Blurb: One Night Stand “Kau sungguh bajingan, Victor!” Desis Mary, menatap pria bernama Victor itu dengan mata yang dipenuhi air mata. “Kau memperkosaku! Kau merenggut sesuatu yang bukan milikmu, keparat! Aku benci padamu!” Bibirnya bergetar saat melontarkan kalimat tersebut, sementara tangannya erat menahan selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos, tanpa sehelai benang pun. *** Mary Popiens adalah seorang bartender di sebuah klub malam ternama di kota London. Malam itu, klub dipenuhi pengunjung, membuat para pelayan tampak sibuk. Dalam keadaan tersebut, Mary diminta tolong oleh sang manajer untuk mengantarkan minuman ke kamar VVIP. Di sanalah kehancuran hidup Mary dimulai. Alih-alih mengantar minuman lalu keluar, Mary justru terjebak bersama pria yang merupakan tangan kanan Bos Mafia di dalam kamar tersebut, yang tengah mabuk. Mary dipaksa sedemikian rupa, sehingga keduanya terjerumus dalam momen panas. Langkahnya yang lemah berayun pergi, diiringi isak tangis yang pilu. Baginya, perbuatan bejat Victor Marson semalaman adalah hal paling buruk dan memilukan yang pernah dialaminya sepanjang hidup. *** Kini, Victor, pria yang merupakan tangan kanan Bos Mafia itu, tak akan pernah melepaskan Mary, meskipun dia tahu Mary telah memiliki seorang kekasih—yang tak lain adalah keponakan dari Tuannya. Terlepas dari konsekuensi, Victor bersikeras untuk membawa Mary pergi, memisahkannya dari sang kekasih, tanpa peduli betapa Mary membencinya. Setelah disekap dan tinggal bersama Victor, akankah Mary menyerah untuk melupakan sang kekasih dan beralih mencintai Victor? Atau mungkin… dia akan berusaha pergi untuk selamanya, meninggalkan semuanya di belakang? ***
View More“Mary, tolong antarkan pesanan ke kamar VVIP nomor 105!”
Mary yang baru saja menyodorkan gelas minuman kepada pelanggan merespon perintah managernya dengan anggukan.
Kondisi club yang malam ini sangat ramai membuat semua orang saling mem-backup pekerjaan, termasuk Mary yang malam ini sudah beberapa kali mem-backup pekerjaan pelayan.
Oleh karena itu, setelah menyiapkan dua botol tequila, Mary segera mengantarnya ke kamar nomor 105. Namun, setelah beberapa kali diketuk, Mary sama sekali tak mendengar adanya sahutan dari dalam.
Khawatir terjadi sesuatu, Mary akhirnya membuka pintu kamar menggunakan kunci ganda dan masuk untuk memeriksa.
Saat Mary melangkah lebih jauh, keningnya tampak berkerut. Matanya menyorot ke arah ranjang yang masih dalam keadaan rapi sebelum kemudian beralih ke sofa.
Ternyata, penghuni kamar itu duduk di sana dengan kepala terkulai ke belakang. Tubuh pria itu bersandar pada sofa dengan kemeja yang sudah sepenuhnya terbuka. Memperlihatkan otot-otot pria itu yang terbentuk sempurna.
“Halo, Tuan. Saya mengantar pesanan Anda.”
Tak adanya respon dari pria itu membuat Mary semakin khawatir.
Oleh karena itu, dengan cepat dia meletakkan dua botol tequila yang dibawanya di atas meja dan berjalan semakin mendekat.
Dia berniat untuk mengecek nadi pria itu dan melakukan pertolongan pertama apabila diperlukan.
Namun, tepat saat Mary berada di depan pria itu, tiba-tiba saja pria itu menegakkan kepalanya dan berkata dengan suara yang dalam dan serak.
“Jihan?”
Mary terlonjak kaget dan hampir kehilangan keseimbangannya karena berjalan mundur secara tiba-tiba.
“Victor?!” Mary menutup mulutnya dengan satu tangan.
Ia terkejut karena ternyata pelanggan yang ia layani hari ini adalah Victor Mason, penerus keluarga mafia yang bersikap seperti stalker kepada sahabatnya, Jihan.
Keberadaan Victor membuat Mary berubah pikiran–tak mau lagi membantu. Oleh karena itu, dia buru-buru berbalik dan hendak pergi.
Namun, sebelum Mary sempat pergi menjauh, tangan besar Victor telah lebih dulu menarik lengan Mary dan membuat gadis itu jatuh ke pangkuannya.
“Victor! Lepaskan aku!” pekik Mary, meronta-ronta berharap bisa bebas.
Namun, belitan tangan Victor di pinggang Mary semakin erat. Bahkan, wajah pria itu mendekat ke leher Mary dan mengecupnya pelan. “Kamu sangat cantik malam ini, Jihan..”
Mary tertegun, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
Sebab, ternyata hingga Jihan menikah pun Victor masih tidak menurunkan obsesinya pada sahabatnya itu!
Mendengar itu, Mary semakin muak dan berusaha lebih keras untuk melepaskan diri. “Lepaskan aku, Victor! Jangan sentuh aku!”
Mary semakin panik kala usahanya mulai terasa sia-sia, karena Victor mengunci pergerakannya dengan menyatukan kedua tangannya ke atas kepala.
Tak hanya itu, leher Mary yang terekspos juga menjadi ladang mulus bagi Victor untuk mulai mencumbunya.
“Victor! Tolong!” Mary mulai merintih putus asa. “Ahh! Aku bukan Jihan!”
Suara rintihan Mary membuat Victor semakin bersemangat.
Pengaruh alkohol membuat pria itu sama sekali tak mengambil pusing perkataan Mary tentang identitasnya, dan terus berpikir bahwa wanita yang menggeliat di bawahnya adalah Jihan.
Oleh karena itu, sedetik kemudian, Victor bangkit dari sofa dan melemparkan Mary ke atas kasur.
Mary yang terkejut segera berusaha untuk turun dari ranjang, tetapi gerakan Victor lebih cepat. Setelah melepas kemejanya, Victor menarik salah satu kaki Mary dengan kasar dan menahannya dengan lutut.
“Victor, jangan! Aku moho…AH!!” Mary memekik sambil berusaha menahan tubuh pria itu.
“Sadar, Victor! Ini aku, Mary. Aku bukan Jihan!” lanjutnya lagi dengan suara yang bergetar. Mary masih berharap Victor bisa mendengarnya dan kembali menatap Mary dengan tajam seperti dulu.
Namun, sayangnya Victor sama sekali tidak mendengar karena kabu gairah memenuhi mata pria itu. Dengan cepat ia mulai melucuti pakaian Mary dan membuat gadis itu terbaring dalam keadaan polos tanpa sehelai benang.
“Aaaahh!!” teriakan kesakitan Mary terdengar memilukan, tetapi Victor tidak peduli.
Pria itu mendorong pinggulnya hingga berhasil menerobos inti tubuh Mary, merobek selaput dara milik wanita itu.
Victor yang menyadari betapa nikmatnya penyatuan yang dia rasakan ini mengerang pelan di telinga Mary. “Tubuhmu nikmat sekali.”
Mary terisak antara menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya dan menahan rasa pilu. Kini semua telah hancur.
Satu-satunya mahkota berharga yang ia miliki telah direnggut dengan cara menjijikan oleh pria yang tak punya hubungan apapun dengannya.
Di sisi lain, Mary memikirkan kelangsungan hubungannya dengan Nathan. Mereka sudah menjalin hubungan bertahun-tahun dan Mary pun sudah mengenal baik keluarga Nathan.
Bagaimana kalau pria itu tahu apa yang sudah terjadi padanya malam ini?
Di sela kekhawatiran itu, Victor mendesah berulang kali sambil terus menghujam inti tubuh Mary, tak peduli pada Mary yang kini hanya bisa terisak.
Setelah Victor mendapat pelepasan, pria itu jatuh tertidur di sebelah Mary setelah mengambil selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.
Di sebelahnya, Mary merasa tubuhnya remuk, tapi rasa sakit di hatinya lebih besar. Samar-samar, sebelum rasa lelah juga merenggut kesadaran Mary, dia bergumam dengan pedih.
“Maafkan aku, Nathan..”
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments