Beranda / Romansa / Love Me, Like I Do / Bab 2 - Perubahan

Share

Bab 2 - Perubahan

Penulis: hanyagemarmenulis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 18:54:20

Masih hening. Aiko merenungkan apa yang dikatakan Mic barusan.

"Kau juga masih muda, pasti banyak pria di luar sana yang akan tertarik padamu, jika kau sedikit saja mengubah penampilanmu. Aku pikir sudah seharusnya kau meninggalkan kacamata burung hantu itu. Bagaimana kalau kita sedikit berbelanja besok?", Mic menatap Aiko dengan tatapan penuh harap.

"Kau tahu jika minus-ku ini cukup mengganggu, aku tidak bisa meninggalkannya", Mic memutar bola matanya jengah mendengar kalimat yang Aiko ucapkan.

"Kau bisa menggantinya dengan model yang baru, atau kau bisa menggunakan kontak lens. Bagaimana kau tahu kau bisa jika tidak mencobanya? Itu adalah kebiasaan burukmu", Mic mulai menyendokkan makanan ke piring lalu memberikannya pada Aiko dan dibalas dengan senyuman padanya.

"Terima kasih Mic. Kau memang selalu yang paling mengerti. Aku mencintaimu", Aiko dengan gerakan tiba tiba mencium pipi Mic, membuatnya menghapus bekas ciuman tersebut dengan keras.

Bagi Aiko kehadiran Mic sudah lebih dari cukup, Aiko sangat bersyukur dengan kenyataan itu karena walaupun orang tuanya sudah tiada, Aiko tidak merasa kesepian.

***

"Aku sudah bilang, kita akan menghabiskan sisa sore ini dengan belanja. Kenapa kamu harus selalu mengeluh sih?!" Mic menggamit lengan Aiko dengan kuat, menyeretnya memasuki sebuah etalase khusus kacamata dan kontak lens.

Aiko hanya bisa pasrah, setelah pulang kerja tadi Mic langsung menyeretnya menuju pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kantor.

Mic dengan antusias memilihkan frame kacamata yang dirasa cocok untuk Aiko. Segala macam bentuk dan warna sudah Mic coba pasangkan pada Aiko, namun belum ada satupun yang membuatnya terlihat berbeda dan menarik, sampai akhirnya Mic melihat sebuah frame oval yang tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil.

"Kita ambil yang ini! Aku yakin kau akan terlihat sangat berbeda besok," senyum Mic tidak berhenti merekah di wajahnya.

Aiko hanya mendengus malas mendengar kata kata Mic.

"Walau bagaimanapun, aku masih tetap gadis burung hantu", Aiko melongos pergi meninggalkan Mic yang berjalan menuju meja kasir.

Sebenarnya bukan karena tidak ingin terlihat berbeda, hanya saja Aiko takut jika perubahan yang akan terjadi pada dirinya nanti justru akan menjadi bumerang.

Terkadang, Aiko juga menginginkan perubahan, namun rasa tidak percaya diri ini lebih menguasai dirinya.

Buk!

Pandangan Aiko kabur, Aiko berusaha meraba tempatnya jatuh untuk mencari kacamatanya yang terjatuh entah di mana.

Namun Aiko  justru meraba ujung sepatu seseorang yang berdiri tepat di depannya, dan pandangannya seketika jernih saat kacamata type lama ini Aiko gunakan kembali.

Aiko kaget, ketika ternyata pria di depannya adalah Ivander.

Dari jauh Aiko bisa melihat Mic berlari dengan tergesa, dan menghampirinya.

"Kau seharusnya menggunakan dengan baik pandanganmu saat berjalan, bahkan kau sudah menggunakan kacamata tapi tetap tidak bisa melihat dengan baik", Aiko terenyuh, hatinya sakit.

Aiko meminta maaf pada Ivander untuk membuat situasi ini segera berakhir, Aiko sungguh tidak ingin berdebat saat ini.

Setelah mengucapkan permintaan maaf, Aiko segera berjalan sambil menggamit lengan Mic. Air mata siap jatuh dari pelupuk matanya, Aiko benar benar sudah menahannya sejak Ivander mengatakan kata kata kejam tadi.

Aiko tidak bisa berjalan dengan baik karena air mata menutupi pandanganny, kacamatanya dipenuhi uap. Mic mengajak Aiko ke tempat sepi untuk menenangkan diri.

"Ai, bagaimana kalau kita ke pusat pakaian favoritku dan membeli beberapa pasang untuk mendukung kontak lens yang sudah kita beli tadi," Mic memperbaiki posisinya di depan Aiko.

Aiko hanya mengerutkan alis menanggapinya.

"Kau harus tampil berbeda agar tidak dipandang rendah lagi, dan membuat mereka semua bertekuk lutut di hadapanmu. Bisa saja seorang pengusaha kaya raya yang baik hati jatuh cinta pada pandangan pertama padamu."

"Hei, itu terlalu berlebihan. Aku mau melakukan perubahan bukan untuk mencari jodoh, tapi membuat orang lain menyadari bahwa kita punya kesempatan yang sama untuk tidak dipandang rendah, seburuk apapun penampilan kita", Mic mengangguk setuju dan menggamit lengan Aiko untuk berjalan menuju outlet pakaian favoritnya.

***

Keesokan harinya Aiko bangun dengan kondisi bugar karena istirahat yang lebih dari cukup. Aiko mencoba beberapa baju yang dibeli bersama Mic. Ada sepasang baju yang menurut Aiko lumayan, tapi itu tidak terlihat begitu cocok ditubuhnya, atau perasaannya saja?

Brak! Pintu kamar Aiko terbuka lebar , Mic sudah siap dengan pakaian modisnya seperti biasa.

"Astaga Aikoo!! Ini sudah jam berapa? Kenapa kau belum selesai bersiap?!" Mic menggelengkan kepalanya tidak percaya. Kemudian menyadari bahwa pakaian yang Aiko kenakan adalah pakaian yang mereka beli kemarin.

"Apakah ini tidak terlalu mencolok? Maksudku, apakah aku benar benar cocok memakainya?" Aku memegang setelan baju yang Aiko kenakan kemudian menunduk lesu. Bersiap masuk ke kamar mandi sebelum tangan Aiko kembali ditahan oleh Mic.

"Tuhan! Bagaimana bisa kau bilang pakaian ini mencolok? Yang mencolok itu, kalau kau pakai bikini ke kantor, tahu!! Cepat selesaikan, aku akan membantumu memakai kontak lens-mu," Mic mengambil sepasang kontak lens dari meja rias Aiko dan membantu memakaikannya.

Aiko menuruti kata-kata Mic dan mencoba mengesampingkan rasa tidak percaya dirinya. Memangnya kapan Aiko hidup dengan rasa percaya diri yang tinggi?

Aiko tidak percaya bahwa orang yang dia lihat di depan cermin adalah dirinya sendiri. Bagaimana bisa orang terlihat berbeda drastis hanya karena sepasang pakaian dan kontak lens?

"Aku tahu kau cantik, tapi kita akan terlambat jika kau terus berdiri di depan cermin seperti itu," tanpa babibu Mic langsung menarik Aiko keluar dari kamar dan bersiap menuju kantor.

***

Aiko merasakan beberapa pasang mata memperhatikannya, bukan, bukan beberapa tapi puluhan pasang mata memperhatikannya. Seorang Aiko yang terkenal introvert dan hanya menganggap Mic sebagai temannya kini benar benar tampil berbeda dari biasanya yang selalu mengenakan setelan kuno dan kacamata burung hantu.

"Kau benar Aiko?! Astaga aku hampir tidak mengenalimu jika bukan karena ID Card yang kau kenakan," Steve mengajak Aiko bicara disaat orang lain hanya melihatnya dengan tatapan tidak biasa diikuti dengan bisikan bisikan kecil.

"Apa aku terlihat sangat aneh mengenakan setelan ini?" Aiko kembali mencoba melihat penampilannya. Memastikan tidak ada yang aneh.

"Astaga! Tidak seperti itu Aiko, kau terlihat sangat luar biasa, kau cantik. Apakah kau tidak merasakan tatapan iri para wanita karena merasa tersaingi dengan penampilanmu saat ini? Apakah kau tidak melihat tatapan laki laki yang akan memakanmu saat ini juga?! Berhentilah hidup dalam rasa tidak percaya diri. Kau cantik, dan kau berhak melakukan apapun yang kau inginkan," Steve mencoba menyemangati Aiko bukan sebagai atasan tapi sebagai teman.

***

Aiko masih tidak terbiasa dengan perubahan ini, bukannya tidak senang, hanya saja ini terlalu berlebihan. Handphone-nya menjadi berisik karena banyaknya pesan dan telepon yang masuk.

Bunyi panggilan telepon meja membuyarkan lamunannya.

Steve meminta Aiko ke ruangannya karena sesuatu yang mendesak. Aiko berjalan meninggalkan meja dan menuju ruangan Steve.

Tok tok tok...

"Masuk!" suara Steve menyambut Aiko yang memasuki ruangannya.

"Tolong rapihkan sketch ini. Kerjakan semampumu saja, jangan dipaksakan. Tapi kira-kira apa yang membuatnya begitu marah padamu? Baru kali ini dia bersikap seperti itu. Atau dia memiliki sentimen tertentu padamu? " Steve menatap khawatir pada Aiko, namun Aiko berusaha mengabaikannya, ini bukan hal yang harus Aikko ceritakan.

Bab terkait

  • Love Me, Like I Do   Bab 3 - Tugas Tambahan

    Lalu ingatan Aiko kembali pada kejadian dua hari yang lalu. Perasaannya jadi tidak enak, hal ini ada kaitannya dengan kejadian tersebut."Aku akan berusaha menyelesaikannya, semampuku. Permisi," Aiko mengumpulkan semua kertas yang ada di meja tersebut kemudian membawanya ke mejanya.***"Mic, maaf aku belum bisa pulang. Masih ada beberapa sketch lagi yang harus aku selesaikan. Iya, aku akan menceritakannya nanti. Bye," sambungan telepon Aiko dengan Mic mati, Aiko berusaha tidak membuat Mic khawatir, apalagi membuat wanita itu kembali datang ke kantor.Aiko tetap berusaha menyelesaikan pekerjaan yang diminta oleh Steve. Mata Aiko sudah mulai lelah, Aiko juga sudah melewatkan jam makan malam. Pikiran Aiko berkecamuk, antara menyerah dan melanjutkannya. Tapi jika Aiko menyerah dan dipecat, pasti akan sulit mencari pekerjaan lagi. "Tidak! Aku harus semangat, sisa sedikit lagi. Semangat Ai! Kau pasti bisa," Aiko berusaha menyemangati dirinya sendiri.Karena malam sudah larut, Aiko memutus

  • Love Me, Like I Do   Bab 4 - Kejadian Yang Sama

    "Sebenarnya aku tidak berhak marah atau apapun, itu sama sekali bukan hakku. Tapi rasa sukaku padanya tiga tahun ini tidak dapat kuhapus begitu saja. Andai saja menghapus perasaanku padanya semudah membalikkan telapak tangan," Aiko mendesah pelan, rasanya menghapus perasannya pada Ivander begitu sulit. "Mic, maafkan aku karena masih berlaku kekanakan. Harusnya aku tidak seperti ini." "Ai, waktu tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Aku mengerti itu, tapi aku berharap karena ini adalah kejadian kedua kau melihatnya bersama orang lain, aku ingin kau memutuskan langkahmu kedepannya. Semua keputusan itu ada padamu," Mic menatap Aiko dalam, astaga Aiko memang tidak bisa melepaskan teman sebaik Mic. Aiko mengangguk mendengarkan kata kata Mic, hatinya merasa lega karena Mic selalu ada untuknya. Akhirnya Aiko dan Mic keluar dari toilet dan kembali menuju mejanya. Berbagai bahan kain memenuhi ruangan tersebut. Aiko cukup takjub karena Mic sangat keren dalam melakukan pekerjaannya. Aiko

  • Love Me, Like I Do   Bab 5 - Tidak Biasa

    Dari sekian banyak SMS dan chat, Aiko tidak berniat membaca apalagi membalasnya. Aiko tidak jual mahal, Aiko hanya merasa ini adalah efek dari penampilan baruny. Mereka tidak benar benar serius pada Aiko. Aiko sudah menghapus 32 chat pagi ini, dan sepertinya hal ini akan menjadi rutinitas barunya setiap hari.Drrrtt drrrtt drrrtt.. Getaran handphone yang baru saja Aiko letakkan di meja membuatnya kaget, nama Mic muncul pada layar mini tersebut."Ai, apakah kau sibuk malam ini? Mau bergabung denganku ke klab bersama teman teman dari divisi pemasaran?" Aku mengerutkan keningku, jarang jarang Mic mengajakku ke klab."Tidak, aku mau di rumah saja. Jangan pulang terlalu larut Mic. Jangan terlalu banyak minum juga," Aiko bersiap menutup telepon sebelum Mic kembali bersuara."Baiklah, aku tidak akan pulang larut. Bye!" sambungan terputus dan Aiko kembali dibuat kaget ketika sepasang mata sinis menatapnya.Ivander berjalan mendekati Aiko dan membuat orang orang disekitar mereka berbisik bisik

  • Love Me, Like I Do   Bab 6 - Dinas Luar Kota

    Perjalanan Aiko dan Ivander diliputi keheningan, hanya sesekali Ivander bersenandung kecil mengikuti lagu yang diputar di radio. Karena bingung harus bagaimana, Aiko hanya bisa pura pura tidur untuk menikmati suara Ivander. Suaranya terdengar merdu, astaga maksudnya, suaranya tidak jelek.Aiko merasa mobil berhenti dan Ivander di sampingnya juga tertidur - astaga niat Aiko hanya pura pura tertidur sambil menikmati suaranya, tapi Aiko justru benar benar tertidur. Aiko memerhatikan sekeliling dan saat ini mereka berada di depan sebuah patisserie yang cukup unik.Aiko mengubah posisinya dan melihat wajah lelap Ivander yang sangat teduh dan manis.Aiko merutuki dirinya sendiri karena masih selalu jatuh pada pesona pria arogan ini."Kau sudah selesai mengagumi wajahku? Jika sudah, ayo kita turun, aku ingin membeli beberapa camilan," wajah Aiko terasa memanas, dirinya malu setengah mati.Aiko ikut turun setelah Ivander, membiarkan Ivander berjalan jauh di depannya. Aiko, kenapa kau selalu

  • Love Me, Like I Do   Bab 7 - Jatuh Lebih Dalam

    Luar biasa! Meeting ini benar benar menguras energi. Meeting dimulai pukul sebelas dan baru selesai pukul enam sore. Yah tentu saja karena Aiko dan Ivander meeting dengan beberapa klien. Dan sejauh ini, para klien sangat puas dengan hasil kerja team mereka.Saat ini meeting telah selesai, tapi Ivander masih berbincang santai dengan beberapa kenalannya. Aiko mengecek handphonenya dan ada beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan dari Mic."Kau sulit sekali dihubungi. Hubungi kembali jika sudah ada waktu luang yah," Aiko melirik sekilas Ivander yang masih asik berbincang, dan Aiko segera melakukan panggilan dengan Mic.Seperi biasa Mic selalu antusias jika menyangkut tentang Aiko dan Ivander. Pertanyaan yang dilontarkan Mic walaupun lewat telepon tidak ada habisnya. Aiko hanya tersenyum sesekali menanggapi kata katanya, walaupun Mic tidak bisa melihat ekspresinya."Kita akan makan malam sebelum ke hotel," Ivander jalan mendekati Aiko kemudian berdiri di belakangnya. Aiko mendongak mel

  • Love Me, Like I Do   Bab 8 - Sakit

    Tak ada suara, Aiko pasti sudah tidur. Ivander kembali ke kasur dan berusaha untuk tidur, tapi lagi lagi Ivander kembali duduk dan memikirkan bagaimana caranya Ivander tahu kalau Aiko sudah tidur atau belum? Ivander mencoba mengetuk pelan pintu penghubung tersebut, tak ada respon. Tapi Ivander tidak tenang, kemudian mengambil handphonenya dan mencoba mengubungi Aiko. Tidak aktif. Apakah Aiko benar benar tidur atau sesuatu yang buruk terjadi padanya? Segala pikiran negatif membuat Ivander berjalan menuju telepon meja dan segera menghubungi resepsionis. Ivander menjelaskan kondisi yang terjadi.Tangannya dingin, Ivander merasa sangat khawatir sekarang. Ivander menunggu pihak hotel datang membawakan kartu cadangan untuk membuka pintu kamar Aiko dari luar. Tak berapa lama seorang pegawai hotel membawakan kartu tersebut, Ivander segera menuju keluar dan menempelkan kartu tersebut pada gagang pintu.Pintu terbuka, Ivander berjalan pelan menuju kamar Aiko. Tak ada seorangpun di kasur, Ivande

  • Love Me, Like I Do   Bab 9 - Permintaan Mendadak

    "Aku minta maaf karena sudah merepotkan Anda, harusnya Anda bisa menikmati akhir pekan ini dengan beristirahat. Sekali lagi aku minta maaf. Semalam aku merasa sangat lelah dan ketiduran di bathup. Setelah itu, aku tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya," Ivander kaget, apa Aiko bilang? Tertidur di bathup? Ivander bukan pertama kali mendengarnya, tapi ternyata ini benar benar bisa terjadi.Ivander menahan tawanya agar tidak keluar dan akan membuat Aiko semakin merasa bersalah."Kau harus membalas kebaikanku suatu hari nanti. Aku akan menagihnya padamu, jadi jangan kabur dan mencoba melupakannya," Ivander tidak bisa berkata apa apa saat Aiko yang berada begitu dekat dengannya menanggung lemah, dia sangat penurut.Ttok ttok ttokSuara ketukan pintu berhasil mengalihkan pikiran Ivander dari Aiko. Perjalanan tiga hari bersamanya benar benar mengambil alih pikiran Ivander. Ivander berjalan menuju pintu untuk mengecek siapa yang datang."Selamat pagi tuan, dokter Carrine menyuruh saya

  • Love Me, Like I Do   Bab 1 - Tidak Dianggap

    New York City 11.30 AMAiko memperhatikan seorang pria yang sedang berbincang bincang dengan beberapa temannya. Mata Aiko tidak sedikitpun bergeser dari pria tersebut. Pria dengan sejuta pesona, namun mampu mematahkan hati wanita sebanyak yang dia mau.Cleosa Nicolas Ivander, pria dengan perawakan tinggi, tegap, gagah dan segala macam kesempurnaan ada padanya. Cukup banyak wanita yang rela bertekuk lutut demi mendapatkan perhatiannya. Namun Aiko cukup tahu diri siapa dirinya, perbedaan Aiko dengan Ivander bagaikan bumi dan langit, bagaikan hitam dan putih. Terlalu banyak hal yang membuat Aiko berkecil hati untuk bisa dekat dengan pria tersebut. Berbagai macam cara Aiko lakukan untuk menarik perhatian Ivander, namun semua hasilnya nihil. Aiko sudah memasuki tahun ketiga bekerja di perusahaan fashion milik keluarga Ivander, COO di perusahaan tersebut. Namun selama itu pula Aiko bagaikan butiran debu di mata Ivander, tidak dianggap. "YA! Berhenti menatapnya seperti itu! Kau seperti aka

Bab terbaru

  • Love Me, Like I Do   Bab 9 - Permintaan Mendadak

    "Aku minta maaf karena sudah merepotkan Anda, harusnya Anda bisa menikmati akhir pekan ini dengan beristirahat. Sekali lagi aku minta maaf. Semalam aku merasa sangat lelah dan ketiduran di bathup. Setelah itu, aku tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya," Ivander kaget, apa Aiko bilang? Tertidur di bathup? Ivander bukan pertama kali mendengarnya, tapi ternyata ini benar benar bisa terjadi.Ivander menahan tawanya agar tidak keluar dan akan membuat Aiko semakin merasa bersalah."Kau harus membalas kebaikanku suatu hari nanti. Aku akan menagihnya padamu, jadi jangan kabur dan mencoba melupakannya," Ivander tidak bisa berkata apa apa saat Aiko yang berada begitu dekat dengannya menanggung lemah, dia sangat penurut.Ttok ttok ttokSuara ketukan pintu berhasil mengalihkan pikiran Ivander dari Aiko. Perjalanan tiga hari bersamanya benar benar mengambil alih pikiran Ivander. Ivander berjalan menuju pintu untuk mengecek siapa yang datang."Selamat pagi tuan, dokter Carrine menyuruh saya

  • Love Me, Like I Do   Bab 8 - Sakit

    Tak ada suara, Aiko pasti sudah tidur. Ivander kembali ke kasur dan berusaha untuk tidur, tapi lagi lagi Ivander kembali duduk dan memikirkan bagaimana caranya Ivander tahu kalau Aiko sudah tidur atau belum? Ivander mencoba mengetuk pelan pintu penghubung tersebut, tak ada respon. Tapi Ivander tidak tenang, kemudian mengambil handphonenya dan mencoba mengubungi Aiko. Tidak aktif. Apakah Aiko benar benar tidur atau sesuatu yang buruk terjadi padanya? Segala pikiran negatif membuat Ivander berjalan menuju telepon meja dan segera menghubungi resepsionis. Ivander menjelaskan kondisi yang terjadi.Tangannya dingin, Ivander merasa sangat khawatir sekarang. Ivander menunggu pihak hotel datang membawakan kartu cadangan untuk membuka pintu kamar Aiko dari luar. Tak berapa lama seorang pegawai hotel membawakan kartu tersebut, Ivander segera menuju keluar dan menempelkan kartu tersebut pada gagang pintu.Pintu terbuka, Ivander berjalan pelan menuju kamar Aiko. Tak ada seorangpun di kasur, Ivande

  • Love Me, Like I Do   Bab 7 - Jatuh Lebih Dalam

    Luar biasa! Meeting ini benar benar menguras energi. Meeting dimulai pukul sebelas dan baru selesai pukul enam sore. Yah tentu saja karena Aiko dan Ivander meeting dengan beberapa klien. Dan sejauh ini, para klien sangat puas dengan hasil kerja team mereka.Saat ini meeting telah selesai, tapi Ivander masih berbincang santai dengan beberapa kenalannya. Aiko mengecek handphonenya dan ada beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan dari Mic."Kau sulit sekali dihubungi. Hubungi kembali jika sudah ada waktu luang yah," Aiko melirik sekilas Ivander yang masih asik berbincang, dan Aiko segera melakukan panggilan dengan Mic.Seperi biasa Mic selalu antusias jika menyangkut tentang Aiko dan Ivander. Pertanyaan yang dilontarkan Mic walaupun lewat telepon tidak ada habisnya. Aiko hanya tersenyum sesekali menanggapi kata katanya, walaupun Mic tidak bisa melihat ekspresinya."Kita akan makan malam sebelum ke hotel," Ivander jalan mendekati Aiko kemudian berdiri di belakangnya. Aiko mendongak mel

  • Love Me, Like I Do   Bab 6 - Dinas Luar Kota

    Perjalanan Aiko dan Ivander diliputi keheningan, hanya sesekali Ivander bersenandung kecil mengikuti lagu yang diputar di radio. Karena bingung harus bagaimana, Aiko hanya bisa pura pura tidur untuk menikmati suara Ivander. Suaranya terdengar merdu, astaga maksudnya, suaranya tidak jelek.Aiko merasa mobil berhenti dan Ivander di sampingnya juga tertidur - astaga niat Aiko hanya pura pura tertidur sambil menikmati suaranya, tapi Aiko justru benar benar tertidur. Aiko memerhatikan sekeliling dan saat ini mereka berada di depan sebuah patisserie yang cukup unik.Aiko mengubah posisinya dan melihat wajah lelap Ivander yang sangat teduh dan manis.Aiko merutuki dirinya sendiri karena masih selalu jatuh pada pesona pria arogan ini."Kau sudah selesai mengagumi wajahku? Jika sudah, ayo kita turun, aku ingin membeli beberapa camilan," wajah Aiko terasa memanas, dirinya malu setengah mati.Aiko ikut turun setelah Ivander, membiarkan Ivander berjalan jauh di depannya. Aiko, kenapa kau selalu

  • Love Me, Like I Do   Bab 5 - Tidak Biasa

    Dari sekian banyak SMS dan chat, Aiko tidak berniat membaca apalagi membalasnya. Aiko tidak jual mahal, Aiko hanya merasa ini adalah efek dari penampilan baruny. Mereka tidak benar benar serius pada Aiko. Aiko sudah menghapus 32 chat pagi ini, dan sepertinya hal ini akan menjadi rutinitas barunya setiap hari.Drrrtt drrrtt drrrtt.. Getaran handphone yang baru saja Aiko letakkan di meja membuatnya kaget, nama Mic muncul pada layar mini tersebut."Ai, apakah kau sibuk malam ini? Mau bergabung denganku ke klab bersama teman teman dari divisi pemasaran?" Aku mengerutkan keningku, jarang jarang Mic mengajakku ke klab."Tidak, aku mau di rumah saja. Jangan pulang terlalu larut Mic. Jangan terlalu banyak minum juga," Aiko bersiap menutup telepon sebelum Mic kembali bersuara."Baiklah, aku tidak akan pulang larut. Bye!" sambungan terputus dan Aiko kembali dibuat kaget ketika sepasang mata sinis menatapnya.Ivander berjalan mendekati Aiko dan membuat orang orang disekitar mereka berbisik bisik

  • Love Me, Like I Do   Bab 4 - Kejadian Yang Sama

    "Sebenarnya aku tidak berhak marah atau apapun, itu sama sekali bukan hakku. Tapi rasa sukaku padanya tiga tahun ini tidak dapat kuhapus begitu saja. Andai saja menghapus perasaanku padanya semudah membalikkan telapak tangan," Aiko mendesah pelan, rasanya menghapus perasannya pada Ivander begitu sulit. "Mic, maafkan aku karena masih berlaku kekanakan. Harusnya aku tidak seperti ini." "Ai, waktu tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Aku mengerti itu, tapi aku berharap karena ini adalah kejadian kedua kau melihatnya bersama orang lain, aku ingin kau memutuskan langkahmu kedepannya. Semua keputusan itu ada padamu," Mic menatap Aiko dalam, astaga Aiko memang tidak bisa melepaskan teman sebaik Mic. Aiko mengangguk mendengarkan kata kata Mic, hatinya merasa lega karena Mic selalu ada untuknya. Akhirnya Aiko dan Mic keluar dari toilet dan kembali menuju mejanya. Berbagai bahan kain memenuhi ruangan tersebut. Aiko cukup takjub karena Mic sangat keren dalam melakukan pekerjaannya. Aiko

  • Love Me, Like I Do   Bab 3 - Tugas Tambahan

    Lalu ingatan Aiko kembali pada kejadian dua hari yang lalu. Perasaannya jadi tidak enak, hal ini ada kaitannya dengan kejadian tersebut."Aku akan berusaha menyelesaikannya, semampuku. Permisi," Aiko mengumpulkan semua kertas yang ada di meja tersebut kemudian membawanya ke mejanya.***"Mic, maaf aku belum bisa pulang. Masih ada beberapa sketch lagi yang harus aku selesaikan. Iya, aku akan menceritakannya nanti. Bye," sambungan telepon Aiko dengan Mic mati, Aiko berusaha tidak membuat Mic khawatir, apalagi membuat wanita itu kembali datang ke kantor.Aiko tetap berusaha menyelesaikan pekerjaan yang diminta oleh Steve. Mata Aiko sudah mulai lelah, Aiko juga sudah melewatkan jam makan malam. Pikiran Aiko berkecamuk, antara menyerah dan melanjutkannya. Tapi jika Aiko menyerah dan dipecat, pasti akan sulit mencari pekerjaan lagi. "Tidak! Aku harus semangat, sisa sedikit lagi. Semangat Ai! Kau pasti bisa," Aiko berusaha menyemangati dirinya sendiri.Karena malam sudah larut, Aiko memutus

  • Love Me, Like I Do   Bab 2 - Perubahan

    Masih hening. Aiko merenungkan apa yang dikatakan Mic barusan."Kau juga masih muda, pasti banyak pria di luar sana yang akan tertarik padamu, jika kau sedikit saja mengubah penampilanmu. Aku pikir sudah seharusnya kau meninggalkan kacamata burung hantu itu. Bagaimana kalau kita sedikit berbelanja besok?", Mic menatap Aiko dengan tatapan penuh harap."Kau tahu jika minus-ku ini cukup mengganggu, aku tidak bisa meninggalkannya", Mic memutar bola matanya jengah mendengar kalimat yang Aiko ucapkan."Kau bisa menggantinya dengan model yang baru, atau kau bisa menggunakan kontak lens. Bagaimana kau tahu kau bisa jika tidak mencobanya? Itu adalah kebiasaan burukmu", Mic mulai menyendokkan makanan ke piring lalu memberikannya pada Aiko dan dibalas dengan senyuman padanya."Terima kasih Mic. Kau memang selalu yang paling mengerti. Aku mencintaimu", Aiko dengan gerakan tiba tiba mencium pipi Mic, membuatnya menghapus bekas ciuman tersebut dengan keras.Bagi Aiko kehadiran Mic sudah lebih dari

  • Love Me, Like I Do   Bab 1 - Tidak Dianggap

    New York City 11.30 AMAiko memperhatikan seorang pria yang sedang berbincang bincang dengan beberapa temannya. Mata Aiko tidak sedikitpun bergeser dari pria tersebut. Pria dengan sejuta pesona, namun mampu mematahkan hati wanita sebanyak yang dia mau.Cleosa Nicolas Ivander, pria dengan perawakan tinggi, tegap, gagah dan segala macam kesempurnaan ada padanya. Cukup banyak wanita yang rela bertekuk lutut demi mendapatkan perhatiannya. Namun Aiko cukup tahu diri siapa dirinya, perbedaan Aiko dengan Ivander bagaikan bumi dan langit, bagaikan hitam dan putih. Terlalu banyak hal yang membuat Aiko berkecil hati untuk bisa dekat dengan pria tersebut. Berbagai macam cara Aiko lakukan untuk menarik perhatian Ivander, namun semua hasilnya nihil. Aiko sudah memasuki tahun ketiga bekerja di perusahaan fashion milik keluarga Ivander, COO di perusahaan tersebut. Namun selama itu pula Aiko bagaikan butiran debu di mata Ivander, tidak dianggap. "YA! Berhenti menatapnya seperti itu! Kau seperti aka

DMCA.com Protection Status