Aiko, wanita yang introvert, berpenampilan kurang menarik namun memiliki kemampuan design yang baik. Jatuh cinta pada COO-nya, Cleosa Nicolas Ivander. Aiko jatuh pada pesona pria tersebut, namun berulang kali pula hatinya dipatahkan olehnya. Aiko memilih menata ulang perasannya, berusaha melupakan Ivander dan berusaha mengubah penampilannya. Namun karena intensnya pertemuan 'tidak sengaja' antara Aiko dan Ivander. Ivander akhirnya menyadari bahwa dirinya telah jatuh pada aura tersembunyi yang dimiliki oleh Aiko. Apakah Aiko berhasil melupakan Ivander atau bahkan terperosok semakin dalam pada pusaran cinta Ivander?
View MoreIvander meninggalkan ibunya dan Aiko. Seberdirinya Ivander, lampu di sekitar mereka mati dan hanya beberapa lampu yang menyala. Ivander berjalan menuju piano dengan gagahnya. Pandangan mata Aiko tidak lepas darinya dan disambut candaan dari ibu Ivander di sampingnya. "Kau bisa mengulitinya jika tidak berhenti menatapnya," Aiko menunduk malu, ketahuan. Ibu Ivander menanggapinya dengan tertawa ringan. Ivander duduk tepat di depan piano, mengatur letak mic yang berada di atas piano. "Hari ini merupakan hari yang spesial bagiku, karena aku bisa makan malam bersama dengan 2 wanita yang berarti dalam hidupku. Aku ingin mempersembahkan lagu ini untuk Aiko, wanita yang membuatku yakin bahwa aku bisa menjadi pria yang lebih baik." Ivander menatap Aiko dalam, dan mulai memainkan pianonya. Aiko menyaksikan bagaimana Ivander memainkan piano dengan sangat lihai. "Ivander pandai bermain piano karena kakeknya yang mengajarinya. Namun setelah beliau meninggal, Ivander sudah tidak pernah memaink
Aiko tidak menemukan Ivander di kantor, dan tujuan terakhirnya adalah apartnya di Manhattan. Aiko kembali diantar oleh driver yang sebelumnya sudah menunggunya. Aiko merasa sangat khawatir saat ini, karena sama sekali belum ada respon dari Ivander. Tak sampai setengah jam Aiko telah sampai di apart Ivander, Aiko awalnya menekan bell berharap ada seseorang yang menyambutnya. Namun karena tidak ada tanggapan, Aiko akhirnya menekan kode pintu yang sebelumnya sudah diinformasikan oleh Ivander pada Aiko. Gelap, kesan pertama saat Aiko masuk ke dalam apart Ivander. Tanpa berpikir panjang, Aiko berjalan menuju kamar Ivander, sama gelapnya, bahkan hanya sedikit cahaya lampu yang masuk ke dalam kamar tersebut. Aiko menyalakan senter dari handphonenya, dan melihat Ivander yang terbaring dengan kondisi yang bisa dibilang cukup menyedihkan. Kamar yang berantakan, berbeda dengan terakhir Aiko datang beberapa jam yang lalu. Aiko naik ke kasur dan menepuk pelan pipi Ivander, tak ada respon, t
Aiko keluar dari kamar setelah memastikan dirinya terlihat menarik walaupun hanya mengenakan baju kaos oblong kebesaran milik Ivander. Aiko bisa melihat Ivander menata meja makan, dan segelas susu hangat sudah tersaji di meja. "Minumlah dulu susunya, mumpung masih hangat. Aku khawatir kau kedinginan," Ivander menarik kursi yang akan ditempati untuk Aiko dan mempersilahkannya duduk. "Maafkan aku. Aku hanya berendam sambil melamun, jadi tidak menyangka bahwa aku sudah selama itu di kamar mandi," Aiko mengelus lembut punggung tangan Ivander, merasa bersalah. Ivander menanggapinya dengan anggukan kepala diikuti senyuman manisnya. Aiko dan Ivander kembali mengobrol mengenai beberapa hal tentang pekerjaan dan charity event yang akan berlangsung dua pekan lagi, sambil menikmati makan malam yang sudah dipesan oleh Ivander. "Apa pria tadi mantan kekasihmu?" Aiko melihat Ivander yang dipenuhi dengan rasa penasaran. Aiko kaget karena Ivander tiba tiba membahasnya. "Hm, sebenarnya J
"Cleosa Nicolas Ivander." Aiko meraih tangan Ivander dan menggenggamnya dengan erat. Aiko menatap Ivander dalam, Aiko tidak pernah menyangka bahwa Ivander benar benar menjadi kekasihnya saat ini. "Jika sekali lagi aku mendengarmu memanggilku dengan sebutan Anda, maka aku akan menghukummu," Ivander mengubah posisinya menghadap kemudi lalu menstater mobilnya. Aiko menahan tangan Ivander, membuatnya menoleh pada Aiko. Dengan gerakan cepat Aiko mengecup ringan bibir Ivander dan tersenyum kecil. "Ivander, aku mencintaimu," entah bagaimana Ivander menenangkan detak jantungnya yang dibuat berdebar kencang oleh Aiko dengan kata kata dan ekpresinya yang menggemaskan. Ivander selalu berusaha membuat Aiko merasa sangat dicintai. Aiko sadar bahwa rasa percaya dirinya yang rendah selama menjalin hubungan dengan Ivander bukan hal yang bisa menjadi penghalang bagi dirinya untuk memperlakukan Ivander layaknya Ivander memperlakukan dirinya. Setelah mengatakan kata kata tadi, Ivander tidak berhe
Ivander menemani Aiko kembali ke apartmentnya, dan siap menerima berbagai macam pertanyaan yang tentu saja sudah disiapkan oleh Mic. Aiko bisa merasakan bahwa Ivander sedikit gugup, Aiko tahu bahwa Mic adalah orang yang tegas dan berani. Tapi Mic tidak mungkin tidak setuju dengan hubungan Aiko dan Ivander saat ini - begitulah pikiran Aiko. Saat pintu lift terbuka, Aiko mengeratkan genggaman tangannya pada Ivander dan tersenyum tipis. Rasanya seperti Aiko dan Ivander melakukan kesalahan dan tertangkap basah oleh Mic. Saat sampai di depan kamar apartnya, Aiko menekan kode angka dan pintu pun terbuka. Aiko dan Ivander melangkah masuk bersama. Aroma makanan yang nenggiurkan membuat Aiko dan Ivander saling bertatapan. "Mic?" Aiko menghampiri Mic yang masih serius di dapur dan tak menyadari kedatangan dirinya. Mic menoleh pada sumber suara dan berhambur memeluk Aiko. "Aku merindukanmu Ai," Mic dengan erat memeluk Aiko dan melirik Ivander sekilas. "Aku memasak beberapa makanan. Aku
Matahari sudah benar benar tenggelam, namun Aiko dan Ivander masih menikmati waktu mereka bersama. Bagaimana Ivander mendengarkan cerita tentang waktu yang dilalui Aiko bersama Mic. Hingga akhirnya bisa bekerja di Lemme Fashion. "Apa kau tidak lapar?" Ivander melirik jam tangannya, sudah jam tujuh malam. Tangan Ivander begitu nyaman mengelus tangan Aiko yang begitu kecil di dalam genggamannya. Ini bukan kali pertama Ivander menggengam tangan Aiko, namun baru kali ini Ivander sadar bahwa Aiko begitu rapuh. "Hm, aku sedikit lapar. Bagaimana kalau beli makanan cepat saji?" Aiko balas menatap Ivander yang fokus melihat genggaman tangan mereka. "Tanganmu kecil sekali. Kau harus banyak makan." Ivander menarik Aiko dari duduknya, lalu kembali bergandengan tangan menuju parkiran mobil. Aiko merasa berterima kasih pada Ivander karena sudah mewujudkan keinginannya untuk berjalan jalan di pantai. "Mulai sekarang, apapun yang kau inginkan, kau harus memberitahukannya padaku. Aku bisa mewuju
Aiko berusaha mengabaikan setiap perkataan orang orang yang membicarakannya. Toh, Aiko tidak berhak menahan orang lain untuk berasumsi apapun tentang dirinya. Aiko kembali fokus melihat Ivander yang ternyata memilih olahraga basket bersama tim divisi keamanan. Sorak sorai para penonton yang didominasi kaum hawa membuat suasana hall semakin meriah. Para penonton dari kursi belakang maju ke kursi depan untuk memastikan bisa melihat Ivander yang sebentar lagi akan bermain. Aiko yang pada dasarnya tidak begitu suka keramaian merasa tertekan. Namun Aiko tidak mungkin meninggalkan tempat ini dan membuat Ivander kepikiran, lalu menghentikan permainan dan membuat dirinya dalam masalah. Membayangkan bagaimana wanita wanita itu akan marah dan melemparkan tatapan tidak suka padanya membuat bulu kuduk Aiko berdiri. Tak berapa lama kemudian, pertandingan pun dimulai. Tim yang solid membuat tim Ivander unggul beberapa poin dari tim marketing. Aiko sesekali mengkespresikan kegembiraannya saat Iva
Aiko menyetel penghangat ruangan, melepaskan kaos kaki dan jam tangan Ivander. Aiko berpikir untuk mengganti kemeja Ivander, namun Aiko mengurungkan niatnya. Aiko akhirnya membersihkan wajah dan tangan Ivander dengan air hangat menggunakan handuk kecil. Setelah memastikan kondisi Ivander nyaman, Aiko mengambil pakaian gantinya, dan berjalan menuju kamar Mic. Saat berbaring di kamar Mic, Aiko merasa sudah sangat lelah, tidak perlu waktu lama untuk membuat dirinya terlelap. *** Bak ada alarm otomatis, Aiko terbangun karena mengingat ada Ivander di kamarnya. Weekend seperti ini sebenarnya sangat nyaman untuk bermalas malasan. Tapi sekarang, saat ini Ivander sedang ada di kamarnya, Aiko tidak mungkin tidak membuat sarapan untuk mereka berdua. Jam sembilan nanti akan ada jadwal untuk kompetisi beberapa cabang olahraga untuk para karyawan pria. Aiko sudah siap di dapur dengan berbagai bahan bahan sederhananya. Aiko hanya berencana membuat telur orak arik, roti panggang dan salad s
Tak terasa para tim tiap divisi sudah mulai sibuk untuk menampilkan performa terbaiknya sore nanti. Ada yang bersiap dengan gaun model terbaru, ada yang bersiap dengan formasi band-nya, ada juga yang bersiap sebagai penyanyi. Aiko menemani Ivander melihat lihat persiapan yang sudah dilakukan oleh EO kepercayaannya. Ddrrt..ddrrt..ddrrtt Handphone Aiko bergetar, Aiko segera menghentikan langkahnya dan merogoh sakunya, tertera nama Mic di sana. "Ai, apa kau baik baik saja? Maaf karena baru bisa menghubungimu sekarang. Bagaimana handover asisten pribadinya? Lancar? Kau berutang cerita banyak hal padaku," Aiko tersenyum kecil menanggapi kata kata Mic. "Aku baik baik saja Mic. Semuanya lancar, tentu saja. Kapan kau kembali?" Aiko tidak banyak membahasa mengenai 'utang cerita' yang ditagih oleh Mic padanya. "Kemungkinan aku akan kembali Senin. Jangan merindukanku, jangan lupa selalu memastikan pintu utama terkunci," Aiko mengangguk menanggapi kata kata Mic, walaupun Mic tidak dapa
New York City 11.30 AMAiko memperhatikan seorang pria yang sedang berbincang bincang dengan beberapa temannya. Mata Aiko tidak sedikitpun bergeser dari pria tersebut. Pria dengan sejuta pesona, namun mampu mematahkan hati wanita sebanyak yang dia mau.Cleosa Nicolas Ivander, pria dengan perawakan tinggi, tegap, gagah dan segala macam kesempurnaan ada padanya. Cukup banyak wanita yang rela bertekuk lutut demi mendapatkan perhatiannya. Namun Aiko cukup tahu diri siapa dirinya, perbedaan Aiko dengan Ivander bagaikan bumi dan langit, bagaikan hitam dan putih. Terlalu banyak hal yang membuat Aiko berkecil hati untuk bisa dekat dengan pria tersebut. Berbagai macam cara Aiko lakukan untuk menarik perhatian Ivander, namun semua hasilnya nihil. Aiko sudah memasuki tahun ketiga bekerja di perusahaan fashion milik keluarga Ivander, COO di perusahaan tersebut. Namun selama itu pula Aiko bagaikan butiran debu di mata Ivander, tidak dianggap. "YA! Berhenti menatapnya seperti itu! Kau seperti aka...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments