Pelakormu vs Aku

Pelakormu vs Aku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Oleh:   Vivits  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
18Bab
13Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kartini Satyaguna–seorang ibu rumah tangga yang selalu direndahkan oleh mertuanya karna tidak bekerja, tidak seperti adik iparnya yang seorang Dokter spesialis. Namun puncak konflik ketika ia mendapati suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri, sang suami sampai nekat ingin memadu Kartini dengan alasan Kartini tak dapat memberikan anak laki-laki. Dapur rumah tangga pun terbagi jadi 2, terdapat 2 ratu dalam rumah, persaingan sengit antara Kartini dan pelakor di rumah itu tercium menyengat. Ia bertekat akan memberikan pelakor itu pelajaran kalau kedudukan istri sah selalu di atas pelakor, bagaimana kisahnya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1: Acara Keluarga

Suasana di rumah mertua Kartini begitu ramai. Meja makan besar dikelilingi oleh kerabat, teman-teman, dan kolega orang tua suaminya. Kartini duduk di sudut, mencoba menyembunyikan diri di balik secangkir teh hangat, meski ia tahu, matanya sudah sering dijadikan objek perbincangan. Sang mertua, Ibu Sulastri, berdiri di depan, wajahnya cerah dengan senyum yang tampak terlalu dipaksakan. Dia sedang memperkenalkan calon menantunya satu per satu dengan antusias, menunjukkan betapa bangganya dia memiliki anak-anak yang "sukses" dalam hidup. "Ini Dita, menantu pertama kita, seorang dokter yang luar biasa," kata Ibu Sulastri dengan nada bangga, menunjukkan wanita berbaju putih yang sedang mengatur rambutnya. Dita tersenyum manis, menerima tepuk tangan dari kerabat yang hadir. "Dan ini Dini, ipar kedua kita, pegawai negeri sipil yang bekerja keras di pemerintah," lanjut Ibu Sulastri, mengenalkan wanita muda dengan ...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Vivits
Hi semua welcome, jangan lupa tinggalin jejaknya ya 🫶🫶
2025-01-10 12:22:37
0
18 Bab
Bab 1: Acara Keluarga
Suasana di rumah mertua Kartini begitu ramai. Meja makan besar dikelilingi oleh kerabat, teman-teman, dan kolega orang tua suaminya. Kartini duduk di sudut, mencoba menyembunyikan diri di balik secangkir teh hangat, meski ia tahu, matanya sudah sering dijadikan objek perbincangan. Sang mertua, Ibu Sulastri, berdiri di depan, wajahnya cerah dengan senyum yang tampak terlalu dipaksakan. Dia sedang memperkenalkan calon menantunya satu per satu dengan antusias, menunjukkan betapa bangganya dia memiliki anak-anak yang "sukses" dalam hidup. "Ini Dita, menantu pertama kita, seorang dokter yang luar biasa," kata Ibu Sulastri dengan nada bangga, menunjukkan wanita berbaju putih yang sedang mengatur rambutnya. Dita tersenyum manis, menerima tepuk tangan dari kerabat yang hadir. "Dan ini Dini, ipar kedua kita, pegawai negeri sipil yang bekerja keras di pemerintah," lanjut Ibu Sulastri, mengenalkan wanita muda dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Bab 2: Hari Raya yang Memanas
Perayaan Idul Fitri kali ini terasa lebih berat bagi Kartini. Seperti biasa, keluarga besar suaminya berkumpul, penuh tawa dan canda. Namun, ada sesuatu yang membuat hatinya tidak tenang. Sambil mendengarkan Dini yang sedang memamerkan pencapaiannya, Kartini merasa setiap kata yang keluar dari mulut mertuanya seolah menusuknya. Dini duduk di sebelah Ibu Sulastri, dengan senyum lebar, menunjukkan kunci mobil Mazda terbaru yang baru dibelinya. "Alhamdulillah, akhirnya aku bisa beli mobil baru! Hasil kerja keras selama ini," ujar Dini bangga. Ibu Sulastri langsung menyambut dengan suara penuh kebanggaan. "Wah, Dini, luar biasa! Kamu benar-benar bisa memberikan kebanggaan untuk keluarga ini. Tidak seperti yang lain," katanya, sambil menatap Kartini yang duduk di sudut. Kartini bisa merasakan sindiran halus itu. Ibu Sulastri jelas-jelas sedang membandingkan Dini dengan dirinya. Semua mata terarah pada Dini, sementara dirinya hanya bisa menundu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Bab 3: Api yang Mulai Menyala
Setelah kepergian Bastian, suasana di ruang tamu perlahan kembali mencair. Namun, Ibu Sulastri masih tampak kesal, duduk dengan wajah merengut sambil menyeruput teh. Dini, yang sedari tadi menikmati pujian, mencoba menenangkan mertuanya."Sudahlah, Bu. Jangan terlalu diambil hati. Mungkin Bastian cuma lagi stres," ujar Dini lembut sambil menepuk punggung Ibu Sulastri.Alex, suami Dini, malah tersenyum miring. "Tapi apa yang Ibu katakan tadi memang benar. Kalau Kartini mau bantu Bastian kerja, mereka enggak akan ketinggalan seperti sekarang."Dini menoleh ke suaminya, sedikit terganggu dengan komentarnya, tapi memilih untuk diam. Sementara itu, Dita, menantu pertama sekaligus kesayangan Ibu Sulastri, yang sedari tadi mendengarkan perdebatan dengan raut tak nyaman, akhirnya angkat bicara."Ibu, saya tahu Ibu peduli sama Bastian, tapi terus-terusan membandingkan seperti ini, rasanya enggak baik," kata Dita dengan nada hati-hati.Ibu Sul
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Bab 4: Retakan di Tengah Cinta
*Di Dalam Mobil Bastian dan Kadita duduk di dalam mobil yang melaju pelan menuju rumah Bastian. Sudah hampir sebulan ini, Kadita yang selalu mengantar Bastian pulang. Bastian kini tak pernah membawa motor lagi, selalu memilih untuk menumpang mobil Kadita. Di dalam perjalanan, Bastian menatap Kadita yang tampak santai mengemudi. Wajahnya terlihat tenang dan penuh percaya diri. Ia menghela napas pelan, lalu membuka pembicaraan. "Kadita, kamu selalu semangat kerja, ya? Enggak pernah kelihatan capek," ujar Bastian, mencoba mencairkan suasana. Kadita tersenyum, melirik sekilas ke arah Bastian. "Saya pikir, kalau kita suka sama pekerjaan kita, capeknya jadi enggak terlalu terasa, Pak." Bastian tertawa kecil. "Hebat kamu. Kadang aku iri sama orang-orang kayak kamu." "Iri? Kenapa, Pak? Kan Bapak juga hebat. Jabatan Bapak jauh di atas saya," balas Kadita, nada suara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Bab 5: Luka yang Kian Dalam
Malam semakin larut, tapi Kartini masih duduk termenung di ruang tamu. Pikirannya melayang-layang, mengingat kata-kata tajam Bastian yang terus terngiang di telinganya. "Lihat Kadita, dia mandiri, tangguh. Itu yang aku butuhkan."Matanya memerah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis. Ia tahu Bastian sedang berubah. Namun, ia tidak menyangka perubahan itu akan begitu menyakitkan.Saat Kartini sedang hanyut dalam pikirannya, suara langkah kaki terdengar dari arah dapur. Ibu Sulastri muncul dengan wajah yang tampak lelah, tapi tatapannya langsung tajam begitu melihat Kartini duduk termenung. Ibu Sulastri adalah seorang janda tua, tinggal serumah dengan anak bungsunya–Bastian."Masih duduk di sini? Sudah malam, bukannya tidur," kata Ibu Sulastri sambil melipat tangan di depan dada.Kartini mengangkat wajahnya, mencoba tersenyum kecil. "Iya, Bu. Saya lagi kepikiran sesuatu."Ibu Sulastri mendekat, duduk di sofa berseberangan dengan K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Bab 6: Malam yang Menyesatkan
Dua bulan berlalu, dan hubungan antara Bastian dan Kadita semakin dekat. Apa yang awalnya hanya sekadar obrolan ringan di mobil kini berubah menjadi percakapan mendalam tentang mimpi, ambisi, dan kehidupan pribadi mereka. Kadita, seorang janda muda yang mandiri dan percaya diri, merasa bahwa ia dan Bastian adalah pasangan yang sempurna. Bastian, di sisi lain, semakin terperangkap dalam pesona Kadita. Kehadirannya memberi warna baru di tengah tekanan pekerjaan dan konflik rumah tangga. Kartini, dengan segala kecemasannya, mulai merasakan ada yang salah, tapi ia belum memiliki bukti kuat.____ Malam Itu di Kantor Selesai rapat malam itu, Kadita menghampiri Bastian yang sedang membereskan berkas-berkasnya. Senyumnya manis, tapi ada sesuatu di balik tatapan matanya yang mengundang. "Pak Bastian, malam ini pulang sama saya lagi, ya?" ujar Kadita, santai tapi penuh maksud. Bastian menatapnya sejenak,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Bab 7: Malam yang Panjang
Malam sudah merangkak ke pukul 1 dini hari, dan Kartini masih duduk di ruang tamu. Pandangannya kosong menatap ke arah pintu. Jam dinding terus berdetak, seakan mengejek kekhawatirannya yang semakin menjadi-jadi.Bastian belum pulang, dan ini bukan kebiasaannya. Biasanya, meskipun lembur, suaminya akan tiba di rumah paling lambat pukul 10 malam."Mas, di mana kamu?" gumam Kartini pelan sambil meremas ujung pakaiannya. Ia mencoba menelepon, tapi panggilannya selalu berakhir di nada tunggu tanpa jawaban.Langkah kaki terdengar dari arah kamar. Ibu Sulastri muncul dengan kain batik yang disampirkan di bahunya. Ia menguap kecil, tapi wajahnya langsung mengerut ketika melihat Kartini masih duduk sendirian."Kartini, ngapain kamu duduk di sini? Sudah tengah malam," tanyanya, suaranya datar tapi penuh rasa ingin tahu.Kartini menoleh, mencoba tersenyum kecil untuk menyembunyikan kegelisahannya. "Saya lagi nunggu Mas Bastian, Bu. Dia belum p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Bab 8: Pagi yang Menyayat
-Pagi harinya, di rumahSuara mesin mobil terdengar dari luar, menghentikan langkah Kartini yang tengah mondar-mandir di ruang tamu. Dengan langkah tergesa, ia keluar rumah dan berdiri di depan pintu. Matanya langsung tertuju pada mobil yang berhenti di depan pagar. Dari balik kaca, ia mengenali sosok suaminya yang turun dengan langkah santai, seolah-olah tidak ada apa-apa.Namun, sebelum Kartini bisa melangkah mendekat, mobil itu kembali melaju pergi. Ia hanya bisa melihat bagian belakang kendaraan yang menghilang di tikungan. Kartini mengepalkan tangan, dadanya bergemuruh.Bastian berjalan menuju pintu tanpa rasa bersalah, seolah-olah semuanya wajar. Tapi sebelum ia sempat masuk, Kartini sudah berdiri di hadapannya dengan mata yang memerah karena menahan marah."Mas, kamu baru pulang sekarang?" Kartini langsung menyerang tanpa basa-basi.Bastian mendesah pelan, berusaha tetap tenang. "Iya, Tin. Kerjaan semalam banyak banget. Aku harus l
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Bab 9: Bukti yang Mulai Terungkap
Hari itu terasa lebih cerah dari biasanya, meskipun hati Kartini masih kelabu. Ia berusaha menjalani hari seperti biasa, mengurus rumah dan anak-anak sambil menahan rasa cemas yang terus menggerogoti. Pagi itu, Dita, menantu pertama yang merupakan dokter spesialis, datang ke rumah membawa beberapa oleh-oleh. Kartini menyambutnya dengan senyum ramah, berusaha menutupi kegundahannya. "Dita, wah, kok tumben ke sini pagi-pagi?" sapa Kartini sambil membantu Dita meletakkan barang bawaannya di meja. Dita tersenyum, memperbaiki letak tas di bahunya. "Iya, Mbak. Aku habis ngantor, ada waktu kosong, jadi sekalian mampir ke sini." Tidak lama kemudian, Ibu Sulastri keluar dari kamar. Wajahnya langsung cerah melihat Dita. "Wah, menantu kesayangan Ibu datang! Apa kabar, Nak?" tanyanya sambil memeluk Dita dengan hangat. "Kabar baik, Bu. Ini aku bawain oleh-oleh kecil, tadi sempat beli di jalan," jawab Dita sambi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya
Bab 10: Kebenaran yang Terungkap
Malam itu, suasana di ruang makan terasa sunyi. Kartini duduk di meja, menunggu suaminya pulang dari kerja. Ketika suara motor berhenti di depan rumah, Kartini menarik napas dalam, mempersiapkan dirinya untuk berbicara dengan hati-hati. Bastian masuk ke rumah dengan wajah lelah. “Makan malamnya udah siap?” tanyanya datar tanpa melihat ke arah Kartini. Kartini tersenyum kecil, meskipun hatinya berat. “Sudah, Mas. Aku juga ada yang mau dibicarakan. Boleh kita ngobrol sebentar?” Bastian duduk dengan malas di kursi. “Apa lagi sekarang? Aku capek. Kalau mau ngomong, cepetan.” Kartini menahan napas, berusaha menjaga suaranya tetap lembut. “Mas, aku cuma mau tanya... kemarin malam itu lembur di hotel, ya?” Mata Bastian langsung menajam. “Ya, jelas di hotel. Kenapa tanya kayak gitu?” Kartini menatapnya dengan lembut namun penuh ketegasan. “Aku cuma mau memastikan, soalnya... semalam ada yang bilang kalau Mas dilihat di Restaurant The Santo bersama seorang wanita.” Wajah Bastia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status