author-banner
Vivits
Vivits
Author

Novels by Vivits

Pelakormu vs Aku

Pelakormu vs Aku

Kartini Satyaguna–seorang ibu rumah tangga yang selalu direndahkan oleh mertuanya karna tidak bekerja, tidak seperti adik iparnya yang seorang Dokter spesialis. Namun puncak konflik ketika ia mendapati suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri, sang suami sampai nekat ingin memadu Kartini dengan alasan Kartini tak dapat memberikan anak laki-laki. Dapur rumah tangga pun terbagi jadi 2, terdapat 2 ratu dalam rumah, persaingan sengit antara Kartini dan pelakor di rumah itu tercium menyengat. Ia bertekat akan memberikan pelakor itu pelajaran kalau kedudukan istri sah selalu di atas pelakor, bagaimana kisahnya?
Read
Chapter: Bab 19: Pertemuan yang Mematahkan Hati
Sudah lima hari berlalu sejak Kartini bertemu Antonio dan mendengar kebenaran yang mengejutkan tentang Kadita. Hari ini, setelah suasana rumah sedikit tenang, Kartini memutuskan untuk berbicara lagi dengan Bastian. Ia berharap, setidaknya kali ini suaminya bisa mendengarkan dengan kepala dingin. Bastian sedang duduk di ruang tamu, matanya terpaku pada layar ponsel. Kartini menghampirinya dengan hati-hati, duduk di sofa berseberangan sambil menghela napas panjang. "Mas," Kartini membuka percakapan dengan nada lembut, "aku mau bicara sebentar. Bisa?" Bastian meliriknya sekilas, lalu meletakkan ponselnya di meja. "Apa lagi? Kalau soal uang, aku sudah kasih, kan?" Kartini menggeleng. "Bukan soal uang, Mas. Ini soal Kadita." Mendengar nama itu, Bastian langsung mendesah berat, seolah merasa bosan. "Kenapa lagi sekarang? Kamu nggak capek terus bahas dia?"
Last Updated: 2025-01-10
Chapter: Bab 18: Sushi untuk Anak-anak
Kartini mengintip ke kanan dan kiri sebelum diam-diam mengambil sepotong sushi dari piringnya. Dengan cepat, ia membungkusnya dalam tisu dan menyelipkannya ke dalam tas. Gerak-geriknya yang hati-hati membuat Antonio tersenyum kecil. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Antonio sambil menahan tawa. Kartini langsung gelagapan, mencoba mencari alasan. "Ah, nggak apa-apa. Saya cuma... ya, buat anak-anak di rumah. Mereka belum pernah coba makanan seperti ini." Antonio menatap Kartini dengan pandangan heran sekaligus kagum. "Kamu ini benar-benar ibu yang luar biasa. Tapi kamu nggak perlu repot seperti itu. Kalau mau, saya bisa memesankan untuk dibawa pulang." Kartini menggeleng cepat, wajahnya sedikit memerah. "Ah, nggak usah repot-repot. Ini saja sudah cukup. Saya nggak mau menyusahkan." "Menyusahkan apa?" balas Antonio sambil tertawa kecil. "Kamu sudah menemaniku makan malam. Sekarang giliran aku yang memast
Last Updated: 2025-01-10
Chapter: Bab 17: Chemistry yang Tak Terduga
Mobil Antonio berhenti di depan sebuah restoran Jepang yang megah, dengan lampu-lampu hangat yang menyala di depan pintu. Kartini memandang restoran itu dengan sedikit ragu, merasa tempat ini terlalu mewah untuknya. "Kita makan di sini?" tanya Kartini, menoleh ke Antonio. Antonio tersenyum tipis. "Tenang saja, saya yang traktir. Lagi pula, makan sambil bicara akan membuat suasana lebih santai." Kartini hanya mengangguk kecil, meski dalam hatinya ia merasa canggung. --- Di Restoran Jepang Mereka masuk ke dalam restoran, disambut oleh pelayan dengan sopan dan diantar ke sebuah meja kecil yang nyaman. Suasana restoran sangat tenang, hanya terdengar suara alat musik Jepang yang dimainkan di latar belakang. Kartini duduk dengan posisi kaku, merasa dirinya tidak pantas berada di tempat seperti ini. Antonio, di sisi lain, tampak
Last Updated: 2025-01-10
Chapter: Bab 16: Pengakuan Mengejutkan
Kartini berdiri di ambang pintu, wajahnya bingung menatap pria tampan dengan pakaian rapi yang berdiri di depan rumah. Pria itu memperkenalkan diri dengan tegas. "Selamat sore, Bu. Nama saya Antonio. Saya ingin bertemu dengan Bastian," katanya singkat. Kartini mengerutkan kening. "Bastian tidak ada di rumah, Pak Antonio. Saya istrinya. Ada keperluan apa?" tanyanya hati-hati. Antonio memandang Kartini dengan sorot mata penuh pertimbangan sebelum menjawab. "Ini soal Kadita. Saya rasa Anda perlu tahu sesuatu." Mendengar nama Kadita, Kartini langsung waspada. "Kadita? Apa hubungannya dengan saya atau suami saya?" Antonio tersenyum tipis. "Mungkin lebih baik kita bicara di tempat lain. Bisakah Anda ikut dengan saya sebentar?" Kartini langsung mundur satu langkah. "Maaf, saya tidak bisa begitu saja ikut dengan orang asing, Pak Antonio." Antonio menarik napas panjang. "Saya m
Last Updated: 2025-01-10
Chapter: Bab 15: Kadita dan Gunjingan Staf Hotel
Kadita berjalan dengan langkah cepat menuju ruangannya di area kantor hotel. Wajahnya masih memerah, bukan karena malu, tapi karena campuran emosi dan rasa kesal. Di sepanjang lorong, para staf hotel yang berpapasan dengannya menundukkan kepala, berusaha menahan senyum. Sesampainya di pantry, ia mendengar suara cekikikan dari dua resepsionis yang sedang mengobrol sambil menyeduh kopi. “Eh, beneran tadi ibu-ibu itu ngomong gitu?” tanya salah satu dari mereka, Rina, sambil terkikik. “Iya, dong! Dia bilang, ‘Anak saya tuh pimpinan di sini! Kalau bukan karena dia, kamu enggak bakal kerja di tempat sekeren ini!’” balas Novi, menirukan gaya Ibu Sulastri sambil melambai-lambaikan tangannya seperti diva. Mereka tertawa terbahak-bahak, tak sadar Kadita masuk ke ruangan itu. Kadita berdeham keras, membuat mereka tersentak dan menoleh. “Ada yang lucu, ya?” tanyanya dengan nada dingin. Rina
Last Updated: 2025-01-10
Chapter: Bab 14: Bajai, Drama, dan Pertengkaran Hebat
Ibu Sulastri pulang dari hotel dengan perasaan campur aduk. Dengan santainya, ia naik bajai karena dia itu kuno tak tahu cara pakai ojek online. Sopir bajai yang tua dan agak pendiam itu tampak bingung saat Ibu Sulastri terus menggerutu sepanjang jalan. “Eh, Pak! Jangan ngebut-ngebut, saya bukan karung beras yang bisa dilempar sembarangan!” teriaknya sambil memegang erat kursi. Sopir bajai menoleh setengah bingung. “Ini udah pelan, Bu. Bajai saya juga bukan motor balap.” Ibu Sulastri menggerutu. “Ah, pokoknya hati-hati aja! Kalau saya jatuh, kamu enggak sanggup bayar biaya rumah sakit saya!” Bajai berbelok sedikit tajam, membuat Ibu Sulastri terpental sedikit. “Astaghfirullah! Ini bajai apa wahana Dufan!” serunya dengan wajah panik. --- Sesampainya di Rumah Saat sampai di rumah, Ibu Sulastri turun dari bajai sambil berusaha tetap anggun, meskipun rambutnya sedikit berantakan
Last Updated: 2025-01-10
DMCA.com Protection Status