Share

Dilema Cinta Segitiga
Dilema Cinta Segitiga
Author: Dewi Shintamu

Kepastian Hubungan

Author: Dewi Shintamu
last update Last Updated: 2023-09-12 21:58:58

Keringat terus membasahi dua tubuh manusia dewasa yang tengah berada di kamar yang sama. Meskipun AC cukup dingin, tapi tidak mampu menghilangkan keringat mereka yang mengucur deras.

"Sayang, tadi itu sungguh sangat luar biasa," ucap Marlon lalu mencium kening Natalia dengan lembut.

Natalia tersenyum tertahan, sebenarnya Natalia sedang memikirkan sesuatu setelah pergulatannya dengan Marlon tadi.

"Baby? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Marlon menyidik sambil mengelus puncak kepalanya dengan gemas.

Pasalnya wajah Natalia terlihat mendadak mendung.

"Aku hanya minta kepastian darimu. Kita sudah lima tahun lamanya berpacaran, lalu kapan kamu akan mengenalkan aku pada keluargamu?" tanya Natalia dengan wajah penuh harap. Jemarinya memainkan dada bidang milik Marlon.

Natalia benar-benar tidak pernah berhasil mendapatkan jawaban pasti selama ini jika dirinya menanyakan perihal tersebut. Natalia selalu gagal dalam mendapatkan kepastian hubungan mereka ke depannya.

Seketika Marlon terlihat gugup lantas Marlon beranjak dari tempat tidur dan berjalan membelakangi Natalia yang masih polos tanpa sehelai benangpun.

"Sepertinya aku harus segera pergi bekerja, aku akan kirimkan beberapa nominal uang untuk kamu belanja hari ini. Malam ini aku tidak bisa temani kamu makan, kamu bisa ajak teman-temanmu untuk menemanimu." Marlon memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Natalia hanya membisu.

Dan seperti dugaannya, Marlon selalu menghindar dan tidak pernah memberikan jawaban untuk Natalia. Wanita mana yang bisa hidup dengan ketidakpastian? Mungkin itulah Natalia.

"Sebenarnya aku bisa saja menyelidiki untuk tau alasan dia. Tapi misal aku cari tau, dia pasti akan marah karena dia dulu pernah memperingatkan akan hal itu. Tapi apakah aku harus terus menunggu dan menunggu sampai dia benar-benar siap?" gumam Natalia sambil terus memandang ke arah pintu kamar mandi yang telah tertutup.

Sesaat hening, yang terdengar hanya suara air dari dalam kamar mandi.

"Apa aku harus hamil terlebih dahulu agar aku bisa menikah dengannya? Lagi pula mama dan papa juga sudah lama menginginkan agar aku menikah karena ingin menimang cucu."

Kini Natalia membayangkan bagaimana reaksi Marlon jika dirinya mengandung anaknya, pastilah Marlon tidak memiliki pilihan lain selain mengenalkan Natalia pada kedua orang tuanya, lalu menikahinya. Tidak akan ada drama Marlon untuk menghindari kepastian hubungan mereka lagi.

Lamunan Natalia buyar seketika setelah mendengar suara dering telepon ponsel milik Marlon

Kedua bola mata Natalia menatap layar ponsel Marlon yang berada di atas nakas. Di sana terlihat dengan jelas kontak nama yang telah memanggil Marlon.

"Pa-pa?" Natalia mengeja.

***

CV. ADI JAYA

Seperti hari biasanya, kesibukan pagi menjadi rutinitas semua karyawan kantor. Dari mulai cleaning servis sampai manager, mereka bekerja dengan penuh semangat.

"Selamat pagi, Boss," sapa tukang parkir. Marlon sedikit mengangguk dan menyerahkan kunci mobilnya.

Marlon melihat karyawan itu tidak lekas mengambil kunci di tangannya dan justru malah memperhatikan Marlon, walaupun dengan cara melirik saja.

"Kau lihat apa? Ambil ini, cepat! Mau ku pecat?" tegur Marlon.

Seperti biasanya, Marlon akan sangat marah jika karyawannya tidak sigap. Apalagi terkesan tidak konsentrasi pada saat bekerja.

"Iy-iya, Boss. Ampun, Boss. Jangan pecat saya," sahutnya dengan ketakutan.

Tanpa banyak kata, dia pun menerima kunci dari Marlon dan tukang parkir itu pun langsung bergegas memindahkan mobil bossnya tersebut sesuai prosedur kendaran harus terparkir dengan rapi di tempatnya masing-masing.

"Heran sama karyawan yang lelet seperti dia, aku harus bicara dengan HRD. Bego banget menerima karyawan seperti itu, jangan sampai dia menerima karyawan macam itu lagi. Bisa-bisa nanti kantor ini bukan lagi menjadi kantor, tapi menjadi panti sosial yang menampung orang lelet!" omel Marlon sepanjang perjalanannya.

"Selamat pagi, Boss. Kenapa Boss baru datang? Ini sudah pukul 10 pagi lebih, tadi boss besar datang dan sempat marah," ujar Melly---sekretaris Marlon.

Hanya Melly karyawan yang berani banyak bicara, karena dia bekerja atas kehendak papanya Marlon. Tentunya Marlon tidak bisa memecat Melly dengan sesuka hatinya hanya, karena banyak omong dan Marlon tidak menyukainya.

Sesaat Melly tidak dapat mengalihkan pandangannya, pasalnya boss yang ada di hadapannya itu sungguh menyita perhatian siapa pun jika melihatnya.

"Aku tidak peduli dengan hal itu, sekarang siapkan baju untukku. Aku harus pergi setelah ini," ujar Marlon.

Melly memperhatikan dokumen yang ada di tangannya.

"Tapi, Boss. Boss besar berpesan, beliau akan datang ke kantor setengah jam lagi. Sebaiknya Boss menunggu, karena itu pesan dari beliau tadi dan---"

Melly tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat Marlon mengacungkan jari telunjuknya, menandakan bahwa Melly disuruh untuk diam.

"Kamu bisa gak, kalau gak cerewet dan mengaturku sekali saja? Aku ini boss, lho. Aku hanya mau kamu siapkan baju untukku saja, karena aku mau pergi. Kutunggu di ruanganku. Jika dalam waktu 10 menit tidak kamu antar, kamu akan aku pecat!" tekan Marlon.

Setelah mengucapkan hal tersebut, Marlon langsung pergi meninggalkan Melly yang masih cengo dengan ancaman Marlon.

Sudah berapa puluh kali Marlon mengancam Melly, tapi sekali lagi Melly tidak mungkin bisa dipecat tanpa persetujuan dari papa Marlon.

Melly hanya bisa diam dan segera menjalankan perintah sang bossnya tersebut. Melly tidak habis pikir kenapa baju bossnya itu sangat lusuh dan jauh dari kata rapi, padahal Marlon sudah memiliki istri di rumah. Melly tidak tahu saja jika baju yang Marlon kenakan adalah baju kemarin.

Marlon menutup pintunya dengan gerakan cepat. Matanya menyapu seluruh isi ruang kerja dengan malas.

Pria bertubuh tegap yang tingginya mencapai 185 cm tersebut berjalan ke arah meja kerjanya, kemudian dia menjatuhkan diri di atas kursinya yang empuk. Kursi seorang CEO pastilah amat nyaman.

Marlon mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Dilihatnya ada beberapa kontak nomor telah menghubungi beberapa kali.

Ada papanya yaitu tuan Carlos, pemilik resmi perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan internasional. Perusahaannya telah berdiri hampir 40 tahun yang lalu dan berkembang sangat pesat, hingga mampu membuka cabang di perbatasan negara.

Ada juga kontak 'mak lampir' yang tak lain adalah Sarah---istri Marlon. Marlon telah menikah dengan Sarah sekitar 3 tahun yang lalu. Meskipun begitu, sekalipun Marlon belum pernah menyentuhnya.

Alasannya sangat sederhana, Marlon tidak mencintai Sarah. Bagi Marlon, pernikahannya dengan Sarah hanyalah sebuah permainan bisnis.

Akibat perjodohan Marlon dan Sarah yang tidak dapat dihindarkan, keduanya terpaksa menikah hanya karena urusan berbakti pada orang tua mereka masing-masing.

Untuk bercerai tentu saja tidak mungkin, meskipun kini mereka tinggal bersama, tapi tetap mereka tidur masing-masing.

"Kita buat perjanjian, kita tidak berhak saling mengatur dan saling merasa memiliki. Jadi apa pun yang kita lakukan, kita bebas melakukannya tanpa harus ada ikut campur satu sama lain," ujar Sarah 3 tahun yang lalu.

"Oke, aku setuju. Dan kamu juga tidak berhak ikut campur urusanku, apalagi mengadu ini itu tentang aku yang akan menghabiskan waktu di luar pada orang tua kita, karena pernikahan ini hanyalah mimpi buruk," kata Marlon.

Akhirnya mereka pun saling menyetujui dan kehidupan rumah tangga mereka selama ini teramat dingin, seperti orang asing yang hidup satu atap tanpa sapaan dan kepedulian. Mereka hidup sendiri-sendiri. Mereka akan terlihat seperti pasangan suami-isteri yang ideal kala di depan kedua orang tua mereka saja.

Marlon menyenderkan punggungnya di kursi. Bayangan Natalia terus menerus menari di pelupuk matanya.

Rasanya begitu berat harus selalu menghindar dari kejaran Natalia yang meminta kepastian akan hubungan mereka. Sesungguhnya Marlon sangat mencintainya, tapi untuk menikah? Marlon harus menguras pikirannya.

Rasanya tidak mungkin, meskipun Natalia telah menyerahkan mahkotanya sekalipun pada Marlon.

"Aku memang laki-laki brengsek dan bodoh, kenapa hidupku seperti ini!"

Dewi Shintamu

Maaf, salah up bab. Segera di ganti ya. Semoga editornya gercep. Sekali lagi mohon maaf.

| Like

Related chapters

  • Dilema Cinta Segitiga   Kembali Ke Rumah

    RUMAH KEDIAMAN KELUARGA NATALIA Natalia pulang ke rumah dengan perasaan yang bercampur aduk, seharusnya hari ini dia masuk kerja, karena hari ini bukanlah hari libur tapi Natalia enggan karena badannya terasa sangat capek. Dia tidak peduli jika akan terkena marah oleh atasannya yang terkenal galak dan disiplin di restoran---tempat dia bekerja itu. Seharusnya Natalia saat ini khawatir atasannya akan memecatnya, lantas Natalia akan menjadi pengangguran karena sudah enam kali dia absen tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Tapi yang pasti, semalaman dia hampir tidak tidur akibat melayani hasrat Marlon yang menggebu-gebu. Agaknya dia akan sedikit demam, itu yang Natalia rasakan. Jari tangannya yang lentik, menyapu rambutnya yang menutupi sebagian wajah ayunya, karena angin berhembus kencang tatkala kakinya menapaki emperan rumah papanya. "Bagus ya, semalam gak pulang dan sekarang pulang sudah siang!" sapa seseorang, suara yang sangat Natalia kenal itu tengah menegurnya.

    Last Updated : 2023-09-12
  • Dilema Cinta Segitiga   Keinginan Memiliki Cucu

    Hanya dalam waktu tidak lebih dari 10 menit, mobil mewah milik Marlon telah tiba di halaman rumah kediamannya yang berlantai dua dengan pilar depan yang menjulang tinggi, menambah kegagahan rumah bercat warna putih tersebut.Sejak tiga tahun terakhir itu, dia memang sudah menghabiskan hari-harinya untuk tinggal di rumah yang dia beli. Rumah itu khusus untuk tinggal dirinya bersama istrinya---Sarah.Meskipun begitu, Marlon lebih banyak hidup di luar. Marlon terpaksa menyebut rumahnya itu adalah rumah utama. Ya! Rumah yang dia tempati bersama Sarah. Karena tidak mungkin bagi Marlon harus tinggal bersama papanya di rumah tempat dia dibesarkan.Apalagi jika ada acara keluarga, rumah Marlon yang akan menjadi tempat utama. Padahal rumah itu tidak semewah mansion milik tuan Carlos. Orang tua Marlon dan Sarah memang sudah percaya penuh terhadap mereka, meskipun pernikahan mereka hanyalah sebuah permainan saja bagi mereka.Sandiwara pernikahan itu sudah membuat kesan yang mendalam bagi keluarg

    Last Updated : 2023-09-12
  • Dilema Cinta Segitiga   Salah Sasaran

    Selepas kepergian kedua orang tua Sarah dan juga papa Marlon dari rumah mereka beberapa menit yang lalu, akhirnya keduanya hanya terus bisa berdiam diri di tempat mereka masing-masing.Mereka dengan pikirannya yang tidak menentu.Marlon tidak mencintai Sarah, begitu juga sebaliknya. Sarah sama sekali tidak tertarik dengan pria tampan yang berada di hadapannya itu. Apalagi Marlon amat dingin terhadapnya, sikapnya sudah tidak Sarah suka sejak awal pertemuan mereka.Hal itu sudah wajar karena keduanya sudah memiliki kekasih masing-masing. Meskipun begitu keduanya tidak membuka kartu satu sama lain di hadapan kedua orang tua mereka ataupun khalayak publik.Marlon tidak tahu siapa cowok Sarah dan begitu juga dengan Sarah yang tidak tahu menahu siapa cewek Marlon.Tanpa aba-aba keduanya memandang satu sama lain. Awal mulanya tatapan mereka memiliki sebuah arti walaupun itu tidak begitu jelas.Lama-kelamaan mereka jadi teringat akan keberadaan mereka di rumah tersebut karena sebuah perjodoha

    Last Updated : 2023-09-12
  • Dilema Cinta Segitiga   Jangan Sampai Lupa

    Seperti yang pernah Sarah rasakan beberapa waktu lalu.Rasanya sama seperti ketika Sarah memergoki Evan sedang makan berdua dengan salah satu sahabat ceweknya di tempat favorit Evan, tentunya saat awal-awal hubungan keduanya dulu.Sarah sebenarnya merasa sangat cemburu dengan keberadaan sahabatnya itu, yang menurut keterangan Evan adalah sahabat kecilnya dan sampai sekarang mereka masih tetap bersama dan berteman baik.Sarah pun tahu diri, kemudian merasa dirinya tidak memiliki hak untuk memisahkan sepasang sahabat tersebut ataupun melarang Evan untuk berkomunikasi dengan sahabatnya itu.Sarah sempat khawatir hubungannya dengan Evan rusak dengan kehadiran orang ketiga yaitu orang yang disebut sahabat. Namun, sekarang Sarah sangat mempercayai Evan.Evan memang tidak sekaya Marlon, bisa dikatakan Evan hanyalah pemuda dari kalangan bawah, tetapi rasa cinta Sarah terhadap Evan tidak diukur dengan harta."Iya, Sayang. Aku tau kok, kamu yang sabar ya."Lagi-lagi Marlon terus berbicara mesra

    Last Updated : 2023-09-12
  • Dilema Cinta Segitiga   Pindah ke Apartemen

    Seperti yang pernah Marlon bilang sebelumnya pada Natalia, malam ini dirinya tidak bisa menemani Natalia, akan tetapi Marlon tidak tega dan tidak mampu juga mengabaikannya saat Natalia menelponnya dan merengek minta di temani. Ternyata Natalia hendak pergi dari rumah ibu tirinya. "Aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi di sini, aku seperti orang asing. Apa kamu bisa temani aku untuk mencari kontrakan untuk sementara waktu, Sayang? Karena aku tidak mungkin tinggal bersama papa dan mama tiriku lagi," ujar Natalia beberapa jam yang lalu. "Kenapa kamu tidak tinggal di rumah mama kandung kamu saja, Sayang?" tanya Marlon. Bukankah selama ini Natalia juga sering menginap di rumah mama kandungnya? "Aku tidak ingin membuat mama kepikiran jika dia tau yang sebenarnya mengapa aku menetap di rumah mama. Tentu saja mama akan marah pada papa dan aku tidak mau mereka bertengkar," jawabnya terdengar sedih. "Baiklah, aku yakin keputusanmu sangat baik untuk ke depannya, aku akan ke sana." Mes

    Last Updated : 2023-09-25
  • Dilema Cinta Segitiga   Bertemu di Cafe

    Tidak butuh waktu lama, tepat pukul 9 malam mobil yang dikendarai oleh Sarah dan Vita kini sudah terparkir rapi di salah satu halaman cafe yang sedang digandrungi di kalangan masyarakat saat ini. "Gimana menurutmu, Sar? Bagus banget 'kan cafenya?" Vita meminta pendapat Sarah, Vita sangat yakin jika Sarah juga menyukainya karena keduanya memiliki selera yang hampir sama. Dari dalam mobil Sarah dapat melihat dengan jelas bagian depan cafe yang terlihat sangat elegan, dindingnya dihiasi lampu-lampu kecil. Tidak begitu ramai akan tetapi terlihat begitu natural. Sarah memperhatikan dari dalam mobil sambil kepalanya manggut-manggut. "Ya, lumayan bagus," sahut Sarah. Sarah sudah mengunjungi puluhan tempat di berbagai negara, untuk hal-hal seperti itu tentu saja Sarah pandai menilai. Parkiran hampir penuh, mobil Sarah paling mewah di antara semua kendaraan yang ada karena kebanyakan orang yang berkunjung dari kalangan menengah ke bawah. Vita buru-buru keluar dari dalam mobil. Dia

    Last Updated : 2023-09-25
  • Dilema Cinta Segitiga   Aku Cemburu

    Di meja nomor 18 "Gimana? Kamu suka gak makan di sini?" tanya Marlon yang tidak dapat mengalihkan pandangannya pada Natalia yang duduk di hadapannya. Mereka sudah tiba di cafe itu beberapa menit yang lalu, kini mereka juga tengah menikmati masakan cafe tersebut. "Ini sangat bagus, Sayang. Lebih bagus dari tempatku bekerja, padahal ini hanya cafe sedangkan tempatku bekerja itu restoran. Kamu memang pandai memilih," sahut Natalia jujur. "Tentu saja, aku tidak mungkin mengajakmu ke tempat yang tidak biasa karena bagiku kamu itu ratu. Ayo di habiskan makananmu," pinta Marlon. Natalia mengangguk senang. Mereka menyantap makanan mereka dengan sesekali mengobrol random. "Ehh, coba deh kamu rasakan makanan aku. Ini enak banget," kata Marlon menyodorkan steak yang sudah berada di dekat mulut Natalia. Natalia pun membuka mulutnya. "Hmmm." "Gimana?" tanya Marlon melihat wajah Natalia tampak menikmati makanan yang dikunyahnya. "Ini sungguh enak, Sayang," sahut Natalia. Mereka ber

    Last Updated : 2023-09-25
  • Dilema Cinta Segitiga   Maaf Mengecewakanmu

    "Ya. Aku memang cemburu!" ujar Sarah dengan mantap, hal itu membuat Marlon berhenti tertawa. Tidak menyangka sama sekali jika istrinya itu akan cemburu pada Natalia. "Apa maksudmu? Kita sudah sepakat untuk mengurus urusan kita masing-masing tanpa kita ikut campur urusan kita satu sama lain," ingat Marlon pada Sarah. Seperti tidak terima, tapi entah mengapa hati Marlon menghangat mendengar keterangan Sarah itu. Terlihat sangat jelas wajah Sarah yang menahan amarah. Namun, ada kesedihan juga di dalamnya. "Cemburu itu hakku, kenapa kamu mengaturnya?" tanya Sarah menantang. "Hak?" ulang Marlon tidak mengerti. Dia amat tidak menyangka sedikitpun jika Sarah sekarang berani mengungkapkan perasaannya itu pada Marlon. Sarah tahu jika dirinya saat ini seperti sebuah lelucon di mata Marlon. Bagaimana tidak? Dulu Sarah lah yang menginginkan kehidupan seperti yang terjadi sekarang tetapi kenyataannya, lambat laun Sarah diam-diam memperhatikan perhatian Marlon yang jauh berbeda dari sebel

    Last Updated : 2023-09-26

Latest chapter

  • Dilema Cinta Segitiga   Antara OB dan OB

    Natalia duduk di salah satu gazebo yang berada di samping kantor, Natalia sungguh dibuat kagum dengan interior bangunan kantor di tempatnya bekerja tersebut. Sangat luas dan bagus, bahkan ada taman yang indah di sana.Sungguh lengkap.Beruntung di hari pertamanya kerja, Natalia bisa menikmati suasana kantor di tempat tersebut.Natalia membuka botol yang dibawanya dari pantry hasil pemberian Hendrik tadi dan meminumnya beberapa teguk. Rasanya sungguh segar, antara manis dan dingin membuat kerongkongannya terasa begitu melegakan.Natalia mengalihkan atensinya saat mendengar suara orang mengobrol. Rupanya ada beberapa karyawan yang baru saja melewati tempat dimana Natalia berada, kemungkinan mereka karyawan yang masuk shift siang. Ada juga yang hendak pulang membawa tasnya dengan wajah kuyu tapi sekaligus berseri-seri.Mereka mencuri pandang ke arah Natalia sebentar, tapi setelahnya mereka tidak peduli dan tampak beberapa dari mereka mengedikkan bahunya. Natalia yang melihat itu hanya bi

  • Dilema Cinta Segitiga   Tania Berharap

    Deg! 'Apa yang terjadi?' tanya Sarah dalam hati. Sarah melihat mata Sarah sudah berkaca-kaca, rupanya ada yang Sarah terlewatkan di sini. Sarah mendekati ranjang tempat Tania berada."Apa yang kamu bicarakan, Tania?" tanya Sarah, tangannya terulur hendak menyentuh kepala Tania. Sarah ingin mengelus rambut adik kecilnya itu yang kini sudah sama-sama dewasa. Sarah masih ingat bagaimana dulu mereka melewati hari-hari bersama-sama dari kecil hingga akhirnya saat Sarah masuk kuliah harus berpisah dengan Tania karena Sarah harus melanjutkan studinya ke luar negeri. Begitupun juga dengan Tania. Saat Sarah sudah kembali ke tanah air karena telah menyelesaikan studinya dengan baik, hanya beberapa saat saja Sarah bertemu Tania. Tania bergantian harus terbang ke luar negeri untuk masuk kuliah, sedangkan saat itu Sarah langsung dijodohkan dengan Marlon. Semua itu sudah berlalu, 3 tahun yang lalu dan kini mereka sama-sama di tanah air bersama kedua orang tuanya. Tania menghindar saat Sarah h

  • Dilema Cinta Segitiga   Sudah Puas Kakak?

    "Ehh, Non Tania. Kenapa balik lagi? Kenapa gak gabung dengan tuan, nyonya dan non Sarah di taman belakang?" tanya bibi yang hampir bertabrakan dengan Tania, adik Sarah. Tanpa menjawab, Tania melewati pembantu yang menyapanya barusan. Wajahnya terlihat begitu kesal, pembantu itu hanya bisa diam tanpa berani membuka suara lagi. Dia sudah hafal dan memaklumi tabiat Tania yang kadang seperti anak kecil tapi terkadang juga cukup dewasa. Yang jelas masih labil. Sebenarnya dia tidak ingin ambil pusing dengan tingkah majikannya yang satu itu tapi tidak dengan menyembunyikan wajah kebingungannya. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa sepertinya non Tania begitu kesal setelah ana non Sarah?" monolog pembantu tersebut. Namun, setelah itu dia tidak lagi memikirkan sikap majikan kecilnya yang sebenarnya sudah berumur 22 tahun itu, dia pun meneruskan perjalanan membawa baki berisi minuman dan juga cemilan untuk dibawanya menuju taman belakang. "Maaf ... mengganggu waktunya sebentar, Tuan, Nyonya

  • Dilema Cinta Segitiga   Dasar Kegatelan

    "Natalia?" ulang Marlon sekali lagi. Melly mengangguk dengan pasti."Benar, Boss. OB yang biasa membersihkan ruangan ini sudah mengambil cuti untuk beberapa hari ke depan karena orang tuanya meninggal dan rumahnya di kampungnya, Boss," lapor Melly.Marlon mengangguk mengerti."Aku ingin OB laki-laki yang membersihkan ruangan ini, bukan OB baru yang kamu maksud itu. Bisa-bisa dia bikin kekacauan di ruanganku," ucap Marlon memberikan perintah."Tapi, Boss. Bukankah tak masalah meskipun anak baru tapi OB itu sangat cekatan bekerja. Bahkan hingga pagi ini dia sudah membersihkan lebih dari 10 ruangan dengan gesit dan tentunya sangat bersih, untuk itu kepala OB me___" Bantahan Melly terpotong tatkala Marlon membuka suara yang lagi-lagi membuat Melly heran."Apa? 10 ruangan?" Marlon melirik jam tangannya, padahal baru beberapa jam para karyawannya efektif masuk jam kerja.'Dia terlalu bersemangat untuk bekerja, aku jadi tidak tega,' batin Marlon."Iya benar. Ada apa, Boss?" Melly menampilka

  • Dilema Cinta Segitiga   OB Baru

    Marlon merasa tidak berdaya setelah mendengar keterangan dari Natalia bahwa Natalia kini bekerja di perusahaannya sendiri.Dan terlebih lagi Natalia diterima bekerja menempati posisi rendah yaitu sebagai OB. Ini sungguh miris tetapi Marlon tidak bisa bertindak apapun saat ini.Tidak mungkin Marlon akan mengatakan pada Natalia bahwa perusahaan Adi Jaya adalah perusahaan miliknya, itu akan membuat dia shock. Masih mending jika Natalia percaya lalu memaafkannya karena selama ini telah berbohong sebagai orang biasa tetapi bagaimana jika Natalia justru berbalik membencinya?Lagi pula hanya Natalia wanita satu-satunya yang mau menerima kekurangan Marlon sebagai orang biasa. Karena memang sebelumnya Marlon pernah beberapa kali dekat dengan wanita sebagai orang biasa, tapi pandangan wanita-wanita tersebut seakan jijik. Wajah tampan Marlon seperti sia-sia saja karena dompetnya kosong.Marlon berniat akan mengangkat posisi Natalia, dari OB agar menjadi lebih baik nantinya. Hanya saja dia memerl

  • Dilema Cinta Segitiga   Bagian Rencana

    Sekitar pukul 02.00 dini hari, Natalia membuka matanya. Dia pun berjalan ke arah kamar mandi karena kebelet ingin buang air kecil.Natalia tetap berjalan dengan anggun meskipun tubuhnya masih polos karena tidak ada sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya. Hanya beberapa menit saja, dia pun keluar kamar mandi dengan wajahnya yang masih mengantuk walaupun dia sudah mencuci mukanya.Dilihatnya Marlon masih tertidur dengan dengkurannya yang halus dan hanya memakai selimut hingga sebatas pinggangnya.Natalia pun mendekati Marlon yang masih saja dengan setia memejamkan matanya sejak 1 jam yang lalu, seakan-akan tidak terusik dengan pandangan Natalia yang hanya beberapa sentimeter saja dari wajahnya. Bahkan mungkin nafas Natalia bisa menerpa wajah Marlon.Sebenarnya dalam hati Natalia merasa bersalah karena malam ini adalah malam yang sudah direncanakan oleh Natalia. Natalia sengaja mencampurkan obat perangsang dan juga sengaja melenyapkan pengaman yang biasa Marlon pakai. Tentu saja den

  • Dilema Cinta Segitiga   Memangnya Tidak Kesepian?

    Malam hari, Marlon benar-benar menemui Natalia di apartemennya. Sebelum ke apartemen, Marlon menyempatkan diri mampir untuk membeli sesuatu, Marlon memutus membeli satu box coklat dan juga buket bunga mawar.Natalia merupakan wanita pada umumnya, dia menyukai cokelat dan juga bunga.Mana mungkin Marlon apel dengan tangan hampa.Setidaknya Marlon akan membawakan sesuatu untuk Marlon, walaupun berkali-kali Natalia mengatakan tidak perlu. Rasanya ada yang kurang jika Marlon benar-benar tidak membawa apapun untuk Natalia, terlebih lagi uang Marlon banyak.Ting tongSuara bel mengalihkan atensi Natalia yang berada di dalam sedang asik menonton film drama Korea kesukaannya. Dia memang pecinta drama Korea."Wah ... Itu pasti Marlon," gumam Natalia yang wajahnya semakin cerah. Natalia buru-buru membukakan pintu untuk Marlon."Sayaaang!" Seperti biasanya, Natalia langsung memeluk Marlon dengan erat. Tentu saja Marlon juga membalas pelukan Natalia tak kalah erat."Aku kira kamu tak akan ke sini

  • Dilema Cinta Segitiga   Drama Bersama OB

    Marlon berdehem untuk menetralkan kegugupannya. "Halo, halo? Suaranya kurang jelas, Sayang." Marlon bak orang bodoh, malah pura-pura kehilangan sinyal. Handphone elit, sinyal sulit. Mungkin begitulah kiranya anak muda bilang. "Maaf, Sayang. Apa aku mengganggu kerjamu?" tanya Natalia, terdengar nadanya seperti merasa bersalah. "Ti-tidak, ini masih jam makan siang makanya aku masih istirahat dan bisa menjawab teleponmu," jawab Marlon yang sepenuhnya tidak berbohong. Matanya melirik makanan di atas meja yang di pesankan oleh Melly tadi sebelum pergi. Masih banyak dan hanya sedikit saja yang masuk ke dalam mulut Marlon, sebagian masih utuh tak tersentuh. Marlon memilih mengerjakan pekerjaannya terlebih dahulu karena ingin segera bersantai setelahnya, akhirnya Marlon tidak menghabiskan makanannya. Dia pun merasa rindu dengan Natalia. Kemungkinan nanti malam Marlon akan berkunjung ke apartemannya yang kini dihuni oleh Natalia. "Ohh syukurlah. Kamu sudah makan siang? Boleh aku v

  • Dilema Cinta Segitiga   Agak Kesal

    Kini Natalia sudah berada tepat di depan mall. Setelah membayar ongkos taksi, Natalia segera masuk dengan penuh percaya diri. Meskipun dia sudah menanyakan perihal lowongan pekerjaan yang kemungkinan tersedia di salah satu stand di mall tersebut kepada satpam di depan tadi, dan sayangnya sang satpam mengatakan jika satpam itu belum memiliki informasi tapi Natalia tetap masuk untuk mencari tahu sendiri. Natalia berfikir mustahil jika satpam di depan pintu masuk mall tersebut memiliki informasi secara lengkap mengenai semuan stand di mall sebesar itu yang membutuhkan karyawan baru. Natalia mencari toilet terlebih dahulu untuk memastikan penampilannya. Dia akan merapikan yang perlu dirapikan, walaupun Natalia sudah rapi dan penampilannya menarik seperti biasanya akan tetapi dia tetap ingin mengeceknya karena di sana dia merasa bebas bercermin dengan kaca yang besar. Tidak lucu 'kan jika dirinya mau numpang bercermin di stand pakaian di mall tersebut? Apalagi dia tadi sempat berlar

DMCA.com Protection Status