Beranda / Pernikahan / Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu / Bab Enam [Penghinaan bagian satu]

Share

Bab Enam [Penghinaan bagian satu]

Penulis: Kay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Saat Alin berpamitan pun Noah hanya menganggguk di kejauhan. Tanpa memperdulikan Aldi yang berdiri disamping mobilnya. Hingga keluarga kecil itu hilang ke dalam Mobil hitam mereka dan menjauh. Noah menatap nanar.

Dalam perjalanan pulang dari rumah singgah, Noah flash back.

-Flash back-

Siang itu, Noah yang baru saja menjamu rekan kerjanya keluar dari sebuah ruangan private di restoran yang cukup terkenal. Tanpa sengaja matanya menangkap sepasang pria dan wanita yang baru saja keluar dari ruangan diseberang. Mereka adalah Aldi dan Melin, Saat itu Noah tidak memerhatikan mereka karena memang tidak kenal. Melinda sedang membenahi bajunya, sepertinya habis enak-enak mereka didalam.

"Mas Al, udah cantik belum?"

"Kamu sih cantik terus."

"Beda kan, sama istri mas yang jelek itu?"

"Alin nggak bakal bisa menyaingi kamu sayang.."

mendengar nama Alin keluar dari mulut pria itu, Noah melirik kecil. Melihat lebih jelas wajah Aldi dan Melin. Pasangan itu berjalan mesra didepan rombongan Noah dan rekannya. Dengan tak tau malu saling memeluk. Mata Noah memicing sinis pada keduanya. Dia tak menyimak apa yang rekannya ucapkan. Perhatian Noah tersita pada pembicaraan pasangan laknut itu.

"Mas, kapan nikahin aku?"

"Nantilah setelah mas pisah dari Alin."

"Iya kapan?" Tanya Melin manja.

"Mas lagi nyari waktu yang tepat untuk itu, eh, gimana kalau mas kenalin kamu sama orang tua mas dulu?"

"Emang nggak papa mas? Ntar mereka marah lagi?"

"Enggaklah, lagian mereka juga nggak suka kok sama Alin. Makanya mas Ngontrak sekarang, karena mereka nggak ngijinin Alin tinggal dirumah mereka."

"Kenapa kek gitu?" Malinda menatap manja pada Aldi.

"Alin kan nggak jelas bobot bibirnya. Lagi pula dia udah jelek dari dulu, heran aja deh kenapa aku dulu bisa cinta sama dia, terus nikahin dia." Cemooh Aldi.

Melinda terkekeh,

"Nyesel kan sekarang?"

"Banget!" Ujar Aldi mantap.

Melinda tergelak. Noah mengepalkan tangannya,

Jika benar itu adalah Alin yang sama, aku tidak akan ragu merebutnya darimu. Batin Noah geram.

"Bukankah Dia manager produksi di pabrik N's Elektrik?" ucap rekannya tiba-tiba. Noah menoleh pada rekannya itu.

"Bukankah itu salah satu anak cabang perusahaan mu Tuan Noah?"

"Saya tidak begitu mengenalnya." balas Noah melirik sinis.

-Flash back off-

Saat itu Noah duduk di jog belakang, dengan Robin sang asisten yang sebagai supirnya. Noah mengepalkan tangannya mengingat yang baru saja terjadi. Rahangnya mengeras mengingat kejadian beberapa saat lalu. Dia kembali teringat ucapan Alin tadi saat dia membantu wanita bersuami itu membuat kue.

"Suami ku bekerja di perusahaan elektronik N."

"Kami sangat harmonis."

"Mungkin karena aku selalu menyertainya dari bawah. Sejak dari Mas Aldi sebagai seorang buruh di perusahaan N lalu menjadi Team Leader, dan kini sudah jadi SPV. Semoga kelak kami bisa lebih baik." Alin melirik kecil kearah Noah yang senantiasa mendengarkan.

Sekelebat bayangan lain muncul.

"Benar. dia sedang bekerja. Apa yang ku kawatirkan."

Klebatan-klebatan suara dan wajah Alin bermain-main dikepala Noah. Membuat rahangnya makin mengeras. Gigi-giginya bergemeletuk menahan amarahnya.

"Dia dihianati. Dan dia tidak tau." Noah bergumam pelan. Lalu menendang kursi didepannya."Shiitt!!"

Robin tersentak kaget kursinya tiba-tiba ditentang bos nya dari belakang.

"Bos, apa yang membuatmu kesal?"

Wajah Noah masih diliputi amarah. Tangannya masih mengepal kuat.

"Kau lihat pria yang tadi membawa Alin dan Langit pergi?"

"Apa maksudmu, suami Bu Alin?"

"iya, aku dengar dia bekerja di N's elektrik." Mata Noah memicing, "cari apapun tentang dia."

Robin melirik bosnya sekaligus teman dekatnya itu.

"Noah, kau tidak bermaksud merebut istri orang kan?"

Noah terkekeh,

"Kita lihat saja nanti, setelah aku mendapatkan informasi tentang brengsek itu."

"Noah!"

"Lakukan saja tugasmu."

Robin menghela nafasnya, menggelengkan kepalanya. Dia cukup hapal dengan Noah, jika mau dia bisa mendapatkan wanita manapun, hanya dengan berbekal wajahnya saja. Apalagi, Noah pria sempurna, berwajah tampan, memiliki otak encer, kekayaan dan tubuh yang menawan. Siapa Wanita yang tidak terpikat olehnya.

Tapi, merusuh istri pria lain, yang benar saja!

Di tempat lain di waktu yang hampir bersamaan. Alin berjalan memasuki rumahnya bersama Langit. Aldi berjalan dibelakang setelah memarkirikan mobilnya.

"Lin. bisa kita bicara sebentar?" ucap Aldi duduk diteras.

"Iya mas, Alin masuk sebentar. Mas mau dibuatkan kopi?"

"Hmmm... Kopi juga mau. kalau ada pisang goreng atau apapun mas juga mau."

Alin tersenyum tipis.

"Iya Mas. ini ada kue yang tadi aku buat dipanti. Mau?"

"Boleh. Kue buatanmu juga enak."

Alin masuk kedalam rumah. membuat kopi dan menyiapkan potongan kue diatas piring. lalu membawanya keteras.

"Ini mas."meletakkan kopi dan kue.

"Langit mana?"

"Dikamar mas."Duduk disamping Aldi.

"Mas Al mau bicara apa?"

Aldi menyeruput kopinya.

"Alin. Bisakah kamu sedikit membenahi wajahmu dan membuat dirimu lebih cantik?"

Alin tersentak kaget.

"Kenapa mas?"

"Kalau teman mas kesini biar mas tidak malu."ucap Aldi enteng.

"Kemarin Mas bertemu dengan rekan kerja mas, istrinya cantik dan mulus sekali. Mas juga ingin Istri mas seperti itu juga."

"Mungkin dia melakukan perawatan mas."

"Masa ya kamu tidak bisa?"

"Bisa mas. tapi uangnya yang tidak cukup."

"Ya sudah. mas beri kamu 100rb buat beli skincare."mengangsurkan uang berwarna merah pada Alin.

Alin tertawa lucu. Produk skincare yang paling murah saja harga 150rb an. Itupun tidak begitu berimbas banyak pada Alin.

"Kenapa?"tanya Aldi terlihat tidak terima melihat Alin sedikit tertawa.

"Tidak. ini pertama kalinya Mas memberi uang Alin untuk perawatan."ucap Alin pelan menerima uang dari Aldi.

"itu karena Wajahmu yang hancur itu Alin. Mas malu sama teman mas. Tiga hari lagi ada cara ditempat teman mas. Mas malu kalau membawamu yang masih jelek dan kusam begini. Berjerawat sebanyak ini."gerutu Aldi memakan kue buatan Alin.

Alin tertawa lucu lagi.

"Maksud mas Al, Alin harus sudah cantik dan tidak berjerawat lagi dalam waktu tiga hari itu?"

"Iyalah. Kan sudah mas kasih uang 100ribu buat beli skincare."

"Mas, nggak ada yang instan. Apalagi untuk kulit, tetap melalui proses, dan itu tidak bisa hanya dalam hitungan seminggu dua minggu mas. Ini mas malah minta tiga hari." Alin mencoba memberi pengertian.

"Ckckck. Kamu malah membantah. Mau bikin mas malu, kamu Lin?"ujar Aldi kesal.

"Sudah! pokoknya buat wajahmu cantik tidak berjerawat saja sudah cukup." Sambung Aldi melangkah masuk kedalam rumah.

Alin hanya menghela nafas sabarnya.

Selama tiga hari ini Alin memang berusaha semakin membuat kulit kusamnya menghilang, dengan lebih sering menggunakan sabun dan lulur yang murah, agar uang yang Aldi berikan cukup. Alin juga membeli beberapa produk skincare ecer yang murah.

Alin sudah mencoba semaksimal mungkin dengan dana yang terbatas, wajahnya memang sudah lebih baik. Akan tetapi,itu tidaklah cukup untuk Aldi yang sudah mengeluarkan uang 100ribu rupiah.

"Ini hasil dari uang 100ribu nya?" Tanya Aldi menatap remeh pada Alin.

"Kan Alin juga sudah bilang mas, tidak bisa instan."

"Ck. kalau begini. Mas tidak bisa mengajakmu Lin. kamu dirumah saja sama Langit. kalau ikut malah bikin malu nanti." Cemooh Aldi melenggang pergi.

Alin hanya menghela nafasnya dan mengurut dadanya. Sabaaarr!

______

Setelah meninggalkan Alin dirumah, Aldi mengdatangi kosan Melinda.

"Udah siap sayang?" Tanyanya didepan pintu kosan Mel. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan gaun toska diatas lutut.

"Cantik nggak, mas?" Tanyanya manja.

"Cantik. Cantik banget."

Melinda mengulas senyum. "Ayok."

Aldi menggandeng mesra selingkuhan nya itu. Hari ini sebenarnya, Aldi bermaksud membawa Melinda menemui orang tua nya. Tentu saja dia hanya beralasan pada Alin, tentang wajah Alin, untuk membuat mental nya down. Setelah itu Aldi bermaksud menceraikannya. Tentu saja setelah mendapatkan restu dari orang tuanya.

Begitu Aldi dan Melinda sampai di rumah yang cukup besar milik ayah dan ibu Aldi. Mereka disambut dengan suka cita. Bu Romlah, ibu Aldi sangat senang melihat wanita yang dibawa Aldi begitu cantik, apalagi, Melin juga bekerja di perusahaan yang sama. Berpendidikan pula. Tentu saja dia sangat senang timbang Alin istri Aldi yang hanya anak yatim piatu yang hanya tamatan SMP.

"Wah, jadi ini Melinda? Cantik. Seperti yang Aldi ceritakan." Sambut Bu Romlah ramah."Ayo masuk. Pintu ini terbuka lebar untukmu."

Mendapat respon yang begitu baik dari calon mertua tentu saja membuat Melinda girang bukan kepalang. Setelah makan bersama dan bercengkrama di ruang keluarga. Mereka berbincang tentang kelanjutan hubungan keduanya.

"Bagaimana Al, wanita secantik, pintar, dan berpendidikan seperti Melinda ini mau kapan kamu nikahi. Ceraikan saja itu Alin yang jelek dan bodoh itu. Heran ibuk kenapa kamu malah nikah sama dia dulu."

"Iya buk, bentar lagi kok. Nanti kalau kami dah nikah boleh tinggal disini kan?"

"Boleh, tentu aja." Jawab Bu Romlah menyetujui, "Kamu bukannya udah beli perumahan?"

"Iya sih buk, tapi masih belum selesai pengerjaannya." Ucap Aldi, "itu juga rencana mau jadi mas kawin buat Melinda."

"Oo, ya udah sih, tinggal aja disini sementara. Nggak papa. Dari pada ngontrak ngabisin duwit."

"Jadi, kami dah dapat restu kan ya?" Aldi memastikan,

Bu Romlah mengangguk.

"Berarti tinggal bikin rencana ceraikan Alin." Aldi menyeringai jahat. Di ikuti tawa dari Melinda dan Bu Romlah.

______

Bab terkait

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab tujuh [Sikap]

    Pagi itu Alin ke rumah singgah membuat cake untuk dijual. Ada beberapa pesanan kue yang mengharuskan dia memakai mixer dan oven khusus. Bu Reni pernah menawarinya untuk menggunakan alat-alat milik rumah singgah jika Alin butuh."Kamu membuat kue lagi?"Suara Noah mengagetkannya, Alin menoleh." Kamu. Apa yang kamu lakukan lagi disini?""Mencari air dingin." Noah menunjukkan gelas berisi air dingin lalu menegaknya.Alin tersenyum geli,"Apa kau sedang mencari kerja?" Tanya Noah melihat lembaran berkas lamaran kerja yang terselip di tas Alin, yang tak sengaja Noah lihat saat mengambil minum."Yaahh,, sulit mendapatkan kerja dengan pendidikan ku sekarang." Pasrah Alin masih sibuk membuat kue.Noah memperhatikan berkas lamaran Alin."Kamu punya skill memasak kenapa tidak menggunakannya? Kamu bisa menjual sendiri makananmu.""Yaahh,, aku terkendala m

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab 8

    Alin menatap kedua pria yang baru saja meninggalkan nya itu. Alin melihat punggung Noah yang basah dan masih ada sisa tumpahan bakso. Alin bergegas mangambil saputangannya. Lalu segera memakai helm dan mengendarai sepeda motornya. Karena Noah sudah masuk kedalam mobil dan mulai bergerak.Alin menyusul dan mengklakson. Mobil itu berhenti sejenak menepi. Alin pun mengikuti, ia mengetok kaca jendela jog belakang. Dengan segera kaca itu turun. "Ini." Alin menyodorkan saputangannya pada Noah. Dengan pandangan tanya, Noah menatap Alin dan saputangannya itu bergantian."Terima kasih, itu untuk mengelap bagian belakangmu." ucap Alin menunjuk pada punggung dan tengkuknya sendiri.Noah tersenyum kikuk. "Oke. terimakasih."Alin pun mengegas motornya setelah membalas senyuman Noah sekilas.Noah, menatap saputangan dari Alin ditangannya. Wajahnya berubah sendu. Robin mulai menjalankan kembali kendaraannya. "Mau sampai kapan kau menatapnya?""Diamlah."R

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab 9 • Rencana •

    Alin membuat beberapa lembar berkas lamaran pekerjaan. Sembari dia mengecek info lowongan pekerjaan di internet dan media sosial lainnya. Setelahnya, Alin bersiap untuk menyebar berkasnya ke beberapa tempat kerja yang dirasa sesuai. Alin mengendarai motornya, berhenti di setiap titik yang memang sejak awal sudah menjadi tempat tujuannya.Di lain pihak, Noah dan Robin hendak melakukan kunjungan di salah satu anak perusahaannya. Ditengah perjalanan nya, Noah melihat Alin yang sedang berdiri di pinggir jalan, didepan sebuah warung. "Robin berhenti.""Haahh?" Robin menoleh pada bosnya, mata Noah berpusat pada suatu arah, gegas Robin mengikuti arah pandangan Noah. Dalam jangkauan matanya, ada Alin di sebrang jalan. Robin pun menghentikan laju mobilnya. Sesaat lamanya Noah hanya berdiam menatap Alin dengan tangan yang memegang handel pintu. Ragu, antara keluar menghampiri atau tetap diam ditempat. Robin yang hanya melihat sahabat sekaligus bosnya itu begitu galau, m

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab 10 • Kejutan yang mengejutkan •

    Alin membuat kue dihari Kamis pagi di Rumah Singgah, karena dia memang tidak memiliki alat untuk membuat kue. Bu Reni juga memang sejak awal sudah menyuruh Alin untuk menggunakan alat-alat Rumah Singgah nya. Alin membaca lagi pesan dari sang pelanggan. costumer-nya itu, memesan kue untuk anniversary satu tahun masa pacarannya. Alin mengukir kue yang sudah di hiasi dengan wajah riang. Noah berjalan masuk dan berdiri disamping Alin."Happy 1st aniv mas Aldi."Alin menoleh, dan tersenyum."Lucu kan, namanya sama dengan nama suami ku. Rasanya seperti aku sedang membuat kue aniv-ku sendiri." Senyuman manis Alin membuat jantung Noah berdetak tidak normal. Begitu cepat seperti penyakit. Noah mengangkat tangannya, menyentuh dadanya dimana jantungnya terletak."Apa kau membuat pesanan lagi?""Heemm." angguk Alin cepat lalu meneruskan membuat kuenya.Noah menarik nafasnya dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan."Ada yang bisa ku

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 11 • perceraian •

    Noah dan Langit menyantap makan siang bersama. Setelah tadinya mereka sempat membeli beberapa barang. Noah yang saat itu memilih duduk di lantai dua bangunan Skyler melirik motor yang memasuki halaman resto itu. Noah tersenyum, ia tau Alin sudah datang. Akan tetapi senyumnya memudar, saat dilihatnya mobil Aldi mengikuti dibelakang. Dan pria itu keluar dari mobilnya, perlahan mendekat pada wanita yang di cintai nya itu. Tanpa ancang-ancang langsung menampar Alin begitu wanita itu berbalik.Mata Noah membulat, wajahnya diliputi kemarahan dan tangannya mengepal. Dia lalu beralih melihat anak lelaki didepannya. Memastikan Langit tidak melihat adegan kekerasan ayahnya pada sang ibu. Beruntung, Langit masih sibuk makan dengan wajah senang. Noah menatap sedih padanya. Ia merasa iba. "Langit.""Heemm?""Aku membeli baju, yang sebenarnya ingin aku hadiahkan padamu saat kamu ultah nanti. Tapi, maukah kamu mencobanya?""Benarkah?" mata langit berbinar senang."Cobalah dikamar mandi dalam sana."

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab dua belas

    "Bu, dimana ayah? Ini sudah malam kenapa dia tak juga kembali?"Langit yang tak tau menahu apa yang telah terjadi antara Ayah dan ibunya, bertanya sebelum tidur. Anak lelaki berusia 8tahun itu maasih terlalu polos untuk mengerti posisi ibunya. Alin hanya bisa menghel nafasnya. Bagaimana cara nya memberi Langit pengertian."Ayah masih kerja,Lang."balas Alin."Lembur?" "Heemm.""Boleh telp Ayah nggak Bu? Seharian ini belum ketemu ayah." rengek Langit menatap ibunya dengan pandangan memohon."Lang, Ayah kan kerja, ya nggak bisa di telpon lah. Ntar malah ganggu lagi." jawab Alin beralasan. Dalam kondisi seperti ini tak mungkin Aldi akan menerima panggilan nya. Dia yakin. Aldi saat ini bersama wanita yang bersama dengannya di dalam mobil tadi."Udah, sekarang, Langit tidur ya. Besok kan masih sekolah.""Iya Bu." Jawab Langit dengan cemberut.***###Hari berlalu, Aldi sudah mendaftarkan perceraian mereka ke pengadilan agama. Dan menunggu panggilan sidang. Selama itu Alin masih mencoba men

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab tiga belas

    "EHEEMM."Aldi berdehem melihat Alin begitu dekat dengan seorang pria."Waahh,, apakah kau sedang menggoda seorang pria, Alin?"Alin berjalan mendekat pada Aldi, lalu menariknya keluar rumah singgah itu hingga sampai dihalaman."Mas Aldi ngapain disini?" bisiknya dengan penekanan."Kenapa? Aku mau bertemu langit anakku. Skalian aku mau mengingatkan jika Kamis depan adalah sidang pertama kita." jawab Aldi enteng dengan mengibaskan tangannya diudara."Apa kau akan membawa Langit?""Iya. Kami berjanji akan pergi besok. Kebetulan besok libur, jadi aku berniat membawanya serta untuk liburan." ucap Aldi dengan nada sedikit mencemooh."Hebat sekali, sekarang kau bahkan bisa berlibur." cibir Alin dengan mata yang berkilat karena sikap Aldi yang makin merendahkannya, dengan sengaja memamerkan kesenangannya di depan Alin."Tentu saja, aku sudah tidak beristri kamu lagi." oceh Aldi makin mencemooh."Dimana Langit?"Alin menghela nafasnya, mengusir rasa sesak yang ia rasakan mendengar ucapan tajam

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab empat belas

    Aldi memesan dua kamar, satu untuknya dan Melin satu lagi untuk Langit. Yaahh,, mau bagaimana lagi nggak mungkin dong pas lagi asyik terganggu sama kehadiran Langit. "Langit, ini kamarmu selama dua hari kedepan." ucap Aldi meletakkan tas Langit di lantai sisi ranjang."Ayah mau kekamar sebelah dulu. Mau lihat mama Melin, udah selesai belum berberesnya. Kamu nggak papa ya tidur sendiri.""Ayah mau tidur sama Tante Melin?""Mama! Bukan Tante.""Mama." Langit memcebik."Bagus. Ayah cuma mau liat mama Melin dulu. Nanti kalau kamu takut bisa ayah temenin sebentar." Aldi melangkah keluar kamar."Kamu bersih-bersih dulu. Nanti ayah kemari lagi." Sambungnya menutup pintu.Langit memandang pintu yang baru menutup itu, rasanya sangat sepi. Ia dan ayahnya tetap berjarak. Dengan lemas Langit duduk dipinggiran ranjang. Ia mengusap matanya yang mulai berembun."Langit! Jangan nangis! Ayah bilang anak jantan tak nangis." lirihnya.###Di kamar Melin baru selesai mandi saat Aldi memasuki kamar. Dia ma

Bab terbaru

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 57

    "Noah?" "Noah." Noah baru saja memasuki kamar, tertegun melihat Alin memanggil namanya. lekas ia datang mendekat. "Sayang!?" Noah menggenggam tangan istrinya. "Aku di sini," tanyanya duduk di bibir ranjang."Apa yang kamu rasakan?" "Noah, aku... aku merasa kotor." Noah menatap istrinya sendu. "Jangan katakan itu. jika kotor, kita bisa membersihkannya." "Tapi..." "ssttt!" Noah menempelkan jari di bibir Alin. "Aku akan memandikanmu nanti, tapi, aku lapar, ayo kita makan dulu, hum?" Noah menggendong Alin keluar kamar, membawanya sampai ke dapur lalu mendudukkan di kursi bar. "Kita lihat ada apa di sini," cetusnya membuka kulkas. "Hmm, cuma ada telur, keju, dan roti tawar. Apa kita buat roti bakar saja?" usulnya menoleh pada Alin. "Aku ingin mandi Noah," ucap Alin lirih. "Iya, nanti aku mandikan," balas Noah mencoba terlihat acuh walau sebenarnya hati pria ini sudah sangat remuk. "Kita makan dulu. Setelah makan, aku janji akan membersihkan mu sampai benar-benar ber

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 56

    Mata Noah tajam terarah. Bahkan bola mata yang kini di selimuti amarah itu hampir keluar dari rongganya. "Serahkan padaku.""Aku harus menyelesaikannya sendiri, Bin."Robin menggeleng, "tidak, serahkan padaku.""Kau mau aku diam saja saat istriku mendapat pelecehan seperti ini?"Robin diam, memilih kata yang tepat agar sedikit mengurangi amarah di dada Noah saat ini."Tidak, tentu saja tidak. Kamu harus lebih bisa menenangkan Alin. Saat ini ia membutuhkan dirimu. Masalah yang lain, serahkan padaku. Aku percaya padaku, kan?" Robin menatap Noah bersungguh-sungguh.Sedangkan Noah menatap dengan amarah yang berkobar di matanya."Bagaimana jika dia bangun dan mendapati dirimu tak ada di sisi. Saat ini, dia membutuhkanmu, bukan aku. Atau kamu memang lebih rela aku yang menenangkannya dalam pelukan ini?"Noah mencengkram kerah depan baju Robin. Dan itu berhasil membuat Robin tersenyum."Jadi, biarkan kami yang selesaikan. Kamu cukup terima laporan dari kami saja. Akan kami selesaikan dengan

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab 55 - Amarah Noah

    "Kenapa kamu tinggalkan Alin sama Tasya aja?" Noah berteriak penuh emosi karena orangnya malah sangat teledor meninggalkan dua wanita saat Alin jelas dalam incaran."Maaf, saya sudah meninggalkan beberapa orang juga di sana."Ricky menjawab penuh sesal, di wajahnya sudah membekas lebam oleh pukulan Noah tadi."Lalu bagaimana bisa Alin sampai diculik!? Bagaimana kalian bekerja? Hah?""Maaf, Tuan." "Haahh!" Noah menendang jog belakang di depannya. Marah, marah, dan amarah itu terus menjilati dirinya. "Jika sampai terjadi hal buruk padanya, habis kalian semua!""Tenanglah!" ucap Robin yang menyetir di depan melihat Noah sedari tadi hanya marah-marah dan mengamuk."Kita sudah dapat lokasinya. Jangan habiskan tenagamu untuk mengamuk di sini."Noah berdecak kesal, tangan itu terus mengepal dan wajah yang semakin mengeras. Dalam pikirannya Alin kini sedang ketakutan. Pikiran buruk terus berkelebat mencemaskan wanitanya."Aku bersumpah, ta

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 54 - Alin diculik

    "Tolong siapkan untuk meja nomor lima. Yang ini sedikit spesial ya, pesanan khusus." Alin memberi instruksi pada koki di dapur restonya. "Baik, Bu.""Dan untuk ruang VIP satu. Sudah dibooking oleh Mr. Marvin untuk meting nanti malam.""Baik."Setelah memberi beberapa arahan dan mengecek laporan, Alin melangkah keluar dari restonya. Di belakangnya beberapa orang tampak mengikuti. Merasa diikuti, Alin menoleh. Terkejut karena orang-orang itu mendorong tubuhnya kedepan. "A-apa yang kalian lakukan!?" Serunya. "Ikut kami," ujar seorang berbadan besar yang paling dekat dengannya dan menahan lengan wanita cantik itu."Le-lepas!" Dengan gemetar Alin mencoba berontak dan meloloskan diri."Si-siapa kalian? Lepaskan aku!" lontarnya dengan terbata.Lelaki itu tersenyum tipis, semakin menarik tubuh Alin."Ikut saja jika tak ingin kami bertindak lebih kasar di sini."Mata Alin bergerak liar, mencari siapa saja yang bisa dimintai bantuan. Namun, sekitar serasa sepi dan tak banyak orang melintas

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 53

    Di lorong depan pintu apartemen Alin, tampak tiga orang preman tengah berkelahi dengan seorang pria dan wanita. ketiganya tampak kuwalahan meskipun memiliki badan lebih besar karna kelincahan sepasang pria dan wanita yang tiba-tiba mengganggu pekerjaan mereka. kedua orang itu adalah bodyguard Alin itu. Tasya dan Ricky."Siapa kalian? kenapa mengganggu pekerjaan kami?!"Ricky tertawa mencemooh,"Pekerjaan kalian, mengganggu pekerjaan kami!" cetusnya memasang kuda-kuda, saling melindungi punggung dengan membelakangi rekan kerjanya."Siapa yang menyuruh kalian?""Bukan urusan mu!" sentak salah satu preman itu menyerang. Dengan gesit, Ricky dan Tasya membalas.Ketiga preman itu memang hanya badannya saja yang besar. Namun, kalah oleh kegesitan dan teknik yang Ricki dan Tasya punya. Tiba-tiba saja, dari ujung lorong, Noah muncul. terkejut melihat kedua bodyguard Alin sedang bertarung melawan tiga preman. Ia ikut menerjang, memanjangkan kaki mengenai bagian vital salah satu preman tersebut. H

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 52 - Tamu?

    Bab 52Melin terduduk lemas menyenderkan tubuhnya di ruangan kepala bagian. Wajahnya masih tak percaya dan matanya bergarak liar tak terima dengan apa yang baru saja ia dengar.“A-apa maksud bapak?” meminta penjelasan.“Seperti yang sudah saya utarakan tadi, Melin. Kamu mendapat peringatan sebelumnya tentang kedislipinan. Tetapi, kamu berulang kali bahkan seperti menganggapnya sepele. Aku tau suamimu adalah seorang manager juga. Apa karena itu juga kamu jadi berani seperti ini?”“Ti-tidak pak. Saya memang sedang dalam kondisi yang rumit.” Melin mencoba memberi penjelasan dan alasan.“Maaf, ini sudah keputusan semua orang. Ini surat pemecatanmu,” ucap Pak kepala bagian seraya menyerahkan surat pada Melin.“Ta-tapi pak.” Melin menggeleng kuat tak terima, berharap masih memiliki kesampatan berikutnya. Tetapi, melihat gelagat atasannya itu, Melin tau harapan tinggallah harapan.“Maaf, Melin. Ini sudah keputusan final. Pesangonmu, mintalah pada bagian HRD.”*Brak!Aldi terperanjat melihat

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 51 - rencana busuk Melin

    Bab 51“Apa dia masih di sana?” bisik Alin dengan mata sayu. Wajah lelaki yang hanya berjarak beberpa centi saja darinya.Noah yang masih memeluk pinggang Alin melirik ke bawah sana. Di mana Aldi masih terlihat mematung dengan seorang balita dalam pangkuan.“Masih,” jawab Noah berganti melihat Alin yang membelakangi dinding kaca. Menautkan lagi bibirnya dengan milik Alin. Sementara itu, di bawah sana, Aldi masih memandang mantan istrinya sedang berciuman mesra dengan seorang lelaki. Ia tak tau siapa lelaki itu karena wajahnya tertutup kepala Alin yang membelakanginya. “Siapa dia? Aku tau Alin belum menikah, lalu apa pria itu pacarnya?” Aldi bermonolog tanpa melepaskan pandngannya dari dua sejoli di lantai tiga itu. Tentu saja, dari jarak setinggi itu, Aldi tak bisa melihat dengan jelas siapa lelaki yang tengah berciuman dengan mantan istrinya.“Sudahlah, untuk apa aku terus melihat mereka, bikin hatiku panas saja,” gumam Aldi terus merasakan nyeri di dada. Kebetulan, saat itu Melki

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 50

    Bab 50“Kenapa pak Aldi gegabah menceraikan ibuk?” Anis yang sedari tadi merasa tak enak dan tak nyaman karena pergi dengan majikan prianya terus merasa berslah pada Melin.“Kamu nggak usah ikut campur urusan saya! Tugas kamu, mengasuh Melki. Ngerti?”“Maaf, pak.” Anis pun sebenarnya merasa sudah lancing mengatakan hal itu. Tetapi, ia sendiri merasa kasihan pada Melin juga pada Melki. Karena keegoisan majikannya, bocah itu tak merasakan kasih sayang yang utuh.*“Kamu pulanglah dulu, Nis. Aku masih ada urusan dan nggak bisa membawa kamu serta,” ucap Aldi setelah mereka selesai membeli kebutuhan Melki. “Melki biar sama aku, kamu beli lah apa pun atau jalan-jalan dulu jika malas pulang dan ketemu Melin,” sambung Aldi mengangsurkan lembaran uang pada Anis. Anis terlihat keberatan berpisah dengan Melki. Tetapi, gadis itu juga tak punya hak apa pun untuk menyampaikan keberatannya. Bagi gadis itu, Melki sudah menjadi bagian dari hidupnya, hingga saat mer

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 49

    Bab 49“Suruh wanita itu keluar!”Alin yang baru saja sampai di resto, langsung bisa melihat keributan di sana. Bahkan suara Melin pun terdengar sampai di telinga Alin yang baru keluar dari mobil.“Siapa yang kau suruh keluar, Mel?”Seketika Melin yang sdang marah itu menoleh ke arah pintu masuk. Mendapati Alin di sana darahnya mendidih, sekonyong-konyong mendekat dengan tangan terulur. Alin reflek menangkap tangan itu, dan mendorongnya.“Jangan sampai aku melaporkanmu atas tuduhan penyerangan, Mel! Lihatlah berapa banyak orang yang bisa menjadi saksi di sini!” tukas Alin mendelik tajam pada Melin yang menahan amarah hingga tampak deretan giginya yang putih dan bergemeletuk.“Kau! Jalang sialan! Di mana kau sembunyikan suamiku?”“Sembunyikan bagaimana? Pria dewasa sebesar itu bagaimana aku menyembunyikannya. Harusnya kau gunakan akal sehatmu dan bertanya padanya! Bukan padaku!” hardik Alin tak kalah keras.“Dia tidak pulang semalam,”“Lalu apa urusannya denganku?”“Kau pasti mempenga

DMCA.com Protection Status