Home / Pernikahan / Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu / Bab satu [Ketidaktahuan ku]

Share

Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu
Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu
Author: Kay

Bab satu [Ketidaktahuan ku]

Author: Kay
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mas,kapan kamu akan bercerai dari istri Jelekmu itu?" tanya Melinda sambil melingkarkan tangan nya di perut Aldi.

"Sabar Mel, beri mas waktu. Aku nggak bisa asal cerai darinya." jawab Aldi pada Melinda yang di dalam dekapannya.

"Jadi, kita bakal begini terus? Sampai kapan Mas Al?" Raut wajah Mel terlihat sangat kesal dan kecewa.

"Sabar, sayang, sabar. kami pasti bercerai kok, semua itu butuh proses yang tidak sebentar. Apalagi kami sudah punya Langit."Ucap Aldi mengecup punca kepala Melinda.

Melinda menyentak kuat nafasnya. Menyingkirkan tangan Aldi dari tubuh polosnya.

"Aahh, sudahlah, Mas." Kesal Melinda membalikkan badannya membelakangi Aldi.

"Walau bagaimanapun aku ini hanya selingkuhan mu. Tak berarti apa-apa, tentu saja kau lebih mencintai istri dan anakmu." Sambungnya ngambek."Makanya nggak mau cere."

Aldi menatap frustasi wanita yang kini memunggungi nya itu.

"Tidak begitu Mel, tidak."

"Huuuhh... Pasti begitu."

Aldi menjambak rambutnya frustasi.

"Langit anak ku Melinda. Tak mungkin aku menelantarkannya."tukas Aldi menyentuh lengan Melinda. Melinda menyentak kasar tangan Aldi, hingga tangan itu tak lagi menempel.

"Masalah Langit kan bisa diurus sama istri Jelekmu itu. alasan mas Al aja kan itu..."

"Ya enggak lah Mel. Mana mungkin. Satu-satunya yang membuat aku masih mau bertahan dengan Alin juga karena Langit anakku."terang Aldi mencoba membujuk Melin.

"jika dengan Alin, aku sudah tidak ada cinta lagi, mas sudah tidak ada rasa lagi dengan nya kecuali rasa jijik. Wajahnya yang penuh jerawat dan rambutnya yang bergelombang berantakan itu benar-benar membuat ku jijik. Berbeda denganmu yang cantik ini. Tentu saja tak bisa disamakan. Apalagi melebihi mu." Rayu Aldi.

Malinda meluluh dan menoleh.

"Benarkah?"

"Tentu saja."yakin Aldi."Aku hanya mencintaimu. Mas masih bertahan dengan Alin juga karena memandang Langit anak kami."

"Mas Al nggak bohong?"

"Suweer....." Aldi mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

Melinda mengulas senyum bahagia. Tentu itu memberi sinyal bagi Aldi untuk meminta jatah lagi.

Aldi mendekap erat tubuh Melinda meraih wajah dan memangut bibir seksi wanitanya. Sekali lagi mereka meneruskan aksi panas mereka.

_____

Alin Bintang 27 tahun. Wanita cantik yang tersembunyi dibalik wajahnya yang berjerawat dan flex hitam. Dengan rambut pendek bergelombang yang mengembang.

Bukan karena dia tak mampu merawat diri. Tapi mencukupi biaya hidup lebih penting baginya, daripada harus beli skincare ataupun kosmetik mahal. Alin memilih menggunakan uang jatah bulanan suaminya untuk menyambung kebutuhan dapur dan rumah tangga.

Aldiansyah Putra 30 tahun, suami Alin. Seorang Leader pabrik elektronik. Gaji bulanannya habis untuk kontrakan rumah, kebutuhan sehari-hari dan untuk biaya sekolah Langit anak semata wayang mereka.

Kehidupan keluarga mereka terbilang harmonis dan bahagia. Tanpa ada yang tau ada duri yang tumbuh subur disana.

Alin memang beberapa bulan belakangan ini, tidak pernah lagi melayani suaminya di kamar tidur. Sudah hampir satu tahun, Aldi tidak menyentuh nya. Tentu saja, Alin merasa rindu dengan sentuhan dari suaminya.

Alin sudah pernah mencoba merayu dan meminta secara terang-terangan pada suaminya. Akan tetapi, Semua itu tidak membuahkan hasil. Aldi selalu berkilah capek,lelah,letih dan lesu. Alin pun hanya bisa memaklumi, dan menahan hasratnya tanpa curiga sedikitpun.

°°°°°°

Disiang yang begitu terik ini, Alin bermaksud untuk menjemput Langit di sekolah. Alin juga bermaksud mampir ke Rumah Singgah tempat dia dibesarkan dulu. Alin memang tumbuh dan besar dipanti.

Alin tidak tau siapa orang tuanya, dia hanya ditinggalkan begitu saja didepan rumah singgah itu. Dan akhirnya dirawat oleh bunda Reni. Pemilik dan pendiri rumah singgah.

Walau sudah menikah pun Alin masih mendedikasikan diri disana. membantu Bunda Reni mengurus Rumah Singgah. Alin mengendarai motor Matiknya ke sekolah Langit. Bocah berusia 8 tahun itu sudah menunggu.

"Ibu...!"panggil Langit berlarian kearah ibunya.

"Duuhh sayangnya ibuk, udah lama ya?" Alin merentangakan tangannya menyambut Langit dalam pelukannya.

"Aku baru aja keluar kok buk." Langit nyengir.

"Hari ini ibuk mau ke rumah singgah."

"Oke." Langit duduk di jog motor membonceng ibunya.

"Pegangan ya. Nanti jatuh."

Langit memeluk tubuh ibunya dari belakang.

"Sudah buk."

Alin mengulas senyum."Berangkattt...."

Alin menggas motornya menuju rumah singgah. Dan berhenti disebuah rumah yang didominasi oleh warna oranye cerah.

Langit langsung meloncat turun dari motor. Berlarian masuk kedalam bangunan yang pintunya terbuka itu. Alin menyusul dibelakang. Alin tertegun, Langit sudah memeluk seorang pria berusia sekitar 27 tahunan. Bahkan bergelayut manja padanya.

Pria itu tersenyum ramah saat melihat Alin mematung diambang pintu. Sebenarnya, mereka memang sudah beberapa kali bertemu, karena suatu keadaan yang tidak terduga. Hingga pria itu terikat pada Alin.

Tanpa kata apapun, Alin hanya membalas senyumannya sekedarnya. Lalu Alin melewatinya begitu saja.

"Alin!"

Alin pura-pura tidak dengar namanya dipanggil. Dia sudah cukup merasa kikuk dengan kehadiran pria itu. Masih mau bicara dengannya. Tentu saja big No!

Noah Mahesa Seorang pria lajang yang tampan berusia 27 tahun. Seorang eksekutif muda yang memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang elektronik.

Pertama kali mengenal Alin karena sebuah kesalahpahaman. Saat itu, Alin yang sedang menjajakan dagangan milik bunda Reni tertabrak oleh mobil Noah. Pria itu menuduh Alin hanya modus menipu untuk mengeruk uang ganti rugi darinya.

Tentu saja Alin tidak terima dituduh begitu. Apalagi Noah Dengan kasar melemparkan beberapa uang 100rbuan ke wajahnya. Dengan menyeret kaki yang terluka dan berdarah tanpa mengambil uang itu, Alin memasuki apotek dan membeli betadin serta perban.

Wanita itu mengobati sendiri lukanya. Noah hanya menatap remeh padanya. Bersandar pada mobil dengan melipat tangannya didada. Sampai Alin pergi dan menjual sisa dagangannya. Noah masih mengikuti. Bagi Noah, Alin terlihat seperti penipu yang menjual rasa iba pada orang lain.

Hingga Alin memasuki rumah singgah. Hati Noah pun tergerak juga. Muncul rasa bersalah didalam hati. Beberapa hari tak bisa tidur karena rasa bersalah nya. Dan akhirnya Noah memutuskan mengunjungi rumah singgah. Bertanya dan mengetahui jalan hidup Alin. Noah juga tau jika Alin sudah menikah dan memiliki seorang putra.

Untuk menebusnya, Noah mendekati Langit membelikan bocah itu mainan dan makanan ringan. Merekapun menjadi akrab. Noah juga menjadi donatur tetap di rumah singgah itu. Dari situlah Alin dan Noah jadi sering bertemu. Walau Alin lebih sering mengacuhkan Noah dan bersikap sinis.

"Alin!"

Alin tetap melanjutkan langkahnya tanpa berhenti ataupun menolah.

Ya, pura-pura tidak dengar itu jalan yang terbaik. Begitu pikir Alin.

Langit berlarian menarik tangan ibunya.

"Ibu! Om Noah manggil tuh!" Ucap Langit menunjuk Noah dibelakang.

Karena anaknya yang menahan, mau tak mau Alin meladeni juga.

"Oh ya? Maaf ya sayang, ibu nggak denger tadi."ucap Alin tersenyum pada putranya.

Alin melirik sinis pada Noah,

"Ada apa tuan Noah?"sinis nya dengan senyum sedikit dipaksa.

"Aku dan Langit berjanji keluar siang ini...."

"Haaahh..." Alin membuang nafas kesal. "Kenapa harus menjanjikan padanya tanpa meminta pendapatku? Aku ini ibunya."

"Ibu nggak ngijinin?" Tatap harap dari Langit membuat Alin sedikit tertawa canggung.

"Sayang, kamu nggak bisa asal pergi-pergi dengan orang asing, Langit."

"Tapi Bu, Om Noah bukan orang asing."

"Kamu baru mengenalnya berapa hari? Jangan merasa akrab hanya karena dia sudah membelikanmu mainan atau pun makanan. Kalau kamu diculik bagaimana?"

Noah tersenyum geli, "Seperti nya Alin sangat sakit hati sampai berbalik menyindirku dengan kecurigaan seperti itu." Batin Noah.

"kamu bisa ikut jika takut aku akan menculik anakmu."

"Tidak perlu, tidak satupun dari kami yang akan ikut."sinis Alin dengan bibir sebelah terangkat.

"Langit, bantu Paman Widodo dikebun." Ucapnya pada Langit.

"Tapi Bu, kami udah janji mau pergi... Cuma sebentar kok."

"Enggak Lang. Kamu ini beneran nggak takut diculik apa?"

"Ibuk, kita ini bukan orang kaya, siapa juga yang mau nyulik. Nggak bisa di mintai tebusan."

Alin terkekeh, "Lang, nggak harus kaya untuk di culik itu. Kamu mau ginjalmu diambil? Jantungmu diambil? Terus dagingmu dikasih makan buaya piaraannya?"

Alin melirik sinis pada Noah

"Bisa saja uangnya itu dari hasil menjual ginjal BOCAH yang di culiknya." Tukas Alin menekankan pada kata bocah.

Noah tersenyum geli mendengar ucapan Alin.

"Kalau begitu tak percaya padaku, ikutlah."

"Tidak. Terima kasih." Tolak Alin cepat melambaikan tangannya.

Noah melihat pak Widodo telah selesai dengan pekerjaanya. Melintas menuju dapur.

"Pak Wid," panggil Noah, yang dipanggil pun menoleh.

"Maukah ikut dengan kami ke TOP100?"

Pak Wid terlihat bingung, ini pertama kalinya dia diajak donatur ke pusat perbelanjaan. Noah tersenyum maklum seolah paham dengan isi pikiran pak Wid.

"Saya sudah berjanji pada Langit untuk mengajaknya Jalan-jalan. Tapi ibunya sangat khawatir aku akan menculiknya." Ucap Noah Dengan senyum geli.

"Wah, Bu Alin ini keterlaluan, masa pak Noah di bilang mau nyulik." Tukas pak Wid menatap Alin yang terlihat begitu canggung dengan ucapan pak Wid.

"Pak Noah itu sangat kaya. Buat apa nyulik maaf ya bu Alin, nyulik orang nggak punya seperti kita."

"Ahahah.. pak Wid, jangan naif, bisa saja uang nya itu dari hasil menjual organ dalam orang-orang yang berhasil dia kelabui." Ucap Alin sedikit ketus. Sekarang dia malah merasa diserang oleh tiga orang pria.

"Waaahh.. ibu Alin ini ada-ada saja." Kekeh pak Wid."Ya sudah, ayok. Saya ikut saja kalau Bu Alin cemas. Pak Noah orang baik kok."

Akhirnya, mereka berempat berangkat ke mall bersama. Alin duduk dibelakang bersama Langit. sedangkan Pak Wid didepan dengan Noah sebagai supirnya.

Sesekali Noah melirik kebelakang, melihat melalui kaca spion, pada ibu dan anak yang bernyanyi riang mengikuti lagu yang di putar.

Didalam Mal Langit dibawa Noah ke timezone. Bermain bersama. Alin hanya menatap keduanya dengan pandangan kesal. Saat pria itu menoleh padanya dengan seberkas senyum. Alin melempar pandangannya ketempat lain. Saat itu ia justru melihat sosok yang mirip Aldi, Suaminya, berjalan berdua bergandengan mesra dengan seorang wanita cantik.

Dada Alin bergemuruh, detak jantungnya terponpa kuat,melemaskan seluruh tubuhnya.

________

Mohon dukungannya ya Readers,

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
lelaki durjana modali uang istrimu pasti csntik
goodnovel comment avatar
Sri Gati
lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab dua [Janji Aldi]

    Alin mencoba mengikuti sosok itu, sekedar memastikan. Benar atau tidak. Namun dia kehilangan jejak. Noah yang melihat Alin berjalan dengan wajah gelisah tak tenangnya, berjalan mengikutinya."Pak Wid, nitip Langit ya.""Eh, pak Noah mau kemana?""Sebentar." Noah berlari kecil mengikuti kemana Alin melangkah. Wanita itu terus berjalan tak tentu dengan mata yang sibuk mengedar mencari sosok yang mirip suaminya itu. Noah yang sudah tak tahan menarik lengan Alin."Ada apa?" Tanyanya, "kenapa berjalan seperti kesetanan seperti ini?" "Aku..... seperti melihat Mas Aldi tadi." Mata Alin masih berkeliling mencoba mencari sosok yang tadi dia ikuti."Ini hari sabtu. Bukankah seharusnya dia bekerja?" Tanya Noah menahan lengan Alin."Aahh.. Benar. Apa yang ku pikirkan?" Alin bergumam, tersenyum dengan sedikit dipaksakan."Ayo kembali."ajak Noah melepaskan tangan Alin,"Langit dan pak Wid pasti menunggu kita dengan gelisah."Alin berjalan mengikuti Noah kembali ke tempat dimana Langit dan pak Wid s

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab Tiga [Janji yang kau abaikan]

    "Mas? Nggak pulang?"("Tidak Alin. Mas ambil long shift. Nanti sore baru pulang.")"Sekarang hari minggu kan, Mas?"("Mas lembur.") balas Aldi gelagapan.("Sudah ya.")"Mas..."Telpon di tutup. Alin menghela nafasnya."Bu?" panggil Langit menatap harap pada ibunya.Alin berjongkok menjajarkan tinggi tubuhnya dengan Langit putranya. Alin tersenyum."Lang, Ayah nggak bisa pergi. Ayah lembur." ucap Alin lembut memberi pengertian."Tapi kan Ayah sudah janji mau pergi kepantai." Langit merajuk."Ayah kan harus cari uang Lang. Biar Langit bisa sekolah terus. Biar kita bisa makan setiap harinya. Bisa beli baju baru. Kalau piknik pun, kamu bisa jajan." Alin mencoba memberi pengertian pada putranya yang duduk di bangku sekolah SD itu."Tapi, Bu...""Lang, mau tetap pergi atau dirumah saja?" tawar Alin. Langit cemberut,"Aku ingin pergi sama Ayah.""Ayah kerja sayang.""Ayah udah janji. Aku cuma pingin seperti teman-teman yang lain. Pergi dengan Ayah dan bunda mereka. Tapi kenapa Ayah selalu tak

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab Empat [pertemuan Melinda dan Alin]

    Aldi dan Melinda bersiap untuk jalan-jalan."Mas, Kita ke Wonderland saja yuk. Udah lama aku nggak kesana." Meli memoles bibirnya dengan lipstik didepan meja rias."Iya. Asal nggak kepantai saja. Disana ada Langit, nggak enak kalau nanti dia lihat." Aldi menyisir rambut Melinda yang lembab."Iya." Meli sedikit merajuk memonyongkan mulutnya. Aldi tersenyum menyelesaikan menyisirnya."Ya sudah. Ayo berangkat."Meli berdiri dan berbalik."Coba Mas lihat. Sudah cantik belum?"goda Aldi melihat wajah kekasihnya. Meli tersenyum manis."Cantik."Aldi mengecup pelan bibir Meli."Mas, nanti rusak lipstiknya." Meli bersuara manja."Hehe... Iya sayang."ujar Aldi tersenyum lebar."Ayo." Aldi menggandeng mesra kekasihnya itu.Setelah membeli tiket Aldi dan Meli membeli makanan ringan di foodcourt dulu. Popcorn dan segelas besar minuman dingin sud

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab Lima [Wonderland]

    Melinda melihat kedepan dalam jarak beberapa meter darinya ada Alin dan Langit yang berjalan kearahnya. Mereka terlihat sedang bercengkrama. Asyik sekali.Meli menyipitkan matanya, Dia menoleh kebelakang, Aldi masih berada dibelakangnya, sepertinya belum sadar akan keberadaan Alin dan anaknya. Meli tersenyum,Kita lihat apa yang akan terjadi mas? batinya.Meli terus berjalan dengan tatapan dan senyum sinis pada Alin, yang bahkan tidak menyadarinya. Alin terlalu asyik dengan anak yang mengajaknya bercanda. Hingga mereka berpapasan. Dari sudut matanya Meli menangkap Aldi yang bersembunyi."Pengecut kamu,Mas." Gumam Melinda.______"Ayo bu. Kita naik itu. Kita sudah sampai sini masa satu permainan pun Ibu tidak mencobanya?" Ujar Langit menunjuk wanaha roller coaster."Ibu sudah cukup tua sayang...." kilah Alin dengan diselingi tawa malu. "Ibu juga takut.""Tak apa ibu. A

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab Enam [Penghinaan bagian satu]

    Saat Alin berpamitan pun Noah hanya menganggguk di kejauhan. Tanpa memperdulikan Aldi yang berdiri disamping mobilnya. Hingga keluarga kecil itu hilang ke dalam Mobil hitam mereka dan menjauh. Noah menatap nanar.Dalam perjalanan pulang dari rumah singgah, Noah flash back.-Flash back-Siang itu, Noah yang baru saja menjamu rekan kerjanya keluar dari sebuah ruangan private di restoran yang cukup terkenal. Tanpa sengaja matanya menangkap sepasang pria dan wanita yang baru saja keluar dari ruangan diseberang. Mereka adalah Aldi dan Melin, Saat itu Noah tidak memerhatikan mereka karena memang tidak kenal. Melinda sedang membenahi bajunya, sepertinya habis enak-enak mereka didalam. "Mas Al, udah cantik belum?""Kamu sih cantik terus.""Beda kan, sama istri mas yang jelek itu?""Alin nggak bakal bisa menyaingi kamu sayang.."mendengar nama Alin keluar dari mulut pria itu, Noah melirik kecil. Melihat lebih jelas wajah Aldi dan Melin. Pasangan itu berjalan mesra didepan rombongan Noah dan re

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab tujuh [Sikap]

    Pagi itu Alin ke rumah singgah membuat cake untuk dijual. Ada beberapa pesanan kue yang mengharuskan dia memakai mixer dan oven khusus. Bu Reni pernah menawarinya untuk menggunakan alat-alat milik rumah singgah jika Alin butuh."Kamu membuat kue lagi?"Suara Noah mengagetkannya, Alin menoleh." Kamu. Apa yang kamu lakukan lagi disini?""Mencari air dingin." Noah menunjukkan gelas berisi air dingin lalu menegaknya.Alin tersenyum geli,"Apa kau sedang mencari kerja?" Tanya Noah melihat lembaran berkas lamaran kerja yang terselip di tas Alin, yang tak sengaja Noah lihat saat mengambil minum."Yaahh,, sulit mendapatkan kerja dengan pendidikan ku sekarang." Pasrah Alin masih sibuk membuat kue.Noah memperhatikan berkas lamaran Alin."Kamu punya skill memasak kenapa tidak menggunakannya? Kamu bisa menjual sendiri makananmu.""Yaahh,, aku terkendala m

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab 8

    Alin menatap kedua pria yang baru saja meninggalkan nya itu. Alin melihat punggung Noah yang basah dan masih ada sisa tumpahan bakso. Alin bergegas mangambil saputangannya. Lalu segera memakai helm dan mengendarai sepeda motornya. Karena Noah sudah masuk kedalam mobil dan mulai bergerak.Alin menyusul dan mengklakson. Mobil itu berhenti sejenak menepi. Alin pun mengikuti, ia mengetok kaca jendela jog belakang. Dengan segera kaca itu turun. "Ini." Alin menyodorkan saputangannya pada Noah. Dengan pandangan tanya, Noah menatap Alin dan saputangannya itu bergantian."Terima kasih, itu untuk mengelap bagian belakangmu." ucap Alin menunjuk pada punggung dan tengkuknya sendiri.Noah tersenyum kikuk. "Oke. terimakasih."Alin pun mengegas motornya setelah membalas senyuman Noah sekilas.Noah, menatap saputangan dari Alin ditangannya. Wajahnya berubah sendu. Robin mulai menjalankan kembali kendaraannya. "Mau sampai kapan kau menatapnya?""Diamlah."R

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab 9 • Rencana •

    Alin membuat beberapa lembar berkas lamaran pekerjaan. Sembari dia mengecek info lowongan pekerjaan di internet dan media sosial lainnya. Setelahnya, Alin bersiap untuk menyebar berkasnya ke beberapa tempat kerja yang dirasa sesuai. Alin mengendarai motornya, berhenti di setiap titik yang memang sejak awal sudah menjadi tempat tujuannya.Di lain pihak, Noah dan Robin hendak melakukan kunjungan di salah satu anak perusahaannya. Ditengah perjalanan nya, Noah melihat Alin yang sedang berdiri di pinggir jalan, didepan sebuah warung. "Robin berhenti.""Haahh?" Robin menoleh pada bosnya, mata Noah berpusat pada suatu arah, gegas Robin mengikuti arah pandangan Noah. Dalam jangkauan matanya, ada Alin di sebrang jalan. Robin pun menghentikan laju mobilnya. Sesaat lamanya Noah hanya berdiam menatap Alin dengan tangan yang memegang handel pintu. Ragu, antara keluar menghampiri atau tetap diam ditempat. Robin yang hanya melihat sahabat sekaligus bosnya itu begitu galau, m

Latest chapter

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 57

    "Noah?" "Noah." Noah baru saja memasuki kamar, tertegun melihat Alin memanggil namanya. lekas ia datang mendekat. "Sayang!?" Noah menggenggam tangan istrinya. "Aku di sini," tanyanya duduk di bibir ranjang."Apa yang kamu rasakan?" "Noah, aku... aku merasa kotor." Noah menatap istrinya sendu. "Jangan katakan itu. jika kotor, kita bisa membersihkannya." "Tapi..." "ssttt!" Noah menempelkan jari di bibir Alin. "Aku akan memandikanmu nanti, tapi, aku lapar, ayo kita makan dulu, hum?" Noah menggendong Alin keluar kamar, membawanya sampai ke dapur lalu mendudukkan di kursi bar. "Kita lihat ada apa di sini," cetusnya membuka kulkas. "Hmm, cuma ada telur, keju, dan roti tawar. Apa kita buat roti bakar saja?" usulnya menoleh pada Alin. "Aku ingin mandi Noah," ucap Alin lirih. "Iya, nanti aku mandikan," balas Noah mencoba terlihat acuh walau sebenarnya hati pria ini sudah sangat remuk. "Kita makan dulu. Setelah makan, aku janji akan membersihkan mu sampai benar-benar ber

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 56

    Mata Noah tajam terarah. Bahkan bola mata yang kini di selimuti amarah itu hampir keluar dari rongganya. "Serahkan padaku.""Aku harus menyelesaikannya sendiri, Bin."Robin menggeleng, "tidak, serahkan padaku.""Kau mau aku diam saja saat istriku mendapat pelecehan seperti ini?"Robin diam, memilih kata yang tepat agar sedikit mengurangi amarah di dada Noah saat ini."Tidak, tentu saja tidak. Kamu harus lebih bisa menenangkan Alin. Saat ini ia membutuhkan dirimu. Masalah yang lain, serahkan padaku. Aku percaya padaku, kan?" Robin menatap Noah bersungguh-sungguh.Sedangkan Noah menatap dengan amarah yang berkobar di matanya."Bagaimana jika dia bangun dan mendapati dirimu tak ada di sisi. Saat ini, dia membutuhkanmu, bukan aku. Atau kamu memang lebih rela aku yang menenangkannya dalam pelukan ini?"Noah mencengkram kerah depan baju Robin. Dan itu berhasil membuat Robin tersenyum."Jadi, biarkan kami yang selesaikan. Kamu cukup terima laporan dari kami saja. Akan kami selesaikan dengan

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab 55 - Amarah Noah

    "Kenapa kamu tinggalkan Alin sama Tasya aja?" Noah berteriak penuh emosi karena orangnya malah sangat teledor meninggalkan dua wanita saat Alin jelas dalam incaran."Maaf, saya sudah meninggalkan beberapa orang juga di sana."Ricky menjawab penuh sesal, di wajahnya sudah membekas lebam oleh pukulan Noah tadi."Lalu bagaimana bisa Alin sampai diculik!? Bagaimana kalian bekerja? Hah?""Maaf, Tuan." "Haahh!" Noah menendang jog belakang di depannya. Marah, marah, dan amarah itu terus menjilati dirinya. "Jika sampai terjadi hal buruk padanya, habis kalian semua!""Tenanglah!" ucap Robin yang menyetir di depan melihat Noah sedari tadi hanya marah-marah dan mengamuk."Kita sudah dapat lokasinya. Jangan habiskan tenagamu untuk mengamuk di sini."Noah berdecak kesal, tangan itu terus mengepal dan wajah yang semakin mengeras. Dalam pikirannya Alin kini sedang ketakutan. Pikiran buruk terus berkelebat mencemaskan wanitanya."Aku bersumpah, ta

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 54 - Alin diculik

    "Tolong siapkan untuk meja nomor lima. Yang ini sedikit spesial ya, pesanan khusus." Alin memberi instruksi pada koki di dapur restonya. "Baik, Bu.""Dan untuk ruang VIP satu. Sudah dibooking oleh Mr. Marvin untuk meting nanti malam.""Baik."Setelah memberi beberapa arahan dan mengecek laporan, Alin melangkah keluar dari restonya. Di belakangnya beberapa orang tampak mengikuti. Merasa diikuti, Alin menoleh. Terkejut karena orang-orang itu mendorong tubuhnya kedepan. "A-apa yang kalian lakukan!?" Serunya. "Ikut kami," ujar seorang berbadan besar yang paling dekat dengannya dan menahan lengan wanita cantik itu."Le-lepas!" Dengan gemetar Alin mencoba berontak dan meloloskan diri."Si-siapa kalian? Lepaskan aku!" lontarnya dengan terbata.Lelaki itu tersenyum tipis, semakin menarik tubuh Alin."Ikut saja jika tak ingin kami bertindak lebih kasar di sini."Mata Alin bergerak liar, mencari siapa saja yang bisa dimintai bantuan. Namun, sekitar serasa sepi dan tak banyak orang melintas

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 53

    Di lorong depan pintu apartemen Alin, tampak tiga orang preman tengah berkelahi dengan seorang pria dan wanita. ketiganya tampak kuwalahan meskipun memiliki badan lebih besar karna kelincahan sepasang pria dan wanita yang tiba-tiba mengganggu pekerjaan mereka. kedua orang itu adalah bodyguard Alin itu. Tasya dan Ricky."Siapa kalian? kenapa mengganggu pekerjaan kami?!"Ricky tertawa mencemooh,"Pekerjaan kalian, mengganggu pekerjaan kami!" cetusnya memasang kuda-kuda, saling melindungi punggung dengan membelakangi rekan kerjanya."Siapa yang menyuruh kalian?""Bukan urusan mu!" sentak salah satu preman itu menyerang. Dengan gesit, Ricky dan Tasya membalas.Ketiga preman itu memang hanya badannya saja yang besar. Namun, kalah oleh kegesitan dan teknik yang Ricki dan Tasya punya. Tiba-tiba saja, dari ujung lorong, Noah muncul. terkejut melihat kedua bodyguard Alin sedang bertarung melawan tiga preman. Ia ikut menerjang, memanjangkan kaki mengenai bagian vital salah satu preman tersebut. H

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 52 - Tamu?

    Bab 52Melin terduduk lemas menyenderkan tubuhnya di ruangan kepala bagian. Wajahnya masih tak percaya dan matanya bergarak liar tak terima dengan apa yang baru saja ia dengar.“A-apa maksud bapak?” meminta penjelasan.“Seperti yang sudah saya utarakan tadi, Melin. Kamu mendapat peringatan sebelumnya tentang kedislipinan. Tetapi, kamu berulang kali bahkan seperti menganggapnya sepele. Aku tau suamimu adalah seorang manager juga. Apa karena itu juga kamu jadi berani seperti ini?”“Ti-tidak pak. Saya memang sedang dalam kondisi yang rumit.” Melin mencoba memberi penjelasan dan alasan.“Maaf, ini sudah keputusan semua orang. Ini surat pemecatanmu,” ucap Pak kepala bagian seraya menyerahkan surat pada Melin.“Ta-tapi pak.” Melin menggeleng kuat tak terima, berharap masih memiliki kesampatan berikutnya. Tetapi, melihat gelagat atasannya itu, Melin tau harapan tinggallah harapan.“Maaf, Melin. Ini sudah keputusan final. Pesangonmu, mintalah pada bagian HRD.”*Brak!Aldi terperanjat melihat

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 51 - rencana busuk Melin

    Bab 51“Apa dia masih di sana?” bisik Alin dengan mata sayu. Wajah lelaki yang hanya berjarak beberpa centi saja darinya.Noah yang masih memeluk pinggang Alin melirik ke bawah sana. Di mana Aldi masih terlihat mematung dengan seorang balita dalam pangkuan.“Masih,” jawab Noah berganti melihat Alin yang membelakangi dinding kaca. Menautkan lagi bibirnya dengan milik Alin. Sementara itu, di bawah sana, Aldi masih memandang mantan istrinya sedang berciuman mesra dengan seorang lelaki. Ia tak tau siapa lelaki itu karena wajahnya tertutup kepala Alin yang membelakanginya. “Siapa dia? Aku tau Alin belum menikah, lalu apa pria itu pacarnya?” Aldi bermonolog tanpa melepaskan pandngannya dari dua sejoli di lantai tiga itu. Tentu saja, dari jarak setinggi itu, Aldi tak bisa melihat dengan jelas siapa lelaki yang tengah berciuman dengan mantan istrinya.“Sudahlah, untuk apa aku terus melihat mereka, bikin hatiku panas saja,” gumam Aldi terus merasakan nyeri di dada. Kebetulan, saat itu Melki

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 50

    Bab 50“Kenapa pak Aldi gegabah menceraikan ibuk?” Anis yang sedari tadi merasa tak enak dan tak nyaman karena pergi dengan majikan prianya terus merasa berslah pada Melin.“Kamu nggak usah ikut campur urusan saya! Tugas kamu, mengasuh Melki. Ngerti?”“Maaf, pak.” Anis pun sebenarnya merasa sudah lancing mengatakan hal itu. Tetapi, ia sendiri merasa kasihan pada Melin juga pada Melki. Karena keegoisan majikannya, bocah itu tak merasakan kasih sayang yang utuh.*“Kamu pulanglah dulu, Nis. Aku masih ada urusan dan nggak bisa membawa kamu serta,” ucap Aldi setelah mereka selesai membeli kebutuhan Melki. “Melki biar sama aku, kamu beli lah apa pun atau jalan-jalan dulu jika malas pulang dan ketemu Melin,” sambung Aldi mengangsurkan lembaran uang pada Anis. Anis terlihat keberatan berpisah dengan Melki. Tetapi, gadis itu juga tak punya hak apa pun untuk menyampaikan keberatannya. Bagi gadis itu, Melki sudah menjadi bagian dari hidupnya, hingga saat mer

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 49

    Bab 49“Suruh wanita itu keluar!”Alin yang baru saja sampai di resto, langsung bisa melihat keributan di sana. Bahkan suara Melin pun terdengar sampai di telinga Alin yang baru keluar dari mobil.“Siapa yang kau suruh keluar, Mel?”Seketika Melin yang sdang marah itu menoleh ke arah pintu masuk. Mendapati Alin di sana darahnya mendidih, sekonyong-konyong mendekat dengan tangan terulur. Alin reflek menangkap tangan itu, dan mendorongnya.“Jangan sampai aku melaporkanmu atas tuduhan penyerangan, Mel! Lihatlah berapa banyak orang yang bisa menjadi saksi di sini!” tukas Alin mendelik tajam pada Melin yang menahan amarah hingga tampak deretan giginya yang putih dan bergemeletuk.“Kau! Jalang sialan! Di mana kau sembunyikan suamiku?”“Sembunyikan bagaimana? Pria dewasa sebesar itu bagaimana aku menyembunyikannya. Harusnya kau gunakan akal sehatmu dan bertanya padanya! Bukan padaku!” hardik Alin tak kalah keras.“Dia tidak pulang semalam,”“Lalu apa urusannya denganku?”“Kau pasti mempenga

DMCA.com Protection Status