Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu

Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu

last update최신 업데이트 : 2024-07-14
에:  Kay연재 중
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
평가가 충분하지 않습니다.
57챕터
7.6K조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.

줄거리

Alin tak pernah menyangka, jika suaminya, Aldi, yang telah lama membina rumah tangga dan dikarunia seorang putra, Langit. Akan berselingkuh dan menceraikan dirinya. Alin yang berkulit kusam dan berjerawat itu, harus menerima hinaan dari suami dan juga keluarganya. Bara dendam dalam diri Alin menyala, kala anak semata wayangnya di sakiti. Dengan kemampuannya, dan kehadiran sosok Noah yang membantunya dibalik layar, merubah Alin menjadi wanita mandiri dan cantik. Wanita tangguh yang siap menghancurkan mantan suaminya, dan orang-orang yang menghinanya dulu. Bagaimana kisah Alin akan berlanjut?

더 보기

1화

Bab satu [Ketidaktahuan ku]

"Mas,kapan kamu akan bercerai dari istri Jelekmu itu?" tanya Melinda sambil melingkarkan tangan nya di perut Aldi.

"Sabar Mel, beri mas waktu. Aku nggak bisa asal cerai darinya." jawab Aldi pada Melinda yang di dalam dekapannya.

"Jadi, kita bakal begini terus? Sampai kapan Mas Al?" Raut wajah Mel terlihat sangat kesal dan kecewa.

"Sabar, sayang, sabar. kami pasti bercerai kok, semua itu butuh proses yang tidak sebentar. Apalagi kami sudah punya Langit."Ucap Aldi mengecup punca kepala Melinda.

Melinda menyentak kuat nafasnya. Menyingkirkan tangan Aldi dari tubuh polosnya.

"Aahh, sudahlah, Mas." Kesal Melinda membalikkan badannya membelakangi Aldi.

"Walau bagaimanapun aku ini hanya selingkuhan mu. Tak berarti apa-apa, tentu saja kau lebih mencintai istri dan anakmu." Sambungnya ngambek."Makanya nggak mau cere."

Aldi menatap frustasi wanita yang kini memunggungi nya itu.

"Tidak begitu Mel, tidak."

"Huuuhh... Pasti begitu."

Aldi menjambak rambutnya frustasi.

"Langit anak ku Melinda. Tak mungkin aku menelantarkannya."tukas Aldi menyentuh lengan Melinda. Melinda menyentak kasar tangan Aldi, hingga tangan itu tak lagi menempel.

"Masalah Langit kan bisa diurus sama istri Jelekmu itu. alasan mas Al aja kan itu..."

"Ya enggak lah Mel. Mana mungkin. Satu-satunya yang membuat aku masih mau bertahan dengan Alin juga karena Langit anakku."terang Aldi mencoba membujuk Melin.

"jika dengan Alin, aku sudah tidak ada cinta lagi, mas sudah tidak ada rasa lagi dengan nya kecuali rasa jijik. Wajahnya yang penuh jerawat dan rambutnya yang bergelombang berantakan itu benar-benar membuat ku jijik. Berbeda denganmu yang cantik ini. Tentu saja tak bisa disamakan. Apalagi melebihi mu." Rayu Aldi.

Malinda meluluh dan menoleh.

"Benarkah?"

"Tentu saja."yakin Aldi."Aku hanya mencintaimu. Mas masih bertahan dengan Alin juga karena memandang Langit anak kami."

"Mas Al nggak bohong?"

"Suweer....." Aldi mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

Melinda mengulas senyum bahagia. Tentu itu memberi sinyal bagi Aldi untuk meminta jatah lagi.

Aldi mendekap erat tubuh Melinda meraih wajah dan memangut bibir seksi wanitanya. Sekali lagi mereka meneruskan aksi panas mereka.

_____

Alin Bintang 27 tahun. Wanita cantik yang tersembunyi dibalik wajahnya yang berjerawat dan flex hitam. Dengan rambut pendek bergelombang yang mengembang.

Bukan karena dia tak mampu merawat diri. Tapi mencukupi biaya hidup lebih penting baginya, daripada harus beli skincare ataupun kosmetik mahal. Alin memilih menggunakan uang jatah bulanan suaminya untuk menyambung kebutuhan dapur dan rumah tangga.

Aldiansyah Putra 30 tahun, suami Alin. Seorang Leader pabrik elektronik. Gaji bulanannya habis untuk kontrakan rumah, kebutuhan sehari-hari dan untuk biaya sekolah Langit anak semata wayang mereka.

Kehidupan keluarga mereka terbilang harmonis dan bahagia. Tanpa ada yang tau ada duri yang tumbuh subur disana.

Alin memang beberapa bulan belakangan ini, tidak pernah lagi melayani suaminya di kamar tidur. Sudah hampir satu tahun, Aldi tidak menyentuh nya. Tentu saja, Alin merasa rindu dengan sentuhan dari suaminya.

Alin sudah pernah mencoba merayu dan meminta secara terang-terangan pada suaminya. Akan tetapi, Semua itu tidak membuahkan hasil. Aldi selalu berkilah capek,lelah,letih dan lesu. Alin pun hanya bisa memaklumi, dan menahan hasratnya tanpa curiga sedikitpun.

°°°°°°

Disiang yang begitu terik ini, Alin bermaksud untuk menjemput Langit di sekolah. Alin juga bermaksud mampir ke Rumah Singgah tempat dia dibesarkan dulu. Alin memang tumbuh dan besar dipanti.

Alin tidak tau siapa orang tuanya, dia hanya ditinggalkan begitu saja didepan rumah singgah itu. Dan akhirnya dirawat oleh bunda Reni. Pemilik dan pendiri rumah singgah.

Walau sudah menikah pun Alin masih mendedikasikan diri disana. membantu Bunda Reni mengurus Rumah Singgah. Alin mengendarai motor Matiknya ke sekolah Langit. Bocah berusia 8 tahun itu sudah menunggu.

"Ibu...!"panggil Langit berlarian kearah ibunya.

"Duuhh sayangnya ibuk, udah lama ya?" Alin merentangakan tangannya menyambut Langit dalam pelukannya.

"Aku baru aja keluar kok buk." Langit nyengir.

"Hari ini ibuk mau ke rumah singgah."

"Oke." Langit duduk di jog motor membonceng ibunya.

"Pegangan ya. Nanti jatuh."

Langit memeluk tubuh ibunya dari belakang.

"Sudah buk."

Alin mengulas senyum."Berangkattt...."

Alin menggas motornya menuju rumah singgah. Dan berhenti disebuah rumah yang didominasi oleh warna oranye cerah.

Langit langsung meloncat turun dari motor. Berlarian masuk kedalam bangunan yang pintunya terbuka itu. Alin menyusul dibelakang. Alin tertegun, Langit sudah memeluk seorang pria berusia sekitar 27 tahunan. Bahkan bergelayut manja padanya.

Pria itu tersenyum ramah saat melihat Alin mematung diambang pintu. Sebenarnya, mereka memang sudah beberapa kali bertemu, karena suatu keadaan yang tidak terduga. Hingga pria itu terikat pada Alin.

Tanpa kata apapun, Alin hanya membalas senyumannya sekedarnya. Lalu Alin melewatinya begitu saja.

"Alin!"

Alin pura-pura tidak dengar namanya dipanggil. Dia sudah cukup merasa kikuk dengan kehadiran pria itu. Masih mau bicara dengannya. Tentu saja big No!

Noah Mahesa Seorang pria lajang yang tampan berusia 27 tahun. Seorang eksekutif muda yang memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang elektronik.

Pertama kali mengenal Alin karena sebuah kesalahpahaman. Saat itu, Alin yang sedang menjajakan dagangan milik bunda Reni tertabrak oleh mobil Noah. Pria itu menuduh Alin hanya modus menipu untuk mengeruk uang ganti rugi darinya.

Tentu saja Alin tidak terima dituduh begitu. Apalagi Noah Dengan kasar melemparkan beberapa uang 100rbuan ke wajahnya. Dengan menyeret kaki yang terluka dan berdarah tanpa mengambil uang itu, Alin memasuki apotek dan membeli betadin serta perban.

Wanita itu mengobati sendiri lukanya. Noah hanya menatap remeh padanya. Bersandar pada mobil dengan melipat tangannya didada. Sampai Alin pergi dan menjual sisa dagangannya. Noah masih mengikuti. Bagi Noah, Alin terlihat seperti penipu yang menjual rasa iba pada orang lain.

Hingga Alin memasuki rumah singgah. Hati Noah pun tergerak juga. Muncul rasa bersalah didalam hati. Beberapa hari tak bisa tidur karena rasa bersalah nya. Dan akhirnya Noah memutuskan mengunjungi rumah singgah. Bertanya dan mengetahui jalan hidup Alin. Noah juga tau jika Alin sudah menikah dan memiliki seorang putra.

Untuk menebusnya, Noah mendekati Langit membelikan bocah itu mainan dan makanan ringan. Merekapun menjadi akrab. Noah juga menjadi donatur tetap di rumah singgah itu. Dari situlah Alin dan Noah jadi sering bertemu. Walau Alin lebih sering mengacuhkan Noah dan bersikap sinis.

"Alin!"

Alin tetap melanjutkan langkahnya tanpa berhenti ataupun menolah.

Ya, pura-pura tidak dengar itu jalan yang terbaik. Begitu pikir Alin.

Langit berlarian menarik tangan ibunya.

"Ibu! Om Noah manggil tuh!" Ucap Langit menunjuk Noah dibelakang.

Karena anaknya yang menahan, mau tak mau Alin meladeni juga.

"Oh ya? Maaf ya sayang, ibu nggak denger tadi."ucap Alin tersenyum pada putranya.

Alin melirik sinis pada Noah,

"Ada apa tuan Noah?"sinis nya dengan senyum sedikit dipaksa.

"Aku dan Langit berjanji keluar siang ini...."

"Haaahh..." Alin membuang nafas kesal. "Kenapa harus menjanjikan padanya tanpa meminta pendapatku? Aku ini ibunya."

"Ibu nggak ngijinin?" Tatap harap dari Langit membuat Alin sedikit tertawa canggung.

"Sayang, kamu nggak bisa asal pergi-pergi dengan orang asing, Langit."

"Tapi Bu, Om Noah bukan orang asing."

"Kamu baru mengenalnya berapa hari? Jangan merasa akrab hanya karena dia sudah membelikanmu mainan atau pun makanan. Kalau kamu diculik bagaimana?"

Noah tersenyum geli, "Seperti nya Alin sangat sakit hati sampai berbalik menyindirku dengan kecurigaan seperti itu." Batin Noah.

"kamu bisa ikut jika takut aku akan menculik anakmu."

"Tidak perlu, tidak satupun dari kami yang akan ikut."sinis Alin dengan bibir sebelah terangkat.

"Langit, bantu Paman Widodo dikebun." Ucapnya pada Langit.

"Tapi Bu, kami udah janji mau pergi... Cuma sebentar kok."

"Enggak Lang. Kamu ini beneran nggak takut diculik apa?"

"Ibuk, kita ini bukan orang kaya, siapa juga yang mau nyulik. Nggak bisa di mintai tebusan."

Alin terkekeh, "Lang, nggak harus kaya untuk di culik itu. Kamu mau ginjalmu diambil? Jantungmu diambil? Terus dagingmu dikasih makan buaya piaraannya?"

Alin melirik sinis pada Noah

"Bisa saja uangnya itu dari hasil menjual ginjal BOCAH yang di culiknya." Tukas Alin menekankan pada kata bocah.

Noah tersenyum geli mendengar ucapan Alin.

"Kalau begitu tak percaya padaku, ikutlah."

"Tidak. Terima kasih." Tolak Alin cepat melambaikan tangannya.

Noah melihat pak Widodo telah selesai dengan pekerjaanya. Melintas menuju dapur.

"Pak Wid," panggil Noah, yang dipanggil pun menoleh.

"Maukah ikut dengan kami ke TOP100?"

Pak Wid terlihat bingung, ini pertama kalinya dia diajak donatur ke pusat perbelanjaan. Noah tersenyum maklum seolah paham dengan isi pikiran pak Wid.

"Saya sudah berjanji pada Langit untuk mengajaknya Jalan-jalan. Tapi ibunya sangat khawatir aku akan menculiknya." Ucap Noah Dengan senyum geli.

"Wah, Bu Alin ini keterlaluan, masa pak Noah di bilang mau nyulik." Tukas pak Wid menatap Alin yang terlihat begitu canggung dengan ucapan pak Wid.

"Pak Noah itu sangat kaya. Buat apa nyulik maaf ya bu Alin, nyulik orang nggak punya seperti kita."

"Ahahah.. pak Wid, jangan naif, bisa saja uang nya itu dari hasil menjual organ dalam orang-orang yang berhasil dia kelabui." Ucap Alin sedikit ketus. Sekarang dia malah merasa diserang oleh tiga orang pria.

"Waaahh.. ibu Alin ini ada-ada saja." Kekeh pak Wid."Ya sudah, ayok. Saya ikut saja kalau Bu Alin cemas. Pak Noah orang baik kok."

Akhirnya, mereka berempat berangkat ke mall bersama. Alin duduk dibelakang bersama Langit. sedangkan Pak Wid didepan dengan Noah sebagai supirnya.

Sesekali Noah melirik kebelakang, melihat melalui kaca spion, pada ibu dan anak yang bernyanyi riang mengikuti lagu yang di putar.

Didalam Mal Langit dibawa Noah ke timezone. Bermain bersama. Alin hanya menatap keduanya dengan pandangan kesal. Saat pria itu menoleh padanya dengan seberkas senyum. Alin melempar pandangannya ketempat lain. Saat itu ia justru melihat sosok yang mirip Aldi, Suaminya, berjalan berdua bergandengan mesra dengan seorang wanita cantik.

Dada Alin bergemuruh, detak jantungnya terponpa kuat,melemaskan seluruh tubuhnya.

________

Mohon dukungannya ya Readers,

펼치기
다음 화 보기
다운로드

최신 챕터

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글

댓글 없음
57 챕터
Bab satu [Ketidaktahuan ku]
"Mas,kapan kamu akan bercerai dari istri Jelekmu itu?" tanya Melinda sambil melingkarkan tangan nya di perut Aldi."Sabar Mel, beri mas waktu. Aku nggak bisa asal cerai darinya." jawab Aldi pada Melinda yang di dalam dekapannya."Jadi, kita bakal begini terus? Sampai kapan Mas Al?" Raut wajah Mel terlihat sangat kesal dan kecewa."Sabar, sayang, sabar. kami pasti bercerai kok, semua itu butuh proses yang tidak sebentar. Apalagi kami sudah punya Langit."Ucap Aldi mengecup punca kepala Melinda.Melinda menyentak kuat nafasnya. Menyingkirkan tangan Aldi dari tubuh polosnya."Aahh, sudahlah, Mas." Kesal Melinda membalikkan badannya membelakangi Aldi."Walau bagaimanapun aku ini hanya selingkuhan mu. Tak berarti apa-apa, tentu saja kau lebih mencintai istri dan anakmu." Sambungnya ngambek."Makanya nggak mau cere."Aldi menatap frustasi wanita yang kini memunggungi nya itu."Tidak begitu Mel, tidak.""Huuuhh... Pasti begitu."Aldi menjambak rambutnya frustasi. "Langit anak ku Melinda. Tak m
last update최신 업데이트 : 2022-06-09
더 보기
Bab dua [Janji Aldi]
Alin mencoba mengikuti sosok itu, sekedar memastikan. Benar atau tidak. Namun dia kehilangan jejak. Noah yang melihat Alin berjalan dengan wajah gelisah tak tenangnya, berjalan mengikutinya."Pak Wid, nitip Langit ya.""Eh, pak Noah mau kemana?""Sebentar." Noah berlari kecil mengikuti kemana Alin melangkah. Wanita itu terus berjalan tak tentu dengan mata yang sibuk mengedar mencari sosok yang mirip suaminya itu. Noah yang sudah tak tahan menarik lengan Alin."Ada apa?" Tanyanya, "kenapa berjalan seperti kesetanan seperti ini?" "Aku..... seperti melihat Mas Aldi tadi." Mata Alin masih berkeliling mencoba mencari sosok yang tadi dia ikuti."Ini hari sabtu. Bukankah seharusnya dia bekerja?" Tanya Noah menahan lengan Alin."Aahh.. Benar. Apa yang ku pikirkan?" Alin bergumam, tersenyum dengan sedikit dipaksakan."Ayo kembali."ajak Noah melepaskan tangan Alin,"Langit dan pak Wid pasti menunggu kita dengan gelisah."Alin berjalan mengikuti Noah kembali ke tempat dimana Langit dan pak Wid s
last update최신 업데이트 : 2022-06-10
더 보기
Bab Tiga [Janji yang kau abaikan]
"Mas? Nggak pulang?"("Tidak Alin. Mas ambil long shift. Nanti sore baru pulang.")"Sekarang hari minggu kan, Mas?"("Mas lembur.") balas Aldi gelagapan.("Sudah ya.")"Mas..."Telpon di tutup. Alin menghela nafasnya."Bu?" panggil Langit menatap harap pada ibunya.Alin berjongkok menjajarkan tinggi tubuhnya dengan Langit putranya. Alin tersenyum."Lang, Ayah nggak bisa pergi. Ayah lembur." ucap Alin lembut memberi pengertian."Tapi kan Ayah sudah janji mau pergi kepantai." Langit merajuk."Ayah kan harus cari uang Lang. Biar Langit bisa sekolah terus. Biar kita bisa makan setiap harinya. Bisa beli baju baru. Kalau piknik pun, kamu bisa jajan." Alin mencoba memberi pengertian pada putranya yang duduk di bangku sekolah SD itu."Tapi, Bu...""Lang, mau tetap pergi atau dirumah saja?" tawar Alin. Langit cemberut,"Aku ingin pergi sama Ayah.""Ayah kerja sayang.""Ayah udah janji. Aku cuma pingin seperti teman-teman yang lain. Pergi dengan Ayah dan bunda mereka. Tapi kenapa Ayah selalu tak
last update최신 업데이트 : 2022-06-10
더 보기
Bab Empat [pertemuan Melinda dan Alin]
Aldi dan Melinda bersiap untuk jalan-jalan."Mas, Kita ke Wonderland saja yuk. Udah lama aku nggak kesana." Meli memoles bibirnya dengan lipstik didepan meja rias."Iya. Asal nggak kepantai saja. Disana ada Langit, nggak enak kalau nanti dia lihat." Aldi menyisir rambut Melinda yang lembab."Iya." Meli sedikit merajuk memonyongkan mulutnya. Aldi tersenyum menyelesaikan menyisirnya."Ya sudah. Ayo berangkat."Meli berdiri dan berbalik."Coba Mas lihat. Sudah cantik belum?"goda Aldi melihat wajah kekasihnya. Meli tersenyum manis."Cantik."Aldi mengecup pelan bibir Meli."Mas, nanti rusak lipstiknya." Meli bersuara manja."Hehe... Iya sayang."ujar Aldi tersenyum lebar."Ayo." Aldi menggandeng mesra kekasihnya itu.Setelah membeli tiket Aldi dan Meli membeli makanan ringan di foodcourt dulu. Popcorn dan segelas besar minuman dingin sud
last update최신 업데이트 : 2022-06-10
더 보기
Bab Lima [Wonderland]
Melinda melihat kedepan dalam jarak beberapa meter darinya ada Alin dan Langit yang berjalan kearahnya. Mereka terlihat sedang bercengkrama. Asyik sekali.Meli menyipitkan matanya, Dia menoleh kebelakang, Aldi masih berada dibelakangnya, sepertinya belum sadar akan keberadaan Alin dan anaknya. Meli tersenyum,Kita lihat apa yang akan terjadi mas? batinya.Meli terus berjalan dengan tatapan dan senyum sinis pada Alin, yang bahkan tidak menyadarinya. Alin terlalu asyik dengan anak yang mengajaknya bercanda. Hingga mereka berpapasan. Dari sudut matanya Meli menangkap Aldi yang bersembunyi."Pengecut kamu,Mas." Gumam Melinda.______"Ayo bu. Kita naik itu. Kita sudah sampai sini masa satu permainan pun Ibu tidak mencobanya?" Ujar Langit menunjuk wanaha roller coaster."Ibu sudah cukup tua sayang...." kilah Alin dengan diselingi tawa malu. "Ibu juga takut.""Tak apa ibu. A
last update최신 업데이트 : 2022-06-11
더 보기
Bab Enam [Penghinaan bagian satu]
Saat Alin berpamitan pun Noah hanya menganggguk di kejauhan. Tanpa memperdulikan Aldi yang berdiri disamping mobilnya. Hingga keluarga kecil itu hilang ke dalam Mobil hitam mereka dan menjauh. Noah menatap nanar.Dalam perjalanan pulang dari rumah singgah, Noah flash back.-Flash back-Siang itu, Noah yang baru saja menjamu rekan kerjanya keluar dari sebuah ruangan private di restoran yang cukup terkenal. Tanpa sengaja matanya menangkap sepasang pria dan wanita yang baru saja keluar dari ruangan diseberang. Mereka adalah Aldi dan Melin, Saat itu Noah tidak memerhatikan mereka karena memang tidak kenal. Melinda sedang membenahi bajunya, sepertinya habis enak-enak mereka didalam. "Mas Al, udah cantik belum?""Kamu sih cantik terus.""Beda kan, sama istri mas yang jelek itu?""Alin nggak bakal bisa menyaingi kamu sayang.."mendengar nama Alin keluar dari mulut pria itu, Noah melirik kecil. Melihat lebih jelas wajah Aldi dan Melin. Pasangan itu berjalan mesra didepan rombongan Noah dan re
last update최신 업데이트 : 2022-06-11
더 보기
Bab tujuh [Sikap]
Pagi itu Alin ke rumah singgah membuat cake untuk dijual. Ada beberapa pesanan kue yang mengharuskan dia memakai mixer dan oven khusus. Bu Reni pernah menawarinya untuk menggunakan alat-alat milik rumah singgah jika Alin butuh."Kamu membuat kue lagi?"Suara Noah mengagetkannya, Alin menoleh." Kamu. Apa yang kamu lakukan lagi disini?""Mencari air dingin." Noah menunjukkan gelas berisi air dingin lalu menegaknya.Alin tersenyum geli,"Apa kau sedang mencari kerja?" Tanya Noah melihat lembaran berkas lamaran kerja yang terselip di tas Alin, yang tak sengaja Noah lihat saat mengambil minum."Yaahh,, sulit mendapatkan kerja dengan pendidikan ku sekarang." Pasrah Alin masih sibuk membuat kue.Noah memperhatikan berkas lamaran Alin."Kamu punya skill memasak kenapa tidak menggunakannya? Kamu bisa menjual sendiri makananmu.""Yaahh,, aku terkendala m
last update최신 업데이트 : 2022-06-12
더 보기
Bab 8
Alin menatap kedua pria yang baru saja meninggalkan nya itu. Alin melihat punggung Noah yang basah dan masih ada sisa tumpahan bakso. Alin bergegas mangambil saputangannya. Lalu segera memakai helm dan mengendarai sepeda motornya. Karena Noah sudah masuk kedalam mobil dan mulai bergerak.Alin menyusul dan mengklakson. Mobil itu berhenti sejenak menepi. Alin pun mengikuti, ia mengetok kaca jendela jog belakang. Dengan segera kaca itu turun. "Ini." Alin menyodorkan saputangannya pada Noah. Dengan pandangan tanya, Noah menatap Alin dan saputangannya itu bergantian."Terima kasih, itu untuk mengelap bagian belakangmu." ucap Alin menunjuk pada punggung dan tengkuknya sendiri.Noah tersenyum kikuk. "Oke. terimakasih."Alin pun mengegas motornya setelah membalas senyuman Noah sekilas.Noah, menatap saputangan dari Alin ditangannya. Wajahnya berubah sendu. Robin mulai menjalankan kembali kendaraannya. "Mau sampai kapan kau menatapnya?""Diamlah."R
last update최신 업데이트 : 2022-06-12
더 보기
Bab 9 • Rencana •
Alin membuat beberapa lembar berkas lamaran pekerjaan. Sembari dia mengecek info lowongan pekerjaan di internet dan media sosial lainnya. Setelahnya, Alin bersiap untuk menyebar berkasnya ke beberapa tempat kerja yang dirasa sesuai. Alin mengendarai motornya, berhenti di setiap titik yang memang sejak awal sudah menjadi tempat tujuannya.Di lain pihak, Noah dan Robin hendak melakukan kunjungan di salah satu anak perusahaannya. Ditengah perjalanan nya, Noah melihat Alin yang sedang berdiri di pinggir jalan, didepan sebuah warung. "Robin berhenti.""Haahh?" Robin menoleh pada bosnya, mata Noah berpusat pada suatu arah, gegas Robin mengikuti arah pandangan Noah. Dalam jangkauan matanya, ada Alin di sebrang jalan. Robin pun menghentikan laju mobilnya. Sesaat lamanya Noah hanya berdiam menatap Alin dengan tangan yang memegang handel pintu. Ragu, antara keluar menghampiri atau tetap diam ditempat. Robin yang hanya melihat sahabat sekaligus bosnya itu begitu galau, m
last update최신 업데이트 : 2022-06-13
더 보기
Bab 10 • Kejutan yang mengejutkan •
Alin membuat kue dihari Kamis pagi di Rumah Singgah, karena dia memang tidak memiliki alat untuk membuat kue. Bu Reni juga memang sejak awal sudah menyuruh Alin untuk menggunakan alat-alat Rumah Singgah nya. Alin membaca lagi pesan dari sang pelanggan. costumer-nya itu, memesan kue untuk anniversary satu tahun masa pacarannya. Alin mengukir kue yang sudah di hiasi dengan wajah riang. Noah berjalan masuk dan berdiri disamping Alin."Happy 1st aniv mas Aldi."Alin menoleh, dan tersenyum."Lucu kan, namanya sama dengan nama suami ku. Rasanya seperti aku sedang membuat kue aniv-ku sendiri." Senyuman manis Alin membuat jantung Noah berdetak tidak normal. Begitu cepat seperti penyakit. Noah mengangkat tangannya, menyentuh dadanya dimana jantungnya terletak."Apa kau membuat pesanan lagi?""Heemm." angguk Alin cepat lalu meneruskan membuat kuenya.Noah menarik nafasnya dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan."Ada yang bisa ku
last update최신 업데이트 : 2022-06-21
더 보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status