan penuh rasa hormat. “Kalau begitu, kita akan melawan mereka bersama-sama.”

---

Malam itu, Keira merasa bahwa ia telah melangkah ke dunia yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tetapi ia tahu bahwa ini adalah langkah yang harus ia ambil untuk melindungi keluarganya.

Adrian, di sisi lain, tahu bahwa ini baru permulaan. Bahaya yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang Keira bayangkan. Tetapi ia bersumpah untuk melindungi gadis itu, tidak peduli seberapa besar risikonya.

Related chapters

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 6: Bayangan yang Semakin Dekat

    Keira duduk di kamar kerjanya, menatap dokumen yang mereka ambil dari gudang semalam. Tulisan-tulisan di atas kertas itu penuh dengan simbol aneh, nama-nama yang ia tidak kenali, dan beberapa angka yang tampaknya merupakan koordinat. "Adrian, apa ini sebenarnya?" tanyanya, suaranya bergetar sedikit saat Adrian memasuki ruangan. Pria itu berjalan mendekat, mengenakan ekspresi serius yang membuat suasana semakin tegang. "Ini peta aktivitas mereka. Tempat-tempat ini adalah lokasi yang sering mereka gunakan untuk rapat atau menyembunyikan operasi mereka." Keira meremas tangannya, mencoba menenangkan diri. Namun, pikirannya terus-menerus membayangkan bahaya yang mengintai. "Jika mereka tahu kita mengambil ini, apa yang akan mereka lakukan?" Adrian menatapnya, matanya menunjukkan rasa empati sekaligus peringatan. "Mereka akan mencoba menghentikan kita. Mereka tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi tujuan mereka." Ucapan itu membuat darah Keira membeku. Namun, ia menguatkan diriny

    Last Updated : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 7: Konspirasi dalam Cermin

    Pagi setelah serangan di gudang, Keira terbangun dengan kepala yang berat. Malam itu terus membayangi pikirannya, terutama ketika ia melihat Adrian terluka saat melindunginya. Namun, perhatian Keira langsung teralihkan ketika seorang pelayan mengetuk pintu kamarnya dengan surat di tangan. "Surat ini baru saja dikirimkan, Nona Keira," kata pelayan itu dengan wajah bingung. Keira mengambil surat itu. Kertasnya tampak biasa, tetapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Ketika ia membukanya, sebuah tulisan tangan rapi tertulis di atasnya: "Kami tahu apa yang kau lakukan. Berhentilah, atau kau akan kehilangan lebih banyak dari yang pernah kau bayangkan." Tangannya gemetar saat membaca surat itu. Ia segera berlari ke ruang tamu, di mana Adrian sedang duduk sambil memeriksa lukanya. "Adrian!" serunya, melemparkan surat itu ke atas meja. Adrian membaca surat itu dengan tenang, tetapi Keira bisa melihat ketegangan di rahangnya. "Mereka mulai mengawasi kita," katanya akhirnya

    Last Updated : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 8: Jaring Pengkhianatan

    Malam itu, Keira duduk sendirian di kamarnya. Surat ancaman, luka-luka Adrian, dan pengkhianatan di perusahaan ayahnya bercampur menjadi satu di pikirannya. Ia merasa dikhianati oleh dunia yang selama ini dianggap aman. Dulu, rumahnya adalah tempat berlindung. Kini, setiap sudut rumah tampak seperti jebakan. Setiap wajah, bahkan yang paling ramah sekalipun, terasa penuh dengan kebohongan. Ketika Adrian mengetuk pintu dan masuk, ia melihat Keira duduk di lantai, memeluk lututnya. Wajah gadis itu terlihat lelah dan putus asa. "Keira," panggil Adrian dengan lembut. Namun, Keira tidak menoleh. "Semua ini terlalu banyak, Adrian." Suaranya pelan, nyaris berbisik, tetapi penuh dengan rasa sakit. Adrian mendekat dan duduk di sampingnya. "Saya tahu ini sulit. Tapi kita harus tetap kuat." Keira mendongak, matanya penuh air mata. "Kuat? Bagaimana aku bisa kuat, Adrian? Keluargaku sedang dihancurkan. Orang-orang yang aku percayai mungkin pengkhianat. Dan aku… aku hanya seorang gadis

    Last Updated : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 9: Bayangan masa Lalu

    Keira terbangun di tengah malam dengan tubuh basah oleh keringat dingin. Dalam mimpinya, ia terus mendengar suara tembakan dan melihat wajah pria yang hampir ia tembak di jalan tadi. Meski ia tahu itu tindakan untuk bertahan hidup, rasa bersalah terus menghantui dirinya. Ia memeluk lutut di tempat tidur, menatap jendela kamar yang gelap. “Apa aku benar-benar berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal?” gumamnya pelan. Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. “Keira, ini saya, Adrian,” suara Adrian terdengar dari luar. Keira mengusap air matanya dan mencoba menyembunyikan kegelisahan di wajahnya. "Masuk." Adrian membuka pintu dan menatap Keira dengan ekspresi khawatir. "Saya mendengar sesuatu. Anda baik-baik saja?" Keira berusaha tersenyum, tetapi gagal. "Aku hanya tidak bisa tidur. Semua yang terjadi hari ini... terlalu banyak untukku." Adrian duduk di kursi dekat tempat tidur, menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Apa yang Anda rasakan itu normal

    Last Updated : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Ban 10: Keberanian dalan Kegelapan

    Keesokan harinya, suasana di rumah keluarga Hartono terasa semakin serius. Keira, Adrian, dan Lina berkumpul di ruang kerja untuk menyusun rencana besar: menyusup ke kantor pribadi Raymond Setiawan. Di atas meja besar, cetak biru gedung milik Raymond terbentang. Lina, dengan wajah serius, menjelaskan rencana mereka. “Raymond memiliki sistem keamanan sangat ketat,” katanya sambil menunjuk detail di peta. “Ada pengawasan ketat, akses biometrik, dan penjagaan penuh. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan tanpa persiapan matang.” Keira menatap peta itu dengan rahang terkatup. “Apa pun yang diperlukan, kita harus melakukannya. Dia harus dihentikan.” Adrian, yang berdiri di sudut ruangan, menatap Keira dengan pandangan tajam. “Kamu tidak tahu seberapa berbahaya ini. Kalau kamu tidak siap mental, lebih baik jangan ikut.” Keira menatap Adrian, suaranya tegas meski sedikit bergetar. “Ini keluargaku. Aku tidak akan mundur.” Ketegangan di ruangan itu membuat Lina merasa tidak nyaman. Ia me

    Last Updated : 2024-12-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 11: Pilihan yang Menentukan

    Di ruang tamu yang gelap dan sunyi, Keira duduk di sofa dengan pandangan kosong. Di tangannya, sebuah dokumen penting yang berhasil mereka curi dari kantor Raymond. Namun, matanya tidak tertuju pada tulisan itu. Ia tenggelam dalam pikirannya, memutar ulang kejadian malam sebelumnya.“Aku benar-benar hampir kehilangan semuanya,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.Adrian, yang berdiri di dekat jendela, menatapnya dengan cemas. “Keira, kamu tidak bisa terus menyalahkan dirimu. Kamu sudah melakukan yang terbaik.”Keira mendongak, matanya yang basah bertemu dengan tatapan Adrian. “Benarkah? Aku hampir membuat semuanya berantakan. Kalau aku tidak terdiam tadi...”Suara Keira pecah di tengah kalimat. Ia memejamkan matanya, mencoba menahan tangis yang mulai menguasainya.Adrian mendekat, duduk di sampingnya. Ia berbicara dengan nada lembut, tapi tegas. “Kamu menghadapi situasi yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya. Itu wajar. Kita semua punya kelemahan, Keira. Yang penting a

    Last Updated : 2024-12-02
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 12: Menghadapi Labirin Kebenaran

    Keira memandang layar komputer di depan mereka, tampak gelisah. Di balik tumpukan dokumen yang tersebar di meja, ada satu pesan yang mengganggu pikirannya. Raymond telah menggandakan upayanya untuk memindahkan aset-asetnya, dan mereka hampir tidak punya waktu lagi. Jika mereka gagal menyusup ke sistem yang aman, mereka akan kehilangan bukti penting yang bisa menggulingkan Raymond. Adrian berdiri di dekat jendela, matanya tajam memandang malam yang gelap. Suasana di ruang kerja mereka tegang. Keira tidak bisa menahan kegelisahannya, tapi Adrian tetap tenang, hampir seolah dia sudah mengetahui langkah berikutnya. "Keira," kata Adrian dengan suara yang penuh keyakinan, "Jika kita menyerang sekarang, kita akan kehabisan kesempatan. Kamu harus percaya padaku. Kita punya satu kesempatan lagi, dan kita harus memanfaatkan sepenuhnya." Keira menatapnya, tak bisa menutupi perasaan campur aduk di dalam hatinya. "Aku... aku sudah hampir tidak tahan, Adrian. Semua ini... membuatku takut." Adr

    Last Updated : 2024-12-02
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 13: Harga Sebuah Pilihan

    Keira duduk di sudut ruang kerja kecil mereka. Suasana terasa mencekam setelah pertemuan dengan Raymond tadi malam. Tatapannya kosong, seperti sedang menatap ruang hampa. Dalam hatinya, pertanyaan-pertanyaan tak terjawab mulai menyeruak. Apakah aku bisa bertahan di tengah kekacauan ini? Mengapa semua terasa begitu rumit?Adrian berdiri di dekat jendela, tampak memeriksa rencana cadangan yang ia buat semalam. Wajahnya tenang seperti biasa, namun Keira tahu ada banyak hal yang bergemuruh di dalam pikirannya. Bagaimanapun, Adrian bukanlah tipe orang yang membiarkan dirinya terlihat rapuh, apalagi di depan orang lain.“Adrian,” Keira memanggilnya dengan suara pelan namun gemetar.Adrian menoleh, pandangannya tajam namun lembut. “Ya?”“Aku... aku tidak tahu apakah aku cukup kuat untuk melanjutkan ini,” kata Keira jujur. Air mata mulai menggenang di matanya. “Semua ini terasa seperti mimpi buruk. Kita dikelilingi bahaya, dan aku takut kalau aku akan menjadi beban untukmu.”Adrian mendekatin

    Last Updated : 2024-12-03

Latest chapter

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 36

    Keira memegang erat kendali kendaraan, matanya fokus pada jalan di depannya. Malam itu, jalanan kota terasa lebih sunyi dari biasanya, seolah dunia di luar sana sedang menunggu sesuatu yang akan terjadi. Udara malam yang dingin menyelinap ke dalam mobil, menambah ketegangan yang sudah mencekam hatinya."Keira," suara Adrian terdengar dari kursi penumpang sebelah, memecah keheningan yang sudah terjalin lama. "Apakah kau yakin dengan keputusanmu?"Keira menatapnya sekilas, mencoba membaca ekspresi wajahnya, namun Adrian menjaga wajahnya tetap datar. Keira tahu bahwa pria ini bukan tipe yang mudah terpengaruh oleh keadaan, namun hari itu, ia bisa melihat kegelisahan yang samar. Keira pun merasakan hal yang sama. Keputusan yang ia buat untuk bergerak maju—untuk melawan mereka—adalah langkah yang sangat berisiko. Tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang-orang yang terlibat di dalamnya. Terutama Adrian dan Elena."Sudah tidak ada jalan kembali," Keira menjawab dengan suara yang te

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 35 Terungkapnya Jalan Pilihan

    Keira duduk di depan jendela besar yang menghadap ke kota, memandangi pemandangan yang tidak lagi memberinya kenyamanan seperti dulu. Seiring dengan malam yang semakin larut, pikirannya terus berputar-putar tentang segala yang baru saja terungkap. Sebuah organisasi rahasia yang menculiknya, eksperimen yang mengubah hidupnya, dan sekarang, pilihan sulit yang harus diambil.Hatinya berdebar keras, seolah-olah setiap detakan jantungnya menggema dalam keheningan ruang itu. Seorang pria dan wanita, dua orang yang baru saja ia temui—Adrian dan Elena—terus hadir dalam pikirannya, seperti bayang-bayang yang tidak bisa ia hilangkan. Keira tidak pernah membayangkan dirinya terjebak dalam permainan besar yang melibatkan kekuasaan, konspirasi, dan masa lalu yang penuh kebohongan.Dia merasa seolah-olah hidupnya adalah bagian dari teka-teki yang belum lengkap, dan semakin ia mencoba menyusunnya, semakin banyak potongan yang hilang. Ada banyak hal yang tidak ia ketahui, hal-hal yang bahkan melibatk

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 34

    Suara pintu yang menutup perlahan bergema di ruangan. Keira berdiri di tengah aula besar, dengan udara yang terasa lebih dingin daripada di luar. Aroma kayu tua bercampur debu memenuhi hidungnya, sementara matanya menelusuri setiap sudut tempat itu.Dinding-dindingnya dihiasi lukisan-lukisan yang terkesan kuno, menampilkan pemandangan yang mengingatkannya pada pertempuran dan kehancuran. Cahaya dari lilin-lilin yang berderet di sepanjang lorong menerangi wajah pria yang berdiri di depannya.“Kau sudah sampai sejauh ini, Keira,” kata pria itu sambil berjalan mendekat. “Aku kagum pada keberanianmu.”Keira menegakkan tubuhnya, matanya penuh dengan tekad meski ada sedikit keraguan yang mengintai di sudut hatinya. “Aku tidak punya waktu untuk basa-basi. Siapa kau sebenarnya? Dan apa yang kau tahu tentangku?”Pria itu hanya tersenyum kecil. “Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Adrian.”Adrian mengulurkan tangannya, tapi Keira tidak bergerak. Ia tetap m

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 33

    Keira duduk di sudut ruangan, memandang tablet yang kini diam tanpa suara. Di dalam pikirannya, suara pria yang muncul di layar tadi terus terngiang. Wajahnya yang dingin, senyumnya yang seolah mengetahui segalanya—membuat pikirannya kacau.“Keira, kau baik-baik saja?” suara Victor membuyarkan lamunannya.Ia mengangkat wajah dan mendapati Victor berdiri di depannya, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Untuk sesaat, Keira ingin membuka semua yang ia rasakan, tapi ia tahu ini bukan saat yang tepat.“Aku baik-baik saja,” jawabnya singkat.Victor mengerutkan dahi, tidak yakin dengan jawabannya. “Kau terlihat terganggu sejak pria itu muncul di layar. Jika ada sesuatu yang ingin kau bicarakan…”“Aku bilang aku baik-baik saja,” potong Keira, nadanya sedikit tajam.Victor mundur, tidak ingin memaksakan dirinya. “Baiklah. Tapi ingat, aku ada di sini kalau kau butuh seseorang untuk bicara.”Keira hanya mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke tablet. Victor, meskipun berat hati, akhirny

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 32

    Suara derit pintu baja yang berat memecah keheningan, diikuti oleh langkah-langkah tegas yang menggema di dalam lorong sempit. Keira berdiri di tengah ruangan, matanya tertuju pada Nathaniel yang mendorong pintu hingga terbuka lebar. Di balik pintu itu ada ruangan besar yang dipenuhi layar monitor, server yang berdengung, dan meja kerja yang penuh dengan dokumen berserakan.“Ini adalah inti dari operasi kita,” kata Nathaniel sambil melangkah masuk. “Dari sini, kita bisa melacak pergerakan mereka dan mencari tahu rencana berikutnya.”Keira mengamati ruangan itu dengan hati-hati, setiap sudut tampak mencerminkan keahlian teknis yang luar biasa. Victor berdiri di belakangnya, diam, tapi kewaspadaan tampak jelas dari cara matanya bergerak cepat memeriksa setiap detail.“Jadi, apa langkah selanjutnya?” Keira bertanya, suaranya datar, tapi matanya menyimpan bara yang tidak bisa dipadamkan.Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia berjalan menuju meja besar di tengah ruangan, menarik sebuah pet

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 31

    Keira duduk di salah satu kursi logam yang dingin di ruangan itu, tubuhnya terasa kaku. Suasana di dalam laboratorium tua tersebut mengintimidasi—dindingnya penuh kabel yang melilit, layar-layar monitor berkedip samar, dan bunyi dengung elektronik mengisi keheningan. Victor berdiri tak jauh dari pintu, seperti penjaga yang tidak pernah lengah, sementara Nathaniel sibuk mengetik sesuatu pada keyboard besar yang terhubung ke salah satu komputer di sudut ruangan.Setiap ketukan tuts keyboard terdengar seperti penanda waktu, menanti sesuatu yang besar untuk terungkap. Keira meremas jari-jarinya, mencoba menenangkan diri, tetapi gemuruh di dadanya tidak bisa diabaikan.“Nathaniel,” suara Victor memecah keheningan, nadanya datar namun penuh tuntutan. “Kita tidak punya waktu untuk permainan. Katakan apa yang harus kami tahu.”Nathaniel menghentikan gerakannya, lalu berbalik perlahan. Di layar besar di belakangnya, muncul diagram dan dokumen-dokumen yang terlihat seperti data rahasia. Ia mena

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 30 Bayangan Masa Lalu yang Tak Pernah Pergi

    Keira berdiri mematung di ambang pintu pondok, tubuhnya setengah gemetar. Udara malam yang menusuk seolah berhenti bergerak, tertahan oleh ketegangan yang menguar dari tiga sosok yang saling berhadapan di luar. Victor tidak bergerak sedikit pun, matanya menatap tajam ke arah pria asing yang berdiri di depan mereka. Cahaya senter yang redup hanya menyoroti sebagian wajah pria itu, memperlihatkan garis rahang yang tegas dan senyuman samar yang membuat Keira semakin tidak nyaman. “Victor,” suara pria itu terdengar tenang, nyaris seperti gumaman. “Kau tahu ini akan terjadi cepat atau lambat.” Victor tidak menjawab. Tangan kanannya masih menggenggam erat senjata, siap digunakan kapan saja. Namun, ada sesuatu di wajahnya—sebuah emosi yang sulit diartikan. Bukan hanya kemarahan atau ketegangan, tetapi juga kesedihan yang terpendam. Keira tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. “Siapa dia, Victor?” tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik. Victor mengalihkan pandangannya sedikit, cuk

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 29 Dalam Kegelapan ada Jawaban

    Udara malam semakin menusuk ketika Keira menyandarkan punggungnya ke batang pohon tua. Napasnya masih terengah-engah setelah pelarian tadi, tetapi suara gemerisik dedaunan di sekitarnya membuatnya tetap waspada. Hutan itu gelap, seolah menjadi sekutu bagi mereka yang mengejarnya. Victor berdiri tidak jauh darinya, punggungnya tegak, tubuhnya siaga penuh. Matanya terus menyapu sekeliling, seperti seorang pemburu yang siap menyerang kapan saja. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam raut wajahnya malam ini—sebuah ketegangan yang lebih dalam dari sekadar pelarian. “Victor,” Keira akhirnya memecah keheningan, suaranya pelan namun bergetar. “Kau yakin kita aman di sini?” Victor menoleh sebentar, matanya bertemu dengan milik Keira. Sorot matanya tajam, tetapi ada kehangatan yang tersembunyi di dalamnya. “Tidak ada tempat yang benar-benar aman, Keira. Tapi untuk saat ini, kita tidak punya pilihan lain.” Keira menggigit bibirnya, merasa kata-kata itu membawa beban lebih besar daripada yan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 28 Bayang di Tengah Keheningan

    Bab 28: Bayang-Bayang di Tengah KeheninganKeheningan yang merayap di antara pepohonan terasa seperti perangkap yang tak kasatmata. Keira menyandarkan punggungnya di batang pohon besar, tubuhnya sedikit gemetar karena lelah dan gugup. Napasnya terengah, terdengar jelas di tengah suara desiran angin yang menyelinap di antara dedaunan. Ia merasakan dinginnya keringat mengalir di pelipisnya.Victor berdiri di sampingnya, wajahnya penuh konsentrasi. Tangannya menggenggam erat pistol yang sudah lama terisi peluru, siap untuk menghadapi ancaman. Namun, meskipun kelihatan begitu percaya diri, Keira tahu ada sesuatu yang lain di balik sikap tegas itu. Raut wajahnya, meskipun tidak banyak berbicara, menyiratkan beban yang berat—bukan hanya tentang bahaya di depan mereka, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih dalam.“Keira,” Victor berbisik pelan, memecah keheningan. “Kita harus terus bergerak. Mereka bisa menemukan jejak kita kapan saja.”Keira mengangguk, meski hatinya masih diliputi kecemasan.

DMCA.com Protection Status