Dilema Cinta Segitiga

Dilema Cinta Segitiga

last updateLast Updated : 2024-01-07
By:  Dewi ShintamuOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
21Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Pernikahan yang Marlon jalani selama ini bersama Sarah, hanyalah sebuah permainan bisnis bagi keduanya. Di belakang keluarganya, mereka berdua memiliki kekasih masing-masing. Tanpa Marlon sadari, Sarah berusaha untuk menjatuhkan nama Marlon agar bisa bercerai dengan cepat. Tapi siapa sangka bahwa lambat laun Sarah merasa cemburu dengan hubungan Marlon bersama Natalia. Tak ayal Marlon dibuat pusing dengan kedua wanita tersebut yang tidak ingin berpisah dengannya. Antara Pacar dan istri, Marlon merasa bingung memilihnya.

View More

Chapter 1

Kepastian Hubungan

Keringat terus membasahi dua tubuh manusia dewasa yang tengah berada di kamar yang sama. Meskipun AC cukup dingin, tapi tidak mampu menghilangkan keringat mereka yang mengucur deras.

"Sayang, tadi itu sungguh sangat luar biasa," ucap Marlon lalu mencium kening Natalia dengan lembut.

Natalia tersenyum tertahan, sebenarnya Natalia sedang memikirkan sesuatu setelah pergulatannya dengan Marlon tadi.

"Baby? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Marlon menyidik sambil mengelus puncak kepalanya dengan gemas.

Pasalnya wajah Natalia terlihat mendadak mendung.

"Aku hanya minta kepastian darimu. Kita sudah lima tahun lamanya berpacaran, lalu kapan kamu akan mengenalkan aku pada keluargamu?" tanya Natalia dengan wajah penuh harap. Jemarinya memainkan dada bidang milik Marlon.

Natalia benar-benar tidak pernah berhasil mendapatkan jawaban pasti selama ini jika dirinya menanyakan perihal tersebut. Natalia selalu gagal dalam mendapatkan kepastian hubungan mereka ke depannya.

Seketika Marlon terlihat gugup lantas Marlon beranjak dari tempat tidur dan berjalan membelakangi Natalia yang masih polos tanpa sehelai benangpun.

"Sepertinya aku harus segera pergi bekerja, aku akan kirimkan beberapa nominal uang untuk kamu belanja hari ini. Malam ini aku tidak bisa temani kamu makan, kamu bisa ajak teman-temanmu untuk menemanimu." Marlon memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Natalia hanya membisu.

Dan seperti dugaannya, Marlon selalu menghindar dan tidak pernah memberikan jawaban untuk Natalia. Wanita mana yang bisa hidup dengan ketidakpastian? Mungkin itulah Natalia.

"Sebenarnya aku bisa saja menyelidiki untuk tau alasan dia. Tapi misal aku cari tau, dia pasti akan marah karena dia dulu pernah memperingatkan akan hal itu. Tapi apakah aku harus terus menunggu dan menunggu sampai dia benar-benar siap?" gumam Natalia sambil terus memandang ke arah pintu kamar mandi yang telah tertutup.

Sesaat hening, yang terdengar hanya suara air dari dalam kamar mandi.

"Apa aku harus hamil terlebih dahulu agar aku bisa menikah dengannya? Lagi pula mama dan papa juga sudah lama menginginkan agar aku menikah karena ingin menimang cucu."

Kini Natalia membayangkan bagaimana reaksi Marlon jika dirinya mengandung anaknya, pastilah Marlon tidak memiliki pilihan lain selain mengenalkan Natalia pada kedua orang tuanya, lalu menikahinya. Tidak akan ada drama Marlon untuk menghindari kepastian hubungan mereka lagi.

Lamunan Natalia buyar seketika setelah mendengar suara dering telepon ponsel milik Marlon

Kedua bola mata Natalia menatap layar ponsel Marlon yang berada di atas nakas. Di sana terlihat dengan jelas kontak nama yang telah memanggil Marlon.

"Pa-pa?" Natalia mengeja.

***

CV. ADI JAYA

Seperti hari biasanya, kesibukan pagi menjadi rutinitas semua karyawan kantor. Dari mulai cleaning servis sampai manager, mereka bekerja dengan penuh semangat.

"Selamat pagi, Boss," sapa tukang parkir. Marlon sedikit mengangguk dan menyerahkan kunci mobilnya.

Marlon melihat karyawan itu tidak lekas mengambil kunci di tangannya dan justru malah memperhatikan Marlon, walaupun dengan cara melirik saja.

"Kau lihat apa? Ambil ini, cepat! Mau ku pecat?" tegur Marlon.

Seperti biasanya, Marlon akan sangat marah jika karyawannya tidak sigap. Apalagi terkesan tidak konsentrasi pada saat bekerja.

"Iy-iya, Boss. Ampun, Boss. Jangan pecat saya," sahutnya dengan ketakutan.

Tanpa banyak kata, dia pun menerima kunci dari Marlon dan tukang parkir itu pun langsung bergegas memindahkan mobil bossnya tersebut sesuai prosedur kendaran harus terparkir dengan rapi di tempatnya masing-masing.

"Heran sama karyawan yang lelet seperti dia, aku harus bicara dengan HRD. Bego banget menerima karyawan seperti itu, jangan sampai dia menerima karyawan macam itu lagi. Bisa-bisa nanti kantor ini bukan lagi menjadi kantor, tapi menjadi panti sosial yang menampung orang lelet!" omel Marlon sepanjang perjalanannya.

"Selamat pagi, Boss. Kenapa Boss baru datang? Ini sudah pukul 10 pagi lebih, tadi boss besar datang dan sempat marah," ujar Melly---sekretaris Marlon.

Hanya Melly karyawan yang berani banyak bicara, karena dia bekerja atas kehendak papanya Marlon. Tentunya Marlon tidak bisa memecat Melly dengan sesuka hatinya hanya, karena banyak omong dan Marlon tidak menyukainya.

Sesaat Melly tidak dapat mengalihkan pandangannya, pasalnya boss yang ada di hadapannya itu sungguh menyita perhatian siapa pun jika melihatnya.

"Aku tidak peduli dengan hal itu, sekarang siapkan baju untukku. Aku harus pergi setelah ini," ujar Marlon.

Melly memperhatikan dokumen yang ada di tangannya.

"Tapi, Boss. Boss besar berpesan, beliau akan datang ke kantor setengah jam lagi. Sebaiknya Boss menunggu, karena itu pesan dari beliau tadi dan---"

Melly tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat Marlon mengacungkan jari telunjuknya, menandakan bahwa Melly disuruh untuk diam.

"Kamu bisa gak, kalau gak cerewet dan mengaturku sekali saja? Aku ini boss, lho. Aku hanya mau kamu siapkan baju untukku saja, karena aku mau pergi. Kutunggu di ruanganku. Jika dalam waktu 10 menit tidak kamu antar, kamu akan aku pecat!" tekan Marlon.

Setelah mengucapkan hal tersebut, Marlon langsung pergi meninggalkan Melly yang masih cengo dengan ancaman Marlon.

Sudah berapa puluh kali Marlon mengancam Melly, tapi sekali lagi Melly tidak mungkin bisa dipecat tanpa persetujuan dari papa Marlon.

Melly hanya bisa diam dan segera menjalankan perintah sang bossnya tersebut. Melly tidak habis pikir kenapa baju bossnya itu sangat lusuh dan jauh dari kata rapi, padahal Marlon sudah memiliki istri di rumah. Melly tidak tahu saja jika baju yang Marlon kenakan adalah baju kemarin.

Marlon menutup pintunya dengan gerakan cepat. Matanya menyapu seluruh isi ruang kerja dengan malas.

Pria bertubuh tegap yang tingginya mencapai 185 cm tersebut berjalan ke arah meja kerjanya, kemudian dia menjatuhkan diri di atas kursinya yang empuk. Kursi seorang CEO pastilah amat nyaman.

Marlon mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Dilihatnya ada beberapa kontak nomor telah menghubungi beberapa kali.

Ada papanya yaitu tuan Carlos, pemilik resmi perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan internasional. Perusahaannya telah berdiri hampir 40 tahun yang lalu dan berkembang sangat pesat, hingga mampu membuka cabang di perbatasan negara.

Ada juga kontak 'mak lampir' yang tak lain adalah Sarah---istri Marlon. Marlon telah menikah dengan Sarah sekitar 3 tahun yang lalu. Meskipun begitu, sekalipun Marlon belum pernah menyentuhnya.

Alasannya sangat sederhana, Marlon tidak mencintai Sarah. Bagi Marlon, pernikahannya dengan Sarah hanyalah sebuah permainan bisnis.

Akibat perjodohan Marlon dan Sarah yang tidak dapat dihindarkan, keduanya terpaksa menikah hanya karena urusan berbakti pada orang tua mereka masing-masing.

Untuk bercerai tentu saja tidak mungkin, meskipun kini mereka tinggal bersama, tapi tetap mereka tidur masing-masing.

"Kita buat perjanjian, kita tidak berhak saling mengatur dan saling merasa memiliki. Jadi apa pun yang kita lakukan, kita bebas melakukannya tanpa harus ada ikut campur satu sama lain," ujar Sarah 3 tahun yang lalu.

"Oke, aku setuju. Dan kamu juga tidak berhak ikut campur urusanku, apalagi mengadu ini itu tentang aku yang akan menghabiskan waktu di luar pada orang tua kita, karena pernikahan ini hanyalah mimpi buruk," kata Marlon.

Akhirnya mereka pun saling menyetujui dan kehidupan rumah tangga mereka selama ini teramat dingin, seperti orang asing yang hidup satu atap tanpa sapaan dan kepedulian. Mereka hidup sendiri-sendiri. Mereka akan terlihat seperti pasangan suami-isteri yang ideal kala di depan kedua orang tua mereka saja.

Marlon menyenderkan punggungnya di kursi. Bayangan Natalia terus menerus menari di pelupuk matanya.

Rasanya begitu berat harus selalu menghindar dari kejaran Natalia yang meminta kepastian akan hubungan mereka. Sesungguhnya Marlon sangat mencintainya, tapi untuk menikah? Marlon harus menguras pikirannya.

Rasanya tidak mungkin, meskipun Natalia telah menyerahkan mahkotanya sekalipun pada Marlon.

"Aku memang laki-laki brengsek dan bodoh, kenapa hidupku seperti ini!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Dewi Shintamu
Saya ucapkan terima kasih banyak buat teman-teman semua sudah mau mampir untuk membaca karya recehan saya, banyak salah kata dan kekurangan saya minta maaf kepada semuanya ............
2023-10-27 09:23:15
2
default avatar
Muhamad sahlan Sahlan
bulu ini bikin ngakak. seru juga bhahaha
2023-10-16 05:53:36
3
21 Chapters
Kepastian Hubungan
Keringat terus membasahi dua tubuh manusia dewasa yang tengah berada di kamar yang sama. Meskipun AC cukup dingin, tapi tidak mampu menghilangkan keringat mereka yang mengucur deras. "Sayang, tadi itu sungguh sangat luar biasa," ucap Marlon lalu mencium kening Natalia dengan lembut. Natalia tersenyum tertahan, sebenarnya Natalia sedang memikirkan sesuatu setelah pergulatannya dengan Marlon tadi. "Baby? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Marlon menyidik sambil mengelus puncak kepalanya dengan gemas. Pasalnya wajah Natalia terlihat mendadak mendung. "Aku hanya minta kepastian darimu. Kita sudah lima tahun lamanya berpacaran, lalu kapan kamu akan mengenalkan aku pada keluargamu?" tanya Natalia dengan wajah penuh harap. Jemarinya memainkan dada bidang milik Marlon. Natalia benar-benar tidak pernah berhasil mendapatkan jawaban pasti selama ini jika dirinya menanyakan perihal tersebut. Natalia selalu gagal dalam mendapatkan kepastian hubungan mereka ke depannya. Seketika Marlon terlihat g
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more
Kembali Ke Rumah
RUMAH KEDIAMAN KELUARGA NATALIA Natalia pulang ke rumah dengan perasaan yang bercampur aduk, seharusnya hari ini dia masuk kerja, karena hari ini bukanlah hari libur tapi Natalia enggan karena badannya terasa sangat capek. Dia tidak peduli jika akan terkena marah oleh atasannya yang terkenal galak dan disiplin di restoran---tempat dia bekerja itu. Seharusnya Natalia saat ini khawatir atasannya akan memecatnya, lantas Natalia akan menjadi pengangguran karena sudah enam kali dia absen tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Tapi yang pasti, semalaman dia hampir tidak tidur akibat melayani hasrat Marlon yang menggebu-gebu. Agaknya dia akan sedikit demam, itu yang Natalia rasakan. Jari tangannya yang lentik, menyapu rambutnya yang menutupi sebagian wajah ayunya, karena angin berhembus kencang tatkala kakinya menapaki emperan rumah papanya. "Bagus ya, semalam gak pulang dan sekarang pulang sudah siang!" sapa seseorang, suara yang sangat Natalia kenal itu tengah menegurnya.
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more
Keinginan Memiliki Cucu
Hanya dalam waktu tidak lebih dari 10 menit, mobil mewah milik Marlon telah tiba di halaman rumah kediamannya yang berlantai dua dengan pilar depan yang menjulang tinggi, menambah kegagahan rumah bercat warna putih tersebut.Sejak tiga tahun terakhir itu, dia memang sudah menghabiskan hari-harinya untuk tinggal di rumah yang dia beli. Rumah itu khusus untuk tinggal dirinya bersama istrinya---Sarah.Meskipun begitu, Marlon lebih banyak hidup di luar. Marlon terpaksa menyebut rumahnya itu adalah rumah utama. Ya! Rumah yang dia tempati bersama Sarah. Karena tidak mungkin bagi Marlon harus tinggal bersama papanya di rumah tempat dia dibesarkan.Apalagi jika ada acara keluarga, rumah Marlon yang akan menjadi tempat utama. Padahal rumah itu tidak semewah mansion milik tuan Carlos. Orang tua Marlon dan Sarah memang sudah percaya penuh terhadap mereka, meskipun pernikahan mereka hanyalah sebuah permainan saja bagi mereka.Sandiwara pernikahan itu sudah membuat kesan yang mendalam bagi keluarg
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more
Salah Sasaran
Selepas kepergian kedua orang tua Sarah dan juga papa Marlon dari rumah mereka beberapa menit yang lalu, akhirnya keduanya hanya terus bisa berdiam diri di tempat mereka masing-masing.Mereka dengan pikirannya yang tidak menentu.Marlon tidak mencintai Sarah, begitu juga sebaliknya. Sarah sama sekali tidak tertarik dengan pria tampan yang berada di hadapannya itu. Apalagi Marlon amat dingin terhadapnya, sikapnya sudah tidak Sarah suka sejak awal pertemuan mereka.Hal itu sudah wajar karena keduanya sudah memiliki kekasih masing-masing. Meskipun begitu keduanya tidak membuka kartu satu sama lain di hadapan kedua orang tua mereka ataupun khalayak publik.Marlon tidak tahu siapa cowok Sarah dan begitu juga dengan Sarah yang tidak tahu menahu siapa cewek Marlon.Tanpa aba-aba keduanya memandang satu sama lain. Awal mulanya tatapan mereka memiliki sebuah arti walaupun itu tidak begitu jelas.Lama-kelamaan mereka jadi teringat akan keberadaan mereka di rumah tersebut karena sebuah perjodoha
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more
Jangan Sampai Lupa
Seperti yang pernah Sarah rasakan beberapa waktu lalu.Rasanya sama seperti ketika Sarah memergoki Evan sedang makan berdua dengan salah satu sahabat ceweknya di tempat favorit Evan, tentunya saat awal-awal hubungan keduanya dulu.Sarah sebenarnya merasa sangat cemburu dengan keberadaan sahabatnya itu, yang menurut keterangan Evan adalah sahabat kecilnya dan sampai sekarang mereka masih tetap bersama dan berteman baik.Sarah pun tahu diri, kemudian merasa dirinya tidak memiliki hak untuk memisahkan sepasang sahabat tersebut ataupun melarang Evan untuk berkomunikasi dengan sahabatnya itu.Sarah sempat khawatir hubungannya dengan Evan rusak dengan kehadiran orang ketiga yaitu orang yang disebut sahabat. Namun, sekarang Sarah sangat mempercayai Evan.Evan memang tidak sekaya Marlon, bisa dikatakan Evan hanyalah pemuda dari kalangan bawah, tetapi rasa cinta Sarah terhadap Evan tidak diukur dengan harta."Iya, Sayang. Aku tau kok, kamu yang sabar ya."Lagi-lagi Marlon terus berbicara mesra
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more
Pindah ke Apartemen
Seperti yang pernah Marlon bilang sebelumnya pada Natalia, malam ini dirinya tidak bisa menemani Natalia, akan tetapi Marlon tidak tega dan tidak mampu juga mengabaikannya saat Natalia menelponnya dan merengek minta di temani. Ternyata Natalia hendak pergi dari rumah ibu tirinya. "Aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi di sini, aku seperti orang asing. Apa kamu bisa temani aku untuk mencari kontrakan untuk sementara waktu, Sayang? Karena aku tidak mungkin tinggal bersama papa dan mama tiriku lagi," ujar Natalia beberapa jam yang lalu. "Kenapa kamu tidak tinggal di rumah mama kandung kamu saja, Sayang?" tanya Marlon. Bukankah selama ini Natalia juga sering menginap di rumah mama kandungnya? "Aku tidak ingin membuat mama kepikiran jika dia tau yang sebenarnya mengapa aku menetap di rumah mama. Tentu saja mama akan marah pada papa dan aku tidak mau mereka bertengkar," jawabnya terdengar sedih. "Baiklah, aku yakin keputusanmu sangat baik untuk ke depannya, aku akan ke sana." Mes
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more
Bertemu di Cafe
Tidak butuh waktu lama, tepat pukul 9 malam mobil yang dikendarai oleh Sarah dan Vita kini sudah terparkir rapi di salah satu halaman cafe yang sedang digandrungi di kalangan masyarakat saat ini. "Gimana menurutmu, Sar? Bagus banget 'kan cafenya?" Vita meminta pendapat Sarah, Vita sangat yakin jika Sarah juga menyukainya karena keduanya memiliki selera yang hampir sama. Dari dalam mobil Sarah dapat melihat dengan jelas bagian depan cafe yang terlihat sangat elegan, dindingnya dihiasi lampu-lampu kecil. Tidak begitu ramai akan tetapi terlihat begitu natural. Sarah memperhatikan dari dalam mobil sambil kepalanya manggut-manggut. "Ya, lumayan bagus," sahut Sarah. Sarah sudah mengunjungi puluhan tempat di berbagai negara, untuk hal-hal seperti itu tentu saja Sarah pandai menilai. Parkiran hampir penuh, mobil Sarah paling mewah di antara semua kendaraan yang ada karena kebanyakan orang yang berkunjung dari kalangan menengah ke bawah. Vita buru-buru keluar dari dalam mobil. Dia
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more
Aku Cemburu
Di meja nomor 18 "Gimana? Kamu suka gak makan di sini?" tanya Marlon yang tidak dapat mengalihkan pandangannya pada Natalia yang duduk di hadapannya. Mereka sudah tiba di cafe itu beberapa menit yang lalu, kini mereka juga tengah menikmati masakan cafe tersebut. "Ini sangat bagus, Sayang. Lebih bagus dari tempatku bekerja, padahal ini hanya cafe sedangkan tempatku bekerja itu restoran. Kamu memang pandai memilih," sahut Natalia jujur. "Tentu saja, aku tidak mungkin mengajakmu ke tempat yang tidak biasa karena bagiku kamu itu ratu. Ayo di habiskan makananmu," pinta Marlon. Natalia mengangguk senang. Mereka menyantap makanan mereka dengan sesekali mengobrol random. "Ehh, coba deh kamu rasakan makanan aku. Ini enak banget," kata Marlon menyodorkan steak yang sudah berada di dekat mulut Natalia. Natalia pun membuka mulutnya. "Hmmm." "Gimana?" tanya Marlon melihat wajah Natalia tampak menikmati makanan yang dikunyahnya. "Ini sungguh enak, Sayang," sahut Natalia. Mereka ber
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more
Maaf Mengecewakanmu
"Ya. Aku memang cemburu!" ujar Sarah dengan mantap, hal itu membuat Marlon berhenti tertawa. Tidak menyangka sama sekali jika istrinya itu akan cemburu pada Natalia. "Apa maksudmu? Kita sudah sepakat untuk mengurus urusan kita masing-masing tanpa kita ikut campur urusan kita satu sama lain," ingat Marlon pada Sarah. Seperti tidak terima, tapi entah mengapa hati Marlon menghangat mendengar keterangan Sarah itu. Terlihat sangat jelas wajah Sarah yang menahan amarah. Namun, ada kesedihan juga di dalamnya. "Cemburu itu hakku, kenapa kamu mengaturnya?" tanya Sarah menantang. "Hak?" ulang Marlon tidak mengerti. Dia amat tidak menyangka sedikitpun jika Sarah sekarang berani mengungkapkan perasaannya itu pada Marlon. Sarah tahu jika dirinya saat ini seperti sebuah lelucon di mata Marlon. Bagaimana tidak? Dulu Sarah lah yang menginginkan kehidupan seperti yang terjadi sekarang tetapi kenyataannya, lambat laun Sarah diam-diam memperhatikan perhatian Marlon yang jauh berbeda dari sebel
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more
Harus Lebih Berhati-hati
Sarah tersenyum kecut, teramat begitu kecut. Bagaimana tidak, apa yang Marlon tebak itu benar adanya. Sarah memang menginginkan perpisahan tapi bukan waktu yang tepat untuk sekarang ini. "Kamu pikir enak ya jadi aku berada di posisi yang sekarang? Aku tau maunya kamu itu ke arah mana pada hubungan ini, aku pun sama. Tapi...." Ucapan Sarah berhenti. Marlon dan Sarah serempak menengok ke arah pintu, suara bel berbunyi. "Itu pasti dia datang, kamu lihat sana," pinta Marlon pada Sarah. Sarah agak melotot karena mendapatkan perintah dari Marlon. "Kamu menyuruhku? Sejak kapan kita saling suruh-menyuruh? Lagian sudah ada bi Sumi, iya kan?" tanya Sarah mengingatkan. Marlon menggelengkan kepalanya sendiri. "Kamu nurut saja, bukain pintu untuknya. Ini semua demi agar kita terlihat kompak dan baik-baik saja," ujar Marlon menjelaskan. Sarah telah salah sangka pada Marlon, apa yang Marlon bilang benar juga. 'Benar juga apa kata gerandong. Bukankah dengan begitu, kita akan terliha
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status